Kaskus

Story

congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
sargopipAvatar border
efti108Avatar border
JabLai cOYAvatar border
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
#686
Part 89 - Graduation
"Aku sebenernya udah ada pacar mah. Cuma pengen backstreet hehe"

"Sok misterius deh. Kenapa ngga pernah dibawa ke rumah?"

"Harus gitu?"

"Mamah kan mau tau. Cantik ngga orangnya?" Tanya Mamah

"Cantik banget, pinter masak lagi. Mamah pasti suka kalo ketemu orangnya"

"Gimana mau nilai orangnya, kan belum pernah ketemu. Ada fotonya ngga, liat dong"

"Ah Mamah kepo" ledek gua

--

Di malam hari, gua dan Zahra pergi makan malam. Ia ngga masak karena belum sempat berbelanja bahan makanan yang sudah habis.

Kami menuju ke daerah favorit kami ketika mencari makanan atau jajanan, Tlogosari.

"Aku pengen steak deh" ucapnya manja ketika kami sudah memasuki wilayah tlogosari. Gua mengabulkan permintaannya.

"Kok ngga ada nasinya" keluhnya ketika pesanan datang

"Ya kamu tadi mesen apa? Jangan-jangan emang kamu mesen menu yang ngga pake nasi"

Zahra beranjak dari kursinya, menuju kasir untuk memesan nasi tambahan.

Tak selang beberapa lama, ada waiters yang datang memberikan dua porsi nasi ke meja kami.

"Buset, langsung dua"

"Nasinya kecil hehe, kalo satu doang ngga kenyang" ucapnya cengengesan.

Gua memandanginya ketika makan. Matanya yang belo, idungnya yang minimalis, serta pipinya yang bulat.

Sadar gua pandangi parasnya, ia menutup muka gua dengan telapak tangannya.

"Jangan ngeliatin gitu ah, malu"

"Pake malu-malu segala, ntar kalo nikah juga bakal tak lihatin tiap mau tidur" balas gua

"Ogah, nanti aku tidur tutupan bantal"

"..."

"Eh ra, Mamah tadi nanyain nih. Katanya, pengen dikenalin sama pacarku yang pinter masak"

"Trus, trus?"

"Kok trus, ya menurutmu gimana?. Kamu siap ngga nerima keputusan Mamah nanti?"

Kemungkinan pertama, Mamah bakal seneng karena Mamah sudah kenal baik dengan Zahra yang notabene adalah keponakannya. Kemungkinan kedua, kami bakal dipisah karena kami adalah sepupu secara hukum.

Tak ada jawaban dari Zahra, ia melanjutkan makannya dengan raut wajah penuh pikiran.

"Menurutku, mending ngabarin soal ini ke Abah dulu deh" sarannya setelah makanan dia habis

"Kalo Abah ngga setuju?" Tanya gua

"Kita kimpoi lari hehe"

"Stress" gua pencet hidungnya dengan gemas.

Satu porsi makanan untuk Mamah sudah gua genggam, saatnya pulang.

Setibanya di rumah, gua gandeng Zahra saat masuk kerumah.

"Bawa apa ja?" Tanya mamah, melirik ke kantong plastik yang gua bawa

"Steak" jawab gua singkat.

Zahra mengambil piring dan peralatan makan, lalu menyajikan steak yang gua bawa ke Mamah.

Gua meraih pinggang Zahra agar mendekat. Sempat ada penolakan darinya karena takut dengan Mamah.

Namun dengan paksa gua dekatkan tubuhnya ke gua di depan Mamah yang sedang berada di meja makan.

"Mamah mau ngga punya menantu kayak Zahra?" Gua bermaksud memberikan kode ke Mamah 'ini loh, pacar ku'

"Mau dong, udah cantik, rajin, pinter masak" jawabnya tanpa pikir panjang. Tanpa ada ekspresi terkejut dari Mamah, gua menyimpulkan bahwa kode gua ngga nyampai.

Zahra malah asik ngumpet di ketek gua karena malu dipuji Mamah, tanpa ada timpalan ucapan darinya. Dasar, ngga inisiatif!

--

2 Mei diperingati sebagai hari pendidikan, sekaligus berbarengan dengan HUT kota Semarang.

Di hari itu juga, hasil belajar gua, Zahra, dan siswa-siswi angkatan gua diumumkan.

Tradisi coret-coret sebagai perayaan tak resmi masih marak dilakukan. Begitu juga gua, yang mempersiapkan diri berseragam lengkap untuk merayakan simbol bahwa gua sudah lepas dari bangku sekolah. Juga sabagai simbol bahwa gua sudah siap melangkah ke level hidup yang lebih berat.

Banyak sih statement-statement tentang tradisi coret-coret ini.

"Mending bajunya disumbangin" kata kaum mendang-mending. Golongan ini juga banyak ditemui di moment-moment tertentu saat beberapa orang membeli barang-barang yang harganya ngga masuk akal.

"Puasin coret-coretnya, nanti kalo skripsinya dicoret dosen jangan nangis ya!" Apa hubungannya? Coret-coret seragam ini simbol perayaan, sedangkan coretan dosen di skripsi itu sebuah koreksi.

"Mending bikin acara yang lebih bermanfaat" dan lain sebagainya.

Menurut gua sih, asalkan kalian bahagia, ngga ganggu sekitar, ngga ngerusak fasilitas umum. Terserah!

Menurut gua sendiri, yang harusnya dihentikan yaitu aksi konvoi. Karena ya bikin resah masyarakat di jalan.

Gua dan Zahra berbarengan berangkat ke sekolah dengan Mamah. Rencananya, gua dan Zahra bakal tinggal di depan sekolah berkumpul dengan siswa-siswi lain, sedangkan Mamah akan mengambil hasil kelulusan kami berdua.

"Kalo udah langsung pulang loh" Kecam Mamah ketika gua dan Zahra hendak turun dari mobil.

"Iya" jawab gua.

"Masmu diingetin ra, takutnya kalo dia ikut-ikut tawuran" ucap Mamah ke Zahra

"Iya Tante, sebelum maghrib kita pulang kok" balas Zahra

Dua pylox gua genggam di kedua tangan. Aksi saling semprot berlangsung sampai seragam kami hampir tak ada ruang lagi untuk diberi warna.

"Eh kita belum tau lulus apa engga, tante belum ngabarin" ucap Zahra ditengah-tengah aksi coret-coret.

"Udah pasti lulus, tenang aja" jawab gua dengan optimis.

Ya kenyataannya memang presentase tingkat kelulusan itu hampir 100%. Yang menjadi kekhawatiran sebenarnya adalah nilai! Entah memuaskan atau mengecewakan😆

Aksi dilanjut dengan mengumpulkan tanda tangan sebanyak-banyaknya dari teman-teman satu sekolah.

"Aku mau jadi yang pertama tanda tangan" rengek Zahra. Ia melukiskan tanda tangannya di dada sebelah kanan gua. Sebuah tanda tangan yang gua harap ngga cuma di seragam gua, namun juga di buku nikah gua.

"Lha aku tanda tangan di mana? Kalo di dada juga yo saru" ucap gua kebingungan menempatkan tanda tangan di seragam Zahra

"Di sini" ia menunjuk bahunya, sedikit agak turun dari pundak.

Segera gua melukis coretan pertama di seragam Zahra dengan spidol permanent.

Tepat dibawah tanda tangan tersebut gua beri nama "punya Londo"

"Eh lupa" Zahra memakai lipsticknya, kemudian mengecup seragam gua tepat di samping tanda tangan miliknya, hingga membekas bentuk bibirnya yang mungil di sana.

"Ntar cium benerannya di rumah ya?" Gua mengedipkan sebelah mata, yang dibalas dengan pelototan darinya.

Selain Zahra, ada Kribo, Bagas, dan Akbar yang tanda tangannya wajib berada di seragam gua.

Tak lupa, ada sesi dokumentasi antara kami berlima.

Gua sangat bersyukur punya dokumentasi foto yang banyak semasa gua remaja. Mungkin terasa tak begitu penting saat itu, namun banyak kenangan yang bisa diingat suatu saat nanti.

Jika kalian masih remaja saat membaca ini, satu hal anjuran dari gua yaitu; banyak-banyaklah mengabadikan suatu moment. Walau moment itu ngga bakal bisa diulang lagi, setidaknya kalian bisa mengingat dan bernostalgia di masa yang akan datang.

"Lu foto dah berdua" ucap Bagas ke gua dan Zahra

Kemudian gua dan Zahra berdiri di depan gapura sekolahan. Berpose di depan kamera dengan latar belakang nama Sekolahan.

"Yang mesra dong" protes Bagas melihat gaya kami yang tanpa sentuhan fisik.

Dengan inisiatif Zahra memeluk lengan gua. Tangan gua pun meraih pinggulnya agar terlihat lebih mesra.

Beberapa foto dihasilkan dari jepretan bagas melalui ponsel milik gua.

"Buru dah kalian nikah" bagas menyerahkan HP gua setelah dirasa hasil foto sudah oke.

Tak terasa, langit perlahan berubah warna menjadi jingga. Segera gua memesan taksi Online menuju rumah sebelum gerombolan bocah-bocah laknat menyeret gua dalam aksi tempur dengan STM sebelah.

--

"Ra, kalo kamu ngga keterima PTN mau gimana?" Gua menyeruput kopi buatan Zahra di teras balkon

Di samping gua, ada Zahra yang menikmati segelas teh panas.

Setibanya di rumah setelah coret-coret tadi kami menemui Mamah menanyakan hasil kelulusan. Ya, walaupun gua yakin 100% bahwa kami berdua bakal dinyatakan LULUS.

Dan malam ini, kami merenungi tentang masa yang akan datang di spot favorit, balkon kamar gua.

"Kalo ngga keterima PTN, kita nikah hehe"

"Kamu ngga mau di swasta? Ngga mau kerja dulu?"

"Kayaknya aku milih kerja aja deh. Tapi aku sih pengennya cepet nikah, dirumah aja ngurus Suami, ngurus anak, ngurus rumah" ia menatap langit-langit saat mengucap kalimat tersebut, seakan-akan dia membayangkan ketika menjadi ibu rumah tangga

"Ya kamu di rumah, aku yang bonyok harus kuliah sambil kerja. Mana Mamah daftarin kuliah ngga bilang-bilang" keluh gua

"Hehe"

Masih ada sih harapan gua semisal gua nikah dalam waktu dekat. Ada kos-kosan Papah yang hampir jadi. Gua bisa menghidupi Zahra dengan uang tersebut, setidaknya sampai nanti gua selesai kuliah dan mendapat pekerjaan sendiri.

Tapi kok kelihatannya saru, masa gua berumah tangga modal duit ortu.

"Eh, mas. Besok sabtu anterin pulang ya. Tadi abah telepon, nyuruh aku pulang"

"Okeee" Mungkin bisa sekalian gua memberi tahu Abah tentang hubungan antara gua dan Zahra.
Diubah oleh congyang.jus 05-02-2022 22:16
delet3
japraha47
mirzazmee
mirzazmee dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.