- Beranda
- Stories from the Heart
THE WORLD [MONSTER]
...
TS
the.collega
THE WORLD [MONSTER]
Dibalik kemegahan dan kilauannya dunia ini, ternyata ia menyimpan suatu rahasia tergelap.
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
![THE WORLD [MONSTER]](https://s.kaskus.id/images/2020/09/15/2385673_20200915024638.jpg)
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
ARC I "Black Beat Beaters"
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
Quote:
![THE WORLD [MONSTER]](https://s.kaskus.id/images/2020/09/15/2385673_20200915024638.jpg)
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
Spoiler for Cerita Jenaka:
ARC I "Black Beat Beaters"
Spoiler for ARC I:
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
Spoiler for ARC II:
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
Spoiler for ARC III:
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
Spoiler for ARC IV:
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
Spoiler for ARC V:
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
Spoiler for ARC VI:
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
Spoiler for ARC VII:
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
Spoiler for ARC VIII:
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
Spoiler for ARC IX:
- Chapter 198
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- Lanjutan Arc
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- Lanjutan Arc
Diubah oleh the.collega 07-05-2025 14:12
eldini dan 34 lainnya memberi reputasi
25
27.7K
Kutip
702
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
the.collega
#192
Chapter 124
Quote:
Sang wakil komandan berhasil melarikan diri saat kejadian mengerikan itu terjadi. Pasukan yang menjaga pintu gerbang markas utama terheran-heran dengan kehadiran mendadak Ferdinand pada tengah malam seperti ini. Katanya ada sesuatu yang harus segera dirapatkan, sehingga Ferdinand tidak sempat untuk membuat surat kunjungan secara resmi.
Di dalam markas utama yang jaraknya tidak terlalu jauh karena berada dekat pusat kota, Ferdinand tidak langsung bertemu dengan pemimpin tertinggi, karena orang tersebut bermukim di gedung pemerintahan. Sehingga perwakilannya saja yang berhasil ditemui, seragam milik Ferdinand belum sempat diganti, lusuh dan terlihat kotor.
“Ada apa? tumben sekali tidak ada pemberitahuan sebelumnya,” tanya perwakilan pemimpin tertinggi.
“Maaf, saya tidak sempat melakukannya. Karena….,” mendadak tubuh Ferdinand bergetar hebat ketika mengingat kejadian yang baru saja dialaminya.
“Karena? Kau sangat gemetar, akan kuminta orang tuk membuatkanmu minum, tunggu sebentar.”
Ferdinand ditinggalkan sendirian di sebuah ruangan yang mewah, furnitur besar dengan corak yang kaya berdampingan mengisi ruangan. Sebuah lukisan sosok pemimpin tergantung hebat di dinding. Padahal lampu ruangan sudah dibuat senyaman mungkin untuk mata ataupun perasaan orang yang berkunjung dengan warna-warna yang hangat dan kalem. Tetap saja, kengerian yang dilihatnya tidak mampu terbendung dalam pikirannya.
“Minuman hangat---,” belum sempat ia menyelesaikan, Ferdinand sudah beranjak dari tempat duduknya, lalu memotong pembicaraan.
“Komandan Gert sudah menghabisi semua orang yang ada dalam lab….percobaan ini gagal total….,” ucap Ferdinand bergetar.
“Sebentar-sebentar, tenangkan dirimu, duduk dan minumlah ini,” mereka berdua pun duduk berhadapan. Perwakilan pemimpin masih belum bisa mencerna perkataan Ferdinand, karena dari laporan yang diterimanya belum lama ini. Laporan itu mengatakan bahwa percobaan berhasil dan hanya menunggu waktu beberapa hari untuk penyesuaian. Tetapi Ferdinand malah datang memberikan berita lainnya.
Minuman yang berupa teh hitam hangat diminum oleh Ferdinand, satu tegukan sudah mampu untuk menenangkan pikirannya. Guncangan hebat yang dihasilkan menggoyahkan mentalnya tadi. Ia masih takut jika komandan Gert malah menghampirinya ke sini karena kesal dirinya melarikan diri. Ketika situasi mulai terkendali, barulah Ferdinand menceritakan semuanya. Yang pada intinya memang percobaan yang dilakukan seharusnya tidak usah dikerjaan pada saat pertama kali rencana itu digulirkan.
“Komandan Gert kehilangan kendali, lalu membunuh semuanya, termasuk para ilmuwan itu?”
“Ya, saya yakin. Rasanya tidak mungkin ada yang selamat dari serangan itu,” ujar Ferdinand.
“Hm, baiklah laporan mu diterima. Namun untuk langkah selanjutnya perlu ada rapat yang diadakan di gedung pemerintahan.”
“Ku mohon, tolong berikan izin untuk memusnahkannya. Kita bisa berperang dengan kekuatan militer yang kita miliki sekarang, dibanding dengan percobaan membuat monster berbahaya yang mungkin saja malah membalik merugikan kita.”
Terlihat bahwa Ferdinand ingin segera menyelesaikannya, sebelum semuanya terlambat. Namun komando pusat tidak bisa bertindak gegabah, cerita Ferdinand pun akan ditindak lanjuti terlebih dahulu karena kurangnya saksi jika memang ada kejadian seperti itu.
Sementara itu Dr. Geere terbangun, tepat di atas meja kerjanya. Dokumen-dokumen berserakan bahkan ada beberapa yang jatuh ke lantai. Sontak Dr. Geere pun terkejut, yang ia ingat terakhir saat sang komandan menusuk jantungnya hingga menembus kepunggungnya. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengumpulkan seluruh berkas dokumennya sambil menerka-nerka apakah memang kejadian mengerikan itu hanyalah sebuah mimpi atau bukan.
“Sangat nyata,” sambil membereskan dokumennya. Lalu yang dilakukan selanjutnya adalah keluar dari ruangan kerjanya untuk mengecek keadaan di luar.
Langkahnya pelan dan juga takut, matanya terus mengawasi keadaan disekitarnya. Lorong yang tidak luas ini pun seakan menjadi penjara baginya. Setelah berjalan cukup lama dan sampai di bagian utama dalam markas ini, beberapa orang prajurit terlihat berjalan beriringan. Bahkan ada yang menyapa sang professor. Situasi ini semakin membingungkan dirinya, hanya ada satu hal yang perlu dipastikan. Ilmuwan lain yang bersamanya saat momen terakhirnya.
Kali ini Dr. Geere berlari kencang, hingga ia menabrak seseorang dengan keras hingga membuat keduanya terjatuh secara bersamaan.
“Maaf, saya buru-buru,” ucap Dr. Geere kepada orang yang ditabraknya, memakai baju panjang seperti dokter rumah sakit.
“Auch!” sosok ini menoleh, Dr. Geere langsung mengingatnya. “ah Professor, ada apa? apakah ada hal yang harus diteliti lagi?”
“Hei!” Dr. Geere menarik kerah baju yang dipakai rekannya itu. “apa yang terjadi? Kenapa orang-orang kembali lagi?”
Pertanyaan Dr. Geere membuatnya kebingungan, ia menjelaskan bahwa percobaan yang dilakukan kepada komandan Gert menemui titik terang. Setelah demonstrasi kekuatan, semuanya berkumpul di aula untuk berpesta, dan kejadian itu sudah tiga hari yang lalu. Bahkan ia melanjutkan bahwa Dr. Geere begitu mabuk hingga harus dibopong oleh ilmuwan lain.
Terdengar suara langkah kaki mendekati mereka berdua, suasana ketika berubah tajam dan pekat ketika Dr. Geere mengetahui bahwa didepannya sekarang ada sang komandan. Berdiri tegap dengan seragam kebanggaannya menyelimuti tubuh. Ia sempat mengulurkan tangannya, karena posisi sang ilmuwan andalan yang masih terduduk di lantai dan belum sempat bangun lagi.
“Prof? ada apa?” tanya sang komandan pelan.
Dr. Geere bergetar, bahkan untuk mengangkat tangannya saja tidak sanggup, ia masih bersikukuh bahwa kejadian pembantaian itu bukanlah sebuah mimpi.
“Tidak,” Dr. Geere bangun sendiri tanpa menyambut tangan dari sang komandan. “mungkin saya terlalu lelah bekerja dan membuat kondisi mental saya kurang baik.”
“Beristirahatlah, sudah beberapa hari ini saya perhatikan anda bekerja tanpa henti…,” Dr. Geere hanya tersenyum dan langsung meninggalkan rekan dan juga sang komandan. Sesekali wajahnya memaling, untuk melihat dua orang dibelakangnya itu.
Ruangan tim medis menjadi tempat singgah selanjutnya bagi sang professor. Di sini juga semuanya berjalan baik-baik saja, begitu pun dengan serum yang sudah diberikan pada rekannya beberapa hari lalu. Tersimpan rapih di sebuah lemari pendingin berukuran besar. Jika memang yang dialaminya adalah mimpi, mengapa semuanya terasa sangat nyata dan rasa sakitnya pun sungguhan. Dr. Geere memutuskan untuk beristirahat sejenak di luar markas, pepohonan rindang disekitarnya memberikan udara yang segar baginya. Pikiran-pikiran aneh yang berhubungan dengan pembantaian semuanya hilang.
“Wakil komandan Ferdinand?” sang wakil hanya memandanginya dingin, tatapan matanya pun kosong.
Setengah jam dihabiskannya di luar, aura positif yang alam berikan padanya membuat tubuhnya lebih rileks dan pikirannya tenang. Dr. Geere menyudahinya dengan kembali masuk ke dalam, matanya kemudian memincing ke atas ketika menyadari ada seseorang yang sedang melihat kearahnya. Ketika diperjelas sosok itu adalah sang komandan sendiri dengan menyilangkan kedua tangannya kebelakang.
Di dalam markas utama yang jaraknya tidak terlalu jauh karena berada dekat pusat kota, Ferdinand tidak langsung bertemu dengan pemimpin tertinggi, karena orang tersebut bermukim di gedung pemerintahan. Sehingga perwakilannya saja yang berhasil ditemui, seragam milik Ferdinand belum sempat diganti, lusuh dan terlihat kotor.
“Ada apa? tumben sekali tidak ada pemberitahuan sebelumnya,” tanya perwakilan pemimpin tertinggi.
“Maaf, saya tidak sempat melakukannya. Karena….,” mendadak tubuh Ferdinand bergetar hebat ketika mengingat kejadian yang baru saja dialaminya.
“Karena? Kau sangat gemetar, akan kuminta orang tuk membuatkanmu minum, tunggu sebentar.”
Ferdinand ditinggalkan sendirian di sebuah ruangan yang mewah, furnitur besar dengan corak yang kaya berdampingan mengisi ruangan. Sebuah lukisan sosok pemimpin tergantung hebat di dinding. Padahal lampu ruangan sudah dibuat senyaman mungkin untuk mata ataupun perasaan orang yang berkunjung dengan warna-warna yang hangat dan kalem. Tetap saja, kengerian yang dilihatnya tidak mampu terbendung dalam pikirannya.
“Minuman hangat---,” belum sempat ia menyelesaikan, Ferdinand sudah beranjak dari tempat duduknya, lalu memotong pembicaraan.
“Komandan Gert sudah menghabisi semua orang yang ada dalam lab….percobaan ini gagal total….,” ucap Ferdinand bergetar.
“Sebentar-sebentar, tenangkan dirimu, duduk dan minumlah ini,” mereka berdua pun duduk berhadapan. Perwakilan pemimpin masih belum bisa mencerna perkataan Ferdinand, karena dari laporan yang diterimanya belum lama ini. Laporan itu mengatakan bahwa percobaan berhasil dan hanya menunggu waktu beberapa hari untuk penyesuaian. Tetapi Ferdinand malah datang memberikan berita lainnya.
Minuman yang berupa teh hitam hangat diminum oleh Ferdinand, satu tegukan sudah mampu untuk menenangkan pikirannya. Guncangan hebat yang dihasilkan menggoyahkan mentalnya tadi. Ia masih takut jika komandan Gert malah menghampirinya ke sini karena kesal dirinya melarikan diri. Ketika situasi mulai terkendali, barulah Ferdinand menceritakan semuanya. Yang pada intinya memang percobaan yang dilakukan seharusnya tidak usah dikerjaan pada saat pertama kali rencana itu digulirkan.
“Komandan Gert kehilangan kendali, lalu membunuh semuanya, termasuk para ilmuwan itu?”
“Ya, saya yakin. Rasanya tidak mungkin ada yang selamat dari serangan itu,” ujar Ferdinand.
“Hm, baiklah laporan mu diterima. Namun untuk langkah selanjutnya perlu ada rapat yang diadakan di gedung pemerintahan.”
“Ku mohon, tolong berikan izin untuk memusnahkannya. Kita bisa berperang dengan kekuatan militer yang kita miliki sekarang, dibanding dengan percobaan membuat monster berbahaya yang mungkin saja malah membalik merugikan kita.”
Terlihat bahwa Ferdinand ingin segera menyelesaikannya, sebelum semuanya terlambat. Namun komando pusat tidak bisa bertindak gegabah, cerita Ferdinand pun akan ditindak lanjuti terlebih dahulu karena kurangnya saksi jika memang ada kejadian seperti itu.
Sementara itu Dr. Geere terbangun, tepat di atas meja kerjanya. Dokumen-dokumen berserakan bahkan ada beberapa yang jatuh ke lantai. Sontak Dr. Geere pun terkejut, yang ia ingat terakhir saat sang komandan menusuk jantungnya hingga menembus kepunggungnya. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengumpulkan seluruh berkas dokumennya sambil menerka-nerka apakah memang kejadian mengerikan itu hanyalah sebuah mimpi atau bukan.
“Sangat nyata,” sambil membereskan dokumennya. Lalu yang dilakukan selanjutnya adalah keluar dari ruangan kerjanya untuk mengecek keadaan di luar.
Langkahnya pelan dan juga takut, matanya terus mengawasi keadaan disekitarnya. Lorong yang tidak luas ini pun seakan menjadi penjara baginya. Setelah berjalan cukup lama dan sampai di bagian utama dalam markas ini, beberapa orang prajurit terlihat berjalan beriringan. Bahkan ada yang menyapa sang professor. Situasi ini semakin membingungkan dirinya, hanya ada satu hal yang perlu dipastikan. Ilmuwan lain yang bersamanya saat momen terakhirnya.
Kali ini Dr. Geere berlari kencang, hingga ia menabrak seseorang dengan keras hingga membuat keduanya terjatuh secara bersamaan.
“Maaf, saya buru-buru,” ucap Dr. Geere kepada orang yang ditabraknya, memakai baju panjang seperti dokter rumah sakit.
“Auch!” sosok ini menoleh, Dr. Geere langsung mengingatnya. “ah Professor, ada apa? apakah ada hal yang harus diteliti lagi?”
“Hei!” Dr. Geere menarik kerah baju yang dipakai rekannya itu. “apa yang terjadi? Kenapa orang-orang kembali lagi?”
Pertanyaan Dr. Geere membuatnya kebingungan, ia menjelaskan bahwa percobaan yang dilakukan kepada komandan Gert menemui titik terang. Setelah demonstrasi kekuatan, semuanya berkumpul di aula untuk berpesta, dan kejadian itu sudah tiga hari yang lalu. Bahkan ia melanjutkan bahwa Dr. Geere begitu mabuk hingga harus dibopong oleh ilmuwan lain.
Terdengar suara langkah kaki mendekati mereka berdua, suasana ketika berubah tajam dan pekat ketika Dr. Geere mengetahui bahwa didepannya sekarang ada sang komandan. Berdiri tegap dengan seragam kebanggaannya menyelimuti tubuh. Ia sempat mengulurkan tangannya, karena posisi sang ilmuwan andalan yang masih terduduk di lantai dan belum sempat bangun lagi.
“Prof? ada apa?” tanya sang komandan pelan.
Dr. Geere bergetar, bahkan untuk mengangkat tangannya saja tidak sanggup, ia masih bersikukuh bahwa kejadian pembantaian itu bukanlah sebuah mimpi.
“Tidak,” Dr. Geere bangun sendiri tanpa menyambut tangan dari sang komandan. “mungkin saya terlalu lelah bekerja dan membuat kondisi mental saya kurang baik.”
“Beristirahatlah, sudah beberapa hari ini saya perhatikan anda bekerja tanpa henti…,” Dr. Geere hanya tersenyum dan langsung meninggalkan rekan dan juga sang komandan. Sesekali wajahnya memaling, untuk melihat dua orang dibelakangnya itu.
Ruangan tim medis menjadi tempat singgah selanjutnya bagi sang professor. Di sini juga semuanya berjalan baik-baik saja, begitu pun dengan serum yang sudah diberikan pada rekannya beberapa hari lalu. Tersimpan rapih di sebuah lemari pendingin berukuran besar. Jika memang yang dialaminya adalah mimpi, mengapa semuanya terasa sangat nyata dan rasa sakitnya pun sungguhan. Dr. Geere memutuskan untuk beristirahat sejenak di luar markas, pepohonan rindang disekitarnya memberikan udara yang segar baginya. Pikiran-pikiran aneh yang berhubungan dengan pembantaian semuanya hilang.
“Wakil komandan Ferdinand?” sang wakil hanya memandanginya dingin, tatapan matanya pun kosong.
Setengah jam dihabiskannya di luar, aura positif yang alam berikan padanya membuat tubuhnya lebih rileks dan pikirannya tenang. Dr. Geere menyudahinya dengan kembali masuk ke dalam, matanya kemudian memincing ke atas ketika menyadari ada seseorang yang sedang melihat kearahnya. Ketika diperjelas sosok itu adalah sang komandan sendiri dengan menyilangkan kedua tangannya kebelakang.
Diubah oleh the.collega 03-02-2022 09:50
69banditos dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas
Tutup