- Beranda
- Stories from the Heart
THE WORLD [MONSTER]
...
TS
the.collega
THE WORLD [MONSTER]
Dibalik kemegahan dan kilauannya dunia ini, ternyata ia menyimpan suatu rahasia tergelap.
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
![THE WORLD [MONSTER]](https://s.kaskus.id/images/2020/09/15/2385673_20200915024638.jpg)
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
ARC I "Black Beat Beaters"
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
Quote:
![THE WORLD [MONSTER]](https://s.kaskus.id/images/2020/09/15/2385673_20200915024638.jpg)
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
Spoiler for Cerita Jenaka:
ARC I "Black Beat Beaters"
Spoiler for ARC I:
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
Spoiler for ARC II:
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
Spoiler for ARC III:
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
Spoiler for ARC IV:
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
Spoiler for ARC V:
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
Spoiler for ARC VI:
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
Spoiler for ARC VII:
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
Spoiler for ARC VIII:
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
Spoiler for ARC IX:
- Chapter 198
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- Lanjutan Arc
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- Lanjutan Arc
Diubah oleh the.collega 07-05-2025 14:12
eldini dan 34 lainnya memberi reputasi
25
27.7K
Kutip
702
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
the.collega
#194
Chapter 125
Quote:
Beberapa hari setelah mimpi yang begitu nyata bagi Dr. Geere dan anehnya hanya dirinya yang menganggap semua itu sungguhan. Sang komandan memutuskan untuk meliburkan seluruh orang yang ada dipangkalan rahasia ini, bukan hanya prajurit saja, tetapi sampai ke bagian kotor pun mendapatkan libur. Tidak ada lagi percobaan yang dilakukan karena yang difokuskan oleh para ilmuwan adalah terus memantau kondisi sang komandan.
Setelah berkemas, satu-persatu mulai meninggalkan markas rahasia yang berada di dalam gunung ini. Mobil-mobil truk berukuran besar dikerahkan untuk mengantar orang-orang menuju titik pemulangan, dari sana barulah semunya berjalan sendiri-sendiri. Tetapi tidak bagi Dr. Geere, sang kepala ilmuwan itu sama seperti sebelumnya, diantarkan oleh beberapa prajurit menggunakan mobil sendiri. Perjalanan panjang pun dilaluinya dengan banyak berpikir. Masih saja ada keraguan dalam benak Dr. Geere, karena semua seakan-akan lupa tentang kejadian mengerikan itu. Bahkan dirinya sempat bertanya kepada prajurit yang mengantarnya, semuanya menjawab seragam. Sebuah pesta untuk merayakan keberhasilan serum tersebut.
Mobil akhirnya tiba dipelataran rumah Dr. Geere, karena tidak ada pemberitahuan kepada keluarganya membuat suasana sepi, tidak ada penyambutan oleh anaknya seperti biasa. Barang-barangnya dibawa oleh prajurit menuju pintu depan, setelah itu mereka berpamitan. Keadaan rumah di dalam gelap, terlihat dari jendela yang ditutupi oleh kain gorden tipis. Ketukan yang halus dilancarkan, beberapa saat datang seorang wanita yang sudah asing, yaitu istrinya sang kepala ilmuwan.
“Eh, kapan pulangnya? Kok tidak berkabar?” ucap istrinya yang terkejut melihat kedatangan suami tercinta.
“Ya, komandan memberitahunya pagi tadi, aku tidak bisa memberitahumu,” kepalanya masuk melalui celah pintu yang terbuka. “kenapa gelap sekali? Putriku kemana?” tanyanya penasaran.
“Ah, aku sengaja mematikan semua lampu agar suasananya lebih sejuk dan putri kita maksudmu, ia sedang sekolah. Ini bukan hari libur…”
Percakapan kecil itu berakhir, sang istri tercinta membawakan barang suaminya itu ke dalam.
Waktu mulai naik ke siang hari, ingin memberikan kejutan kepada putrinya, Dr. Geere berangkat dari rumah untuk menjemputnya pulang. Perjalanannya tidak begitu jauh jika menggunakan mobil. Udara siang namun dingin ketika menyentuh kulit dirasakannya menusuk. Panas matahari sampai tidak ada apa-apanya. Orang-orang juga berseliweran saling melewati satu sama lain tanpa menyapa. Pandangan Dr. Geere mulai teralihkan ketika melihat seseorang yang sedang mabuk sambil membawa botol ditangannya.
Orang ini memakai kemeja yang tidak dikancingkan, baju polos didalamnya dan rambut yang acak-acakan. Pemandangan yang tidak pantas ditunjukan kepada khalayak umum, terlebih lagi di siang bolong seperti ini. Dr. Geere hanya prihatin melihat keadaannya dan tidak ingin ikut campur terlalu dalam sehingga ia tak acuh ketika mulai semakin dekat. Posisi orang mabuk ini tepat diseberang jalannya, ketika mata Dr. Geere secara tidak sengaja bertemu, barulah ia menyadari bahwa orang mabuk itu bukanlah orang dari antah berantah melainkan adalah kenalannya.
“Wakil komandan?” ucapnya pelan sambil berdiri di pinggir jalan.
Orang mabuk itu juga ikut terdiam ketika dilihat oleh Dr. Geere, matanya membesar ketika mengetahui bahwa orang yang melihatnya dari seberang jalan itu adalah sang kepala ilmuwan yang dikenalnya. Dalam sekejap dirinya tersadar, dan mulai berlari menjauh.
“Kenapa harus lari?” Dr. Geere kembali teringat saat bertemu dengan wakil komandan di halaman markas rahasia, saat itu dirinya begitu dingin seperti tidak mengenalinya. Merasa ada sesuatu yang tidak beres dan kemungkinan ada hubungannya dengan mimpi yang begitu nyata yang dialaminya. Dr. Geere mulai mengejarnya.
Kejar-kejaran terjadi, posisi Dr. Geere tidak begitu menguntungkan karena berada diseberang jalan. Ia mencari tanda penyebrangan dan mulai berpindah haluan, untung saja wakil komandan juga sedang tidak dalam keadaan bagus, sehingga jarak antar keduanya tidak terlalu jauh. Dan kejar-kejaran pun berlanjut.
“Tidak! Aku tidak boleh tertangkap olehnya!” ucap wakil komandan Ferdinand terengah-engah, nafasnya berat ditambah efek minuman keras beralkohol tinggi membuat kakinya bergerak tidak sesuai dengan keinginannya.
Dr. Geere semakin mendekat, langkah kakinya begitu tegas dalam usia yang tidak lagi muda. Wakil komandan sempat menoleh kebelakang, dirinya panik karena dalam beberapa detik Dr. Geere akan mampu menyusulnya. Ketika kembali menghadap kedepan untuk mempercepat larinya, sebuah tiang di pinggir jalan menghentikannya, suara dihasilkan begitu nyaring dan membuat wakil komandan jatuh.
“Jangan dekat-dekat, aku masih mempunyai ini?!” ancamnya dengan sebuah botol minuman keras yang mampu mendarat dengan selamat.
“Hei, tenang, ada apa, ini saya Dr. Geere, kita bekerja dalam proyek yang sama,” Dr. Geere mengingatkan wakil komandan bahwa dirinya bukanlah orang asing, ini dilakukan karena pikiran seseorang goyah ketika dalam pengaruh minuman beralkohol.
“Aku tahu siapa dirimu, seharusnya kau sudah mati! Tidak hanya kau, seluruh orang di markas juga!” Dr. Geere bergetar hebat, kakinya mendadak lemas.
“Apa maksudnya?”
“Jangan pura-pura! Apa yang komandan lakukan padamu?! Tidak mungkin ada yang selamat dari pembantaian itu!” sambil menodongkan botol minuman keras.
Dr. Geere masih tidak ingin mempercayainya meskipun ia sendiri sudah mendapatkan jawaban bahwa mimpi yang begitu nyata tersebut memanglah sebuah kejadian nyata. Saat itu sang komandan benar-benar membunuhnya, lalu muncul lagi sebuah pertanyaan, kenapa ia kembali bisa bernafas dan melakukan kegiatan layaknya manusia yang masih diberi nafas.
“Apa yang komandan lakukan kepada kalian semua…,” kini ia malah menangis. “aku sudah melaporkan kejadian ini kepada komando pusat, mereka pun langsung mengeceknya dan ajaibnya ada seseorang yang melaporkan bahwa mereka semua baik-baik saja dan sedang melakukan kegiatan sesuai jadwal. Dan mereka menganggapku gila karena tekanan terlalu berat lalu memberikan aku libur untuk meluruskan mental!”
Kakinya sudah tidak kuat, ia tertunduk lesu. “Berarti semua kejadian itu memanglah benar, jika anda sudah pergi dan tak pernah kembali ke markas berarti yang aku lihat waktu itu siapa?” berbicara sendiri sambil menundukan kepalanya. “hei wakil komandan---,” belum juga selesai berbicara, ketika tangannya ingin meraih wakil komandan, kepalanya dihantam oleh botol minuman keras hingga kacanya berserakan ke jalan. Dengan tenaga yang tersisa, wakil komandan Ferdinand bangkit dan berlari sekencang-kencangnya.
Walaupun kepalanya dihantam dengan botol kaca minuman beralkohol yang memiliki dimensi yang cukup tebal, Dr. Geere tidak merasakan apapun, bukti ini saja sudah menguatkan bahwa komandan memang telah melakukan sesuatu pada tubuhnya. Hal pertama yang muncul dibenaknya adalah komandan telah merubahnya menjadi sosok monster sama seperti waktu itu. Dr. Geere mulai takut dan tidak berani untuk menjemput putrinya, takut keadaan menjadi tidak terkendali dan semuanya menjadi kacau.
Suara pintu terbuka terdengar dari dalam rumah, sang istri sudah sangat siap untuk menyambut dua orang paling saat ini dalam hidupnya. Lampu rumah pun sebagian sudah dinyalakan agar tidak gelap seperti saat suaminya pulang sendiri. Kedua telapaknya dibasuh ke ujung baju panjangnya, lalu mulai menata rambut agar terlihat rapih dan juga cantik. Langkah kakinya mulai mantap berjalan menuju pintu depan.
“Selamat datang kesaya----,” mulutnya terhenti ketika hanya melihat putrinya saja yang datang tanpa ditemani oleh sang ayah. “hm…, kenapa kamu pulang sendirian, ayah mana?” tanyanya lembut walaupun ada kekhawatiran dalam diri yang berhasil ditekan dihadapan anaknya.
“Ayah? Aku menunggu ibu datang menjemput, kenapa tidak datang?!” wajahnya cemberut lalu berjalan begitu saja.
Kekhawatirannya semakin membesar, ia takut terjadi sesuatu pada suaminya.
Setelah berkemas, satu-persatu mulai meninggalkan markas rahasia yang berada di dalam gunung ini. Mobil-mobil truk berukuran besar dikerahkan untuk mengantar orang-orang menuju titik pemulangan, dari sana barulah semunya berjalan sendiri-sendiri. Tetapi tidak bagi Dr. Geere, sang kepala ilmuwan itu sama seperti sebelumnya, diantarkan oleh beberapa prajurit menggunakan mobil sendiri. Perjalanan panjang pun dilaluinya dengan banyak berpikir. Masih saja ada keraguan dalam benak Dr. Geere, karena semua seakan-akan lupa tentang kejadian mengerikan itu. Bahkan dirinya sempat bertanya kepada prajurit yang mengantarnya, semuanya menjawab seragam. Sebuah pesta untuk merayakan keberhasilan serum tersebut.
Mobil akhirnya tiba dipelataran rumah Dr. Geere, karena tidak ada pemberitahuan kepada keluarganya membuat suasana sepi, tidak ada penyambutan oleh anaknya seperti biasa. Barang-barangnya dibawa oleh prajurit menuju pintu depan, setelah itu mereka berpamitan. Keadaan rumah di dalam gelap, terlihat dari jendela yang ditutupi oleh kain gorden tipis. Ketukan yang halus dilancarkan, beberapa saat datang seorang wanita yang sudah asing, yaitu istrinya sang kepala ilmuwan.
“Eh, kapan pulangnya? Kok tidak berkabar?” ucap istrinya yang terkejut melihat kedatangan suami tercinta.
“Ya, komandan memberitahunya pagi tadi, aku tidak bisa memberitahumu,” kepalanya masuk melalui celah pintu yang terbuka. “kenapa gelap sekali? Putriku kemana?” tanyanya penasaran.
“Ah, aku sengaja mematikan semua lampu agar suasananya lebih sejuk dan putri kita maksudmu, ia sedang sekolah. Ini bukan hari libur…”
Percakapan kecil itu berakhir, sang istri tercinta membawakan barang suaminya itu ke dalam.
Waktu mulai naik ke siang hari, ingin memberikan kejutan kepada putrinya, Dr. Geere berangkat dari rumah untuk menjemputnya pulang. Perjalanannya tidak begitu jauh jika menggunakan mobil. Udara siang namun dingin ketika menyentuh kulit dirasakannya menusuk. Panas matahari sampai tidak ada apa-apanya. Orang-orang juga berseliweran saling melewati satu sama lain tanpa menyapa. Pandangan Dr. Geere mulai teralihkan ketika melihat seseorang yang sedang mabuk sambil membawa botol ditangannya.
Orang ini memakai kemeja yang tidak dikancingkan, baju polos didalamnya dan rambut yang acak-acakan. Pemandangan yang tidak pantas ditunjukan kepada khalayak umum, terlebih lagi di siang bolong seperti ini. Dr. Geere hanya prihatin melihat keadaannya dan tidak ingin ikut campur terlalu dalam sehingga ia tak acuh ketika mulai semakin dekat. Posisi orang mabuk ini tepat diseberang jalannya, ketika mata Dr. Geere secara tidak sengaja bertemu, barulah ia menyadari bahwa orang mabuk itu bukanlah orang dari antah berantah melainkan adalah kenalannya.
“Wakil komandan?” ucapnya pelan sambil berdiri di pinggir jalan.
Orang mabuk itu juga ikut terdiam ketika dilihat oleh Dr. Geere, matanya membesar ketika mengetahui bahwa orang yang melihatnya dari seberang jalan itu adalah sang kepala ilmuwan yang dikenalnya. Dalam sekejap dirinya tersadar, dan mulai berlari menjauh.
“Kenapa harus lari?” Dr. Geere kembali teringat saat bertemu dengan wakil komandan di halaman markas rahasia, saat itu dirinya begitu dingin seperti tidak mengenalinya. Merasa ada sesuatu yang tidak beres dan kemungkinan ada hubungannya dengan mimpi yang begitu nyata yang dialaminya. Dr. Geere mulai mengejarnya.
Kejar-kejaran terjadi, posisi Dr. Geere tidak begitu menguntungkan karena berada diseberang jalan. Ia mencari tanda penyebrangan dan mulai berpindah haluan, untung saja wakil komandan juga sedang tidak dalam keadaan bagus, sehingga jarak antar keduanya tidak terlalu jauh. Dan kejar-kejaran pun berlanjut.
“Tidak! Aku tidak boleh tertangkap olehnya!” ucap wakil komandan Ferdinand terengah-engah, nafasnya berat ditambah efek minuman keras beralkohol tinggi membuat kakinya bergerak tidak sesuai dengan keinginannya.
Dr. Geere semakin mendekat, langkah kakinya begitu tegas dalam usia yang tidak lagi muda. Wakil komandan sempat menoleh kebelakang, dirinya panik karena dalam beberapa detik Dr. Geere akan mampu menyusulnya. Ketika kembali menghadap kedepan untuk mempercepat larinya, sebuah tiang di pinggir jalan menghentikannya, suara dihasilkan begitu nyaring dan membuat wakil komandan jatuh.
“Jangan dekat-dekat, aku masih mempunyai ini?!” ancamnya dengan sebuah botol minuman keras yang mampu mendarat dengan selamat.
“Hei, tenang, ada apa, ini saya Dr. Geere, kita bekerja dalam proyek yang sama,” Dr. Geere mengingatkan wakil komandan bahwa dirinya bukanlah orang asing, ini dilakukan karena pikiran seseorang goyah ketika dalam pengaruh minuman beralkohol.
“Aku tahu siapa dirimu, seharusnya kau sudah mati! Tidak hanya kau, seluruh orang di markas juga!” Dr. Geere bergetar hebat, kakinya mendadak lemas.
“Apa maksudnya?”
“Jangan pura-pura! Apa yang komandan lakukan padamu?! Tidak mungkin ada yang selamat dari pembantaian itu!” sambil menodongkan botol minuman keras.
Dr. Geere masih tidak ingin mempercayainya meskipun ia sendiri sudah mendapatkan jawaban bahwa mimpi yang begitu nyata tersebut memanglah sebuah kejadian nyata. Saat itu sang komandan benar-benar membunuhnya, lalu muncul lagi sebuah pertanyaan, kenapa ia kembali bisa bernafas dan melakukan kegiatan layaknya manusia yang masih diberi nafas.
“Apa yang komandan lakukan kepada kalian semua…,” kini ia malah menangis. “aku sudah melaporkan kejadian ini kepada komando pusat, mereka pun langsung mengeceknya dan ajaibnya ada seseorang yang melaporkan bahwa mereka semua baik-baik saja dan sedang melakukan kegiatan sesuai jadwal. Dan mereka menganggapku gila karena tekanan terlalu berat lalu memberikan aku libur untuk meluruskan mental!”
Kakinya sudah tidak kuat, ia tertunduk lesu. “Berarti semua kejadian itu memanglah benar, jika anda sudah pergi dan tak pernah kembali ke markas berarti yang aku lihat waktu itu siapa?” berbicara sendiri sambil menundukan kepalanya. “hei wakil komandan---,” belum juga selesai berbicara, ketika tangannya ingin meraih wakil komandan, kepalanya dihantam oleh botol minuman keras hingga kacanya berserakan ke jalan. Dengan tenaga yang tersisa, wakil komandan Ferdinand bangkit dan berlari sekencang-kencangnya.
Walaupun kepalanya dihantam dengan botol kaca minuman beralkohol yang memiliki dimensi yang cukup tebal, Dr. Geere tidak merasakan apapun, bukti ini saja sudah menguatkan bahwa komandan memang telah melakukan sesuatu pada tubuhnya. Hal pertama yang muncul dibenaknya adalah komandan telah merubahnya menjadi sosok monster sama seperti waktu itu. Dr. Geere mulai takut dan tidak berani untuk menjemput putrinya, takut keadaan menjadi tidak terkendali dan semuanya menjadi kacau.
Suara pintu terbuka terdengar dari dalam rumah, sang istri sudah sangat siap untuk menyambut dua orang paling saat ini dalam hidupnya. Lampu rumah pun sebagian sudah dinyalakan agar tidak gelap seperti saat suaminya pulang sendiri. Kedua telapaknya dibasuh ke ujung baju panjangnya, lalu mulai menata rambut agar terlihat rapih dan juga cantik. Langkah kakinya mulai mantap berjalan menuju pintu depan.
“Selamat datang kesaya----,” mulutnya terhenti ketika hanya melihat putrinya saja yang datang tanpa ditemani oleh sang ayah. “hm…, kenapa kamu pulang sendirian, ayah mana?” tanyanya lembut walaupun ada kekhawatiran dalam diri yang berhasil ditekan dihadapan anaknya.
“Ayah? Aku menunggu ibu datang menjemput, kenapa tidak datang?!” wajahnya cemberut lalu berjalan begitu saja.
Kekhawatirannya semakin membesar, ia takut terjadi sesuatu pada suaminya.
69banditos dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas