Indonesia yang luas memang akan sulit ditaklukkan oleh negara asing, terlebih kekuatan militer kerajaan-kerajaan zaman dahulu juga sangat kuat.

Lantas bagaimana Belanda bisa menguasai nusantara? Dengan adu domba, memihak para pemberontak untuk menggulingkan kerajaan lain. Dan, pemberontak ini sebenarnya masih satu saudara, masih ada ikatan darah dengan kerajaan yang dikudeta.

Dari sinilah Belanda mampu menguasai perdagangan di nusantara, hingga mendapatkan tanah-tanah yang cukup luas. Lalu akhirnya mereka mulai menguasai tanah-tanah itu dan bermitra pada kerajaan-kerajaan di nusantara, yang memang feodal pada masa itu.



Apakah Belanda menyerang kerajaan di nusantara? Pada dasarnya iya, namun penyerangan pertama mereka untuk menguasai kongsi dagang pertama kali gagal total baik itu di Banten maupun di Aceh, bahkan di wilayah ini perwira Belanda tak sanggup untuk menaklukkan secara militer.

Aceh di datangi oleh Belanda di pertengahan Juni 1599 dengan kaptennya bernama "Cornelis de Houtman", yang terkenal dengan sombongnya lalu menganggu pedagang yang lain. Ini dilakukan sebelumnya di Banten hingga mereka diusir dari Banten.

Namun hal yang sama dilakukan di aceh, hingga akhirnya Sultan Aceh berang dan terjadilah pertempuran pada waktu itu. Namu dirinya merasa terpojok, kemudian mengadakan gencatan senjata dan menantang duel satu lawan satu.



Menariknya yang muncul dalam duel adalah Laksamana Laut Kesultanan Aceh Darussalam, Malahayati. Seorang perempuan yang tangguh, dirinya sebagai laksamana perempuan pertama di dunia dalam sejarah. Dan Malahayati mampu membuat Cornelis de Houtman tewas.

Dari sanalah Belanda mulai mengirim kapten yang lebih diplomatis, dan dapat diterima di wilayah nusantara. Hingga akhirnya Aceh bersama Belanda tidak tegang lagi, bahkan ada moment mereka sempat bersekutu melawan Portugis.

Namun 2 abad kemudian situasi dunia semakin berbeda, eropa mulai diguncang oleh revolusi hingga membuat mereka menjadi bangsa yang militernya kuat dan dominan pada masa itu. Namun Aceh pun adalah kerajaan terkuat di asia tenggara, bahkan mereka yang mengatur perdagangan rempah di selat malaka.



Gara-gara adanya terusan suez, yang dibangun pada tahun 1859 membuat bangsa eropa lebih mudah untuk berlayar ke asia dan mulai menjajah tanah-tanah di asia. Tentu saja yang paling panik adalah Belanda, karena Belanda hanya menguasai sebagian pulau Jawa, Maluku, dan Sumatera Selatan.

Karena Belanda tidak ingin wilayahnya dikuasai oleh bangsa eropa lain, maka mereka mulai membuat strategi Pax Netherlandica.



Sedangkan saat itu Nusantara juga ada Inggris yang menguasai sebagian borneo, sumatera, dan malaka. Terjadilah kesepakatan diantara mereka yang membagi-bagi wilayah nusantara sesuai daerah jajahan. Dimana Belanda diberikan Sumatera, Inggris diberikan daerah Ghana di Afrika dan wilayah Siak.

Maka mereka berdua antara Inggris dan Belanda membuat perjanjian di tanggal 2 November 1871, yang disebut Traktat Sumatera untuk menguasai Aceh, padahal awalnya sudah ada Traktat London 1824, yang mengakui kesultanan Aceh.



Dari sinilah Belanda mulai masuk ke Sunatera bagian utara yang dikuasai Aceh, maka di tahun 1873 Belanda mulai menginvasi wilayah Aceh. Tapi dengan gagah berani Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah, bersama rakyat Aceh berhasil memukul mundur J.H. Kohler dan ribuan pasukannya. Bahkan Kohler sendiri tewas dipertempuran itu.

Belanda menanggung malu dan ditertawakan bangsa eropa, namun perang sudah dimulai. Perang berlangsung hingga puluhan tahun hingga mereka frustasi dan membantai warga desa di sekitaran wilayah Aceh.



Namun perlawanan bangsa Aceh semakin menguat, dengan semangat jihad yang membara. Hal itu membuat Belanda kesulitan hingga Belanda akhirnya mengirim Dr. Snouck Hurgronje, seseorang yang paham tentang Islam dan mengaku ulama karena bisa berbahasa arab, bacaan Qur'annya pun bagus, lalu mulai berdakwah dengan nama Abdul Gafar secara terbalik tentang Islam seperti contohnya, "Sudahlah kita ini pikirkan akhirat, perang itu tidak berguna, kalau ketika perang, tapi shalat, sedekah, dan amal ibadah aja masih bolong-bolong terus mati apa dijamin masuk surga. Perang itu kerjaan orang kafir, biarkan saja mereka yang perang. Kita lebih baik perbanyak amal ibadah".

Maka, kekuatan jihad bangsa Aceh mulai melemah dengan dakwah yang sesat tersebut. Lantas saran Dr. Snouck Hurgronjen kepada Belanda, jangan kalahkan sultannya tapi kalahkan para ulama di Aceh. Dan jangan melakukan serangan militer kepada Rakyat Aceh.



Kemudian berikan bangsawan Aceh bantuan, jadikan mereka bagian pegawai dari Belanda. Pecah belah antara Bangsawan Aceh dan Ulama. Maka sejak saat itu Belanda melakukan 2 saran yang diberikan, hingga Aceh tunduk kepada Belanda di tahun 1904.

Belanda pun senang dan pamer pada ras eropa lainnya karena sukses menundukkan Aceh. Dan sejak saat itu Belanda menghapuskan kesultanan Aceh dan merebut istananya. Namun saran ketiga tidak dilakukan yaitu secara militer menyerang rakyat Aceh.

Ujungnya pemerintahan Belanda tidak nyaman dengan perlawanan rakyat Aceh yang tak pernah putus, bahkan ketika Jepang datang rakyat Aceh juga melakukan perlawanan kepada Jepang dan Belanda sekaligus.



Hingga ketika Jepang kalah dan NICA datang, wilayah Aceh yang tidak bisa dimasuki oleh NICA dan Sekutu.



Bisa dibilang Aceh merdeka total dari penjajahan Belanda, karena Pendudukan Belanda tidak pernah terjadi sampai Jepang meninggalkan Aceh. Wilayah Aceh tidak pernah tersentuh oleh pasukan NICA dan sekutunya.

Aceh bergabung dengan Indonesia tahun 1946 dengan satu syarat dimana rakyat Aceh nanti akan diberi hak untuk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan syariat Islam. Hal itu disampaikan Daud Beureuh kepada Bung Karno.



Sayang Bung Karno ingkar janji, hingga beliau menegaskan dalam pidatonya di hadapan rakyat Amuntai, Kalimantan Selatan pada 27 Januari 1953: “Indonesia adalah sebuah negara nasional yang berideologi Pancasila, dan bukan sebuah negara teokrasi dengan haluan agama tertentu,” demikian dikutip Mimbar Penerangan, Tahun IV, No.2, Februari 1953.

Daud Beureuh memutuskan masuk hutan dan bergabung dengan DI/TII S.M. Kartosoewirjo. Lalu, pada 1960, Daud Beureuh turun gunung disambut dengan pengumuman Konsepsi Pelaksanaan Unsur-unsur Syariat Islam bagi Daerah Istimewa Aceh.



Pada 1962, Pangdam I/Iskandar Muda, M. Jasin sebagai Penguasa Perang Daerah, mengeluarkan keputusan No. 061/3/1962 tentang berlakunya syariat Islam di Aceh dan pelaksanaannya diserahkan kepada pemerintah daerah. Dan pada 1963, terbit peraturan daerah No. 1/1963 tentang pelaksanaan syiar agama Islam di Aceh.

Hingga sekarang otonomi khusus untuk Aceh, dan syariat Islam full dilakukan oleh pemerintahan daerah Istimewa Aceh. Bahkan GAM pun melebur menjadi partai Aceh agar bisa membangun wilayah itu sesuai keinginan rakyatnya.

Menariknya saran Dr. Snouck Hurgronjen, dipakai juga oleh politikus Indonesia dengan cara memecah belah antara cebong dan kampret dan dilestarikan hingga sekarang dengan merubah nama kampret karena capresnya sudah masuk lingkaran istana menjadi kadrun. Disini jelas orientasi kadrun menjadi identitas politisasi terhadap Islam dan itu jelas membahayakan akan keutuhan NKRI itu sendiri.



Semoga mereka yang mudah terombang ambing oleh pikiran buzzer di kedua belah pihak sadar, terkadang juga ada ulama provokasi layaknya buzzer, ini jelas lebih membahayakan, karena kalau terjadi perang saudara maka mereka juga yang susah dan tidak dapat apa-apa. Terlihat banyak koar-koar dan provokasi, seperti Presiden Ukraina sekarang ini siapa yang akhirnya babak belur? Jelas mereka sendiri.

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
referensi : klik, klik,klik, klik, klik, klik, klik, klik
Pic : google