- Beranda
- Stories from the Heart
Penunggu Danau Ranu Kumbolo Semeru
...
TS
xandler
Penunggu Danau Ranu Kumbolo Semeru

Quote:
GIF
Sebelum membaca harap di perhatikan terlebih dahulu beberapa point di bawah ini ;
1.ini berkisah dari teman wanita saya, namun banyak bagian yang sengaja saya lebih-lebih kan, jadi anggap saja 90% story ini adalah fiksi.
2.ini adalah short story, yang mungkin hanya akan tamat 3-5 part.
3.Update untuk story ini maksimal 3 hari sekali.
4.Genre pembunuhan, horor dan survival.
5.Di larang mempublikasikan ke dalam media ap pun, dengan tujuan ke untungan sendiri, tanpa persetujuan penulis.
1.ini berkisah dari teman wanita saya, namun banyak bagian yang sengaja saya lebih-lebih kan, jadi anggap saja 90% story ini adalah fiksi.
2.ini adalah short story, yang mungkin hanya akan tamat 3-5 part.
3.Update untuk story ini maksimal 3 hari sekali.
4.Genre pembunuhan, horor dan survival.
5.Di larang mempublikasikan ke dalam media ap pun, dengan tujuan ke untungan sendiri, tanpa persetujuan penulis.
Quote:
Part 1 : Malam Pertama
"kakak.. baju nya udah di masukin semua?". tanya ibu dari lantai bawah.
"udah kok mah". saut ku.
"cepetan.. nanti malah ketinggalan bus nya". ujar nya.
"iya mah, ini udah selesai kok". saut ku.
Aku sekarang sedang merapihkan beberapa pakaian dan juga peralatan yang akan ku pakai untuk camping sekolah. Waktu keberangkatan adalah pukul 9, sedangkan sekarang sudah pukul 8, dan aku masih sibuk memilih-milih baju.
Bukan karna aku ingin di perhatikan, karna aku orang nya tidak tahan dingin, jadi aku berfikir lebih baik untuk menggunakan pakaian tebal, namun di satu sisi aku juga tidak tahan panas, aku kembali melepas pakaian tebal ku.
Inilah karakter ku, begitu repot dan suka overthinking, padahal aku hanya perlu memakai jaket, dan jika suhu di dalam bis tidak dingin, aku hanya perlu melepas nya.
Tidak hanya itu, rambut ku yang panjang pun juga menjadi sumber masalah untuk ku, jika ku ikat maka rambut ku akan kusut, dan jika tidak ku ikat, aku akan kepanasan. Namun jika aku potong pendek, aku malah tidak menyukai nya. Terkadang aku suka merasa kesal terhadap diri ku, yang suka berlebihan berfikir.
.
.
Perkenal kan, namaku adalah Riska, sekarang aku duduk di kelas 2 SMA, kini aku sedang berlari menuju sekolah, dengan tas yang cukup berat ku gemblok, dengan nafas begitu kembang kempis, aku paksakan kaki ku untuk tetap berlari.
"hadeh... kebiasaan banget kamu Ris". ujar Hendra, ia adalah ketua kelas ku.
"ehh ia maaf hen... bangku aku dimana?". tanya ku dengan nafas senin-kamis.
"itu sama Tian, di belakang". ujar hendra sembari menunjuk.
"ihhh.. kok sama tian sih? nanti kalo dia kesurupan lagi gimana". ujar ku.
"ya kamu doain biar sembuh... yaudah sana, udah telat masih aja bawel.. heran". celetuk hendra kesal.
Tian adalah seorang pria yang begitu pendiam di kelas ku, banyak murid di kelas yang menjauhi nya, karna banyak murid kelas ku yang takut kepada nya, bukan karna dia sok jagoan atau apa pun itu, selama hampir 2 tahun dia bersekolah di sini, dia sudah kesurupan hampir 5 kali.
Sedangkan aku, aku tidak membenci nya, terkadang aku juga merasa kasihan kepada nya, karna dia selalu sendirian di kelas, bahkan ketika ada tugas kelompok, dia selalu seperti di asing kan. Namun apa daya, aku yang juga takut terhadap nya, memilih untuk ikut menjauhi nya.
.
.
Aku dengan terpaksa menghampiri bangku dimana Tian berada, karna seluruh bangku sudah terisi penuh, aku pun menaruh tas ku di atas dan duduk di samping nya.
aku mendapat ledekan dari teman kelas ku yang lain, karna duduk di samping nya, aku hanya bisa menghela nafas, menahan rasa sebal atas ledekan mereka. Sedangkan Tian, dia seperti sudah terbiasa akan hal itu, ia hanya membaca buku tanpa menghiraukan yang lain.
"Anak-anak, Tolong perhatian nya ya.. Perjalanan menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru akan segera di laksanakan, mohon Doa nya agar perjalanan kita bisa selamat sampai tujuan". ujar Bu Elis, Wali kelas kami menggunakan mic di samping supir.
Dengan 3 bus yang masing-masing berisi 28-30 orang, kami berangkat menuju Semeru dengan penuh semangat, tanpa tau apa yang akan terjadi kepada kami nanti, jika saja aku tau apa yang akan menimpa kami di sana, aku akan menghentikan perjalanan ini apa pun resiko nya.
.
.
*Sekitar 23 jam kemudian.....
Kami akhirnya sampai di sebuah restoran di dekat gunung Bromo, sekedar mengistirahatkan badan sejenak dari panjang nya perjalanan sebelum nya.
Kini aku sedang duduk di meja makan bersama Indri, dewi dan geri. Kami sedang menyantap makanan yang sudah di sediakan oleh pihak sekolah.
"eh tadi gimana rasa nya berduaan sama tian?". ledek Gerry.
"gpp sih, dia juga diem doang sepanjang perjalanan, malah enak.. jadi bisa tidur tenang". jawab ku.
"cieee yang tidur sama pangeran nya". ujar Dewi dengan nada meledek.
"bodo amat". saut ku.
Sekitar 1 jam lebih kami beristirahat di restorant, kami mulai mempersiapkan bawaan kami dan akan mulai mendaki gunung Semeru, karna kami semua akan mendirikan camp di pinggir danau Ranu Kumbolo. Dan akan menginap 3 malam di sana.
Setelah kurang lebih 30 menit berjalan, kami yang ingin segera menuju danau harus bersabar, di karnakan kabut yang hampir menutupi seluruh tempat di danau, jadi guru kami tidak berani mengambil resiko karna takut akan tersesat.
Dan para Guru akhir nha memutuskan untuk menginap di salah satu motel terdekat, yang tidak begitu jauh dari lokasi danau.
"satu kamar berlima ya, untuk kunci kamar nanti akan di bagikan pak Sutoyo.. dan satu lagi, wanita dan Pria tidak boleh satu kamar". ujar Bu Elis.
"iaaa buu". saut para murid.
Aku mendapatkan kamar di lantai 2, bersama Dewi,Anggi,Ana, dan juga Yani. Karna hanya ada 1 kasur di dalam nya, kami memutuskan untuk melakukan hompimpa, dan 2 orang yang kalah, akan tidur di lantai. Dan aku lah yang akhirnya harus tidur di lantai bersama dengan Anggi.
Aku dan Anggi tidur di depan kasur, dekat dengan TV, ada juga jendela besar di sebelah kasur. Aku mempersiapkan kantung tidur yang memang sengaja ku bawa untuk camping nanti.
Waktu menunjukan pukul 9 Malam, Bu Elis di temani Pak Danang, mengitari tiap kamar untuk mematikan lampu dan juga menyurug para murid untuk segera tidur.
"yaelah bu.. baru juga jam 9". ujar ku.
"ga ada alesan, besok kita bakal cape sama kegiatan, jadi sekarang istirahat". saut Bu Elis sembari mematikan lampu dan menutup pintu.
Akhir nya kami semua memutuskan untuk segera tidur, karna tidak ingin mencari masalah dengan Bu Elis wali kelas kami, karna dia di kenal sebagai guru yang begitu tegas dan tidak segan-segan menghukum murid atau parah nya akan menurunkan nilai kami.
*Pukul 11 malam.
*TOK TOK TOK*
Terdengar suara ketukan dari jendela di samping kami, aku pun jadi terbangun karna suara ketukan itu, aku memang cukup sensitif dengan bunyi ketika tidur.
*TOK TOK TOK*
Kembali terdengar suara ketukan di jendela, yang kali ini mulai membuat ku takut, aku pun memeriksa seluruh teman sekamar ku, dan mereka semua masih tertidur, jadi seharus nya bukan mereka yang mengetuk-ngetuk jendela tersebut.
*TOK.. BRAKK... TOK... BRAKKK....*
Kali ini tidak hanya suara ketukan, namun seperti seseorang yang sedang memaksa membuka jendela.
Aku yang semakin ketukan, dengan panik mencoba membangun kan Anggi yang tidur di samping ku, namun dia yang seperti nya sudah sangat kelelahan, tidak menggubris ku.
*BRAAAKK.... BRAAKKK... BRAAAKKK*
kali ini hanya ada suara seperti seseorang yang mencoba paksa untuk membuka jendela dari luar, semakin lama semakin kencang suara nya.
Aku pun langsung mengambil sapu tangan di samping ku, karna aku tidak punya selimut untuk menutupi wajah ku. Aku hanya ingin berpura-pura tidak mendengar nya.
Tiba-tiba saja suara tersebut berhenti begitu saja, suasana menjadi begitu hening di dalam kamar, aku pun memberanikan diri untuk menengok ke arah jendela.
Aku bangkit berdiri dan membuka tirai jendela secara perlahan.. dan....
Tidak ada apa-apa, aku pun bisa bernafas lega, aku kembali menutup Tirai jendela dan untuk melanjutkan tidur ku. Namun baru saja aku ingin memejam kan mata..
"BRAAKKKKK"
Terdengar suara bantingan pintu kamar mandi yang sangat kencang, aku pun begitu kaget sampai langsung berdiri karna nya.
Namun aneh nya tidak ada satu pun dari teman-teman ku yang bangun dengan suara itu, bahkan ketika aku mencoba untuk menggoyang-goyang kan tubuh mereka, mereka sama sekali tidak merespon.
"Anggi.... Dewi... bangun dong semua ya tuhannn". ucap ku sembari menangis.
Aku hanya bisa menangis sembari menggoyang-goyangkan tubuh teman ku yang masih tertidur.
ketika aku kembali menengok ke arah pintu masuk kamar, di tengah gelap nya kondisi saat ini, aku meliha sesosok pria berbadan kurus berwarna hitam berdiri di sana, aku tidak bisa memastikan siapa dia.
"nak.."
"nak.."
Aku hanya bisa melihat nya seperti sebuah Silurt hitam, yang aku dapat lihat hanyalah mulut nya ketika dia sedang berbicara.
"Ya tuhann....ya tuhannn... pergii tolong pergi".
Aku memutuskan untuk menutup mata sembari jongkok di tengah-tengah kasur bersama teman-teman ku yang masih tertidur.
"Ris".
Panggil Dewi yang tertidur di sebelah ku, tanpa menengok atau menggerakan badan nya.
"Dewi? bangun wi... ". ujar ku senang mendengar suara nya.
"Ris.. kamu di sini aja ya, temani mereka". ujar nya yang masih diam tak bergerak.
"eh.. kamu ngomong apaan sih wi". saut ku.
Aku yang kesal langsung menarik paksa tubuh Dewi dan memaksa memalingkan wajahnya ke arah ku... namun...
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA". teriak ku terkejut.
"Ris... mau ya temani mereka".
Yang sedang aku lihat bukanlah wajah Dewi, melainkan sesosok yang tidak memiliki wajah, dan juga botak. ia hanya memiliki dua lubang kecil di hidung, tanpa batang hidung. Dan Mulut.
"Risss... mau ya". ujar nya kembali dengan suara Dewi.
"TOLONGGGG ... TOLONGGGGGG..." Teriak ku sembari meninggalkan kasur.
Aku yang ingin segera meninggalkan ruangan, malah terjatuh dan kepala ku terbentur lantai cukup keras, sampai-sampai perlahan aku mulai kehilangan kesadaran ku.
.
.
.
.
.
"RISSS BANGUN RISSS KAMU KENAPA?". terdengar suara yang tidak asing.
"tolongg... tolonggin aku". ujar ku dengan mata yang mencoba untuk ku buka.
"istighfar Ris, bangun...". ujar nya kembali.
Aku pun membuka mata secara perlahan, dan melihat ada Bu Elis dan teman-teman sekamar ku sedang duduk mengitari ku.
"bu.. tolong bu". ujar ku kembali dengan tangis.
"udah gpp... itu cuma mimpi kamu aja". ujar Bu elis sembari memeluk kepala ku dan mengelus nya.
Tunggu.. Apa yang barusan yang aku alami tadi hanyalah sebuah mimpi, jika iya, kejadian itu terlihat begitu nyata. Namun aku bersyukut jika itu hanyalah sebuah mimpi.
Wajah Bu Elis terlihat begitu kahwatir, ia bahkan membiarkan ku menaruh kepala ku di pangkuan nya, sembaru terus mengelus-elus kepala ku.
"maaf bu.. kaya nya aku mimpi buruk". ujar ku yang mencoba untuk senyum.
"iya gpp, hari ini kamu istirahat aja ya, nyusul ke camp di danau nya nanti aja kalau kamu sudah baikan". ujar nya.
"ia bu.. makasih banyak". jawab ku.
Dengan perasaan yang mulai tenang, aku pindah dari lantai dan tidur di kasur, dengan Bu Elis yang enggan meinggalkan ku dan berjaga di samping ku.
Aku pun merasa begitu lega, setelah menyadari kalau yang aku alami barusan hanya lah mimpi, namun ...
"Hai Ris".
Tiba-tiba saja mahkluk tanpa wajah itu kembali muncul tepat di depan ku.
*AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA*
.
.
.
.
Spoiler for For Part:
Diubah oleh xandler 30-08-2022 01:46
bebyzha dan 64 lainnya memberi reputasi
65
25.3K
Kutip
146
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
xandler
#55
Quote:
Part 4 : Belenggu
Setelah perbincangan panjang dengan Tian dan Bu Elis, aku hanya menghabiskan waktu dengan duduk di pojok tenda bersama Gery dan Anggi.
"Gery.. teman-teman satu tenda mu bagaiamana?". tanya anggi.
"Me..mereka semua telah mati". ujar Gery.
Wajah Gery saat ini tidak di liputi oleh ketakutan, melainkan terpancar amarah tegas di wajah nya.
"Aku bersumpah, akan membalas mereka, mahkluk terkutuk itu". ujar Gery sembari mengepalkan tangan nya.
"Gery.. tenang lah, kita belum mengetahui mahkluk apa itu, dan jika pun kita berhasil mengetahui nya, belum tentu kamu bisa membunuh nya.." Ucap ku.
"Aku tidak perduli... berani-berani nya mereka menyentuh teman-teman ku di saat aku tidak ada... bagaimana pun cara nya, sebelum aku meninggalkan tempat ini, aku pasti akan membunuh nya". ucap gerry dengan mata melotot.
Di sekolah kami, Gery adalah anak yang begitu nakal, ia sering berkelahi jika ada yang menyakiti atau memalak teman nya, meskipun itu adalah senior nya sekali pun atau pun murid dari sekolah lain, dan hebat nya, dari sekian banyak perkelahian yang ia lakukan di sekolah, tidak sekalipun ia pernah di kalahkan. Sampai di titik, di mana tidak ada lagi murid yang berani berurusan lagi dengan nya di sekolah.
Meskipun dia anak yang nakal dan cukup berandalan, dia tidak pernah memalak atau membully teman-teman nya, bahkan dia akan membela Tian jika teman sekelas ku sudah keterlaluan dalam membuly nya.
.
.
"Ger.. ikut aku". ajak Tian.
"kemana?". tanya Gery.
"Ada yang ingin aku periksa di tenda kelompok 3". ujar Tian.
"Biarkan aku ikut". ucap ku.
"tidak Ris, aku tidak ingin membahayakan wanita". ucap Tian yang di setujui Gery.
"Lalu memang kenapa kalau aku wanita?.. Aku hanya ingin bisa berguna". ujar ku.
"Anak orang kaya dan manja seperti mu hanya akan merepotkan, lebih baik diam dan tidak usah banyak bicara". ujar Yuni yang tiba-tiba menghampiri kami.
"DIAM KAMU YUN". ujar Anggi kesal membelaku.
"Sudah nggi gpp, pokok nya aku mau ikut.. titik". ucap ku menegaskan.
"cih". saut Yuni dan langsung pergi.
Melihat kegigihan ku, Gery dan Tian akhirnya mengizinkan ku untuk ikut bersama mereka, Anggi sebenar nya juga ingin ikut, namun aku menghentikan nya dan mengatakan kepada nya untuk membantu yang di tenda, dan untung saja Anggi mau mengerti. Walaupun sebenarnya alasan ku sebenarnya adalah karna aku tidak ingin terjadi apa-apa terhadapnya, karna aku tidak tau apa yang akan kami hadapi di luar sana nanti.
Di sepanjang jalan, kami merasakan suhu yang semakin dingin, bahkan hembusan nafasku mulai mengeluarkan uap.
"Apa rencana mu Tian?". tanya ku berjalab di belakang nya.
"Aku ingin mencoba menghubungi perguruan ku". jawab tian.
"Bagaimana kau melakukan nya? sedangkan tidak ada satu pun HP yang dapat menerima sinyal saat ini". saut ku.
"Aku tau itu.. tapi untuk sekarang aku tidak bisa mengatakan bagaimana cara nya aku menghubungi perguruan ku, karna aku ingin masih memastikan satu hal lagi". ucap Tian dengan wajah serius.
Kami berjalan cukup jauh dari perkemahan kami, Tian menuntub kami berjalan menuju pintu masuk danau. Dan ketika kami sampai, Tian meminta kami untuk berhenti sejenak.
"Kenapa yan?". tanya Gery.
Lalu tian perlahan-lahan mengulurkan tangan nya ke luar pintu masuk tersebut, dan hal mengejutkan terjadi, seolah bagian tangan nya yang melewati pintu masuk tersebut menghilang.
Kami pun di buat terkejut oleh nya, Namun tian terlihat masih tenang, lalu ia mendekati sebuah batu bertumpuk di dekat pintu masuk dan jongkok di depan nya.
"Ger.. coba kamu tendang batu ini". ujar Tian.
"eh? maksud nya?" tanya Gery bingung.
"Power kamu kan yang paling gede, udah tendang aja sekuat tenaga". saut Tian.
Gery yang sebenarnya tidak memahami maksud Tian, memilih untuk menuruti nya..
*PRRAAAKKKK*
Batu bertumpuk tersebut berserakan setelah di tendang oleh Gery.
"Lalu apa?". tanya Gery.
"Sebentar.. kita tunggu". ujar Tian.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja kami kembali di kejutkan oleh fenomena yang begitu aneh. Batu bertumpuk yang telah di tendang oleh Gery sebelum nya, perlahan kembali seperti semula, seperti sebuah rekaman video yang di putar ulang.
"Y..yann...yann... i..itu kenapa yan?". Tanya Gery panik.
"Benar dugaan ku". Saut Tian.
"Apa maksud mu?". tanya ku.
"ini semua kar-- CEPAT SEMBUNYI". Ucap Tian yang tiba-tiba saja meninggikan suara nya.
Tian langsung menarik tangan ku dengan begitu kencang, kami bertiga langsung berlari ke arah sebuah pohon besar yang tidak jauh dari Pintu masuk, dan bersembunyi di belakang nya.
"diam.. jangan bersuara". bisik Tian.
"memang nya ada apa?". tanya Gery.
"Diam dulu... aku pasti akan menjelaskan nya nanti". saut Tian.
Posisi kami bertiga yang bersembunyi di balik pohon begitu sempit, sampai-sampai membuat Bahu kanan ku menyentuh dada Tian... Aku merasakan detak jantung nya yang begitu kencang. Tian terlihat sesekali menengok ke arah Pintu masuk tempat kami berada tadi.
"Mereka datang". ujar Tian.
"Mereka Sia--". tanya ku terpotong.
Tiba-tiba saja suasana menjadi begitu mencekam, seperti ada sesuatu yang menekan seluruh tubuh ku untuk jatuh, sampai-sampai membuat ku kesulitan bernafas, dan ternyata yang merasakan nya bukan lah aku, namun Tian dan Gery juga ikut merasakan nya.
Dan tidak lama setelah nya, aku melihat sosok yang amat sangat mengerikan merayap ke arah pintu masuk, sesosok wanita dengan rambut yang begitu panjang sampai menutupi seluruh wajah nya, dan badan yang sangat kurus, dengan kuku-kuku nya yang panjang dan juga tajam.
"AA------".
Tiba-tiba saja Tian langsung membekap mulut ku di saat aku ingin berteriak karna takut, dan dia langsung memberikan ku kode untuk diam dengan tangan nya.
Mahkluk tersebut terlihat menengok ke arah kiri dan kanan, seolah sedang mencari sesuatu, dengan sesekali berteriak dan juga tertawa di saat yang sama. Dan tidak lama kemudian, dia pergi meninggalkan pintu masuk dengan cara merayap.
"Astaghfirullah Tian.. itu apa?". tanya ku dengan keringat dingin.
"Itu adalah prajurit nya". jawab Tian.
"Pra...prajurit? ma..maksud mu?". tanya ku bingung.
"iya.. karna kita sekarang berada di wilayah kerajaan nya". saut Tian.
"HAHH??". saut ku.
Lalu tian menarik tangan ku dan juga mengajak Gery untuk ikut kembali ke Tenda, dengan perasaan bingung yang semakin mencengkram otak ku, aku sangat ingin bertanya kepada tian tentang apa yang terjadi, namun di sisi lain, aku merasa begitu takut untuk mengetahui kebenaran nya.
"Kita sekarang bukan berada di dunia kita". ujar Tian sembari berjalan.
"Maksud mu kita berada di alam Ghaib?". tanya Gery yang terlihat mencoba untuk tetap tenang.
"iya.. dan ada kemungkinan juga, kita berada di sebuah Dimensi Khusus yang di buat oleh pemilik tempat ini". ujar Tian.
"Dimensi khusus? maksud mu?". tanya Gery.
"Jin dengan ilmu mandraguna yang luar biasa dapat membuat sebuah Dimensi mereka sendiri, dengan menerapkan hukum sesuka nya di dalam dimensi nya... dan seperti nya kita telah di undang untuk memasuki dimensi nya". ucap Tian.
"Dari mana kau mengetahui nya?". tanya Gery kembali.
"Sebenarnya... saat Kabut kedua yang kita alami sebelum nya, aku sudah merasakan sesuatu yang tidak beres, aku merasakan kehadiran energi ghaib yang begitu besar beesamaan dengan Kabut tersebut, dan di saat itu juga aku mengetahui bahwa mahkluk itu telah membuka gerbang ghaib dan memaksa kita memasuki nya". ujar Tian.
Lalu tiba-tiba saja setelah mendengar ucapan Tian, wajah Gery menjadi merah dan tampak amarah menyelimuti wajah nya.
*BUUUUKKKKK*
Tiba-tiba saja Gerry langsung menghajar Tian.
Aku pun langsung reflek memgangi Gery untuk menenangkan nya dengan cara mencoba memegangi tangan nya.
"KENAPA GA LU BILANG DARI AWAL HAH?? JADI TEMEN-TEMEN GUA GA ADA YANG PERLU MATI KAYA GINI". Teriak Gery.
"udah Ger.. sabar, Tian pasti punya alasan". ucap ku dengan sekuat tenaga memegangi nya.
"HAH??? Alesan?? Dia ini emang cuma mau jadi pahlawan aja, nungguin keadaan kaya gini dulu, baru beraksi". saut Gery.
Tian yang masih tersungkur di tanah, dengan mulut yang sedikit mengeluarkan darah. ia terlihat perlahan berdiri dan menatap Gery.
"Kau lupa siapa aku Ger? kau fikir mereka akan mempercayai ucapan ku saat itu? APA LU LUPA BETAPA JIJI NYA MEREKA SAMA GUA HAH?? LU FIKIR GUA MAU KAYA GINI? ". Teriak Tian menbalas emosi Gery.
"TAP--". ucapan Gery terhenti.
"TAPI APA?? Pahlawan? gua? gua sebenernya juga NAJIS ger, buat nolongin mereka, lu gatau rasa nya jadi gua yang selalu di Bully dan di kucilin setiap hari... BANGSAAATTTT". Teriak Tian.
*BUKKKKK*
Teriak Tian sembari menghajar wajah Gery, namun pukulan Tian seperti tidak berarti terhadap Gery, dan Gery pun langsung membalas Pukulan Tian dan terjaid lah perkelahian antara mereka.
Aku yang mencoba memisahkan mereka, malah hampir beberapa kali terkena pukulan.
Sampai Tian yang sudah jatuh tersungkur, langsung di tindih oleh Gery dengan duduk di perut nya.
"LU TERLALU SIBUK NYALAHIN SEKELILING LU YANNNN...". Teriak Gery sembari kembali menghajar Tian.
"HAH?.. Jadi lu nyalahin gua atas semua perlakukan mereka ke Gua hah??". saut Tian.
"Lu ga mikir, kalo lu sendiri yang terlalu nyaman di posisi itu tanpa mau ngerubah keadaan di sekeliling lu, GUA YAN.. GUAAA.... gua selalu nunggu lu buat datengin gua... TAPI APA?? lu selalu nerima perlakuan mereka tanpa mencoba SEKALI PUN untuk keluar dari Zona lu". saut Gery.
Ketika Gery mengangkat tangan nya dan ingin memukul Tian..
*BUKKKK*
Secara tidak sengaja, siku nya menghantap wajah ku yang sedang berada di sebelah mereka. Aku pun langsung jatuh.
"Ri..ris....". ujar Gery.
Gery pun langsung berdiri dan menghampiri ku yang sedang kesakitan karna siku nya.
"CUKUPPPPP.... ki..kita lagi keadaan kaya gini, ke...kenapa malah kalian berantem kaya anak kecil". Teriak ku sembari menangis.
Gery dan Tian pun menjadi diam seribu bahasa, mereka berdua hanya menundukan kepala sembari sesekali menengok untuk sekedar ingin memeriksa luka di wajah ku.
"Gery dulu--". ucap Tian terpotong.
"BAWEELLLLLL... Cukuppp, atau aku makin kejer lagi nangis nya". teriak ku mengancam mereka.
Lalu Gery dan Tian saling menatap satu sama lain, seperti menyadari bahwa apa yang baru saja mereka lakukan adalah tindakan yang bodoh.
"hahaHAHAHAHA". tawa Tian.
Mendengar tawa Tian yang belum pernah kami lihat sebelum nya, membuat kami aneh.
"yan plis stop.. jangan ketawa". saut Gery.
"kenapa?". tanya Tian.
"aneh... HAHAHAHA". saut Gery dengan tawa besar.
Mereka berdua pun terlihat sedang menikmati moment, mereka meledek satu sama lain, seperti perkelahian mereka sebelum nya tidak pernah terjadi, atau malah perkelahian tadi seperti sebuah Gerbang untuk Tian, agar mau keluar dari Zona yang selama ini membelenggu nya.
"dasar cowo". gumam ku dengan senyum.
Lalu kami bertiga kembali berdiri dan melanjutkan perjalanan, walaupun masih tampak sekali perasaan bersalah mereka, yang sampai membuat pipi kiri ku sedikit bengkak karna sikutan dari Gery tadi, meskipun aku sudah meminta mereka untuk tidak perlu mengkhawatirkan nya.
"ada kemungkinan". ujar Tian.
"Kemungkinan? maksud nya?". Tanya Gery.
"Ya.. ada kemungkinan kalau kita bisa menghidupkan teman-teman kita yang telah mati". ujar Tian dengan senyum licik.
"eh.. k..kau serius?". tanya Gery.
"ya walaupun aku belum yakin sepenuh nya, tapi.. mau kah kalian membantu ku?". tanya Tian.
"Tentu bodoh.. aku akan menolong mu". ujar Gery sembari merangkul Tian.
Diubah oleh xandler 21-01-2022 16:36
doelviev dan 41 lainnya memberi reputasi
42
Kutip
Balas
Tutup