- Beranda
- Berita dan Politik
Peter Gontha Ungkap Sejarah Kelam Indonesia: Soeharto Dulu Jadi Proxy Amerika
...
TS
gabener.edan
Peter Gontha Ungkap Sejarah Kelam Indonesia: Soeharto Dulu Jadi Proxy Amerika
Peter Gontha Ungkap Sejarah Kelam Indonesia: Soeharto Dulu Jadi Proxy Amerika dan Diperintah Menginvasi Timor Leste
Terkini.id, Jakarta – Mantan Komisaris Garuda Indonesia Peter F Gontha, membuat tulisan yang mengungkap sejarah kelam Indonesia. Di tengah ramai aksi invasi Rusia ke Ukraina, Peter mengungkap peristiwa menyakitkan yang pernah terjadi pada era Presiden Soeharto.
Melalui tulisannya di media sosial itu, Peter mengungkapkan bahwa Ukraina mengalami kondisi yang sama seperti Indonesia, saat dipimpin oleh Presiden Soeharto. Ukraina, terang dia sedang dijadikan proxi Amerika.
Peter mengungkapkan, pada pertengahan 1970-an Indonesia menjadi Proxy Negara adikuasa tersebut, dan diperintahkan untuk menyerang dan menginvasi Timor Leste.
“Karena mereka (Timor Leste) berafiliasi dengan komunisme dan ditakutkan mengkontrol cadangan gas yang luar biasa yang berada di Palung antara Timor Leste dan Australia yang sering dilewati kapal selam Rusia,” tulis Peter.
Nahasnya, Peter mengungkapkan setelah peristiwa itu Indonesia justru dipermalukan oleh Amerika Serikat termasuk Australia, karena melalui referendum PBB, Indonesia dicap sebagai ‘penjajah’.
Namun ada yang lebih sakit dari semua itu, menurut Peter, karena akibat invasi Indonesia ke Timor Leste itu, adalah gugurnya puluhan ribu pemuda Indonesia dan Timor Leste karena berperang.
“Sakit memang, menyakitkan tetapi yang lebih sakit adalah bagi keluarga puluhan ribu pemuda Indonesia dan Timor Leste yang gugur dalam peperangan di Timor Leste.
Tanyakan kepada Jendral Prabowo, Jendral Luhut Panjaitan, Jendral Sintong Panjaitan , Jendral Safrie Syamsudin, Jendral Setyoso, Jendral Muchdi PR.
“Mereka semua teman saya dan semua alumni Peperangan di TIMOR LESTE dan sangat mengetahui hal ini, Bagaimana Indonesia dipermalukan dan ditinggal setelah kepentingan mereka sudah tidak perlu dijaga. Ukraina sekarang kembali dijadikan Proxy dengan strategi yg berbeda,” tulisnya lagi.
Selengkapnya, berikut tulisan Peter F Gontha:
Saya ingin membuka tabir yang menyakitkan. Namun hal ini harus dibaca dengan pikiran jernih dan jangan dimasukan dihati. Tapi dilihat dengan pandangan yang netral, tanpa emosi, dan pikiran waras tanpa menduga adanya udang dibalik batu dipihak saya.
Saya adalah orang yang sangat mengidolakan Amerika Serikat Karena kemajuan dan kehebatan teknologi nya, dan Amerika yang demokratis dan dan prajuritnya yang berani diseluruh dunia, dimana rakyatnya bahkan juga berani menyerbu gedung Parlemen atas dasar DEMOKRASI. (Sama seperti kita di Indonesia).
Sebetulnya saya juga was was menulis banyak mengenai
RUSIA-UKRAINA-NATO-AMERIKA SERIKAT.
Tetapi saya sangat ingin melihat dunia ini menjadi Stabil.
Namun kekuatan kekuatan dunia memang mengerikan.
Kalau dulu kita hanya takut hegemoni AMERIKA sekarang CINA juga menjadi ancaman bagi dunia. Afrika sudah dikuasai Cina melalui OBOR (One Belt One Road) dan seluruh kekayaan alamnya termasuk infrastrukturnya telah dikuasai / dipanjar CINA. Jadi kita sebagai BANGSA juga NEGARA selalu harus berhati hati.
Bagi yang lahir sesudah 1985-an mungkin tidak mengalaminya.
Tapi harus mengetahuinya.
Pada pertengahan 1970-an Indonesia menjadi Proxy NEGARA adikuasa AMERIKA SERIKAT dibawah Pres. FORD. Presiden Soeharto menjadi Proxy nya. Indonesia “Diperintahkan” untuk menyerang dan menginvasi TIMOR LESTE karena mereka berafiliasi dengan KOMUNISME, dan ditakutkan mengkontrol cadangan GAS yang luar biasa yang berada di Palung antara TIMOR LESTE dan Australi yang sering dilewati kapal selam Rusia.
Pada waktu Uni Soviet (USSR) pecah, tepatnya 26 December 1991, dan runtuh, kepentingan untuk menduduki TIMOR LESTE tidak lagi diperlukan.
Indonesia dipermalukan NEGARA ADI KUASA termasuk AUSTRALI dan melalui referendum PBB dan dikatakan sebagai penjajah.
Ahirnya kita, PRESIDEN HABIBIE, angkat bicara dan mengembalikan TIMOR LESTE pada rakyatnya.
PRES Habibie dicap sebagai penkhianat oleh Rakyat kita sendiri (mereka yang lahir sesudah tahun 1980-an) karena mereka tidak mengenal SEJARAH.
Itulah sebabnyanya saya ingin membuka tabir ini.
Sakit memang, menyakitkan tetapi yang lebih sakit adalah bagi keluarga puluhan ribu pemuda INDONESIA dan TIMOR LESTE yang gugur dalam peperangan di TIMOR LESTE.
Tanyakan kepada Jendral Prabowo, Jendral Luhut Panjaitan, Jendral Sintong Panjaitan , Jendral Safrie Syamsudin, Jendral Setyoso, Jendral Muchdi PR.
mereka semua teman saya dan semua alumni Peperangan di TIMOR LESTE dan sangat mengetahui hal ini,
Bagaimana Indonesia dipermalukan dan ditinggal setelah kepentingan mereka sudah tidak perlu dijaga.
Ukraina sekarang kembali dijadikan Proxy dengan strategi yg berbeda.
MERDEKA DAN MAJU TERUS NEGARA DAN BANGSA-KU INDONESIA, tapi TETAPLAH SELALU WASPADA.
https://makassar.terkini.id/pieter-g...i-timor-leste/
Di Indonesia menurut ane dah di goyang sejak era JKW.
Teriakan2 dan narasi2 anti islam, antek komunis dsb.
Masih ingat kasus ini...
silahkan simpulkan sendiri.
Apakah proxy war di Indonesia lagi dijalankan atau tidak...
Terkini.id, Jakarta – Mantan Komisaris Garuda Indonesia Peter F Gontha, membuat tulisan yang mengungkap sejarah kelam Indonesia. Di tengah ramai aksi invasi Rusia ke Ukraina, Peter mengungkap peristiwa menyakitkan yang pernah terjadi pada era Presiden Soeharto.
Melalui tulisannya di media sosial itu, Peter mengungkapkan bahwa Ukraina mengalami kondisi yang sama seperti Indonesia, saat dipimpin oleh Presiden Soeharto. Ukraina, terang dia sedang dijadikan proxi Amerika.
Peter mengungkapkan, pada pertengahan 1970-an Indonesia menjadi Proxy Negara adikuasa tersebut, dan diperintahkan untuk menyerang dan menginvasi Timor Leste.
“Karena mereka (Timor Leste) berafiliasi dengan komunisme dan ditakutkan mengkontrol cadangan gas yang luar biasa yang berada di Palung antara Timor Leste dan Australia yang sering dilewati kapal selam Rusia,” tulis Peter.
Nahasnya, Peter mengungkapkan setelah peristiwa itu Indonesia justru dipermalukan oleh Amerika Serikat termasuk Australia, karena melalui referendum PBB, Indonesia dicap sebagai ‘penjajah’.
Namun ada yang lebih sakit dari semua itu, menurut Peter, karena akibat invasi Indonesia ke Timor Leste itu, adalah gugurnya puluhan ribu pemuda Indonesia dan Timor Leste karena berperang.
“Sakit memang, menyakitkan tetapi yang lebih sakit adalah bagi keluarga puluhan ribu pemuda Indonesia dan Timor Leste yang gugur dalam peperangan di Timor Leste.
Tanyakan kepada Jendral Prabowo, Jendral Luhut Panjaitan, Jendral Sintong Panjaitan , Jendral Safrie Syamsudin, Jendral Setyoso, Jendral Muchdi PR.
“Mereka semua teman saya dan semua alumni Peperangan di TIMOR LESTE dan sangat mengetahui hal ini, Bagaimana Indonesia dipermalukan dan ditinggal setelah kepentingan mereka sudah tidak perlu dijaga. Ukraina sekarang kembali dijadikan Proxy dengan strategi yg berbeda,” tulisnya lagi.
Selengkapnya, berikut tulisan Peter F Gontha:
Saya ingin membuka tabir yang menyakitkan. Namun hal ini harus dibaca dengan pikiran jernih dan jangan dimasukan dihati. Tapi dilihat dengan pandangan yang netral, tanpa emosi, dan pikiran waras tanpa menduga adanya udang dibalik batu dipihak saya.
Saya adalah orang yang sangat mengidolakan Amerika Serikat Karena kemajuan dan kehebatan teknologi nya, dan Amerika yang demokratis dan dan prajuritnya yang berani diseluruh dunia, dimana rakyatnya bahkan juga berani menyerbu gedung Parlemen atas dasar DEMOKRASI. (Sama seperti kita di Indonesia).
Sebetulnya saya juga was was menulis banyak mengenai
RUSIA-UKRAINA-NATO-AMERIKA SERIKAT.
Tetapi saya sangat ingin melihat dunia ini menjadi Stabil.
Namun kekuatan kekuatan dunia memang mengerikan.
Kalau dulu kita hanya takut hegemoni AMERIKA sekarang CINA juga menjadi ancaman bagi dunia. Afrika sudah dikuasai Cina melalui OBOR (One Belt One Road) dan seluruh kekayaan alamnya termasuk infrastrukturnya telah dikuasai / dipanjar CINA. Jadi kita sebagai BANGSA juga NEGARA selalu harus berhati hati.
Bagi yang lahir sesudah 1985-an mungkin tidak mengalaminya.
Tapi harus mengetahuinya.
Pada pertengahan 1970-an Indonesia menjadi Proxy NEGARA adikuasa AMERIKA SERIKAT dibawah Pres. FORD. Presiden Soeharto menjadi Proxy nya. Indonesia “Diperintahkan” untuk menyerang dan menginvasi TIMOR LESTE karena mereka berafiliasi dengan KOMUNISME, dan ditakutkan mengkontrol cadangan GAS yang luar biasa yang berada di Palung antara TIMOR LESTE dan Australi yang sering dilewati kapal selam Rusia.
Pada waktu Uni Soviet (USSR) pecah, tepatnya 26 December 1991, dan runtuh, kepentingan untuk menduduki TIMOR LESTE tidak lagi diperlukan.
Indonesia dipermalukan NEGARA ADI KUASA termasuk AUSTRALI dan melalui referendum PBB dan dikatakan sebagai penjajah.
Ahirnya kita, PRESIDEN HABIBIE, angkat bicara dan mengembalikan TIMOR LESTE pada rakyatnya.
PRES Habibie dicap sebagai penkhianat oleh Rakyat kita sendiri (mereka yang lahir sesudah tahun 1980-an) karena mereka tidak mengenal SEJARAH.
Itulah sebabnyanya saya ingin membuka tabir ini.
Sakit memang, menyakitkan tetapi yang lebih sakit adalah bagi keluarga puluhan ribu pemuda INDONESIA dan TIMOR LESTE yang gugur dalam peperangan di TIMOR LESTE.
Tanyakan kepada Jendral Prabowo, Jendral Luhut Panjaitan, Jendral Sintong Panjaitan , Jendral Safrie Syamsudin, Jendral Setyoso, Jendral Muchdi PR.
mereka semua teman saya dan semua alumni Peperangan di TIMOR LESTE dan sangat mengetahui hal ini,
Bagaimana Indonesia dipermalukan dan ditinggal setelah kepentingan mereka sudah tidak perlu dijaga.
Ukraina sekarang kembali dijadikan Proxy dengan strategi yg berbeda.
MERDEKA DAN MAJU TERUS NEGARA DAN BANGSA-KU INDONESIA, tapi TETAPLAH SELALU WASPADA.
https://makassar.terkini.id/pieter-g...i-timor-leste/
Quote:
Di Indonesia menurut ane dah di goyang sejak era JKW.
Teriakan2 dan narasi2 anti islam, antek komunis dsb.
Masih ingat kasus ini...
silahkan simpulkan sendiri.
Apakah proxy war di Indonesia lagi dijalankan atau tidak...
sorken dan 21 lainnya memberi reputasi
22
3K
82
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
680.5KThread•48.6KAnggota
Tampilkan semua post
prihtvitattwa
#25
Operasi Seroja 2.0 ada kemungkinan bakal terjadi lagi.
Politik dunia tahun 1975 itu adalah bipolar world ada 2 superpower yg saling bertarung untuk memperebutkan hegemoni.
Maka sebagai salah satu sekutu superpower tersebut Indonesia "diizinkan" untuk menyerbu TimTim.
Penyerbuan TimTim ini juga atas dasar kondisi geopol timtim saat itu yg perang sipil sampai masuk ke perbatasan Darat Indonesia.
Tahun 1991, Soviet bubar, dunia masuk ke unipolar, dimana AS sebagai satu2nya negara superpower, merasa ga ada urgency apapun untuk mempertahankan dukungan ke Indonesia thdp TimTim (padahal thn 1976-1982, Timtim didukung oleh AS dan sekutunya di sana) maka ketika kejadian Santa Cruz sbg Trigernya dicari2lah masalah buat memerdekakan TimTim (ini juga terkait migas blok Timor yg mau dikuasai sendiri oleh tetangga kita)
Sekarang ini dunia kembali masuk di era multipolar.
Ada great power yg ga cuma 1, maka Timtim jadi relevan kembali.
Timles sampai skrg belum gabung ASEAN, masih ribut sama Australia terkait pembangunan migas di greater sunrise. Kalau ada kekuatan "asing" lagi bangun militer di sini, Indonesia sbg yang berbatasan darat pasti akan invasi lagi.
Apakah ada indikasinya?
Coba deh dicek tentang Pelabuhan Tibar di Timtim yg katanya merupakan deep sea port.
Terus tahun ini, atau plg lambat thn 2023, migas di Bayu Undan (90% migas Timtim) akan habis, sementara 70% GDP Timles bergantung dengan migas.
Petroleum fund Timles cuma 20 billion USD hanya mampu membiayai negara ini sampai 2027.
Politik dunia tahun 1975 itu adalah bipolar world ada 2 superpower yg saling bertarung untuk memperebutkan hegemoni.
Maka sebagai salah satu sekutu superpower tersebut Indonesia "diizinkan" untuk menyerbu TimTim.
Penyerbuan TimTim ini juga atas dasar kondisi geopol timtim saat itu yg perang sipil sampai masuk ke perbatasan Darat Indonesia.
Tahun 1991, Soviet bubar, dunia masuk ke unipolar, dimana AS sebagai satu2nya negara superpower, merasa ga ada urgency apapun untuk mempertahankan dukungan ke Indonesia thdp TimTim (padahal thn 1976-1982, Timtim didukung oleh AS dan sekutunya di sana) maka ketika kejadian Santa Cruz sbg Trigernya dicari2lah masalah buat memerdekakan TimTim (ini juga terkait migas blok Timor yg mau dikuasai sendiri oleh tetangga kita)
Sekarang ini dunia kembali masuk di era multipolar.
Ada great power yg ga cuma 1, maka Timtim jadi relevan kembali.
Timles sampai skrg belum gabung ASEAN, masih ribut sama Australia terkait pembangunan migas di greater sunrise. Kalau ada kekuatan "asing" lagi bangun militer di sini, Indonesia sbg yang berbatasan darat pasti akan invasi lagi.
Apakah ada indikasinya?
Coba deh dicek tentang Pelabuhan Tibar di Timtim yg katanya merupakan deep sea port.
Terus tahun ini, atau plg lambat thn 2023, migas di Bayu Undan (90% migas Timtim) akan habis, sementara 70% GDP Timles bergantung dengan migas.
Petroleum fund Timles cuma 20 billion USD hanya mampu membiayai negara ini sampai 2027.
scorpiolama dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup