Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dodydrogbaAvatar border
TS
dodydrogba
Kisah Time Travel via Ghaib "Tersesat di Tahun 1932 Saat Mendaki di Gunung Arjuno"
Kisah Time Travel via Ghaib "Tersesat di Tahun 1932 Saat Mendaki di Gunung Arjuno"

Kali ini ane mencoba menceritakan kisah dari salah satu kanal Yutub Konten Horor yang mengangkat kisah horor asli dari berbagai narasumber (sumber tertera) yang menceritakan kisah horor pendakian tidak pada umumnya. Biasanya kalau mendengar cerita horor pada saat pendakian, rata - rata akan bertemu sosok seperti kunti, pocong, atau demit setempat, atau masuk ke kerajaan kuno, atau gangguan lainnya. Namun kali ini cerita ini akan sedikit berbeda karena tidak akan bertemu hal tersebut namun mengalami perjalanan lintas waktu dan ruang.

Pendakian Ke Gunung Arjuno

Sebut saja Kinan dan kawan - kawannya ingin mendaki ke Gunung untuk refreshing atau mencari inspirasi sejenak dari kegiatan kampus. Pada saat itu mereka tidak bilang ke orang tua, Kinan dan 4 temannya (kelimanya cowok) bahkan rela bolos kuliah. Rencananya mereka mendaki selama 4 hari dan mendaki pada bulan Maret. Sebelum berangkat mereka membagi tugas untuk mempersiapkan pendakian.

Singkat cerita, mereka pun sudah sampai basecamp, pada sore hari. Di basecamp mereka lalu packing - packing ulang dan bersiap untuk mendaki, pendakian pun dimulai. Ketika mendaki ternyata rencana tidak berjalan dengan lancar. Salah satu teman mereka sebut saja Ujik minta istirahat terus.

"Woy, tunggu bentar, gue capek nih," keluh Ujik.

Teman - temannya pada heran, jalan bentar lalu istirahat lagi, jalan bentar lalu istirahat lagi, hingga 4 jam sampai ke pos 2. Mereka pun langsung masang tenda, lalu masak makanan, ada yang memasak mie rebus, mie goreng dan sebagainya. Tentunya biar suasana sebagai hangat, mereka pun mulai bercanda - canda atau bersenda gurau. Namun, ketika masakan sudah matang, tiba - tiba suasana berubah jadi hening menakutkan. Mereka pun memilih masuk ke dalam tenda masing - masing, lalu memakan makanan yang sudah dimasak tadi.


Terlempar Ke Masa Lalu

Kinan yang habis makan di dalam tenda, ia pun lalu menaruh piringnya di luar tenda. Setelah menaruh piring dan berada di tenda kembali, keanehan kembali dirasakan oleh Kinan. Entah kenapa, Kinan merasakan pundaknya pegal - pegal atau berat, ditambah matanya juga berkunang - kunang. Tidak ingin terjadi apa - apa, Kinan yang berada satu tenda dengan Ujik pun minta ijin dengan Ujik untuk tidur duluan.

Dari tidur inilah, petaka keanehan dimulai, selang beberapa lama Kinan pun merasakan dentuman keras yang berasa di dekat dia. Ia pun langsung terbangun karena hal itu, dan terperangah lah di dengan keheranan sekaligus perasaan yang mencekam. Kini ia terbangun di sebuah kamar yang sangat asing bagi diia, yang dindingnya terbuat dari kayu, begitu pula dengan kasur yang terbuat dari dipan kayu dengan alas tikar. Ia merasa kamar yang dihuninya juga terasa jadul.

Si Kinan yang masih keheranan, karena sebelumnya masih berada di gunung, mencoba mencubit tangannya, untuk memastikan yang ia alami adalah beneran nyata.

"Aduuh," Kinan merintih kesakitan.

Yang membuat semakin heran, ia merasa yakin jika ia tertidur malam hari, namun merasa sebentar tertidur, pas bangun sudah siang.  Karena ia merasa panas, ia lalu melepas mantelnya, hingga hanya mengenakan kaos pendek dan juga celana kain. Ia juga menyadari kalau masih mengenakan pakaian yang sama. Kinan lalu berinisitatif keluar rumah untuk mengurangi penasarannya. Ia pun terkejut ketika berada di luar, ia berada di sebuah pedesaan yang sangat kuno. Rumah - rumah di sana terbuat dari anyaman bambu yang sederhana, begitu peralatan makanan yang terbuat dari kayu, dan di pedesaan itu dikelilingi oleh pepohonan yang rindang.

Tentu hal ini membuat Kinan semakin panik, ia mencoba berteriak, siapa tahu ada temannya mendengar atau melihatnya.

"Tolongg!!! Tolonggg!!!" teriak Kinan.

Usahanya sia - sia tidak ada teman yang datang, Kinan yang kebingungan itu terkejut setelah pundaknya ditepuk oleh seseorang.

"Baru pulang Ko" tanya seseorang dalam bahasa Jawa.

"Ko?" Kinan keheranan.

"Walah Ko ... Joko, baru setahun di kota kok sudah lupa sama nama sendiri, jangan - jangan aku juga dilupakan?" ujar pria yang menepuk pundak tadi.

"Joko?" Kinan semakin keheranan.

"Iya kamu Joko, kan aku Kadiman," jawab Kadiman.

"Tunggu - tunggu mas, ini saya di mana ya?" tanya Kinan yang masih ling lung itu.

"Ya di desa kitalah Kedawung, rumah mu yang di barat, itu rumah ku. Kamu kenapa ya ko, kok kayak orang linglung," kini gantian Kadiman kebingungan dan keheranan.

"Joko, Desa Kedawung, ini aku diprank atau bagaimana ya" pikir Kinan dalam batinnya.

Kinan lalu berinisiatif meminta bantuan ke Kadiman, "Mas, aku boleh pinjam HP nya, ndak, saya mau kabarin teman saya nih, biar bisa jemput ke sini, siapa tahu kan bisa pakai maps."

Joko yang tidak mengerti apa yang dikatakan Kinan pun tertawa terbahak - bahak, bisa dimaklumi, jaman segitu handphone belum lahir. Mungkin saja jaman segitu sudah ada telephone kuno, tapi kurang tahu pasti apakah sudah masuk di pedesaan atau belum. Bagi Kadiman, si Kinan ini kayak lagi bercandain dia, Kadiman sendiri tidak tahu benda apa yang dimaksud oleh si Kinan ini.

Bagi Kadiman, jika ingin mengirim pesan, ya tentu lewat pos. Kadiman lalu menjelaskan bahwa jika ingin mengirim pos, buka nya ya hari Senin sampai Jumat, karena pada saat itu hari Sabtu, tentu saja pos tidak buka atau libur. Kadiman lalu menambahkan jika ingin ke kantor pos, jaraknya lumayan jauh, yaitu sekitar 8 kilometer.

Belum selesai rasa heran Kinan, rasa terkejutnya semakin bertambah, setelah ia melihat kalender yang ada di dinding.

"KALENDER TAHUN 1932"

Ia mengucek - ngucek matanya, memastikan apa yang ia alami hanyalah ilusi belaka. Tapi sayangnya itu hanya sia - sia, karena kalendar itu tetap tidak berubah. Si Kinan kini terjebak di tahun 1932, tepatnya pada saat Indonesia masih di jajah Belanda.

Mencoba Kembali Pulang (Kelanjutan)


Jantungnya kini serasa lepas, tentu ia panik tak karuan, dalam hatinya berpikir jika ia tidak bisa balik, atau mungkin dirinya sudah mati. Tak cukup sampai situ, orang - orang desa terus menatap Kinan dengan tatapan yang aneh, layaknya orang sedang mengalami gangguan jiwa.

"Mas, mas, orang - orang itu kenapa ya? Masak ngelihat saya kayak gitu banget?" tanya Kinan kebingungan.

"Wajar aja, mereka ngira kamu suruhan Belanda. Jika kamu orang biasa, tidak mungkin punya bagus seperti ini," jawab Kadiman tengah melihat pakaian modern yang dikenakan Kinan.

Mendengar hal itu, Kinan menjelaskan padanya bahwa dirinya bukanlah orang yang jahat. Kinan lalu menceritakan pada Kadiman awal kejadian ketika ia mendaki ke Gunung Arjuno hingga terbangun di desa Kadiman. Mendengar hal itu, sontak membuat Kadiman tertawa, ia pun merasa bahwa Kinan itu terlalu mengada - ngada. Namun ekspresi serius yang terlihat di muka Kinan, membuat Kadiman berhenti tertawa,

Kinan juga meyakinkan bahwa dirinya bukanlah Joko seperti yang dimaksud Kadiman. Memastikan bahwa mereka berdua adalah sosok yang berbeda. Mencoba untuk memastikan lagi, Kadiman lalu mengecek tangan Kinan, setelah tahu tidak ada tanda lahir di tangan Kinan. Kadiman kini yakin bahwa Kinan bukanlah Joko. Setelah bahwa sosok yang ada di depannya bukanlah Joko, Kadiman pun menghela nafas.

Joko sendiri merupakan teman Kadiman sejak kecil, ia lalu dibawa oleh Belanda sebagai Budak. Setelah itu keberadaan Joko susah dicari.

"Iya benar, rumah mu bukan di sini, pulanglah!" ucap Kadiman.

"Makasih ya mas, lalu saya harus ke mana ini?" tanya Kinan yang merasa senang.

Kadiman lalu menunjuk ke arah jalan turunan yang tak jauh dari mereka, Kinan pun lalu berjalan mengikuti arahan Kadiman.


Kelanjutan - Berhasil Kembali Ke Masa Sekarang

Perlahan, Kinan pun menyusuri jalan ke bawah yang diberitahu oleh Kadiman, setelah beberapa langkah ia menengok ke belakang. Ia melihat Kadiman, mukanya diselimuti dengan kesedihan, seakan Kadiman tak rela Kinan pergi. Kinan lalu terus melanjutkan jalannya. terakhir ia melihat kembali ke belakang, Kadiman beserta Desa itu samar - samar mulai menghilang. Dalam hatinya, ia sembari mengucapkan terima kasih kepada Kadiman yang telah membantunya pulang.

Di perjalanan ke bawah, keanehan mulai bermunculan kembali, ia melihat ibu - ibu di sisi kiri dan kanan. Ibu - ibu itu menggunakan kebaya putih polos dengan jarik motif parang di bagian bawahnya. Rambut mereka disanggul dengan hiasan seperti bunga segar. Mereka juga membawa nampan dari anyaman bambu yang mereka gendong atau ditaruh di kepala. Isi nampan itu ada rempah, sayur dan padi yang belum disemai.

Para ibu - ibu itu sendiri seperti tidak menoleh ke arah Kinan, dan uniknya ketika Kinan pergi ke bawah, ibu - ibu itu akan berjalan ke atas dan ketika Kinan ke atas, maka ibu - ibu itu ke bawah. Para ibu - ibu itu juga berbicara dalam bahasa yang Kinan sendiri kurang mengerti. Satu hal yang membuat Kinan merinding ialah, tiap pupil mata mereka selalu ada cincin ke abu - abuan di tengahnya. Di setiap pinggiran pupil juga terdapat warna biru aqua, batin Kinan pun menyangka bahwa yang ia lihat beneran manusia atau bahkan setan.

Ketika lagi fokus melihat ibu - ibu yang aneh itu, Kinan mendengar suara kakek yang juga membuatnya merinding. Suara itu seolah memanggil Kinan untuk pulang, "Pulang Nak!!!". Tubuhnya tiba - tiba terlempar ke sebuah lingkaran putih yang besar. Setelah masuk lingkaran itu, Kinan tiba - tiba terbangun di sebuah rumah sakit. Hal itu pun membuat keluarga, teman dan doktor cukup terkejut. Kinan ternyata lagi koma di rumah sakit selama 3 hari, bahkan menurut dokter Kinan tidak punya harapan lagi. Keajaiban itu membuat teman dan keluarga bersyukur. Bapak Kinan sendiri merasa bahwa Kinan juga belum waktunya meninggal, ia hanya tersesat.

Diperingatkan Oleh Sosok Bapak Misterius

Salah satu temannya Ujik merasa bahwa di keesokan hari pada saat Kinan ijin tidur, Kinan tidur dengan posisi yang aneh, dengan posisi bersedekap tangan dengan kulit putih memucat namun detak jantung masih ada. Kinan dibangunin oleh teman - temannya, namun ia tidak bangun - bangun. Teman - temannya pun berinisiatif untuk membawanya turun dan mencari pertolongan. Ketika sampai bawah, mereka bertemu dengan sosok bapak misterius yang sedang marah terhadap mereka.

"Kalau punya tulang iga yang renggang, harusnya dijaga baik - baik," ucap bapak itu.

"Kalau sudah pindah alam begini, siapa yang mau tanggung jawab. Jangan sembrono nak, ini gunung. Semoga cepat kembali ya Nak, kasihan orang tua mu," tambahnya.

Semua orang di sana pun dibuat keheranan oleh sosok bapak itu, petugas bukan, petuga juga bukan, benar - benar misterius. Setelah mengucapkan itu, bapak tadi pergi begitu saja dan tidak ada yang tahu maksud dari omongannya. Setelah kejadian itu, orang tua Kinan membawa Kinan ke rumah sakit hingga oleh dokter dinyatakan koma. Dan akhirnya Kinan kembali sadar dan membuat orang sekitarnya merasa lega dan bersyukur.

Ada yang beranggapan bahwa inilah mungkin yang dimaksud tersesat, selebihnya hanya yang kuasa yang tahu.

Dari kisah di atas kita bisa ambil kesimpulan bahwa ketika naik gunung, kita harus menghormati etika yang ada, menjaga sopan santun dan jangan sembrono. Dan jangan lupa selalu lah meminta ijin atau restu dari orang tua sebelum mendaki gunung.

- TAMAT -


Sumber (Bisa diklik link tautan)
Diubah oleh dodydrogba 06-03-2022 06:16
prabas
imambudianto374
tulip.putih
tulip.putih dan 10 lainnya memberi reputasi
11
4.5K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.7KThread43.1KAnggota
Tampilkan semua post
bukhoriganAvatar border
bukhorigan
#1
nice gan, true story kah?
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.