- Beranda
- Stories from the Heart
Penunggu Danau Ranu Kumbolo Semeru
...
TS
xandler
Penunggu Danau Ranu Kumbolo Semeru

Quote:
GIF
Sebelum membaca harap di perhatikan terlebih dahulu beberapa point di bawah ini ;
1.ini berkisah dari teman wanita saya, namun banyak bagian yang sengaja saya lebih-lebih kan, jadi anggap saja 90% story ini adalah fiksi.
2.ini adalah short story, yang mungkin hanya akan tamat 3-5 part.
3.Update untuk story ini maksimal 3 hari sekali.
4.Genre pembunuhan, horor dan survival.
5.Di larang mempublikasikan ke dalam media ap pun, dengan tujuan ke untungan sendiri, tanpa persetujuan penulis.
1.ini berkisah dari teman wanita saya, namun banyak bagian yang sengaja saya lebih-lebih kan, jadi anggap saja 90% story ini adalah fiksi.
2.ini adalah short story, yang mungkin hanya akan tamat 3-5 part.
3.Update untuk story ini maksimal 3 hari sekali.
4.Genre pembunuhan, horor dan survival.
5.Di larang mempublikasikan ke dalam media ap pun, dengan tujuan ke untungan sendiri, tanpa persetujuan penulis.
Quote:
Part 1 : Malam Pertama
"kakak.. baju nya udah di masukin semua?". tanya ibu dari lantai bawah.
"udah kok mah". saut ku.
"cepetan.. nanti malah ketinggalan bus nya". ujar nya.
"iya mah, ini udah selesai kok". saut ku.
Aku sekarang sedang merapihkan beberapa pakaian dan juga peralatan yang akan ku pakai untuk camping sekolah. Waktu keberangkatan adalah pukul 9, sedangkan sekarang sudah pukul 8, dan aku masih sibuk memilih-milih baju.
Bukan karna aku ingin di perhatikan, karna aku orang nya tidak tahan dingin, jadi aku berfikir lebih baik untuk menggunakan pakaian tebal, namun di satu sisi aku juga tidak tahan panas, aku kembali melepas pakaian tebal ku.
Inilah karakter ku, begitu repot dan suka overthinking, padahal aku hanya perlu memakai jaket, dan jika suhu di dalam bis tidak dingin, aku hanya perlu melepas nya.
Tidak hanya itu, rambut ku yang panjang pun juga menjadi sumber masalah untuk ku, jika ku ikat maka rambut ku akan kusut, dan jika tidak ku ikat, aku akan kepanasan. Namun jika aku potong pendek, aku malah tidak menyukai nya. Terkadang aku suka merasa kesal terhadap diri ku, yang suka berlebihan berfikir.
.
.
Perkenal kan, namaku adalah Riska, sekarang aku duduk di kelas 2 SMA, kini aku sedang berlari menuju sekolah, dengan tas yang cukup berat ku gemblok, dengan nafas begitu kembang kempis, aku paksakan kaki ku untuk tetap berlari.
"hadeh... kebiasaan banget kamu Ris". ujar Hendra, ia adalah ketua kelas ku.
"ehh ia maaf hen... bangku aku dimana?". tanya ku dengan nafas senin-kamis.
"itu sama Tian, di belakang". ujar hendra sembari menunjuk.
"ihhh.. kok sama tian sih? nanti kalo dia kesurupan lagi gimana". ujar ku.
"ya kamu doain biar sembuh... yaudah sana, udah telat masih aja bawel.. heran". celetuk hendra kesal.
Tian adalah seorang pria yang begitu pendiam di kelas ku, banyak murid di kelas yang menjauhi nya, karna banyak murid kelas ku yang takut kepada nya, bukan karna dia sok jagoan atau apa pun itu, selama hampir 2 tahun dia bersekolah di sini, dia sudah kesurupan hampir 5 kali.
Sedangkan aku, aku tidak membenci nya, terkadang aku juga merasa kasihan kepada nya, karna dia selalu sendirian di kelas, bahkan ketika ada tugas kelompok, dia selalu seperti di asing kan. Namun apa daya, aku yang juga takut terhadap nya, memilih untuk ikut menjauhi nya.
.
.
Aku dengan terpaksa menghampiri bangku dimana Tian berada, karna seluruh bangku sudah terisi penuh, aku pun menaruh tas ku di atas dan duduk di samping nya.
aku mendapat ledekan dari teman kelas ku yang lain, karna duduk di samping nya, aku hanya bisa menghela nafas, menahan rasa sebal atas ledekan mereka. Sedangkan Tian, dia seperti sudah terbiasa akan hal itu, ia hanya membaca buku tanpa menghiraukan yang lain.
"Anak-anak, Tolong perhatian nya ya.. Perjalanan menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru akan segera di laksanakan, mohon Doa nya agar perjalanan kita bisa selamat sampai tujuan". ujar Bu Elis, Wali kelas kami menggunakan mic di samping supir.
Dengan 3 bus yang masing-masing berisi 28-30 orang, kami berangkat menuju Semeru dengan penuh semangat, tanpa tau apa yang akan terjadi kepada kami nanti, jika saja aku tau apa yang akan menimpa kami di sana, aku akan menghentikan perjalanan ini apa pun resiko nya.
.
.
*Sekitar 23 jam kemudian.....
Kami akhirnya sampai di sebuah restoran di dekat gunung Bromo, sekedar mengistirahatkan badan sejenak dari panjang nya perjalanan sebelum nya.
Kini aku sedang duduk di meja makan bersama Indri, dewi dan geri. Kami sedang menyantap makanan yang sudah di sediakan oleh pihak sekolah.
"eh tadi gimana rasa nya berduaan sama tian?". ledek Gerry.
"gpp sih, dia juga diem doang sepanjang perjalanan, malah enak.. jadi bisa tidur tenang". jawab ku.
"cieee yang tidur sama pangeran nya". ujar Dewi dengan nada meledek.
"bodo amat". saut ku.
Sekitar 1 jam lebih kami beristirahat di restorant, kami mulai mempersiapkan bawaan kami dan akan mulai mendaki gunung Semeru, karna kami semua akan mendirikan camp di pinggir danau Ranu Kumbolo. Dan akan menginap 3 malam di sana.
Setelah kurang lebih 30 menit berjalan, kami yang ingin segera menuju danau harus bersabar, di karnakan kabut yang hampir menutupi seluruh tempat di danau, jadi guru kami tidak berani mengambil resiko karna takut akan tersesat.
Dan para Guru akhir nha memutuskan untuk menginap di salah satu motel terdekat, yang tidak begitu jauh dari lokasi danau.
"satu kamar berlima ya, untuk kunci kamar nanti akan di bagikan pak Sutoyo.. dan satu lagi, wanita dan Pria tidak boleh satu kamar". ujar Bu Elis.
"iaaa buu". saut para murid.
Aku mendapatkan kamar di lantai 2, bersama Dewi,Anggi,Ana, dan juga Yani. Karna hanya ada 1 kasur di dalam nya, kami memutuskan untuk melakukan hompimpa, dan 2 orang yang kalah, akan tidur di lantai. Dan aku lah yang akhirnya harus tidur di lantai bersama dengan Anggi.
Aku dan Anggi tidur di depan kasur, dekat dengan TV, ada juga jendela besar di sebelah kasur. Aku mempersiapkan kantung tidur yang memang sengaja ku bawa untuk camping nanti.
Waktu menunjukan pukul 9 Malam, Bu Elis di temani Pak Danang, mengitari tiap kamar untuk mematikan lampu dan juga menyurug para murid untuk segera tidur.
"yaelah bu.. baru juga jam 9". ujar ku.
"ga ada alesan, besok kita bakal cape sama kegiatan, jadi sekarang istirahat". saut Bu Elis sembari mematikan lampu dan menutup pintu.
Akhir nya kami semua memutuskan untuk segera tidur, karna tidak ingin mencari masalah dengan Bu Elis wali kelas kami, karna dia di kenal sebagai guru yang begitu tegas dan tidak segan-segan menghukum murid atau parah nya akan menurunkan nilai kami.
*Pukul 11 malam.
*TOK TOK TOK*
Terdengar suara ketukan dari jendela di samping kami, aku pun jadi terbangun karna suara ketukan itu, aku memang cukup sensitif dengan bunyi ketika tidur.
*TOK TOK TOK*
Kembali terdengar suara ketukan di jendela, yang kali ini mulai membuat ku takut, aku pun memeriksa seluruh teman sekamar ku, dan mereka semua masih tertidur, jadi seharus nya bukan mereka yang mengetuk-ngetuk jendela tersebut.
*TOK.. BRAKK... TOK... BRAKKK....*
Kali ini tidak hanya suara ketukan, namun seperti seseorang yang sedang memaksa membuka jendela.
Aku yang semakin ketukan, dengan panik mencoba membangun kan Anggi yang tidur di samping ku, namun dia yang seperti nya sudah sangat kelelahan, tidak menggubris ku.
*BRAAAKK.... BRAAKKK... BRAAAKKK*
kali ini hanya ada suara seperti seseorang yang mencoba paksa untuk membuka jendela dari luar, semakin lama semakin kencang suara nya.
Aku pun langsung mengambil sapu tangan di samping ku, karna aku tidak punya selimut untuk menutupi wajah ku. Aku hanya ingin berpura-pura tidak mendengar nya.
Tiba-tiba saja suara tersebut berhenti begitu saja, suasana menjadi begitu hening di dalam kamar, aku pun memberanikan diri untuk menengok ke arah jendela.
Aku bangkit berdiri dan membuka tirai jendela secara perlahan.. dan....
Tidak ada apa-apa, aku pun bisa bernafas lega, aku kembali menutup Tirai jendela dan untuk melanjutkan tidur ku. Namun baru saja aku ingin memejam kan mata..
"BRAAKKKKK"
Terdengar suara bantingan pintu kamar mandi yang sangat kencang, aku pun begitu kaget sampai langsung berdiri karna nya.
Namun aneh nya tidak ada satu pun dari teman-teman ku yang bangun dengan suara itu, bahkan ketika aku mencoba untuk menggoyang-goyang kan tubuh mereka, mereka sama sekali tidak merespon.
"Anggi.... Dewi... bangun dong semua ya tuhannn". ucap ku sembari menangis.
Aku hanya bisa menangis sembari menggoyang-goyangkan tubuh teman ku yang masih tertidur.
ketika aku kembali menengok ke arah pintu masuk kamar, di tengah gelap nya kondisi saat ini, aku meliha sesosok pria berbadan kurus berwarna hitam berdiri di sana, aku tidak bisa memastikan siapa dia.
"nak.."
"nak.."
Aku hanya bisa melihat nya seperti sebuah Silurt hitam, yang aku dapat lihat hanyalah mulut nya ketika dia sedang berbicara.
"Ya tuhann....ya tuhannn... pergii tolong pergi".
Aku memutuskan untuk menutup mata sembari jongkok di tengah-tengah kasur bersama teman-teman ku yang masih tertidur.
"Ris".
Panggil Dewi yang tertidur di sebelah ku, tanpa menengok atau menggerakan badan nya.
"Dewi? bangun wi... ". ujar ku senang mendengar suara nya.
"Ris.. kamu di sini aja ya, temani mereka". ujar nya yang masih diam tak bergerak.
"eh.. kamu ngomong apaan sih wi". saut ku.
Aku yang kesal langsung menarik paksa tubuh Dewi dan memaksa memalingkan wajahnya ke arah ku... namun...
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA". teriak ku terkejut.
"Ris... mau ya temani mereka".
Yang sedang aku lihat bukanlah wajah Dewi, melainkan sesosok yang tidak memiliki wajah, dan juga botak. ia hanya memiliki dua lubang kecil di hidung, tanpa batang hidung. Dan Mulut.
"Risss... mau ya". ujar nya kembali dengan suara Dewi.
"TOLONGGGG ... TOLONGGGGGG..." Teriak ku sembari meninggalkan kasur.
Aku yang ingin segera meninggalkan ruangan, malah terjatuh dan kepala ku terbentur lantai cukup keras, sampai-sampai perlahan aku mulai kehilangan kesadaran ku.
.
.
.
.
.
"RISSS BANGUN RISSS KAMU KENAPA?". terdengar suara yang tidak asing.
"tolongg... tolonggin aku". ujar ku dengan mata yang mencoba untuk ku buka.
"istighfar Ris, bangun...". ujar nya kembali.
Aku pun membuka mata secara perlahan, dan melihat ada Bu Elis dan teman-teman sekamar ku sedang duduk mengitari ku.
"bu.. tolong bu". ujar ku kembali dengan tangis.
"udah gpp... itu cuma mimpi kamu aja". ujar Bu elis sembari memeluk kepala ku dan mengelus nya.
Tunggu.. Apa yang barusan yang aku alami tadi hanyalah sebuah mimpi, jika iya, kejadian itu terlihat begitu nyata. Namun aku bersyukut jika itu hanyalah sebuah mimpi.
Wajah Bu Elis terlihat begitu kahwatir, ia bahkan membiarkan ku menaruh kepala ku di pangkuan nya, sembaru terus mengelus-elus kepala ku.
"maaf bu.. kaya nya aku mimpi buruk". ujar ku yang mencoba untuk senyum.
"iya gpp, hari ini kamu istirahat aja ya, nyusul ke camp di danau nya nanti aja kalau kamu sudah baikan". ujar nya.
"ia bu.. makasih banyak". jawab ku.
Dengan perasaan yang mulai tenang, aku pindah dari lantai dan tidur di kasur, dengan Bu Elis yang enggan meinggalkan ku dan berjaga di samping ku.
Aku pun merasa begitu lega, setelah menyadari kalau yang aku alami barusan hanya lah mimpi, namun ...
"Hai Ris".
Tiba-tiba saja mahkluk tanpa wajah itu kembali muncul tepat di depan ku.
*AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA*
.
.
.
.
Spoiler for For Part:
Diubah oleh xandler 30-08-2022 01:46
bebyzha dan 64 lainnya memberi reputasi
65
25.3K
Kutip
146
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
xandler
#67
Quote:
Part 5 : Hari Raya
Kini kami semua sedang berkumpul di dalam tenda, tidak lupa, Tian menceritakan pengalaman kami saat berada di luar tadi, termasuk fenomena batu yang kembali keposisi semula setelah di tendang oleh Gery.
"Jadi.. ada kemungkinan seluruh murid dan guru yang telah tewas bisa di hidupkan kembali?". tanya Bu elis dengan antusias tinggi.
"te..tenang dulu bu, biarkan Tian menjelaskan terlebih dahulu". ujar Gery menenangkan.
"oh iya.. maafkan ibu, silahkan lanjutkan tian". saut Bu Elis.
"Jika kita mengambil teori fenomena batu tadi, segala kejadian di dalam alam ini, ada kemungkinan bisa kita batalkan, dan kembalikan seperti semula". jawab Tian.
"Semoga itu benar Tian, lalu.. bagaimana cara nya?". tanya kembali Bu Elis.
"entahlah... karna, seperti nya kita bukan berada di alam ghaib yang seharus nya". pungkas Tian.
"maksud nya?". tanya Anggi penasaran.
"Jin dengan kemampuan tinggi, bisa saja membuat alam mereka sendiri, seperti sebuah dimensi di dalam dimensi, tiap dimensi memiliki peraturan atau mekanisme yang berbeda-beda... sama seperti sebuah labirin, jika kita ingin keluar dari sebuah labirin, terkadang keberuntungan saja tidaklah cukup, melainkan kita harus memahami bagaimana kerja sebuah labirin, untuk dapat keluar". ujar Tian.
"kamu seperti nya sangat berpengalaman". tanya Bu Elis.
"ah iya, sebenarnya aku sudah beberapa kali keluar masuk ke alam ghaib, namun ini pertama kali nya aku masuk ke dalam dimensi khusus seperti ini.. Dan alasan mengapa aku bisa tau tentang dimensi khusus, ialah karna Guru di perguruan ku pernah membahas nya". ujar kembali Tian.
*BYYUUUUUUURRRRRRR*
*DUMMMM*
*DUUUMMMMM*
Tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh air yang begitu keras, dan di lanjutkan dengan suara gendang yang juga sama keras nya.
Murid-murid pun terlihat takut dan panik, bahkan Bu Elis yang mencoba untuk menenangkan mereka pun tidak bisa menyembunyikan rasa panik nya sendiri.
"Su..suara apa itu?". tanya Gery.
"Mereka memanggil". ujar Tian.
"hah? apa maksud mu?". tanya Gery kembali.
"Sepeti yang ku katakan, mereka seperti sedang memanggil kita untuk keluar". jawab Tian.
"lalu.. apa yang harus kita lakukan?". tanya ku.
"Aku akan keluar". ujar Tian kembali.
"Apa kau gila? bisa saja itu adalah sebuah jebakan". ucap Gery.
"Lalu apakah kau memiliki ide yang lebih baik?". tanya Tian.
"ti..tidak ada.. tapi itu terlalu beresiko". ujar Gery kembali.
"Kita kehabisan pilihan Ger... kalian tunggu saja di sini, aku akan pergi sendiri". ujar Tian sembari berdiri.
Lalu aku tanpa sadar memegangi celana nya, seperti enggan untuk melepas ia pergi.
"A..aku ikut". ucap ku memberanikan diri.
Dengan sedikit paksaan, Tian mengizinkan ku untuk menemani nya keluar, sedangkan Gery di minta untuk berjaga di dalam tenda, karna untuk saat ini, dia adalah murid yang paling bisa di andalkan dalam hal melindungi.
Aku menarif nafas panjang dan memberanikan diri untuk beranjak keluar tenda, dengan suara dentuman Gendang yang tiada henti memanggil-manggil kami.
Aku dan Tian berjalan mendekati danau, dan ketika kami sampai di tepi danau, tiba-tiba saja suara Dentuman tersebut berhenti, dan suasana menjadi sangat hening... Lalu...
*BYYUUURRRRRRRRRR*
Tiba-tiba saja kami di kagetkan dengan kemunculan 2 sosok dari dalam danau, langsung saja kabut-kabut di sekitar danau menghilang..
"Ma..ma..mahkluk ya..yang ku temui di dalam mimpi". gumam ku yang tidak berani berbicara.
Aku memegangi baju Tian dengan sangat kencang dan bersembunyi di belakang nya, trauma ku seakan kembali setelah melihat salah satu sosok yang ku temui dalam mimpiku sebelum nya, sosok Pria berkulit putih susu, yang tak memiliki hidung dan mulut, hanya mata yang berwarna putih polos.
Lalu Mahkluk satu nya, berbenti seperti wanita berambut sangat panjang sampai menyentuh tumit nya, aku tidak bisa melihat wajah nya saat itu, karna seluruh wajah nya tertutupi oleh rambut nya, dan warna kulit nya.. Sama seperti Jin yang satu nya.
"hai.. Riska". ujar jin pria tersebut dengan suara yang begitu berdengung di kuping ku.
Aku pun langsung menyembunyikan wajah ku di belakang leher Tian.
"kau mengenal nya Ris?". Tanya Tian.
"di...dia ji..jinn yang pernah muncul di dalam mimpiku". saut ku.
"Mimpi?.. jadi dia ada sosok yang mengikuti mu semenjak kita menanjak". saut Tian.
Tian terlihat begitu tenang, dengan kepala tegap ia menatap tajam ke arah 2 jin tersebut, atau dia hanya tidak ingin memperlihatkan perasaan takut nya saja.
"Riska.. Riska.. Riska.. Riska... Riska...Riskkaaaaaa... RISSSKKAAAAA". Teriak Jin pria itu sembari mencakar-cakar wajah nya.
"Riska.... Aku jatuh hati kepada mu saat pertama kali melihat mu... Jadilah milik ku.. Riska... RISSSKKAAAAAAAA". Teriak nya kembali yang tanpa henti memanggil-manggil nama ku.
"BERISIKKK... Diamlah sejenak". ujar Jin wanita itu membentak.
"Tapi kak.. tapi kak... aku mau dia, aku mau dia menjadi pengantin ku kakk". saut Jin pria itu.
"DIAMMMMM...". Ujar jin wanita itu kembali, yang kali ini berhasil membungkam jin pria itu.
Aku yang sedang menjadi objek perbincangan mereka, hanya bisa diam, karna rasa takut ku sudah membuat kepala ku begitu kosong, sampai-sampai tidak bisa memikirkan apa pun.
"Jadi kau yang dapat merasakan kehadiran kami". ujar Jin wanita itu.
"Menurut mu?". Tanya tian kembali.
"Lihatlah sikap mu itu... Aku adalah Luna, dan adik ku bernama Luno... Kami adalah penguasa Gunung atas ini, Nasib kalian sedang tidak beruntung, karna kalian datang bertepatan dengan Hari raya kami". ujar Luna.
"Hari raya? apa yang sedang kalian rayakan?". tanya Tian.
"Anggap saja kalian adalah Sapi yang akan kami korbankan kepada Dewa kami, Pemilik sejati Gunung ini, kalian harus nya bersyukur... dengan nyawa kalian, maka ketentraman akan tetap terjaga". ujar kembali Luna.
"Kak... Riska...hanya Riskaa saja.... aku tidak ingin dia mati... dia harus menjadi miliku kakk.. aku ingin mengawetkan nya, supaya bisa ku jilati setiap hari". ucap Luno sembari memohon-mohon.
"DIAMMM... Aku tau itu". bentak Luna kembali.
Tian tiba-tiba saja memegang tangan ku dengan tangan kiri nya. Sedangkan aku, aku masih menyembunyikan wajah ku di belakang Tian, tanpa benar-benar mengerti ucapan mereka.
"Jadi maksud mu... tanpa ada nya tumbal, akan terjadi hal yang buruk di sini?". tanya Tian yang mencoba tetap tenang.
"Baguslah jika kau cepat mengerti... Roh kalian akan menjadi persembahan untuk Dewa kami... Dalam 1 jam dari sekarang, berkumpulah di tepi danau, maka aku menjanjikan kematian tanpa rasa sakit". ujar Luna.
Setelah berbicara, terlihat mereka berdua perlahan turun dan kembali masuk ke dalam air, dan setelah menghilangnya mereka, kabut tebal kembali menutupi sekitaran Danau.
"Riss".
"Rissss".
"RISKA ! ".
Panggil tian dengan nada tinggi sembari memegangi pundak ku.
"yan... aku takut". ucap ku yang berlinang air mata.
Lalu tian memeluk ku, sembari mengelus-ngelus kepala ku dengan lembutnya, ia mencoba sekuat tenaga untuk tetap tenang, karna aku bisa merasakan detakan jantung nya begitu cepat saat ia memeluk ku.
"Aku berjanji... akan mengeluarkan mu" ucap nya sembari menatap ku tajam
"i..iya yan". jawab ku.
Tiba-tiba saja, tanpa ku sangka-sangka sebelum nya, Tian mencium ku tepat di bibir ku, aku pun begitu terkejut sampai-sampai tidak merespon apa pun. Namun hanya sesaat ia langsung melepaskan nya.
"a...ahhh ma...maaf ma...maaf Ris, mungkin karna kejadian ini otak ku jadi gila". ucap tian dengan wajah memerah.
"eh?.. hmm i..iya". jawab ku dengan perasaan campur aduk.
Maksud ciuman dia tadi apa? apa mungkin hanya karna ingin menenangkan ku? kurasa tidak, karna itu sudah terlalu jauh. Atau mungkin... Tian memang menyukai ku? tidak.. tidak mungkin, kami bahkan hampir tidak pernah bicara di kelas.
Tapi entah mengapa... aku tidak bisa marah, padahal itu adalah ciuman pertama ku.
Tanpa mau bertele-tele, Tian kembali mengajak ku untuk kembali ke tenda, ketika kami berjalan, entah mengapa kali ini.. Tian seperti menjaga jarak dari ku, setiap kali aku mencoba untuk mendekati nya, ia malah terus menjauh. Sampai tidak terasa, kami sudah sampai.
"Wajah kalian merah kenapa?". Tanya Gery.
"Ah eng..engga apa-apa". jawab ku dan Tian secara berbarengan.
"hmmm.. mencurigakan". ucap Gery.
"Ahh ga usah di fikirin, ada yang ingin aku bahas". ujar Tian yang langsung duduk.
Kami pun kembali berkumpul untuk memperbincangkan apa yang aku dan Tian alami di luar sana, namun entah apa alasan nya, Tian tidak mengatakan bagian dimana Jin bernama Luno tadi menginginkan ku.
"1 jam? gila.. apa kita semua akan mati". ujar Yuni panik.
"Tenanglah.. adahal yang lebih penting yang aku sadari saat berbicara dengan Jin bernama Luna tadi". Ujar tian dengan tersenyum.
"Gila kau yan... apa yang lebih penting dari nyawa kita". bentak Yuni.
"Yuni.. diamlah, lanjutkan Tian". tegas Bu elis.
"Seperti yang sudah ku sampaikan tadi, tentang mempersembahkan Ruh kita kepada Dewa gunung ini... dalam kalimat yang di sampaikan Luna, terselip kata "Akan" ". ucap Tian.
"Jadi.. maksud mu?". Tanya Gery.
"Berarti dugaan ku sebelum nya kemungkinan besar ialah benar... seperti nya ia belum memakan Ruh murid atau guru lain nya, mereka hanya menyembunyikan mereka di suatu tempat, untuk nanti secara bersamaan akan di persembahkan kepada Dewa mereka... Namun aku tidak tau kapan mereka akan menyerahkan nya". Ujar Tian.
"Bukan nya, meskipun kita berhasil mengambil ruh murid dan guru lain nya, lalu bagaimana dengan tubuh mereka? tubuh mereka sampai compang camping seperti itu, bahkan aku melihat ada yang kep..kepala nya terpisah". Ujar Gery.
"Tenanglah.. itu adalah bagian dari tipuan mereka". ujar Tian.
"Ma..maksud mu?". tanya ku menatap Tian.
"Maksud ku adala--". ucap tian terpotong setelah menatap ku.
"adalah apa?". tanya ku kembali.
"Ma..maksud ku adalah, sebenarnya kita di bawa kesini tanpa Raga kita, jadi Raga kita seharus nya masih aman berada di alam manusia.. mereka memalsukan Raga kita, supaya kita mengira bahwa teman-teman kita memang benar-benar sudah mati". ujar Tian yang enggan menatap ku.
"Jadi... maksud mu? kita sekarang ini hanyalah Ruh?". tanya Bu Elis.
"iya.. benar Bu, saya pun baru saja menyadari nya..". jawab Tian.
"Lalu bagaimana dengan masalah kita yang harus berkumpul dalam waktu 1 jam? apa kita harus menuruti nya?". tanya Bu Elis kembali.
"Tenang bu.. Saya sudah punya rencana". ujar Tian dengan senyum licik.
.
.
.
.
.
doelviev dan 41 lainnya memberi reputasi
42
Kutip
Balas
Tutup