- Beranda
- Stories from the Heart
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
...
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
congyang.jus
#684
Part 88 - One Step Closer
Malam hari sebelum ujian nasional hari pertama, gua refresh sejenak dari penatnya belajar.
Bengkel tercinta jadi tujuan utama bagi gua.
Izal, Ryan, Ferry yang juga akan menghadapi ujian nasional esok hari ikut gabung pada malam itu.
Entah bagaimana masa depan kami setelah lulus nanti.
Bagi Izal, gua rasa ngga bakalan pusing-pusing jika ngga dapat lowongan pekerjaan. Toh, selama internetnya masih lancar, isi dompetnya ngga akan gemetar.
Ryan gua gadang-gadang bakal bantu-bantu mas Joe dalam mengembangkan bengkel ini. Bahkan bisa jadi Ryan bakal dibukakan cabang di tempat lain oleh mas Joe.
Bagi ferry, jelas ngga ada masalah berarti dalam memikirkan esok hari, pilihan dia banyak. Kalau ngga dapet kerjaan, ada bapak dia yang bisa ngasih suntikan modal usaha. Atau opsi terakhir dia bisa ditarik sebagai pekerja kontrak waktu tertentu oleh kakak dia yang memiliki jabatan sebagai Project Manager suatu kontraktor BUMN.
Gua sendiri, mungkin bakal memutuskan untuk bekerja setelah tak diterima di SNMPTN kemarin. Gua sebagai anak SMK juga ngga berharap lebih di SBMPTN besok. Kecil kemungkinannya anak SMK bakal lolos SBMPTN jika materi test yang digunakan adalah kurikulum anak SMA.
HP gua menyala, menampilkan foto Zahra di layarnya. Gua menekan tombol hijau, lalu menempelkan HP di telinga.
"Pulang mas, udah malem ih" ucap Zahra di ujung sana
"Baru jam 9 ra" protes gua
"Mas, besok tuh ujian. Istirahat" omelnya, dengan nada meninggi
"Iya iya" gua menyerah daripada harus berdebat panjang. Telepon langsung gua matikan, lalu pamit ke anak-anak
"Congyangnya aja belum dateng, udah balik aja" ucap Ferry
"Yaudah, lu izinin gua ke Zahra dah" saut gua
"Idih, kok jadi gua yang minta izin"
10 menit perjalanan gua tempuh menuju rumah. Zahra menunggu di ruang tamu yang tak dinyalakan lampunya.
"Kok ngga dinyalain lampunya?" Tanya gua
Ia tak menjawab, malah ngeluyur ke dalam kamarnya setelah memastikan gua masuk ke dalam rumah
Sudah gua anggap biasa silent treatment nya ketika ia marah. Kesel juga sebenernya, cuma ya mau gimana lagi.
Di dalam kamar, gua mondar-mandir menyiapkan peralatan untuk esok ujian. Namun gua sendiri bingung apa yang harus dipersiapkan, UN besok kan udah lewat komputer!
Jam dinding di kamar gua menunjukkan pukul setengah 11 malam, gua memutuskan untuk pergi membujuk Zahra.
Dua kali gua ketuk pintu kamarnya, ngga ada jawaban maupun suara reaksi dari penghuni di dalamnya. Entah dia sudah tertidur, atau memang dia yang ngga mau ketemu.
Gua memutuskan untuk kembali ke kamar, lalu mengirimkan pesan singkat ke Zahra "aku ngga mau ya kamu dikit-dikit ngambek gini. Kita udah gede ra, ngga usah lah ngambek sampe ngebisu!"
Gua melempar ponsel ke tempat tidur, dan mulai berbaring sampai hilang kesadaran dengan sendirinya.
--
"Mas.." Zahra menghampiri gua di kamar
"Nun?" Saut gua
Ia memakaikan dasi dan merapikannya seperti biasa
"Maafin, soal kemaren malem" ucapnya lirih
"Ngga apa, jangan diulangi lagi" gua mengusap poninya, lalu menggandengnya ke teras depan.
Di meja depan, sudah tersedia kopi dan gorengan. Masih pukul 6 kurang, sedangkan waktu ujian pukul 7.30. Tersisa banyak waktu untuk kami bersantai sejenak.
Angkatan gua adalah angkatan pertama yang menjalankan UNBK serentak seluruh negeri.
Masing-masing pelajaran akan terbagi menjadi 3 sesi ujian, gua dan Zahra mendapat bagian sesi pertama.
Gua bersyukur karena mendapat sesi pertama. Karena bagi gua, pagi hari memang waktu yang tepat untuk memulai aktifitas. Pikiran gua belum terbang ke mana-mana, jadi bisa lebih fokus dalam menyantap soal ujian.
Zahra berulang kali membolak-balik catatannya yang dibaca ulang, sembari sesekali menenggak teh hangat miliknya.
*Cekrek* gua mengabadikan Zahra dengan kamera ponsel tanpa sepengetahuannya.
Dari dalam rumah, Dini berjalan menghampiri Zahra, gelendotan di pangkuannya dengan rambut berantakan, pipi yang terdapat noda iler, serta tahi mata di sudut-sudut matanya.
Zahra pun menghentikan aktifitas belajarnya sebentar untuk menggendong Dini.
"Kowe loh anake sopo? Tangi turu kok malah goleki Zahra" ucap gua
"Anake Rara" balas Dini dengan ucapan samar-samar karena belum lancar berbicara
"Sembarangan" Zahra mencubit pipi Dini dengan gemasnya.
Sekejap kemudian, Dini sudah kembali ke gendongan Mamah untuk dimandikan.
--
Jam 7 kurang, gua dan Zahra sudah tiba di sekolah. Tepat di depan pintu ruang ujian sudah terdapat banyak siswa yang duduk lesehan menunggu waktu ujian tiba.
Ada yang serius membaca ulang soal-soal latihan, ada juga yang bercanda untuk sekedar refresh agar tidak terlalu tegang saat ujian nanti.
Tepat pukul 7 lebih 15 menit, kami semua masuk ke dalam ruang ujian, duduk di tempat masing-masing berhadapan dengan komputer yang akan menampilkan soal-soal ujian penentu kelulusan.
Ngga terlalu sulit bagi gua mengerjakan soal bahasa Indonesia. 50 soal gua kerjakan dengan yakin. Waktu ujian yang tersisa gua gunakan untuk mengerjakan ulang serta merevisi jawaban-jawaban yang gua rasa salah.
--
Hari kamis, tanggal 3 april 201X adalah hari terakhir kami menghadapi Ujian nasional. Jadwal terakhir di ujian kali ini yaitu mata pelajaran kompetensi atau jurusan.
"Ah taik" batin gua ketika mengerjakan soal mekanika teknik.
Gua benar-benar lemah di bagian ini. Soal soal lainnya bisa gua kerjakan dengan yakin, namun yang ini..
15 menit tersisa, belum ada soal dari matematika teknik yang gua kerjakan. Akhirnya gua menyerah dan memilih jawaban secara acak.
--
"Gimana? Bisa kan mektek nya?"
"Ngga, aku jawab ngawur" jawab gua
"Kan aku udah ajarin semalem"
"Semalem aku udah bisa, tapi tadi tuh ngeblank semua. Aku lemah di situ"
"Trus nanti nilainya gimana dong?"
"Biarin lah" ucap gua pasrah
Meskipun Zahra berulang kali mengajarkan gua tentang rumus-rumus matematika dan mekanika teknik, tetap aja gua lupa rumus-rumusnya.
Lagian kenapa sih mempelajarin hal seperti itu? Gua ngga bakal jadi saintis yang tiap hari berhadapan sama hitung-hitungan rumit!
Rumus-rumus sulit pun juga ngga terpakai ketika gua menghitung kekuatan struktur. Karena fakta saat gua bekerja, semuanya sudah serba software.
Bahkan software gambar jaman sekarang pun sudah dilengkapi fitur perhitungan volume. Jadi ngga perlu lagi menghitung secara manual panjang kali lebar kali tinggi.
Tapi ya sudah lah, emang kurikulumnya ketinggalan zaman.
--
"Ra, nitip dini sebentar ya" ucap Mamah ke Zahra
"Iya tante" Zahra mengambil Dini dari gendongan Mamah
Siang ini, mamah meminta gua untuk mengantarnya, entah ke mana, Mamah ngga menjawab ketika gua tanya.
"Ini ke mana?" Tanya gua lagi ketika keluar dari gang perumahan.
Mamah asik memainkan handpone nya di bangku penumpang. Ia berpaling ke arah gua sejenak, kemudian menyebut salah satu daerah di daerah semarang selatan.
Setelah mengarahkan tujuan, Mamah kembali menatap layar HP nya. Entah siapa yang akan kami temui kali ini.
"Masuk situ" Mamah menujuk satu kampus di sana, dan mengarahkan gua masuk ke dalamnya.
Setelah memarkirkan mobil, gua dan Mamah berjalan ke kantor di kampus tersebut.
Seseorang wanita seumuran Mamah menyambut kami berdua.
Kami dipandu menuju sofa di salah satu sudut ruangan.
Mamah dan wanita tersebut terlihat sangat akrab "mungkin salah satu teman mamah" batin gua
"Raja mau masuk jurusan arsitek kan?" Tanya wanita tadi ke gua
"Hah?.." gua menatap wanita tersebut, kemudian berpaling ke mamah.
Mamah mengeluarkan print out registrasi dari dalam tasnya "kamu Mamah daftarin di sini, masuk ke arsitektur. Udah mamah urus semuanya"
"Lah, aku doang yang didaftarin? Zahra gimana?... Lagian hasil ujian aja belum keluar udah main daftar-daftarin aja" protes gua
"Loh, mamah udah nawarin. Dia bilang mau coba masuk PTN dulu" balas Mamah
Di seberang tempat duduk gua, ada lembaran-lembaran yang akan dikumpulkan ke panitia pendaftaran. Isinya data diri gua sebagai calon mahasiswa baru di kampus ini.
Gua mengambil form tersebut, membaca kalimat per kalimat. Di akhir halaman, terdapat nilai yang sudah dibayarkan oleh Mamah.
Kepala gua langsung pusing melihat UKT dan Uang pokoknya. Gua mengusap usap jidat, kemudian menyerahkan lembaran kertas tersebut ke Mamah.
"Email sama nomer teleponnya aktif kan? Nanti ada jadwal sama info ospeknya lewat sana" Wanita teman mamah tadi menginfokan
Setelah obrolan-obrolan ngga penting antara Mamah dan Temannya tadi, kami pergi dari kampus dan pulang ke rumah. Gua melajukan mobil melewati teriknya kota.
"Mas, pacarmu sekarang siapa?" Mamah membuka obrolan ketika di jalan
"Ngga punya" jawab gua
"Cari dong, Mamah jadi khawatir liat kamu kayak gini. Biasanya ngga lama cari ganti, sekarang kok betah amat ngejomblo"
"..."
"Kamu ngga 'belok', kan?" Mamah bertanya dengan ragu
Gua menatap Mamah dengan tatapan heran, terkejut karena bisa-bisanya Mamah mengira gua belok gara-gara patah hati kemarin.
Bengkel tercinta jadi tujuan utama bagi gua.
Izal, Ryan, Ferry yang juga akan menghadapi ujian nasional esok hari ikut gabung pada malam itu.
Entah bagaimana masa depan kami setelah lulus nanti.
Bagi Izal, gua rasa ngga bakalan pusing-pusing jika ngga dapat lowongan pekerjaan. Toh, selama internetnya masih lancar, isi dompetnya ngga akan gemetar.
Ryan gua gadang-gadang bakal bantu-bantu mas Joe dalam mengembangkan bengkel ini. Bahkan bisa jadi Ryan bakal dibukakan cabang di tempat lain oleh mas Joe.
Bagi ferry, jelas ngga ada masalah berarti dalam memikirkan esok hari, pilihan dia banyak. Kalau ngga dapet kerjaan, ada bapak dia yang bisa ngasih suntikan modal usaha. Atau opsi terakhir dia bisa ditarik sebagai pekerja kontrak waktu tertentu oleh kakak dia yang memiliki jabatan sebagai Project Manager suatu kontraktor BUMN.
Gua sendiri, mungkin bakal memutuskan untuk bekerja setelah tak diterima di SNMPTN kemarin. Gua sebagai anak SMK juga ngga berharap lebih di SBMPTN besok. Kecil kemungkinannya anak SMK bakal lolos SBMPTN jika materi test yang digunakan adalah kurikulum anak SMA.
HP gua menyala, menampilkan foto Zahra di layarnya. Gua menekan tombol hijau, lalu menempelkan HP di telinga.
"Pulang mas, udah malem ih" ucap Zahra di ujung sana
"Baru jam 9 ra" protes gua
"Mas, besok tuh ujian. Istirahat" omelnya, dengan nada meninggi
"Iya iya" gua menyerah daripada harus berdebat panjang. Telepon langsung gua matikan, lalu pamit ke anak-anak
"Congyangnya aja belum dateng, udah balik aja" ucap Ferry
"Yaudah, lu izinin gua ke Zahra dah" saut gua
"Idih, kok jadi gua yang minta izin"
10 menit perjalanan gua tempuh menuju rumah. Zahra menunggu di ruang tamu yang tak dinyalakan lampunya.
"Kok ngga dinyalain lampunya?" Tanya gua
Ia tak menjawab, malah ngeluyur ke dalam kamarnya setelah memastikan gua masuk ke dalam rumah
Sudah gua anggap biasa silent treatment nya ketika ia marah. Kesel juga sebenernya, cuma ya mau gimana lagi.
Di dalam kamar, gua mondar-mandir menyiapkan peralatan untuk esok ujian. Namun gua sendiri bingung apa yang harus dipersiapkan, UN besok kan udah lewat komputer!
Jam dinding di kamar gua menunjukkan pukul setengah 11 malam, gua memutuskan untuk pergi membujuk Zahra.
Dua kali gua ketuk pintu kamarnya, ngga ada jawaban maupun suara reaksi dari penghuni di dalamnya. Entah dia sudah tertidur, atau memang dia yang ngga mau ketemu.
Gua memutuskan untuk kembali ke kamar, lalu mengirimkan pesan singkat ke Zahra "aku ngga mau ya kamu dikit-dikit ngambek gini. Kita udah gede ra, ngga usah lah ngambek sampe ngebisu!"
Gua melempar ponsel ke tempat tidur, dan mulai berbaring sampai hilang kesadaran dengan sendirinya.
--
"Mas.." Zahra menghampiri gua di kamar
"Nun?" Saut gua
Ia memakaikan dasi dan merapikannya seperti biasa
"Maafin, soal kemaren malem" ucapnya lirih
"Ngga apa, jangan diulangi lagi" gua mengusap poninya, lalu menggandengnya ke teras depan.
Di meja depan, sudah tersedia kopi dan gorengan. Masih pukul 6 kurang, sedangkan waktu ujian pukul 7.30. Tersisa banyak waktu untuk kami bersantai sejenak.
Angkatan gua adalah angkatan pertama yang menjalankan UNBK serentak seluruh negeri.
Masing-masing pelajaran akan terbagi menjadi 3 sesi ujian, gua dan Zahra mendapat bagian sesi pertama.
Gua bersyukur karena mendapat sesi pertama. Karena bagi gua, pagi hari memang waktu yang tepat untuk memulai aktifitas. Pikiran gua belum terbang ke mana-mana, jadi bisa lebih fokus dalam menyantap soal ujian.
Zahra berulang kali membolak-balik catatannya yang dibaca ulang, sembari sesekali menenggak teh hangat miliknya.
*Cekrek* gua mengabadikan Zahra dengan kamera ponsel tanpa sepengetahuannya.
Dari dalam rumah, Dini berjalan menghampiri Zahra, gelendotan di pangkuannya dengan rambut berantakan, pipi yang terdapat noda iler, serta tahi mata di sudut-sudut matanya.
Zahra pun menghentikan aktifitas belajarnya sebentar untuk menggendong Dini.
"Kowe loh anake sopo? Tangi turu kok malah goleki Zahra" ucap gua
"Anake Rara" balas Dini dengan ucapan samar-samar karena belum lancar berbicara
"Sembarangan" Zahra mencubit pipi Dini dengan gemasnya.
Sekejap kemudian, Dini sudah kembali ke gendongan Mamah untuk dimandikan.
--
Jam 7 kurang, gua dan Zahra sudah tiba di sekolah. Tepat di depan pintu ruang ujian sudah terdapat banyak siswa yang duduk lesehan menunggu waktu ujian tiba.
Ada yang serius membaca ulang soal-soal latihan, ada juga yang bercanda untuk sekedar refresh agar tidak terlalu tegang saat ujian nanti.
Tepat pukul 7 lebih 15 menit, kami semua masuk ke dalam ruang ujian, duduk di tempat masing-masing berhadapan dengan komputer yang akan menampilkan soal-soal ujian penentu kelulusan.
Ngga terlalu sulit bagi gua mengerjakan soal bahasa Indonesia. 50 soal gua kerjakan dengan yakin. Waktu ujian yang tersisa gua gunakan untuk mengerjakan ulang serta merevisi jawaban-jawaban yang gua rasa salah.
--
Hari kamis, tanggal 3 april 201X adalah hari terakhir kami menghadapi Ujian nasional. Jadwal terakhir di ujian kali ini yaitu mata pelajaran kompetensi atau jurusan.
"Ah taik" batin gua ketika mengerjakan soal mekanika teknik.
Gua benar-benar lemah di bagian ini. Soal soal lainnya bisa gua kerjakan dengan yakin, namun yang ini..
15 menit tersisa, belum ada soal dari matematika teknik yang gua kerjakan. Akhirnya gua menyerah dan memilih jawaban secara acak.
--
"Gimana? Bisa kan mektek nya?"
"Ngga, aku jawab ngawur" jawab gua
"Kan aku udah ajarin semalem"
"Semalem aku udah bisa, tapi tadi tuh ngeblank semua. Aku lemah di situ"
"Trus nanti nilainya gimana dong?"
"Biarin lah" ucap gua pasrah
Meskipun Zahra berulang kali mengajarkan gua tentang rumus-rumus matematika dan mekanika teknik, tetap aja gua lupa rumus-rumusnya.
Lagian kenapa sih mempelajarin hal seperti itu? Gua ngga bakal jadi saintis yang tiap hari berhadapan sama hitung-hitungan rumit!
Rumus-rumus sulit pun juga ngga terpakai ketika gua menghitung kekuatan struktur. Karena fakta saat gua bekerja, semuanya sudah serba software.
Bahkan software gambar jaman sekarang pun sudah dilengkapi fitur perhitungan volume. Jadi ngga perlu lagi menghitung secara manual panjang kali lebar kali tinggi.
Tapi ya sudah lah, emang kurikulumnya ketinggalan zaman.
--
"Ra, nitip dini sebentar ya" ucap Mamah ke Zahra
"Iya tante" Zahra mengambil Dini dari gendongan Mamah
Siang ini, mamah meminta gua untuk mengantarnya, entah ke mana, Mamah ngga menjawab ketika gua tanya.
"Ini ke mana?" Tanya gua lagi ketika keluar dari gang perumahan.
Mamah asik memainkan handpone nya di bangku penumpang. Ia berpaling ke arah gua sejenak, kemudian menyebut salah satu daerah di daerah semarang selatan.
Setelah mengarahkan tujuan, Mamah kembali menatap layar HP nya. Entah siapa yang akan kami temui kali ini.
"Masuk situ" Mamah menujuk satu kampus di sana, dan mengarahkan gua masuk ke dalamnya.
Setelah memarkirkan mobil, gua dan Mamah berjalan ke kantor di kampus tersebut.
Seseorang wanita seumuran Mamah menyambut kami berdua.
Kami dipandu menuju sofa di salah satu sudut ruangan.
Mamah dan wanita tersebut terlihat sangat akrab "mungkin salah satu teman mamah" batin gua
"Raja mau masuk jurusan arsitek kan?" Tanya wanita tadi ke gua
"Hah?.." gua menatap wanita tersebut, kemudian berpaling ke mamah.
Mamah mengeluarkan print out registrasi dari dalam tasnya "kamu Mamah daftarin di sini, masuk ke arsitektur. Udah mamah urus semuanya"
"Lah, aku doang yang didaftarin? Zahra gimana?... Lagian hasil ujian aja belum keluar udah main daftar-daftarin aja" protes gua
"Loh, mamah udah nawarin. Dia bilang mau coba masuk PTN dulu" balas Mamah
Di seberang tempat duduk gua, ada lembaran-lembaran yang akan dikumpulkan ke panitia pendaftaran. Isinya data diri gua sebagai calon mahasiswa baru di kampus ini.
Gua mengambil form tersebut, membaca kalimat per kalimat. Di akhir halaman, terdapat nilai yang sudah dibayarkan oleh Mamah.
Kepala gua langsung pusing melihat UKT dan Uang pokoknya. Gua mengusap usap jidat, kemudian menyerahkan lembaran kertas tersebut ke Mamah.
"Email sama nomer teleponnya aktif kan? Nanti ada jadwal sama info ospeknya lewat sana" Wanita teman mamah tadi menginfokan
Setelah obrolan-obrolan ngga penting antara Mamah dan Temannya tadi, kami pergi dari kampus dan pulang ke rumah. Gua melajukan mobil melewati teriknya kota.
"Mas, pacarmu sekarang siapa?" Mamah membuka obrolan ketika di jalan
"Ngga punya" jawab gua
"Cari dong, Mamah jadi khawatir liat kamu kayak gini. Biasanya ngga lama cari ganti, sekarang kok betah amat ngejomblo"
"..."
"Kamu ngga 'belok', kan?" Mamah bertanya dengan ragu
Gua menatap Mamah dengan tatapan heran, terkejut karena bisa-bisanya Mamah mengira gua belok gara-gara patah hati kemarin.
Diubah oleh congyang.jus 17-04-2022 14:48
mirzazmee dan 15 lainnya memberi reputasi
16