- Beranda
- Stories from the Heart
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
...
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
congyang.jus
#724
Part 94 - Sosok Sempurna
"Ada garapan apa gitu ngga zal?" Gua berdiri di belakang Izal yang sedang sibuk mencari bug di programnya
"Lu mau yang kek gimana?" Tanya dia balik
"Serah dah, yang penting ngga resiko kena bareskrim" jawab gua, sambil menghindari saran dia yang mungkin tidak jauh-jauh dari 16 digit
Malam ini, gua mendatangi Izal untuk meminta beberapa saran pekerjaan dari internet yang bisa gua kerjakan secara flexibel tanpa mengganggu kuliah gua nantinya.
Setelah kejadian kemarin, Abah langsung melakukan pertemuan keluarga besar. Pihak Abah langsung meminta acara pernikahan dilaksanakan dengan segera. Tak ada pertimbangan tentang bagaimana gua akan menafkahi Zahra nantinya.
"Ntar bercocok tanam, atau ternak sapi. Terserah" ucap Abah dengan entengnya ke gua
Sekarang malah gua yang jadi pusing mencari uang untuk biaya resepsi.
Meskipun, Abah dan Papah sudah sepakat untuk memberikan gua modal penuh dalam acara nikah gua nanti.
Tapi, apa kata dunia?
"Lu kayaknya pernah mining monero deh ja. Coba buka, udah dapet berapa" celetuk Izal, mengingatkan bahwa gua pernah iseng-iseng menambang monero dengan VPS gratisan waktu itu.
Jari jemarinya mengetik situs minergate.com di address bar browsernya.
Gua mencoba mengingat-ingat email password akun beberapa lama, sampai akhirnya akun gua bisa terbuka. Di wallet terdapat jumlah monero yang berhasil gua kumpulkan.
"Ah elah, segini cuma bisa buat pesta bujang doang" keluh gua
Masa itu, monero berada di harga kisaran $100. Sedangkan monero yang gua kumpulkan mungkin hanya bisa untuk membeli beberapa krat congyang untuk suguhan anak-anak.
"Mau dicairin ngga nih?" Tanya Izal
Gua mengangguk, lalu menyalakan sebatang rokok.
Penyesalan gua saat itu, adalah mencairkan monero pada hari itu juga, padahal di akhir tahun, harga monero naik sampai 5 kali lipat seiring naiknya harga BTC. Beberapa hari gua ngga bisa tidur nyenyak karena hal tersebut.
"Andai saja gua bisa sabar dikit" batin gua
"Lu ngapa pusing-pusing, katanya biayanya ntar ditanggung bokap sama mertua lu?"
"Seenggaknya gua usaha gitu, ngga enak hati gua"
"Lagu-laguan lu, ja"
Gua tidur-tiduran di kamar Izal, mengacuhkannya yang sedang asik scrolling timeline facebook miliknya yang didominasi oleh tiga tema utama: Postingan heker, Anime, dan Game.
--
"Bapak kamu kan mekanik mesin jahit dek, kamu bikin brand clothing aja" cletuk Mbak Oliv
Gua duduk di teras depan rumahnya, menikmati secangkir kopi.
Sebelumnya, gua meminta saran kegiatan untuk menghasilkan uang kepadanya setelah waktu gua dengan Izal tak membuahkan hasil.
"Brandingnya lama, mbak. Lagian, aku ngga bisa desain" saut gua
Saran Mbak Oliv terdengar cukup masuk akal. Basic keluarga gua yang khatam berkecimpung di dunia garmen tentunya memudahkan gua jika ingin terjun ke dunia clothing.
Urusan produksi ngga bakal jadi masalah buat gua. Tapi setelah dipikir-pikir, apa artinya desain dan kualitas bagus jika tidak diimbangi dengan branding yang kuat?.
Apalagi branding produk jaman sekarang harus berani bakar uang. Hal tersebut tentunya butuh modal yang ngga sedikit.
"Lah trus apa lagi? Aku juga bingung"
Gua membuka browser HP dan mulai mencari-cari rekomendasi kegiatan mencari pundi-pundi uang.
Rata-rata sih jualan, tapi gua yang nantinya bakal aktif sebagai mahasiswa tentunya ngga bisa selalu standby berjualan.
Di sela-sela artikel yang gua baca, terdapat iklan-iklan salah satu marketplace yang baru saja masuk dari luar negeri.
Terpikirlah sebuah ide untuk berjualan di sana. Pertanyaan selanjutnya, apa yang harus gua jual?.
"Kalo jualan di marketplace, kira-kira yang muter duitnya cepet apaan mbak?" Tanya gua ke Mbak Oliv
"Menurutku sih barang-barang cewek gitu, kerudung contohnya" jelas Mbak Oliv
Dari tab browser, gua pindah tab ke messenger, mengetik pesan untuk Izal "kalo jualan di marketplace gitu, ada triknya ngga zal?"
Sekejap kemudian, ia membalas dengan mengirimkan sebuah link artikel. Gua baca sebuah artikel panjang bertemakan SEO.
Inti dari artikel tersebut adalah trik agar sebuah halaman di internet bisa muncul efektif saat seseorang mencari menggunakan search engine.
Satu persatu artikel dari website tersebut gua baca dan pelajari dengan teliti. Hingga akhirnya gua memahami sedikit cara optimisasi lapak marketplace yang akan gua buat.
"Grosir kerudung yang murah di mana mbak? Tau ngga?"
Mbak Oliv tak langsung menjawab, tetap mengunyah chip pedasnya dengan bola mata yang mengarah ke atas seperti mengingat-ingat sesuatu.
"Coba kamu ke Johar baru, kalo ngga ke kauman" jawabnya kemudian
Ke siapa gua harus mencari tau? Kalau wanita-wanita di sekeliling gua bukanlah pengguna hijab.
--
Semalaman gua melakukan riset harga pasar dan harga modal, ditambah dengan biaya operasional yang masih gua kira-kira karena belum tau pastinya.
Gua dapat info dari eyang putri bahwa salah satu temannya ketika bekerja di pabrik garmen jaman dahulu menjual hijab, kerudung, dan sejenisnya secara grosir.
Begitu gua rasa cocok dengan harga yang diajukan, gua dan Zahra langsung datang ke rumahnya untuk mengambil sample dan check kualitas produk.
Di rumah ini, juga digunakan sebagai gudang di bagian depan rumah. Terdapat banyak model dan warna hijab yang ditumpuk di rak susun di setiap sisi dinding ruangan. Nyaris tak ada sisi dinding yang kosong dibuatnya.
Segala pemilihan model dan warna gua pasrahkan ke Zahra.
"Semisal pengen warna yang lain, bisa mas. Pilih aja modelnya dulu" ucap ibu-ibu teman eyang.
Cukup lama gua menunggu Zahra memilih model yang cukup banyak tersebut. Ia asik membolak-balik catalog, lalu ke rak susun, diulang-ulang sampai tak terhitung berapa kali.
Beberapa model sudah gua pilih (Zahra yang milih tepatnya), dengan beberapa pilihan warna. Tak lupa, gua juga request warna yang belum ada, namun dengan model pilihan gua.
Setelah mengambil sample, segera gua pamit pulang untuk memulai sesi dokumentasi foto produk yang akan gua serahkan ke Mbak Oliv.
Sebagai anak DKV, tak sulit tentunya bagi dia untuk sesi foto dan editing.
Sampai di sini, gua sudah bisa sedikit lega. PR gua tinggal mencari suplier carton box, buble wrap, dan isolasi.
Itu urusan gampang, kedua eyang gua punya banyak teman keturunan tionghoa yang menjual kebutuhan-kebutuhan tersebut di daerah mataram, kebetulan kedua eyang gua pernah tinggal di daerah tersebut sampai jaman pertengahan orde baru.
Gua dan Zahra baru kembali ke rumah ketika malam sudah tiba.
Karena sedang semangat-semangatnya, gua sampai lupa bahwa perut gua terakhir diisi siang tadi.
Ketika sedang membuka Komputer untuk mengatur akun marketplace, Zahra datang memeluk gua dari belakang. Dagunya ia letakkan tepat di pundak gua.
Dengan lembut ia berbisik "udah, istirahat dulu. Mas Raja belum makan malem loh. Dilanjut besok ya. Sekarang makan dulu, abis itu tidur. Aku udah gorengin telor"
Di meja marmer dapur, kami makan berdua dengan lauk telor goreng buatan Zahra.
Ekspresinya masih ceria meskipun nampak jelas raut lelah di wajahnya. Gua jadi merasa bersalah karena membuat Zahra menjadi kelelahan hari ini.
"Besok apa agendanya?" Tanya Zahra di sela-sela kegiatan makan
"Paling beli peralatan packing doang" jawab gua
"Aku temenin ya?"
"Ngga usah, kamu istirahat aja"
"Yaah, aku bosen di rumah doang ngga ngapa-ngapain. Ngga enak sama tante" ucapnya lesu
Akhirnya gua menyerah. Mungkin karena gua dan Zahra sudah tak lagi bersekolah, jadi ia sungkan jika hanya berdiam diri di rumah ini. "Yaudah, besok ikut. Nanti kita jalan-jalan sekalian" gua mengusulkan untuk melakukan refreshing sekalian setelah selesai membeli perlengkapan untuk packing esok hari.
--
"Zahra ada mau pergi kemana?" Tanya gua
"Bebas" jawabnya, lalu masuk ke bangku penumpang mobil
Warna langit beranjak berubah menjadi jingga ketika gua selesai membeli peralatan packing.
Gua memutuskan untuk mengajak Zahra ke stasiun alas tua yang terletak di bawah Fly Over Bangetayu.
Kabarnya stasiun ini hanya menjadi tempat pemberhentian sementara jika stasiun tawang dan poncol terendam banjir. Tapi entahlah, gua rasa hal itu tidak efektif karena daerah Bangetayu pun sering kebanjiran🤣
Banyak warga lokal yang juga menikmati sore hari di sini. Kebanyakan adalah orang tua yang mengajak anaknya untuk refreshing sekedar melihat kereta dari dekat.
Di belakang stasiun, terdapat rumah warga yang juga menjajakan beberapa jajanan dan minuman ringan.
Gua membeli beberapanya untuk camilan saat nongkrong di pinggir rel kereta.
Di pinggir rel kereta, gua duduk bersebelahan dengan Zahra menghadap ke selatan, di sisi barat, nampak jelas lalu lalang kendaraan di atas Fly Over Bangetayu.
"Ini kenapa keretanya ngga ada yang berhenti di sini?" Tanya Zahra
"Kan Semarang udah punya dua stasiun aktif, gede pula. Ngapain berhenti di stasiun kecil gini" jawab gua
"Tapi kan kasihan yang rumahnya daerah timur, kejauhan kalo ke stasiun tawang atau poncol"
"Udah, ngga usah dibikin pusing. Banyak hal lain yang harus dipikirin daripada beginian"
Seorang petugas keluar dari kantor, memegang peluit dan bendera seperti bendera pramuka. Memperingatkan warga yang bermain di tepi rel untuk menyingkir sejenak karena akan ada kereta lewat.
Besi rel dan roda kereta bergesekan begitu kencangnya, ditambah dengan suara bising dari mesin kereta. Angin kencang pun ikut bertiup seiring cepatnya laju kereta yang melintas di depan kami.
Gua melihat Zahra yang rambutnya terhempas angin. Seakan tak percaya, kecantikan, kebaikan hati, dan seluruh raga nya akan gua miliki dalam waktu singkat ke depan.
"Apa?" Zahra menatap balik gua ketika sadar sedang gua pandangi. Tangannya menyisir rambutnya yang sempat agak berantakan akibat kereta yang lewat tadi.
"Cantik" jawab gua singkat.
"Bentar deh, aku mau tanya. Mas Raja pernah punya cewek yang rumahnya deket sini ya? Kok tau tempat ginian?" Matanya menatap tajam gua, bertanya keheranan darimana gua bisa tahu tempat ini mengingat jarak rumah gua dan stasiun alas tua tidaklah dekat.
"Engga, cuma punya temen di deket Bonifasio situ" jelas gua
"Cewek?"
"Cowok, temen waktu masih suka balapan dulu"
"Ohh" ia memalingkan pandangannya ke arah rel lagi.
Tatapannya masih seperti menyimpan sebuah tanya. Seakan tak puas dengan jawaban gua.
"Emang ngapa sih?"
Ia tak langsung menjawab, meneguk sejenak minuman miliknya "Aku tuh kadang ngerasa ngga pantes. Masih banyak cewek cantik di luaran sana, tapi mas Raja malah milih aku"
"Gini deh.. kamu tau sendiri kan, cewek yang pernah deket sama aku tuh cakep-cakep?"
Zahra mengangguk
"Kalau aku udah milih kamu, apalagi sampai ke jenjang sejauh ini, berarti kamu udah lebih banget dari cantik"
Lengan baju gua ditariknya ke arah bawah "ngga boong?"
"Lah, masa Raja yang ganteng gini dibilang tukang boong"
"Ishhh" kali ini didorongnya tubuh gua menjauh sampai kursi yang kami duduki hampir terguling.
Zahra malah panik sendiri ketika kursi kami hampir terguling, ditambah minuman kami yang jadi tumpah.
"Tuh kan, kasar sih sama calon suami" ledek gua
"Lu mau yang kek gimana?" Tanya dia balik
"Serah dah, yang penting ngga resiko kena bareskrim" jawab gua, sambil menghindari saran dia yang mungkin tidak jauh-jauh dari 16 digit
Malam ini, gua mendatangi Izal untuk meminta beberapa saran pekerjaan dari internet yang bisa gua kerjakan secara flexibel tanpa mengganggu kuliah gua nantinya.
Setelah kejadian kemarin, Abah langsung melakukan pertemuan keluarga besar. Pihak Abah langsung meminta acara pernikahan dilaksanakan dengan segera. Tak ada pertimbangan tentang bagaimana gua akan menafkahi Zahra nantinya.
"Ntar bercocok tanam, atau ternak sapi. Terserah" ucap Abah dengan entengnya ke gua
Sekarang malah gua yang jadi pusing mencari uang untuk biaya resepsi.
Meskipun, Abah dan Papah sudah sepakat untuk memberikan gua modal penuh dalam acara nikah gua nanti.
Tapi, apa kata dunia?
"Lu kayaknya pernah mining monero deh ja. Coba buka, udah dapet berapa" celetuk Izal, mengingatkan bahwa gua pernah iseng-iseng menambang monero dengan VPS gratisan waktu itu.
Jari jemarinya mengetik situs minergate.com di address bar browsernya.
Gua mencoba mengingat-ingat email password akun beberapa lama, sampai akhirnya akun gua bisa terbuka. Di wallet terdapat jumlah monero yang berhasil gua kumpulkan.
"Ah elah, segini cuma bisa buat pesta bujang doang" keluh gua
Masa itu, monero berada di harga kisaran $100. Sedangkan monero yang gua kumpulkan mungkin hanya bisa untuk membeli beberapa krat congyang untuk suguhan anak-anak.
"Mau dicairin ngga nih?" Tanya Izal
Gua mengangguk, lalu menyalakan sebatang rokok.
Penyesalan gua saat itu, adalah mencairkan monero pada hari itu juga, padahal di akhir tahun, harga monero naik sampai 5 kali lipat seiring naiknya harga BTC. Beberapa hari gua ngga bisa tidur nyenyak karena hal tersebut.
"Andai saja gua bisa sabar dikit" batin gua
"Lu ngapa pusing-pusing, katanya biayanya ntar ditanggung bokap sama mertua lu?"
"Seenggaknya gua usaha gitu, ngga enak hati gua"
"Lagu-laguan lu, ja"
Gua tidur-tiduran di kamar Izal, mengacuhkannya yang sedang asik scrolling timeline facebook miliknya yang didominasi oleh tiga tema utama: Postingan heker, Anime, dan Game.
--
"Bapak kamu kan mekanik mesin jahit dek, kamu bikin brand clothing aja" cletuk Mbak Oliv
Gua duduk di teras depan rumahnya, menikmati secangkir kopi.
Sebelumnya, gua meminta saran kegiatan untuk menghasilkan uang kepadanya setelah waktu gua dengan Izal tak membuahkan hasil.
"Brandingnya lama, mbak. Lagian, aku ngga bisa desain" saut gua
Saran Mbak Oliv terdengar cukup masuk akal. Basic keluarga gua yang khatam berkecimpung di dunia garmen tentunya memudahkan gua jika ingin terjun ke dunia clothing.
Urusan produksi ngga bakal jadi masalah buat gua. Tapi setelah dipikir-pikir, apa artinya desain dan kualitas bagus jika tidak diimbangi dengan branding yang kuat?.
Apalagi branding produk jaman sekarang harus berani bakar uang. Hal tersebut tentunya butuh modal yang ngga sedikit.
"Lah trus apa lagi? Aku juga bingung"
Gua membuka browser HP dan mulai mencari-cari rekomendasi kegiatan mencari pundi-pundi uang.
Rata-rata sih jualan, tapi gua yang nantinya bakal aktif sebagai mahasiswa tentunya ngga bisa selalu standby berjualan.
Di sela-sela artikel yang gua baca, terdapat iklan-iklan salah satu marketplace yang baru saja masuk dari luar negeri.
Terpikirlah sebuah ide untuk berjualan di sana. Pertanyaan selanjutnya, apa yang harus gua jual?.
"Kalo jualan di marketplace, kira-kira yang muter duitnya cepet apaan mbak?" Tanya gua ke Mbak Oliv
"Menurutku sih barang-barang cewek gitu, kerudung contohnya" jelas Mbak Oliv
Dari tab browser, gua pindah tab ke messenger, mengetik pesan untuk Izal "kalo jualan di marketplace gitu, ada triknya ngga zal?"
Sekejap kemudian, ia membalas dengan mengirimkan sebuah link artikel. Gua baca sebuah artikel panjang bertemakan SEO.
Inti dari artikel tersebut adalah trik agar sebuah halaman di internet bisa muncul efektif saat seseorang mencari menggunakan search engine.
Satu persatu artikel dari website tersebut gua baca dan pelajari dengan teliti. Hingga akhirnya gua memahami sedikit cara optimisasi lapak marketplace yang akan gua buat.
"Grosir kerudung yang murah di mana mbak? Tau ngga?"
Mbak Oliv tak langsung menjawab, tetap mengunyah chip pedasnya dengan bola mata yang mengarah ke atas seperti mengingat-ingat sesuatu.
"Coba kamu ke Johar baru, kalo ngga ke kauman" jawabnya kemudian
Ke siapa gua harus mencari tau? Kalau wanita-wanita di sekeliling gua bukanlah pengguna hijab.
--
Semalaman gua melakukan riset harga pasar dan harga modal, ditambah dengan biaya operasional yang masih gua kira-kira karena belum tau pastinya.
Gua dapat info dari eyang putri bahwa salah satu temannya ketika bekerja di pabrik garmen jaman dahulu menjual hijab, kerudung, dan sejenisnya secara grosir.
Begitu gua rasa cocok dengan harga yang diajukan, gua dan Zahra langsung datang ke rumahnya untuk mengambil sample dan check kualitas produk.
Di rumah ini, juga digunakan sebagai gudang di bagian depan rumah. Terdapat banyak model dan warna hijab yang ditumpuk di rak susun di setiap sisi dinding ruangan. Nyaris tak ada sisi dinding yang kosong dibuatnya.
Segala pemilihan model dan warna gua pasrahkan ke Zahra.
"Semisal pengen warna yang lain, bisa mas. Pilih aja modelnya dulu" ucap ibu-ibu teman eyang.
Cukup lama gua menunggu Zahra memilih model yang cukup banyak tersebut. Ia asik membolak-balik catalog, lalu ke rak susun, diulang-ulang sampai tak terhitung berapa kali.
Beberapa model sudah gua pilih (Zahra yang milih tepatnya), dengan beberapa pilihan warna. Tak lupa, gua juga request warna yang belum ada, namun dengan model pilihan gua.
Setelah mengambil sample, segera gua pamit pulang untuk memulai sesi dokumentasi foto produk yang akan gua serahkan ke Mbak Oliv.
Sebagai anak DKV, tak sulit tentunya bagi dia untuk sesi foto dan editing.
Sampai di sini, gua sudah bisa sedikit lega. PR gua tinggal mencari suplier carton box, buble wrap, dan isolasi.
Itu urusan gampang, kedua eyang gua punya banyak teman keturunan tionghoa yang menjual kebutuhan-kebutuhan tersebut di daerah mataram, kebetulan kedua eyang gua pernah tinggal di daerah tersebut sampai jaman pertengahan orde baru.
Gua dan Zahra baru kembali ke rumah ketika malam sudah tiba.
Karena sedang semangat-semangatnya, gua sampai lupa bahwa perut gua terakhir diisi siang tadi.
Ketika sedang membuka Komputer untuk mengatur akun marketplace, Zahra datang memeluk gua dari belakang. Dagunya ia letakkan tepat di pundak gua.
Dengan lembut ia berbisik "udah, istirahat dulu. Mas Raja belum makan malem loh. Dilanjut besok ya. Sekarang makan dulu, abis itu tidur. Aku udah gorengin telor"
Di meja marmer dapur, kami makan berdua dengan lauk telor goreng buatan Zahra.
Ekspresinya masih ceria meskipun nampak jelas raut lelah di wajahnya. Gua jadi merasa bersalah karena membuat Zahra menjadi kelelahan hari ini.
"Besok apa agendanya?" Tanya Zahra di sela-sela kegiatan makan
"Paling beli peralatan packing doang" jawab gua
"Aku temenin ya?"
"Ngga usah, kamu istirahat aja"
"Yaah, aku bosen di rumah doang ngga ngapa-ngapain. Ngga enak sama tante" ucapnya lesu
Akhirnya gua menyerah. Mungkin karena gua dan Zahra sudah tak lagi bersekolah, jadi ia sungkan jika hanya berdiam diri di rumah ini. "Yaudah, besok ikut. Nanti kita jalan-jalan sekalian" gua mengusulkan untuk melakukan refreshing sekalian setelah selesai membeli perlengkapan untuk packing esok hari.
--
"Zahra ada mau pergi kemana?" Tanya gua
"Bebas" jawabnya, lalu masuk ke bangku penumpang mobil
Warna langit beranjak berubah menjadi jingga ketika gua selesai membeli peralatan packing.
Gua memutuskan untuk mengajak Zahra ke stasiun alas tua yang terletak di bawah Fly Over Bangetayu.
Kabarnya stasiun ini hanya menjadi tempat pemberhentian sementara jika stasiun tawang dan poncol terendam banjir. Tapi entahlah, gua rasa hal itu tidak efektif karena daerah Bangetayu pun sering kebanjiran🤣
Banyak warga lokal yang juga menikmati sore hari di sini. Kebanyakan adalah orang tua yang mengajak anaknya untuk refreshing sekedar melihat kereta dari dekat.
Di belakang stasiun, terdapat rumah warga yang juga menjajakan beberapa jajanan dan minuman ringan.
Gua membeli beberapanya untuk camilan saat nongkrong di pinggir rel kereta.
Di pinggir rel kereta, gua duduk bersebelahan dengan Zahra menghadap ke selatan, di sisi barat, nampak jelas lalu lalang kendaraan di atas Fly Over Bangetayu.
"Ini kenapa keretanya ngga ada yang berhenti di sini?" Tanya Zahra
"Kan Semarang udah punya dua stasiun aktif, gede pula. Ngapain berhenti di stasiun kecil gini" jawab gua
"Tapi kan kasihan yang rumahnya daerah timur, kejauhan kalo ke stasiun tawang atau poncol"
"Udah, ngga usah dibikin pusing. Banyak hal lain yang harus dipikirin daripada beginian"
Seorang petugas keluar dari kantor, memegang peluit dan bendera seperti bendera pramuka. Memperingatkan warga yang bermain di tepi rel untuk menyingkir sejenak karena akan ada kereta lewat.
Besi rel dan roda kereta bergesekan begitu kencangnya, ditambah dengan suara bising dari mesin kereta. Angin kencang pun ikut bertiup seiring cepatnya laju kereta yang melintas di depan kami.
Gua melihat Zahra yang rambutnya terhempas angin. Seakan tak percaya, kecantikan, kebaikan hati, dan seluruh raga nya akan gua miliki dalam waktu singkat ke depan.
"Apa?" Zahra menatap balik gua ketika sadar sedang gua pandangi. Tangannya menyisir rambutnya yang sempat agak berantakan akibat kereta yang lewat tadi.
"Cantik" jawab gua singkat.
"Bentar deh, aku mau tanya. Mas Raja pernah punya cewek yang rumahnya deket sini ya? Kok tau tempat ginian?" Matanya menatap tajam gua, bertanya keheranan darimana gua bisa tahu tempat ini mengingat jarak rumah gua dan stasiun alas tua tidaklah dekat.
"Engga, cuma punya temen di deket Bonifasio situ" jelas gua
"Cewek?"
"Cowok, temen waktu masih suka balapan dulu"
"Ohh" ia memalingkan pandangannya ke arah rel lagi.
Tatapannya masih seperti menyimpan sebuah tanya. Seakan tak puas dengan jawaban gua.
"Emang ngapa sih?"
Ia tak langsung menjawab, meneguk sejenak minuman miliknya "Aku tuh kadang ngerasa ngga pantes. Masih banyak cewek cantik di luaran sana, tapi mas Raja malah milih aku"
"Gini deh.. kamu tau sendiri kan, cewek yang pernah deket sama aku tuh cakep-cakep?"
Zahra mengangguk
"Kalau aku udah milih kamu, apalagi sampai ke jenjang sejauh ini, berarti kamu udah lebih banget dari cantik"
Lengan baju gua ditariknya ke arah bawah "ngga boong?"
"Lah, masa Raja yang ganteng gini dibilang tukang boong"
"Ishhh" kali ini didorongnya tubuh gua menjauh sampai kursi yang kami duduki hampir terguling.
Zahra malah panik sendiri ketika kursi kami hampir terguling, ditambah minuman kami yang jadi tumpah.
"Tuh kan, kasar sih sama calon suami" ledek gua
Quote:
japraha47 dan 13 lainnya memberi reputasi
14