Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.3K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#3956
BAGIAN 60
RATAPAN HAYATI
part 2

Semalaman Hayati menangis sambil memaki maki dirinya sendiri. Ia sangat menyesal dengan apa yang dilakukannya selama ini. Ia menyesal tak menghampiri Asnawi dua tahun yang lalu ketika ia datang ke rumah kost nya. Ia terus meratapi nasib dirinya yang sangat malang.

Pagi pun akhirnya tiba. Sinar matahari mulai tampak memancarkan kehangatannya. Hayati tertidur sambil duduk di tepian trotoar. Pakaiannya tampak basah kuyup dan tubuhnya dipenuhi oleh kotoran dari debu yang basah.

Suasana kota mulai ramai dengan orang orang yang berlalu lalang di jalanan menuju tempat aktivitas masing-masing. Mereka seakan tak mempedulikan keberadaan Hayati.

Mereka melawati Hayati begitu saja. Beberapa orang merasa jijik melihat kondisi Hayati yang kumal dan basah. Sebagian besar menyangka kalau Hayati adalah orang gila. Akan tetapi, tak semua orang berpikiran hal yang sama. Tiba tiba seseorang memberikan sejumlah uang kepada Hayati dengan menaruh di tangannya.

Hayati pun langsung bangun dengan aksi orang itu. Ia marah karena merasa tak dihargai dan tidurnya terganggu.

"HEY!! AKU BUKAN PENGEMIS TAUUUUUK!!!" bentak Hayati.

Orang itu pun menengok ke arah Hayati dengan seketika. Ia terkejut melihat wajah Hayati.

"Bi Asih... " gumam Hayati.

"Kamu... Neng Hayati?" tanya Bi Asih.

Hayati menganggukan kepalanya. Perasaannya mendadak campur aduk antara senang dan benci. Dihadapannya berdiri seorang wanita yang dipilih oleh Asnawi.

Bi Asih kemudian jongkok di hadapan Hayati, lalu ia memeluknya dengan penuh haru. Hayati terkejut dengan aksinya.

"Alhamdulillah... Neng... kamu ternyata masih hidup... " bisik Bi Asih.

"Iya Bi... aku senang bisa ketemu kamu" balas Hayati.

"Kamu kok bisa ada di jalanan kayak gini? Apa kamu jadi gelandangan?"

"Enggak kok Bi, aku kebetulan semalem ketiduran di sini"

"Kamu kemana aja sih Neng selama ini? Den Nawi pasti seneng banget kalo tau kamu masih hidup, soalnya dia bilang kalo kamu itu dulu kebawa hanyut sama banjir bandang dua tahun lalu"

"Ceritanya panjang Bi..."

Hayati berdiri, lalu ia bergegas pergi meninggalkan Bi Asih. Namun, Bi Asih berusaha mencegahnya pergi dengan memegangi tangannya.

"Kamu mau kemana Neng?"

"Aku mau pulang Bi... maafin aku"

"Ayolah, ikut sama aku ke restoran... kebetulan deket sini kok"

"Enggak Bi makasih... aku mau pulang ke rumah sekarang"

Akan terapi, secara tuba tiba suara perut Hayati yang kelaparan tiba-tiba berbunyi nyaring, sehingga membuat Bi Asih tertawa. Hayati pun malu dengan hal itu.

"Ayolah Neng... kamu laper banget kayaknya... aku masakin daging kesukaan kamu... yuk!"

Bi Asih menarik tangan Hayati untuk mengikutinya. Ia mengajak Hayati memasuki ke sebuah restoran di daerah itu. Hayati pun pasrah mengikutinya.

"Hmmm... Neng, ini adalah restoran punyaku sendiri... kamu tunggu di sini dulu ya! Aku mau nyiapin makanan buatmu"

Bi Asih pergi menuju dapur restoran. Ia tampak memanggil beberapa anak buahnya untuk menyiapkan makanan. Hayati menunggu sambil melihat keadaan sekitar. Pagi itu, restoran tampak sepi karena belum masuk jam buka. Ia melihat beberapa orang sedang membersihkan meja dan menyapu lantai. Dirinya masih terkejut dengan pertemuan ini. Ia tak menyangka bisa bertemu Bi Asih. Karma terus membisikinya untuk segera membunuh Bi Asih jika ada kesempatan, namun hal itu ditolak mentah-mentah oleh Hayati.

Tak lama kemudian, Bi Asih datang menghampirinya dengan membawa sebuah nampan yang berisi tumpukan daging bakar. Aroma rempah rempah yang menyerbak, membuat Hayati tak sengaja mengeluarkan air liurnya.

"Ini daging kambing guling kesukaanmu...ayo makan!"

"Makasih Bi"

Tanpa banyak basa basi, Hayati langsung melahap daging itu dengan cepat dan liar. Kerakusannya terhadap makanan membuat siapapun yang melihatnya tercengang. Bahkan pegawai restoran yang tengah menyapu lantai pun mendadak menghentikan pekerjaannya untuk menyaksikan Hayati makan. Bi Asih tertawa melihat aksi Hayati.

"Kenapa kamu ketawa?"

"Kamu lucu Neng, gak pernah berubah, masih tetep aja makan kayak gitu"

"Abisnya aku laper banget"

"Ah kamu mah suka laper wae kalo ketemu sama aku, dulu juga tiap kamu ke rumah selalu ngiler kalo kiat aku"

"Kamu kan jago masak Bi... hihi"

"Ah kamu bisa aja... eh ngomong-ngomong gimana kamu bisa selamet dari banjir bandang? Terus selama ini kamu kemana aja?"

Hayati harus memutar otak untuk mengarang cerita kepada Bi Asih. Sambil menelan daging, ia mulai bercerita.

"Ya gitu deh Bi, aku kan diajak sama Mas Nawi main ke gunung, tiba tiba hujan gede, dan sungai tempat kita piknik meluap... aku gak sempet nyelametin diri, lalu hanyut sampe jauh banget... pas lagi kebawa arus, aku berhasil meraih ranting pohon yang melintang, aku berusaha naik ke tepi sungai... Ya... aku bisa selamet dan aku juga pingsan... aku ditolong sama orang kampung situ"

"Terus kamu abis itu kemana?"

"Aku numpang hidup beberapa bulan di rumah orang yang menolong aku... aku gak punya apa apa Bi, bahkan baju pun aku gak punya... aku ikutan kerja buat dapet duit biar bisa pulang"

"Kenapa kamu gak berusaha menghubungi Asnawi? "

"Aku gal bisa Bi, di kampung itu gak ada hape... aku juga gak tau nomer Mas Nawi"

"Setelah kamu punya duit, kamu balik ke Bandung?"

"Iya Bi"

"Apa kamu balik ke Asnawi?"

"Pada awalnya iya... tapi"

"Tapi apa?"

"Aku liat Asnawi lagi bareng sama Cascade... kupikir akan sangat kejam kalo aku nyamperin dia... Mas Nawi pasti akan langsung balikan sama aku dan ninggalin Cascade... aku gak mau ngerusak hubungan mereka karena emang Mas Nawi itu milik Cascade dan sebaliknya"

Bi Asih terhenyak mendengar omongan Hayati. Ia lalu memberikan tepuk tangan dan apresiasi kepada Hayati.

"Kamu luar biasa Neng Hayati... kamu memiliki jiwa besar... sama sepertiku"

"Maksud kamu apa Bi?"

"Aku mau buka rahasia sama kamu... sebenernya aku juga mencintai Asnawi... bahkan jauh lebih lama darimu... tapi aku selalu menahan perasaanku karena dia adalah milik Non Cascade"

"Kurasa kita sama sama menderita mencintai laki laki yang sama ya Bi?"

"Bener... "

Hayati menghabiskan makanannya, Bi Asih kemudian mengajaknya menuju ruang pribadi di dalam restoran. Ia meminta Hayati untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya yang basah dan kotor. Bi Asih memberikan Hayati seragam pelayan restoran sebagai baju ganti.

"Pake baju ini Neng! Ini seragam aku"

"Aduh Bi... jangan ah, gak apa apa kok aku pake bajuku lagi"

"Bajumu basah Neng! Pake ini dulu lah, aku mau nyuruh anak buahku untuk nyuciin bajumu ke laundry"

"Baiklah kalo gitu... makasih Bi"

"Iya sama sama... pakailah! "

Hayati kemudian mengambil baju seragam itu, lalu memakainya. Bu asih sangat terpukau dengan penampilan Hayati yang memakai seragam pelayan.

"Kamu cantik banget pake baju itu Neng Hayati! "

"Hihi... kamu bisa aja... agak sempit di dada sih"

"Dada kamu kegedean... dua kali lipat dari ukuran dadaku"

Bi Asih kembali menyuruh Hayati untuk duduk dan menikmati berbagai makanan kecil yang berada di atas meja sambil mengeluarkan sebuah botol minuman dari dalam lemari. Ia lalu membawa dua buah sloki dan menyimpannya di atas meja. Bi Asih menuangkan minuman itu ke dalam sloki.

"Ayo minum Neng!" tawar Bi Asih.

"Apa ini Bi?" tanya Hayati bingung.

"Ini scotch Neng, ayo minum!"

Hayati langsung menenggak minuman itu, namun ia langsung memuntahkannya ketika merasa tenggorokannya terbakar.

"Minuman apa ini!"

"Waduuuh... kamu gak kuat nelen minuman ini ya hehe"

"Gak enak banget Bi!"

"Itu minuman mahal tau! Kamu minumnya dikit-dikit! Jangan langsung semuanya"

"Ini alkohol ya?"

"Iya Neng, kalo seandainya Asnawi tau, dia bisa marah besar sama aku"

Bi Asih menuangkan scotch kembali ke sloki milik Hayati, setelah itu mereka melakukan toss sebelum meminumnya.

"Apa yang kamu lakukan selama ini Neng?" tanya Bi Asih.

"Aku kembali ke tempat kelahiranku di Jakarta dan memulai hidup baru di sana, aku tinggal di rumah orang tuaku, lalu kerja sebagai petugas kebersihan di sebuah klinik"

"Oh kamu teh orang Jakarta? Kukira kamu orang Jawa"

"Yaaa... aku aslinya Jawa sih, ibuku dari Banyumas, bapakku dari Salatiga... tapi mereka udah menetap di Jakarta pas menikah"

"Oh gitu, kamu Jawa asli kalo gitu hehe... sama kayak aku, Sunda asli... kalo Asnawi dia campuran Sunda-Padang"

"Oalaaaah gitu?"

"Iya Neng, ibunya Sunda, bapaknya Padang"

"Aku baru tau lho Bi"

"Neng, apa yang bikin kamu kembali ke Bandung setelah dua tahun lebih? Apa kamu merindukan Asnawi?"

"Aku ketemu sama Mas Febri dan istrinya di klinik tempatku kerja... dia cerita kalo selama ini Asnawi sangat menderita kehilanganku dan dia juga kehilangan Cascade... jadi aku mutusin buat kembali... tapi, apa betul Cascade udah meninggal?"

"Iya Neng, dia ngalamin kecelakaan helikopter di Perancis"

"Astaga! Kenapa bisa gitu"

"Aku juga gak tau, tapi sebenernya mayatnya sampe sekarang belum ditemukan... tapi otoritas sana udah nyatain kalo dia meninggal"

Bi Asih mengeluarkan air matanya secara tiba tiba ketika mengingat kematian Cascade. Ia kembali menuangkan minuman ke dalam sloki miliknya, lalu meminumnya sekaligus.

"Sepeninggal kamu, Asnawi ngalamin depresi berat dan insomnia... betul kata Febri kalo Asnawi menderita, tapi Non Cascade berusaha untuk menolongnya... tapi aku heran sama dia Neng, kenapa dia gak mau pacaran lagi sama Asnawi dan malah ninggalin dia untuk lanjut sekolah di Perancis dan akhirnya meninggal"

"Aku juga gak ngerti Bi"

"Tapi yang bikin aku sebel, dia itu gak mau Asnawi deket sama cewek lain... aku kan jadi repot... selain harus ngorbanin perasaanku sendiri, aku juga disuruh untuk menghancurkan perasaan cewek lain yang dekat sama Asnawi"

"Oalaaah kok gitu Bi?"

"Iya... aku harus menyingkirkan Raizha dan Merry buat jauhin Asnawi dengan segala cara... bahkan cara kotor sekalipun... aku sampe nyuruh pembunuh bayaran buat membunuh Merry, tapi usaha itu gagal... aku nyesel neng udah ngelakuin itu... aku udah bikin orang lain menderita... aku... aku... menyakiti Merry sampe lumpuh... begitu pula Asnawi yang perasaannya hancur"

Bi Asih mulai terisak dengan pengakuannya. Hayati merangkul tubuhnya sembari menenangkannya. Ia menuangkan scotch kembali kedalam sloki milik Bi Asih.

"Sebagai bentuk tanggung jawabku, aku mempekerjakan Merry di restoran... sampe suatu hari keajaiban terjadi, dia bisa jalan kembali... tentunya aku seneng liat itu... tapi pas setelah kejadian yang menimpa Non Cascade kehidupanku berubah drastis"

"Berubah gimana Bi?"

"Aku itu pacaran sama Asnawi Neng, cukup lama... tapi Mommy menceritakan semua kebusukannya kepada Asnawi yang bikin aku terseret... Asnawi marah dan langsung mutusin aku... dia membenciku karena perbuatan kotorku sama Merry... akhirnya dia pergi dan kudengar dia jadian sama Merry sambil buka usaha"

"Apa yang terjadi sama kamu Bi setelah diputusin Asnawi? "

"Aku sedih lah... terpuruk... aku keluar dari pekerjaanku... tiap hari kerjaku cuman malas malasan sambil mabuk... utang-utangku lama lama menumpuk sampe aku bangkrut... aku dan Jaenal harus tinggal di rumah petak selama setahun... aku kerja serabutan Neng, kadang jadi pembantu... kadang bantuin masak di hajatan orang... pokoknya aku bener bener hancur, sampe suatu hari Mommy ngedatengin rumahku... dia nawarin aku untuk kembali... dia mau ngasih tugas baru sama aku, jadi orang tua angkat buat Henry"

"Henry? Siapa dia?"

"Dia anak Non Cascade sama suaminya... jadi selama di Perancis dia nikah sama pilot pribadinya"

"Apaaaaah!!! Dia nikah di sana?".

" Iya Neng, dan itu sangat bikin aku nyesek... dia ngekhianatin Asnawi... aku udah berkorban banyak buat dia, tapi dia malah gitu, aku dulu pacaran sama Asnawi, demi jagain dia dari cewek lain, begitu Non Cascade pulang, maka akan kuputuskan Asnawi"

"Kamu pastinya sangat menderita selama ini Bi?"

"Begitulah Nemg, nasibku harus menderita karena cinta... seandainya suamiku belum mati, mungkin aku gak menderita kayak gini"

Bi Asih kembali meminum scotch dari slokinya sampai habis, bahkan ia langsung meminum wiski itu langsung dari botol. Hayati pun mengikuti langkah Bi Asih. Ia ikut meminum minuman keras itu sampai mabuk kepayang.

Suara gelak tawa mulai keluar dari kedua wanita yang patah hati itu. Mereka sama sama korban penderitaan cinta terhadap Asnawi.

"Neng... apa kamu udah ketemu sama Asnawi?" tanya Bi Asih yang tengah kelimpungan.

"Udah Bi... hihihi" jawab Hayati dalam keadaan mabuk.

"Terus gimana?"

"Ya... dia milih setia sama kamu Bi"

"Euleuh euleuh! Maafin aku Neng..."

"Gak apa apa kok Bi... aku udab tegar"

"Kamu boong Neng... "

"Beneran Bi"

"Kalo kami tegar kenapa kamu ikutan mabok kayak aku"

"Eh iya yah? Hihihi... kamu betul Bi"

"Perasaanmu kayak gimana sekarang?"

"Sakit Bi... aku gak rela kehilangan Asnawiku"

"Begitu juga aku Neng... hahaha"

Mereka berdua semakin tenggelam dalam keadaan mabuk kepayang. Kewarasan mereka berada pada titik nadir. Bi Asih bernyanyi riang di depan Hayati sambil menari balet, sedangkan Hayati memuntahkan semua makanan yang ditelannya beberapa waktu lalu, kemudian ia ikut menari sambil tertawa.

Semakin lama, keadaan mereka semakin mengkhawatirkan. Hayati dan Bi Asih sama sama terkapar di atas lantai.

"Hayati... aku seneng banget hari ini... aku senang kamu kembali" ungkap Bi Asih dengan napas tersenggal

"Aku juga Bi... makasih atas semuanya" jawab Hayati dengan parau.

"Kamu bener bener cinta sama Asnawi?"

"Tentu aja Bi... aku cinta mati sama dia"

Perlahan Bi Asih bangkit, lalu ia merangkak secara perlahan mendekati Hayati. Ia memeluk Hayati dengan erat, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga kanan Hayati.

"Neng... akan kuberikan Asnawi buat kamu... jaga dia baik-baik ya! Jangan lupain aku sama Jaenal" bisik Bi Asih yang kemudian terkulai lemas.

Hayati terkejut dengan keadaan Bi Asih yang terkulai. Dengan melawan rasa mabuk, Hayati berusaha mengecek kondisi vital tubuh Bi Asih dengan memegangi pergelangan tangannya. Setelah mengetahui detak nadi Bi Asih, akhirnya Hayati ikut terkulai di sebelah Bi Asih.

Di tengah pandangan yang mulai kabur dan rasa pusing yang semakin merajalela menggetarkan kepalanya, Hayati pun mencium kening Bi Asih yang tertidur.

"Makasih ya Bi Asih... kamu orang terbaik di dunia ini" gumam Hayati yang kemudian tak sadarkan diri.

...
chrysalis99
Araka
galehnova
galehnova dan 35 lainnya memberi reputasi
36
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.