- Beranda
- Stories from the Heart
Penunggu Danau Ranu Kumbolo Semeru
...
TS
xandler
Penunggu Danau Ranu Kumbolo Semeru

Quote:
GIF
Sebelum membaca harap di perhatikan terlebih dahulu beberapa point di bawah ini ;
1.ini berkisah dari teman wanita saya, namun banyak bagian yang sengaja saya lebih-lebih kan, jadi anggap saja 90% story ini adalah fiksi.
2.ini adalah short story, yang mungkin hanya akan tamat 3-5 part.
3.Update untuk story ini maksimal 3 hari sekali.
4.Genre pembunuhan, horor dan survival.
5.Di larang mempublikasikan ke dalam media ap pun, dengan tujuan ke untungan sendiri, tanpa persetujuan penulis.
1.ini berkisah dari teman wanita saya, namun banyak bagian yang sengaja saya lebih-lebih kan, jadi anggap saja 90% story ini adalah fiksi.
2.ini adalah short story, yang mungkin hanya akan tamat 3-5 part.
3.Update untuk story ini maksimal 3 hari sekali.
4.Genre pembunuhan, horor dan survival.
5.Di larang mempublikasikan ke dalam media ap pun, dengan tujuan ke untungan sendiri, tanpa persetujuan penulis.
Quote:
Part 1 : Malam Pertama
"kakak.. baju nya udah di masukin semua?". tanya ibu dari lantai bawah.
"udah kok mah". saut ku.
"cepetan.. nanti malah ketinggalan bus nya". ujar nya.
"iya mah, ini udah selesai kok". saut ku.
Aku sekarang sedang merapihkan beberapa pakaian dan juga peralatan yang akan ku pakai untuk camping sekolah. Waktu keberangkatan adalah pukul 9, sedangkan sekarang sudah pukul 8, dan aku masih sibuk memilih-milih baju.
Bukan karna aku ingin di perhatikan, karna aku orang nya tidak tahan dingin, jadi aku berfikir lebih baik untuk menggunakan pakaian tebal, namun di satu sisi aku juga tidak tahan panas, aku kembali melepas pakaian tebal ku.
Inilah karakter ku, begitu repot dan suka overthinking, padahal aku hanya perlu memakai jaket, dan jika suhu di dalam bis tidak dingin, aku hanya perlu melepas nya.
Tidak hanya itu, rambut ku yang panjang pun juga menjadi sumber masalah untuk ku, jika ku ikat maka rambut ku akan kusut, dan jika tidak ku ikat, aku akan kepanasan. Namun jika aku potong pendek, aku malah tidak menyukai nya. Terkadang aku suka merasa kesal terhadap diri ku, yang suka berlebihan berfikir.
.
.
Perkenal kan, namaku adalah Riska, sekarang aku duduk di kelas 2 SMA, kini aku sedang berlari menuju sekolah, dengan tas yang cukup berat ku gemblok, dengan nafas begitu kembang kempis, aku paksakan kaki ku untuk tetap berlari.
"hadeh... kebiasaan banget kamu Ris". ujar Hendra, ia adalah ketua kelas ku.
"ehh ia maaf hen... bangku aku dimana?". tanya ku dengan nafas senin-kamis.
"itu sama Tian, di belakang". ujar hendra sembari menunjuk.
"ihhh.. kok sama tian sih? nanti kalo dia kesurupan lagi gimana". ujar ku.
"ya kamu doain biar sembuh... yaudah sana, udah telat masih aja bawel.. heran". celetuk hendra kesal.
Tian adalah seorang pria yang begitu pendiam di kelas ku, banyak murid di kelas yang menjauhi nya, karna banyak murid kelas ku yang takut kepada nya, bukan karna dia sok jagoan atau apa pun itu, selama hampir 2 tahun dia bersekolah di sini, dia sudah kesurupan hampir 5 kali.
Sedangkan aku, aku tidak membenci nya, terkadang aku juga merasa kasihan kepada nya, karna dia selalu sendirian di kelas, bahkan ketika ada tugas kelompok, dia selalu seperti di asing kan. Namun apa daya, aku yang juga takut terhadap nya, memilih untuk ikut menjauhi nya.
.
.
Aku dengan terpaksa menghampiri bangku dimana Tian berada, karna seluruh bangku sudah terisi penuh, aku pun menaruh tas ku di atas dan duduk di samping nya.
aku mendapat ledekan dari teman kelas ku yang lain, karna duduk di samping nya, aku hanya bisa menghela nafas, menahan rasa sebal atas ledekan mereka. Sedangkan Tian, dia seperti sudah terbiasa akan hal itu, ia hanya membaca buku tanpa menghiraukan yang lain.
"Anak-anak, Tolong perhatian nya ya.. Perjalanan menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru akan segera di laksanakan, mohon Doa nya agar perjalanan kita bisa selamat sampai tujuan". ujar Bu Elis, Wali kelas kami menggunakan mic di samping supir.
Dengan 3 bus yang masing-masing berisi 28-30 orang, kami berangkat menuju Semeru dengan penuh semangat, tanpa tau apa yang akan terjadi kepada kami nanti, jika saja aku tau apa yang akan menimpa kami di sana, aku akan menghentikan perjalanan ini apa pun resiko nya.
.
.
*Sekitar 23 jam kemudian.....
Kami akhirnya sampai di sebuah restoran di dekat gunung Bromo, sekedar mengistirahatkan badan sejenak dari panjang nya perjalanan sebelum nya.
Kini aku sedang duduk di meja makan bersama Indri, dewi dan geri. Kami sedang menyantap makanan yang sudah di sediakan oleh pihak sekolah.
"eh tadi gimana rasa nya berduaan sama tian?". ledek Gerry.
"gpp sih, dia juga diem doang sepanjang perjalanan, malah enak.. jadi bisa tidur tenang". jawab ku.
"cieee yang tidur sama pangeran nya". ujar Dewi dengan nada meledek.
"bodo amat". saut ku.
Sekitar 1 jam lebih kami beristirahat di restorant, kami mulai mempersiapkan bawaan kami dan akan mulai mendaki gunung Semeru, karna kami semua akan mendirikan camp di pinggir danau Ranu Kumbolo. Dan akan menginap 3 malam di sana.
Setelah kurang lebih 30 menit berjalan, kami yang ingin segera menuju danau harus bersabar, di karnakan kabut yang hampir menutupi seluruh tempat di danau, jadi guru kami tidak berani mengambil resiko karna takut akan tersesat.
Dan para Guru akhir nha memutuskan untuk menginap di salah satu motel terdekat, yang tidak begitu jauh dari lokasi danau.
"satu kamar berlima ya, untuk kunci kamar nanti akan di bagikan pak Sutoyo.. dan satu lagi, wanita dan Pria tidak boleh satu kamar". ujar Bu Elis.
"iaaa buu". saut para murid.
Aku mendapatkan kamar di lantai 2, bersama Dewi,Anggi,Ana, dan juga Yani. Karna hanya ada 1 kasur di dalam nya, kami memutuskan untuk melakukan hompimpa, dan 2 orang yang kalah, akan tidur di lantai. Dan aku lah yang akhirnya harus tidur di lantai bersama dengan Anggi.
Aku dan Anggi tidur di depan kasur, dekat dengan TV, ada juga jendela besar di sebelah kasur. Aku mempersiapkan kantung tidur yang memang sengaja ku bawa untuk camping nanti.
Waktu menunjukan pukul 9 Malam, Bu Elis di temani Pak Danang, mengitari tiap kamar untuk mematikan lampu dan juga menyurug para murid untuk segera tidur.
"yaelah bu.. baru juga jam 9". ujar ku.
"ga ada alesan, besok kita bakal cape sama kegiatan, jadi sekarang istirahat". saut Bu Elis sembari mematikan lampu dan menutup pintu.
Akhir nya kami semua memutuskan untuk segera tidur, karna tidak ingin mencari masalah dengan Bu Elis wali kelas kami, karna dia di kenal sebagai guru yang begitu tegas dan tidak segan-segan menghukum murid atau parah nya akan menurunkan nilai kami.
*Pukul 11 malam.
*TOK TOK TOK*
Terdengar suara ketukan dari jendela di samping kami, aku pun jadi terbangun karna suara ketukan itu, aku memang cukup sensitif dengan bunyi ketika tidur.
*TOK TOK TOK*
Kembali terdengar suara ketukan di jendela, yang kali ini mulai membuat ku takut, aku pun memeriksa seluruh teman sekamar ku, dan mereka semua masih tertidur, jadi seharus nya bukan mereka yang mengetuk-ngetuk jendela tersebut.
*TOK.. BRAKK... TOK... BRAKKK....*
Kali ini tidak hanya suara ketukan, namun seperti seseorang yang sedang memaksa membuka jendela.
Aku yang semakin ketukan, dengan panik mencoba membangun kan Anggi yang tidur di samping ku, namun dia yang seperti nya sudah sangat kelelahan, tidak menggubris ku.
*BRAAAKK.... BRAAKKK... BRAAAKKK*
kali ini hanya ada suara seperti seseorang yang mencoba paksa untuk membuka jendela dari luar, semakin lama semakin kencang suara nya.
Aku pun langsung mengambil sapu tangan di samping ku, karna aku tidak punya selimut untuk menutupi wajah ku. Aku hanya ingin berpura-pura tidak mendengar nya.
Tiba-tiba saja suara tersebut berhenti begitu saja, suasana menjadi begitu hening di dalam kamar, aku pun memberanikan diri untuk menengok ke arah jendela.
Aku bangkit berdiri dan membuka tirai jendela secara perlahan.. dan....
Tidak ada apa-apa, aku pun bisa bernafas lega, aku kembali menutup Tirai jendela dan untuk melanjutkan tidur ku. Namun baru saja aku ingin memejam kan mata..
"BRAAKKKKK"
Terdengar suara bantingan pintu kamar mandi yang sangat kencang, aku pun begitu kaget sampai langsung berdiri karna nya.
Namun aneh nya tidak ada satu pun dari teman-teman ku yang bangun dengan suara itu, bahkan ketika aku mencoba untuk menggoyang-goyang kan tubuh mereka, mereka sama sekali tidak merespon.
"Anggi.... Dewi... bangun dong semua ya tuhannn". ucap ku sembari menangis.
Aku hanya bisa menangis sembari menggoyang-goyangkan tubuh teman ku yang masih tertidur.
ketika aku kembali menengok ke arah pintu masuk kamar, di tengah gelap nya kondisi saat ini, aku meliha sesosok pria berbadan kurus berwarna hitam berdiri di sana, aku tidak bisa memastikan siapa dia.
"nak.."
"nak.."
Aku hanya bisa melihat nya seperti sebuah Silurt hitam, yang aku dapat lihat hanyalah mulut nya ketika dia sedang berbicara.
"Ya tuhann....ya tuhannn... pergii tolong pergi".
Aku memutuskan untuk menutup mata sembari jongkok di tengah-tengah kasur bersama teman-teman ku yang masih tertidur.
"Ris".
Panggil Dewi yang tertidur di sebelah ku, tanpa menengok atau menggerakan badan nya.
"Dewi? bangun wi... ". ujar ku senang mendengar suara nya.
"Ris.. kamu di sini aja ya, temani mereka". ujar nya yang masih diam tak bergerak.
"eh.. kamu ngomong apaan sih wi". saut ku.
Aku yang kesal langsung menarik paksa tubuh Dewi dan memaksa memalingkan wajahnya ke arah ku... namun...
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA". teriak ku terkejut.
"Ris... mau ya temani mereka".
Yang sedang aku lihat bukanlah wajah Dewi, melainkan sesosok yang tidak memiliki wajah, dan juga botak. ia hanya memiliki dua lubang kecil di hidung, tanpa batang hidung. Dan Mulut.
"Risss... mau ya". ujar nya kembali dengan suara Dewi.
"TOLONGGGG ... TOLONGGGGGG..." Teriak ku sembari meninggalkan kasur.
Aku yang ingin segera meninggalkan ruangan, malah terjatuh dan kepala ku terbentur lantai cukup keras, sampai-sampai perlahan aku mulai kehilangan kesadaran ku.
.
.
.
.
.
"RISSS BANGUN RISSS KAMU KENAPA?". terdengar suara yang tidak asing.
"tolongg... tolonggin aku". ujar ku dengan mata yang mencoba untuk ku buka.
"istighfar Ris, bangun...". ujar nya kembali.
Aku pun membuka mata secara perlahan, dan melihat ada Bu Elis dan teman-teman sekamar ku sedang duduk mengitari ku.
"bu.. tolong bu". ujar ku kembali dengan tangis.
"udah gpp... itu cuma mimpi kamu aja". ujar Bu elis sembari memeluk kepala ku dan mengelus nya.
Tunggu.. Apa yang barusan yang aku alami tadi hanyalah sebuah mimpi, jika iya, kejadian itu terlihat begitu nyata. Namun aku bersyukut jika itu hanyalah sebuah mimpi.
Wajah Bu Elis terlihat begitu kahwatir, ia bahkan membiarkan ku menaruh kepala ku di pangkuan nya, sembaru terus mengelus-elus kepala ku.
"maaf bu.. kaya nya aku mimpi buruk". ujar ku yang mencoba untuk senyum.
"iya gpp, hari ini kamu istirahat aja ya, nyusul ke camp di danau nya nanti aja kalau kamu sudah baikan". ujar nya.
"ia bu.. makasih banyak". jawab ku.
Dengan perasaan yang mulai tenang, aku pindah dari lantai dan tidur di kasur, dengan Bu Elis yang enggan meinggalkan ku dan berjaga di samping ku.
Aku pun merasa begitu lega, setelah menyadari kalau yang aku alami barusan hanya lah mimpi, namun ...
"Hai Ris".
Tiba-tiba saja mahkluk tanpa wajah itu kembali muncul tepat di depan ku.
*AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA*
.
.
.
.
Spoiler for For Part:
Diubah oleh xandler 30-08-2022 01:46
bebyzha dan 64 lainnya memberi reputasi
65
25.3K
Kutip
146
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
xandler
#95
Quote:
Part 7-1 : Selamat Tinggal
*Dalam Part ini, akan memakai sudut pandang Tian*
Mereka berteriak-teriak untuk menyengamati hati mereka yang sedang di liputi ketakutan, berkat dukungan semangat dari Riska, para pria pun semakin menjadi-jadi.
Mungkin Riska tidak tau, sebenarnya dia adalah Ratu kelas sekaligus Ratu di sekolahan kami, banyak sekali murid pria di sekolah kami menyukai nya.
Dia begitu populer bahkan sampai ke sekolah sebelah, sebenarnya ada beberapa pria yang meminta mencoba mendekati nya dari sekolah sebelah, namun selalu di hentikan oleh murid di sekolah kami, karna bagi fans nya di sekolah, dia adalah Ratu untuk di puja, dan tidak ada yang boleh memiliki nya.
Mungkin itu hanya ungkapan putus asa dari mereka, yang sadar kalau mereka tidak mungkin bisa mendapatkan Riska, ya meskipun Riska sendiri ku yakin tidak akan begitu perduli meskipun dia mengetahui fakta ini.
Dan.. aku adalah salah satu dari mereka..
.
.
Satu persatu dari kami mulai meninggalkan Tenda untuk menuju Danau, karna sebelum nya kami telah mendiskusikan rencana untuk dapat mengalahkan dua bersaudara itu, namun.. baru saja kami meninggalkan tenda.
"RISKKAAAAAAA????". Teriak anggi panik.
Aku yang berada di baris paling depan pun langsung berlari menembus barisan untuk kebelakang dan menanyakan Anggi.
"kenapa nggi?". tanya ku bingung.
"Riska.. yan. tiba-tiba ilang". saut Anggi dengan wajah panik.
"hahhh?? kok bisa?". tanya ku.
"gatau yan.. sumpah padahal dia aku rangkul sebelumnya". ujar Anggi kembali.
Aku langsung terduduk lemas, aku berfikir apa yang sebenarnya terjadi, apakah Riska mati? atau di lucik? jika mengingat percakapan kami dengan 2 jin tersebut sebelum nya, maka kemungkinan besar dia di culik, jika iya seharus nya Riska masih hidup.
Lalu apakah aku bisa tenang untuk sekarang, bagaimana bisa sukma tiba-tiba menghilang seperti itu, apakah fenomena seperti ini termasuk dalam hukum alam pada dimensi ini.
Semisal Riska saja bisa di culik seperti itu, mengapa mereka tidak melakukan nya dari awal, maka itu akan lebih mudah untuk mereka, apakah mereka membutuh suatu ritual ataukah energi yang cukup besar untuk melakukan nya.
Aku menengok ke arah murid lain, terlihat luntur nya semangat juang pada wajah mereka, aku pun langsung tersadar, kita tidak bisa seperti ini.
*PAAAAAAKKKK*
Aku menampar kedua pipi ku sendiri, terlihat mereka nampak bingung mengapa aku melakukan nya.
"Riska di culik". ujar ku kepada mereka.
"Di culik? bagaimana bisa?". tanya murid lain nya
"tenang lah... namun yang ku tau pasti, kalau Riska masih hidup, aku sangat yakin itu". ujar ku.
"Bagaimana kau bisa seyakin itu?". tanya Bu elis.
"kita hanya perlu yakin, karna alasan itu juga kita semua masih bisa hidup sampai saat ini, jika kita hanya diam merenung seperti ini... maka kita akan termakan jebakan mereka". ucap ku dengan nada agak keras.
"lalu bagaimana dengan rencana kita sebelum nya?". tanya Gerry.
"Kita akan tetap melakukan nya.. dan Gerry, aku ingin meminta tolong sesuatu kepada mu". ujar ku.
Lalu aku membisikan permintaan ku kepada Gerry, setelah mendengar permintaan ku, Gerry pun menganggukan kepala nya tanda menyetujui nya.
Lalu Gerry berdiri di sebuah batu, ia terlihat mengambil nafas panjang...
"DENGARKAN SEMUAAAAAAAAA".
"ILHAM.. APA-APAAN EKSPRESI MENYEDIHKAN MU ITU? APA KAU SUDAH SIAP UNTUK MENJADI SANTAPAN MEREKA?"
"MENGAPA KALIAN SEMUA MENUNDUKAN KEPALA? TAKUT MATI? JANGAN GILA.."
"BAGI KU SEMUA INI SAMA SEKALI TIDAK MENAKUTKAN, JIKA DI BANDINGKAN DENGAN MATA PELAJARAN BU ELISS".
Para murid terlihat mulai tersenyum dan tertawa kecil mendengar ucapan Gerry.
"LAGI-LAGI... MEREKA MENCARI GARA-GARA DENGAN RATU KITA, RATU YANG SELAMA INI MEMBERIKAN KITA SEMANGAT".
"SEMANGAT UNTUK BANGUN SETIAP PAGI, SEMANGAT UNTUK MASUK SEKOLAH SETIAP HARI, SEMANGAT UNTUK MENGIKUTI JAM OLAHRAGA".
"KALIAN LUPA? BETAPA MEMBOSANKAN NYA SAAT RISKA TIDAK MASUK? KALIAN TAU KAN? RASA NYA SEGERA INGIN PULANG, PULANG KE RUMAH RISKA".
*boooooooooo*
Sorakan yang di ikuti tawa oleh para murid, seperti nya Gerry mulai berhasil untuk mengembalikan semangat mereka.
*BYUUUUUUUURRRRRRRRRRRRR*
Tiba-tiba saja saat Gerry masih berpidato, muncul gelombang besar dari danau, yang mana langsung menyita fokus kami.
"Mereka datang". gumam ku.
Nampak lagi rasa takut mulai menyelimuti wajah mereka, karna ini adalah pertama kali nya bagi mereka melihat nya.
"Baiklah aku akan mulai rencana nya, kalian diam lah... biar aku yang berbicara". ucap ku sembari berjalan sendiri menuju tepi danau.
Tidak lama setelah gelombang besar, muncul sebuah mahkluk berwarna serba putih, yaitu Luna.. Namun kali ini dia sendidian, dimana Luno? namun melihat nya sendiri, semua nya jadi masuk akal.
Berarti hilang nya Riska memanglah ulah dari Luno, dan dia sedang bersama Riska saat ini.
"baiklah... 1 jam telah berlalu, kalian sudah berkumpul di sini, berarti kalian telah menyetujui persyaratan dari ku". ujar Luna dengan suara yang menggema.
"MAHKLUK BODOH... Kami di sini bukan untuk menyerahkan nyawa kami, melainkan untuk melawan mu". teriak ku.
"hah?? melawan ku? HAHAHAHA..... manusia seperti kalian? baiklah jika itu mau kalian, akan ku berikan kematian paling menyakitkan". ujar Luna.
Terlihat Luna sedang merapalkan sesuatu, langsung saja energi di sekeliling kami berubah menjadi dingin dan mencekam.
Tidak lama setelah nya, muncul mahkluk-mahkluk mengerikan dari dalam danau dan meranggkak ke tanah, mereka memiliki bentuk yang serupa, yaitu bertubug manusia yang begitu kurus, dengan rambut panjang dan tidak memiliki kaki, karna kaki nya di gantika oleh tangan, jadi mereka memiliki 4 tangan yang di gunakan untuk merangkak di tanah.
Memiliki rambut hitam dan berkulit putih, lalu mata nya yang seluruh berwarna hitam tanpa memiliki mulut, sungguh mengerikan, mereka juga mengeluarkan suara seperti jangkrik. Mereka berjumlah sekitar 20an.
Salah satu dari mereka merangkak ke arah ku dan terlihat bersiap untuk melompat ke arah ku... dan....
*BUUUUUKKKKKKK*
Tiba-tiba Gerry langsung menghajar nya tepat di wajah nya, sebelum mahkluk itu dapat meraih ku.
"GILA.... BENAR-BENAR BISA KENAA YANNN". ujar gerry begitu senang.
"sudah kukatakan bukan?". saut ku.
Rencana kami hanya lah satu, yaitu menyerang mereka dengan membabi buta, sebelum itu aku memberitaukan mereka sebuah amalan untuk memperkuat sukma.
Sebenarnya amalan ghaib tidak boleh di ucapkan oleh manusia yang tidak memiliki khadam, karna setiap amalan Ghaib pasti membutuhkan energi, dan energi dari khadam lah yang akan di gunakan jika manusia tersebut menggunakan sebuah amalan.
Namun dalam kasus sekarang berbeda, kami bukanlah berada di dunia manusia, melainkan dunia ghaib, dengan energi ghaib yang bertebaran dimana-mana, bahkan manusia biasa pun dapat menggunakan amalan.
Dan amalan yang ku bertitaukan kepada mereka adalah Amalan taqwiat al'arwah, yang berarti memperkuat arwah, biasa nya amalan ini di gunakan untuk mereka yang ingin melakukan proses pelepasan sukma untuk memasuki alam ghaib, atau bisa juga sebagai penangkal Santet.
.
.
Pertarungan cukup sengit, kami sangat kekurangan orang, karna Wanita yang ikut membantu bertarung hanyalah Yuni, selain itu mereka hanya berlindung di belakang.
Luna hanya diam sembari melayang di atas danau, ia hanya mengamati tanpa melakukan apa pun, aku mungkin mengalahkan 2-3 namun tidak mungkin lebih dari itu.
"GER---- hehh !!!.."
Aku di buat begitu terkejut saat melihat ke arah Gerry.
"kenapa yan?". tanya nya sembari meregangkan tangan.
"ah gpp gpp... lanjutkan". saut ku.
Saat aku melihat ke arah nya, ia sudah berhasil menumbangkan 5 mahkluk tersebut, seperti yang aku harapkan dari pentolan sekolah.
Namun selain Gerry, mereka begitu kesulitan melawan mahkluk tersebut, bahkan sudah dalam kondisi 3 vs 1 namun mereka masih saja kesulitan melawan nya.
dan benar saja..
*CROOOOTTTTTT*
"ILHAAAAMMMMMMMM"
Teriak Gerry yang melihat Ilham di tusuk pada bagian dada oleh mahkluk tersebut, melihat itu, Gerry langsung berlari menyelamatkan nya dengan mengahajar mahkluk yang telah menusuk ilham.
"Gery tenang lah... ingat ini bukanlah fisik kita". ujar yang masih di sibukan dengan perkelahian ku sendiri.
"Aku tau... tapi tetap saja..". jawab Gerry dengan wajah Geram.
"Aku tau perasaan mu Gerry, tapi ini bukan saat nya untuk termenung... kau adalah satu-satu nya tombak kami, jika sampai kau melemah, bagaiamana nasib yang lain". ucap ku yang mencoba untuk mengembalikan rasa percaya diri nya.
"hahhh benar... ini bukan saat nya seperti ini... MAJU KALIAN SEMUAAAAA". Teriak Gerry memprofokasi yang langsung menerjang kedepan.
.
.
Pertempuran masih terus berlanjut, kami telah kehilangan 3 orang pria termasuk Ilham di dalam nya, sedangkan mereka, hanya tersisa 3 pasukan milik Luna, kemenangan sudah di depan mata kami.
Setidak nya itulah yang aku fikirkan....
Tiba-tiba udara di sekitar menjadi dingin dan begitu mencekam, aku mendengar suara gemuru dari arah hutan. Terlihat Luna mengangkat kedua tangan nya dan melepaskan tongkat yang selama ini dia genggam ke danau.
"MATAHARI... BUMI... AKAN MENYESATKAN SETIAP MAHKLUK YANG MENGACAU... BUMI, DENGARLAH PERMINTAAN KU... HANCURKAN MEREKA YANG SELAMA INI SELALU MENJADI BENALU UNTUK MU".
Setrlah Luna berucap, tiba-tiba terjadi gempa yang maha dasyat, sampai-sampai aku tidak bisa berdiri tegap, bahkan mendengar ucapan nya saja sudah membuat kaki ku lemas.
Aku sampai jatuh terduduk, aku merasakan sesuatu yang mengerikan akan datang..
*HAAAAAAAAAAAAAA*
Tiba-tiba terdengar lengkingan teriakan di balik gunung di depan ku..
"A..apa i..itu yann??". ujar Gerry sembari menunjuk.
Aku melihat sesosok bayangan raksasa yang amat teramat besar, semakin besar nya, aku hanya bisa melihat kaki-kaki nya. Perlahan monster itu menunduk, dan aku mulai bisa melihat kepala nya..
Ia memiliki wajah layak nya manusia dengan janggut dan kumis yang begitu panjang, sungguh tubuh nya begitu besar... bahkan kepala nya saja, lebih besar dari gunung ini.
ia menunduk dan melihat ke arah kami, seolah sedang memperhatikan kami....
"A..apa kah dia adalah Dewa yang ia maksud?". gumam ku dalam hati.
"Ba..bagaimana cara kami bisa mengalahkan nya????". ucap ku.
Perlahan mahkluk raksasa itu membuka mulut nya, dan seperti ingin berbicara.
"Siiiaaapaaaa kaaalliiiaaaannnn??". ucap mahkluk besar itu dengan suara yang lamban namun begitu kencang.
Aku dan murid lain hanya bisa diam menatap mahkluk itu, seolah kami sedang menatap dewa kematian yang sudah siap mencabut nyawa kami kapa pun dia mau.
"AAaaaaakuuuuu beeerrrtaaaanyyaaaaa, siiaaapaaaa kaaaliiiaaaaannnn???". ujar nya kembali.
"Dewa... cabut saja segera nyawa mereka, merekalah yang akan menjadi persembahan ku untuk mu....". ucap Luna.
Lalu perlahan monster itu menggeser bola mata nya dan melihat ke arah Luna.
"aaaakuuuuu tiiiiidaaaakkkk beeerrbiiicaaraaa deeeengaaaann muuuu". ucap mahkluk itu.
Luna pun langsung terdiam seribu bahasa, dan tidak lagi berani berbicara.
Aku mengambil nafas panjang, untuk menangkan diri, namun tetap saja kedua tangan ku tidak berhenti gemetar.
"Dewa.... ma..maafkan kelancangan kami yang sudah seenak nya masuk ke wilayab mu, sungguh atas nama tuhan ku... kami tidak ada niatan sedikit pun untuk mengusik wilayah mu, kami hanyalah sekumpulan manusia yang ingin melakukan kegiatan di daerah ini". ujar ku sembari berdiri dan memberanikan diri menatap nya.
Terlihat mahkluk itu secara perlahan kembali menggeser bola mata nya dan menatap ke arah ku. Melihat dia menatap ku, gemetaran di tangan ku semakin tidak bisa ku tahan, aku pun menyembunyikan kedua tangan ku di belakang.
"siiiaaaapaaaa tuuuhaaaannn muuuu iittttuuuu????". tanya nya kepada ku.
"Allah... Allah SWT adalah tuhan ku, dan satu-satu nya tuhan ku".jawab ku dengan suara lantang.
"LUUUUNAAAAAAAAAA".... Teriak mahkluk itu.
"BOHONG DEWA.... MEREKA BUKANLAH HAMBA NYA, mereka mengatakan itu hanya ingin selamat.... mereka hanyalah hamba palsu yang menggunakan nama nya untuk menjadi tameng mereka... sama seperti persembahan sebelum nya, mereka hanyalah mahkluk penuh maksiat dan tidak pantas untuk hidup". ujar Luna dengan kepanikan.
Mahkluk besar itu meilirik sebentar dan kembali menatap Luna.
"Kaaauuuu luuupaaaa siiiiaaapaaaa aaaakuuuuu Luunaaaaa? leeepaaasskaaann meeereeekaaaa aataaauu kaaauu yaaang aaakaaan meeenjaaadii peeerseembaahaan kuuuuu". tanya mahkluk itu.
"ba...baik Dewa". jawab Luna dengan suara lemas.
Setelah memperingati Luna, ia meninggalkan kami dengan berjalanan secara perlahan, sampai kami tidak bisa lagi melihat nya karna kabut yang tebal.
Menurut mitos, Dewa yang di panggil oleh Luna sebenarnya adalah Jin dengan Ras Jayaraksa(Raksasa), jumlah mereka hanyalah sedikit, kebanyakan dari mereka tinggal di daerah pegunugan atau jurang yang sangat dalam.
Mitos lain juga mengatakan, Ras Jayaraksa pernah berperangan dengan bangsa iblis untuk memperebutkan kasta tertinggi, namun mereka malah kalah telak dan hampir seluruh nya terbantai saat itu.
Namun pada detik-detik terakhir, ada sebuah cahaya yang begitu terang dari langit saat itu, yang tak lama kemudian muncul seekor domba dengan 2 tanduk berwarna putih yang begitu di takuti oleh bangsa iblis.
Para Ras Jayaraksa menganggap bahwa itu adalah pertolongan dari tuhan untuk mereka yang masih selamat, dan semenjak itu mereka membuat sebuah janji, yaitu tidak akan pernah menyakiti siapa pun yang taat akan agama nya.
Sebenarnya Tidak ada yang tau siapa sosok Tuhan yang mereka maksud sebenarnya.
.
.
"Apa yang terjadi sebenarnya Yan?". Tanya Gerry.
"tidak tau... apa dengan ini kita akan selamat". saut ku.
"Semoga saja". jawab Gerry.
"LUNAAAA.... sekarang kembalikan teman-teman kami yang kau tawan". teriak ku.
"AAAAHHHHHHH MENGAPA JADI SEPERTI INI.......". Teriak Luna yang terlihat begitu kesal.
"ini adalah kekalahan mu, akuilah.. Jika aku tidak salah, mahkluk yang kau panggil Dewa itu adalah berasal dari Ras Jayaraksa yang tidak akan pernah menyakiti manusia yang taat kepada tuhan.. berarti selama ini kau hanya memanfaat kan nya dengan berbohong". ucap ku.
"BERISIIKK.... JIKA TIDAK SEPERTI ITU.... TEMPAT INI ... TEMPAT INI AKAN....." ucap nya terhenti.
"apa yang akan terjadi kepada tempat ini?". tanya ku yang mulai penasaran.
"Aku tidak ingin kejadian 50 tahun lalu terulang... Raksasa itu... raksasa itu". ujar Luna kembali.
"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?". ujar ku krmbali.
"Aku...aku hanya tidak ingin kejadian 50 tahun lalu terulang, sungguh.... AAAAAAAA..... aku sudah tidak perduli lagi apa yang akan terjadi kedepan nya". ucap Luna.
Setelah berucap ia pun pergi meninggalkan kami dan kembali menyelam ke dalam danau, entah apa yang dia maksud dengan kejadian 50 tahun lalu? dan akan terulang lagi.
"Yan... terus dimana Riska?". tanya Gerry.
Aku hampit lupa tentang Riska, bodoh... mengapa aku tidak menanyakan nya tadi.
"LUNAAA..... KEMBALIKAN RISKAAA". Teriak ku sekuat tenaga.
Namun percuma, tidak ada jawaban dari nya, dan selain Riska, bagaimana dengan nasib teman-teman ku yang telah terbunuh, Mahkluk itu tidak mau menjawab nya dan malah berbicara aneh.
Tidak lama segelah nya, dari balik pepohonan aku melihat sesosok yang familiat, berkulit serba putih...
"i....itu Lunoo". ujar ku sembari menunjuk.
Aku pun langsung berlari sekuat tenaga menghampiri Luno dan berniat untuk langsung mengajar nya... namun.... tiba-tiba aku melihat Riska berjalan di belakang Luno, seketika aku langsung menghentikan langkah ku.
"Ris...Riskaaaa". ucap ku yang langsung menghampiri nya.
"Tiannnn syukurlah kalian baik-baik saja". ujar ku sembari memegang tangan Tian.
"Me...mengapa Kaa...kalaian masih hidup? Di...Dimana kakak ku?". tanya Luno.
"Ris... ada apa dengan mahkluk ini?". tanya ku yang bingung melihat sikap Luno yang tenang.
"ohh tenang... sudah ku taklukan". ucap Riska dengan senyum lebar.
"eh???". saut ku.
"Lalu bagaimana dengan Luna? bukankah ini sudah melewati waktu pertemuan dengan nya". tanya Riska.
Aku pun menjelaskan secara detail kepada Riska tentang apa yang terjadi sebelum nya, termasuk dengan kemunculan Dewa Raksasa tadi.
Luno yang sedari tadi mendengarkan cerita ku pun, terlihat sedanv memegangi dagu nya, seperti sedang berfikir.
"Ada apa Luno?". tanya Riska.
"eh.. apa tidak apa-apa di dekat nya seperti ini?". tanya ku yang masih khawatir.
"tenang lah, karna berkat nya juga aku berhasil kembali kesini, tidak ada yang perlu di khawatir kan". ucap Riska sembari menepuk-nepuk pundak ku.
"Lalu Luno.. apa kau mengetahui tentang apa yang terjadi 50 tahun lalu di sini?". tanya Riska kembali.
"Se..sebenarnya Kakak ku Pe...pernah mengatakan kalau persembahan wajib di lakukan setidak nya 3 ta..tahun sekali, dengan minimal 20 jiwa un...untuk memuaskan rasa lapar Dewa ka...kami...
Ka..karna Ji...jika di biarkan, maka Raksasa itu akan mengamuk dan akan mengakibatkan terjadi nya bencana alam di sini.
Se..sekitar 50 ta..tahun lalu kami yang tidak berhasil mendapagkan persembahan untuk nya, ha...harus pa...pasrah melihat rumah kami hancur ka..karna nya, setiap tahun terjadi le...letusam gu..gunung da...dan gempa". ujar Luno
Lalu mengapa raksasa tersebut menolak persembahan untuk nya, jika dia sendiri tau kalau dia akan kelaparan nanti nya, sebesar itu kah rasa tanggung nawab memegang janji untuk tidak mengonsumsi manusia yang taat dengan agama nya.
Setelah perbincangan singkat dengan Luno, aku pun menanyakan keberadaan arwah teman-teman ku berada, dan dengan mudah nya iya mau memberitau kami.
Ia pun mengajak kami ke dalam Goa yang penuh dengan lorong-lorong yang mirip seperti labirin, sungguh banhak dan memusingkan.. Sampai akhirnya kami sampai di sebuah ruangan kecil yang bahkan aku harus menunduk untuk dapat memasuki nya.
Dan di ujung ruangan tersebut, terdapat sebuah benda yang mirip dengan toples, namun berbahan dari kaitan-kaitan Kayu tipis, di dalam nya terdapat cahaya-cahaya putih, dan Luno mengatakan bahwa Cahaya itu adalah sebuah Arwah, arwah teman-teman ku.
Setelah berhasil, kami pun kembali ke permukaan, lalu Luno meminta ku untuk membuka toplek kayu tersebut, aku pun menuruti nya dan segera membuka nya.
Cahaya-cahaya putih tersebut langsung dengan cepat keluar dari toples dan melayang-layang di atas kami.
"indah sekali". gumam ku sembari tersenyum.
Tak lama setelah nya, cahaya tersebut perlahan meredup dan lama kelamaan menghilang, aku pun menjadi khawatir dan kembalk bertanha kepada Luno, dan Luno mengatakan untuk tidak perlu khawatir, karna Arwah-arwah tersebut sudah kembali ke tubuh mereka di alam Manusia.
.
.
Diubah oleh xandler 11-02-2022 09:02
doelviev dan 28 lainnya memberi reputasi
29
Kutip
Balas
Tutup