- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#4694
Vacation Log: Cherished
Basah dan dinginnya air kolam renang ini langsung melahap tubuh kita yang terjatuh kedalamnya. Badan kami pun melayang di bawah permukaan air kolam, berat kedua badan kami membuat daya apung kolam ini tidak bisa mengngkat tubu kami berdua ke atas permukaan kolam. Gw berusaha untuk menggerakkan kedua tangan gw yang tidak bisa gw gerakkan karena terkunci oleh pelukan Lena yang sangat kuat ini. Tiba-tiba kuping gw menangkap suara orang yang ikut nyebur ke kolam ini, dan tidak lama kemudian gw bisa merasakan orang itu mendorong punggung gw, sehingga membuat badan kita muncul ke atas permukaan kolam, dan kembali menikmati nikmatnya oksigen. Kepala Sya pun muncul disebelah gw, dengan tangan kanannya menopang dan mendorong punggung gw untuk bisa naik ke pinggir kolam.
Akhirnya badan kita berdua berhasil dinaikin ke pinggir kolam berkat tenaga Anastasya. Gw bisa melihat badan Sya yang sudah basah kuyup karena ikutan nyebur untuk nolongin kita tadi, ia menggeleng-gelengkan kepalanya demi mengeringkan rambutnya yang basah itu, persis seperti kucing. Sedangkan gw? Gw masih gak bisa menggerakkan badan gw karena Lena masih meniban badan gw, dan mengunci tangan gw dengan pelukannya.
“Beb!! Kamu gak apa-apa? Kok tiba tiba nyeruduk orang lain sih?” ucap seorang cowok menghampiri kita.
“…..” Lena tidak menjawab ucapan cowok itu, masih terus menekankan wajahnya di dada gw.
“Beb, ayo bangun, badanmu basah kuyup gini, nanti sakit.”
“…..”
“Beb ayo bangun jangan diem terus dong.”
Yahelah ini anak, cowoknya dah ngebujuk dan nyuruh untuk bangun kok malah dicuekin. Gw jadi dalam posisi aneh, seperti jadi orang ketiga antara kedua pasangan yang sedang berantem jadinya. Mau gak mau gw pun harus angkat bicara.
“Len udah cukup. Tar lo sakit basah-basahan begini.” Ucap gw.
“Gak!” ucap Lena dengan suara terpendam di dada gw.
“Lena.. udah dong jangan kaya anak kecil.”
“Gak!”
“Len.. badan gw berat banget, baju gw lepek karena basah, kancut gw juga basah, gaenak banget rasanya sumpah, tar kita ngobrol lagi kok, gw gak kemana-mana.” Ucap gw.
“Janji?” tanya Lena kini mengangkat kepalanya dari dada gw, dan menatap mata gw langsung.
“Yep.”
Lena pun melepaskan pelukannya, dan mulai berdiri dari posisinya yang tadi. Akhirnya gw bisa menggerakkan kedua tangan gw kembali yang langsung gw gunakan sebagai tumpuan untuk badan gw ke posisi berdiri juga. Gw menatap Sya yang sama-sama memasang ekspresi bete karena tidak suka badannya basah kuyup juga. Gw langsung berjalan gontai ke arah kamar gw, baru satu langkah gw ambil, terasa ada sesuatu yang menarik ujung baju belakang gw, membuat gw menegok ke arah belakang, dan ternyata Lena yang menarik baju gw ini. Ia menatap gw dengan ekspresi yang penuh kecemasan.
“Kamu mau kemana?” Tanya Lena.
“Ganti Baju di Kamar, Lena.” Jawab gw.
“Beneran?”
“Beneran.”
Mendengar jawaban singkat itu, ia langsung melepas tarikannya di baju gw. Gw langsung mengambil kesempatan ini untuk berjalan kembali ke kamar gw. Sya pun menyusul gw saat berjalan menuju kamar gw ini.
“Ngapain kamu ikut ke kamar aku juga?” tanya gw ke Sya
“Koperku kan di dalem.”
“Ga ganti baju di kamar temenmu?” tanya gw lagi.
“Ga, tar kamarnya basah.”
“Terus kalo kamar ku doang yang basah gapapa gitu?” protes gw.
“Hehehe kan kalo Cuma satu kamar doang yang basah jadi ga repot bersihinnya.”
“Betul juga.”
Gw dan Sya pun akhirnya sampai di kamar gw. Kami langsung mengganti baju kami yang basah dengan yang baru. Waktu ganti baju gw tidak memakan waktu lama, berbeda dengan Sya yang harus mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.
“Jadi hubungan kamu ama kak Lena apa Di? Mantan pacar?” tanya Sya sambil menggoyang-goyangkan hairdryer nya.
“Teman lama. Teman SMA.” Jawab gw singkat.
“Aku pertama kali ngeliat kak Lena kayak tadi.”
“Ohya? Kayaknya dia ga berubah deh dari dulu.”
“Kak Lena yang aku kenal itu, ga pernah berbuat kaya gitu di, impulsif, manja, rapuh. Kak Lena yang aku kenal adalah cewek kuat, cool dan logis.”
“Oooh.”
*Tok* *Tok* *Tok* suara pintu kamar gw diketuk orang dari luar sana.
“Masuuuk” ujar Sya memberi izin kepada orang yang mengetuk pintu itu.
Pintu kamar ini pun tebuka, suara decit kayu tua terdengar nyaring di telinga ini. Dari balik sana muncul Lena, pakaiannya sudah berubah dari yang tadi gw liat. Kali ini ia hanya memakai kaos berwarna kuning dengan corak putih bergambarkan ikan pau lucu dan celana pendek yang hanya sampe setengah pahanya saja.
“Hey loh kok Ana disini? Adi mana?” tanya Lena agak kaget ke Sya.
“Adi ada kok kak. Tuh lagi duduk di kursi pojok sebelah kanan kakak.” Jawab Sya menunjuk gw dengan jarinya.
Lena pun menoleh ke arah gw, seakan kaget saat melihat gw lebih memilih duduk di kursi yang terletak di pojokan kamar ini daripada rebahan di kasur. Namun ekspresi kagetnya hanya bertahan sebentar, digantikan oleh sebuah tatapan hangat yang terpancar dari matanya yang berwarna hitam itu. Ia pun duduk di atas kasur gw sambil mengayun-ayunkan kakinya.
“Udah dari kapan sampe di Indo Di?” tanya Lena.
“Hmmm dari rabu kemarin.” Jawab gw singkat.
“Oooh. Gimana kabar Kak Timmy?” tanyanya kembali.
“Timur? Hahaha kalau dia sih pasti baik. Ga usah ditanyain Len.”
“Hahahaha. Aku kangen sama usilnya kak Timur.”
“Hati hati kalau berharap. Kalau Timur serius ngusilin kamu, nanti kamu pasti nyerah deh.”
“Lo sendiri? Gimana kabar lo Len?” tanya gw.
“Yaaa gini aja Di” jawab dia, sambil memalingkan pandangannya ke arah lain.
“ ‘gini aja’ itu bukan kabar Lenaa.” Balas gw.
“Iiih bingung tau jawab pertanyaan gituan!” protesnya.
*Kruuuk* *Kruuuuk* suara perut gw memberi sinyal lapar.
“Syaaa. Aku lapeeer.” Ucap gw setengah teriak ke Sya yang masih ngurusin rambutnya didepan kaca.
“Hm? Mau makan apa kamu Di?” tanya Sya.
“Gausah ribet ribet, masakin nugget yang aku beli kemarin di kulkas ya. Satu bungkus full.”
“Terus aku makan apa?” tanyanya kembali.
“Aku beli 5 bungkus nugget kemarin, terserah kamu mau ambil brapa bungkus.”
“Minuman?”
“The tawar hangat.” Pinta gw.
“Okayy tunggu ya!” ujarnya lalu berlari kecil keluar kamar.
Setelah memesan semua hal yang diperlukan untuk memuaskan perut ini, gw melihat Lena malah termenung melihat interaksi kami berdua tadi. Terlihat ekspresi terkejut di raut wajahnya yang menurut gw sekarang lebih cantik 3 tingkat dari wajah Lena yang dulu.
“Malah bengong. Nanti kesurupan lo.” Ucap gw menyadarkan lamunannya.
“Eh iya. Aku kaget aja. Kok kamu bisa kenal sama Ana?”
“Bisa dong.” Jawab gw singkat.
“Gimana ceritanya kamu kok bisa kenal?”
“Gw kenalan sama dia.”
“Adiiii. Kamu tuh baru juga ketemu udah ngeselinin ihh.”
“Hahaha tapi gw ga salah dong? Kalo gak kenalan gimana gw bisa kenal dia?”
“Aku serius!” ancam Lena dengan tatapan tajamnya.
“Ihhh apa sih Len kok lo pingin tau banget, rahasia gw lah hahaha.”
“ A-Diii. Aku serius. S E R I U S!” ancamnya kembali kini ia sudah beranjak dari duduknya dan mulai perlaha berjalan ke arah gw.
“Aaaah. Ok Ok gw kasih tau.”
“Nah gitu dong!”
“Jadi gw tuh.. Ke Anastasya..”
“Yaaa..? Terus..?”
“Hubungan gw ke Anastasya ituu…”
“Bisa cepet ga!? jangan diulang-ulang!”
“Hahahahaha. Oke. Jadi gw itu..”
“Yaaa..?”
“Gw adalah sugar daddy nya Sya.” Akhirnya gw memberikan jawaban dengan serius.
Wajah Lena sudah memerah, seperti yang tergambar pada karakter film kartun yang akan meledakkan amarahnya. Namun kejadian itu pun akhirnya bisa tercegah dengan timing tepat Anastasya yang masuk sambil membawa makanan dan minuman pesenan gw dan dirinya.
“Makanan dataang. Loh kak Lena? Kok mukanya merah gitu?” tanya Sya kebingungan.
“G-gak papa kok An..” jawab Lena malu karena hampir ketauan kalo dia mau marah sama gw.
“Nih karagemu Di.. aku juga ambil karage satu bungkus tadi.” Ucap Sya sambil memberi gw satu mangkok full karage.
“An.. Ana.. Aku mau tanya dong…”
“Ya kak? Tanya aja hahaha.”
“Hubungan Adi sama kamu itu apa An? Kok bisa kenal deket kaya gini?” tanya Lena ke Sya.
“Heeee…..”
Sya tersenyum mendengar pertanyaan Lena tadi, dia seperti sudah mengambil suatu kesimpulan dari pertanyaan yang Lena sampaikan itu. Ia pun sekarang kembali memasang senyuman jahilnya ke arah gw.
“Adi itu…” ucap Sya.
“Ya…?”
“Adi adalah sugar daddyku kak hahahaha” tawa Sya sambil berjalan ke arah kursi di depan meja rias lalu duduk disana.
“Anaaaa.. aku serius!!”
“Kak Lena, emang muka ku keliatan becanda.” Tantang Sya dengan tampang meyakinkan.
“Hahh.. aku kayak ngomong sama dua Adi.”
Gw sibuk melahap satu persatu potongan karage yang diberikan Sya tadi, perut sudah keroncongan dari gw nungguin bocah-bocah pulang ke Villa tadi. Suara ketukan pun terdengar dari arah pintu kamar gw yang kemudian terbuka, masuklah tiga anak cewek, Andin, Jessie dan Salsa ke dalam kamar gw.
“Kak Lenaaa, kita tungguin malah nongkrong disinii.” Teriak Andin langsung memeluk Lena.
“Hahaha maaf maaf, aku keasyikan ngobrol sama Adi dan Ana, Din.” Jawab Lena sambil tertawa.
“Kita kaget banget tadi pas kak Lena tiba tiba meluk mas Adi sampe nyebur ke kolam.” Ujar Jessie.
“Hahaha iya tadi aku impulsif banget.” Jawab Lena sambil tertawa.
“Heee kakak kenal mas Adi darimana?” tanya Jessie kembali.
Gw memutuskan untuk beranjak dari duduk gw, dan berjalan untuk keluar dari kamar yang diisi oleh cewek-cewek yang pasti tidak akan berhenti bicara ini. Namun belum sempat gw menyentuh pintu kamar, Sya sudah berada di depan gw sambil memegang mangkok yang berisi karage itu.
“Mau kemana?” tanya Sya.
“Keluar.”
“Gak boleh. Kamu harus stay disini.”
“Males ah.”
Sya langsung menaruh tangan kanannya di pundak gw, lalu menekan pundak gw gw ini dnegan kencang sehingga gw terpaksa terduduk kembali di kursi. Ia lalu mendudukan dirinya dipangkuan gw, supaya gw tidak bisa kabur dari kamar ini. Setelah itu, Sya kembali mengunyah karage dari mangkok yang ia tenteng dari tadi.
“Sorry sorry. Lanjutin guys ngobrolnya hahaha.” Tawa Sya ke teman-temannya.
“Ehemm. Lanjutin pertanyaanku ke kak Lena tadi. Kok bisa kenal Mas Adi?” tanya Jessie.
“Ohh. Iya. Adi itu temen SMA ku Jess.” Jawab Lena sambil melirik ke arah gw.
“Temen atau temen nih?” ujar Andin dengan nada menggoda.
“Temen koook.” Jawab Lena, mukanya mulai memerah.
Man, kuping gw mulai ngerasa panas. Waktu rasanya berjalan lambat kalo udah rame kaya gini. Anastasya hanya sibuk sambil ngunyah makanannya di pangkuan gw tanpa merasa bersalah.
“Hahaha lucu deh. Aku baru pertama kali ngeliat kak Lena malu-malu kayak gini.” Ucap Andin.
“Ih apasih Ndin. Biasa aja tau.” Protes Lena.
“Ih iya tau. Kak Lena selama ini dideketin sama banyak cowok kampus aja gak pernah malu kaya gini loh?” ucap Jessie.
“Hooo.” Ucap gw dalam hati. Obrolannya mulai masuk ke bagian menarik nih. Gw pun memulai kembali memakan karage yang ada di dalam mangkuk gw ini.
“Iya kak Lena gak pernah nanggepin cowok-cowok yang deketin dia. Baru kak Doni doang yang berhasil jadi pacar kak Lena” lanjut Jessie berbicara seakan Lena adalah idolanya.
“Jessieee!!!” teriak Lena panik sambil menutup mulut Jessie.
“Doni bukan pacarku kok Di hahaha. Udah yuk kita tidur udah malem nih. Adi aku tidur dulu ya, kamu tidur yang nyenyak.” Lanjut Lena sambil menggiring Andin, Jessia dan Salsa keluar.
“Yahh baru masuk bagian seru Len” protes gw sambil mengunyah daging ayam ini.
“Iyaaa kak Lena baru amsuk bagian seru nih!” protes Sya meniru gw.
“Cukuup udah udah. Dadah hahaha.”
Pintu kamar gw pun tertutup rapat, meninggalkan gw dan Sya yang masih duduk pangku-pangkuan. Akhirnya keadaan menjadi sunyi kembali, dan gw putuskan sudah saatnya untuk kita tidur. Gw tidur di kursi, Anastasya tidur dikasur kamar ini.
Akhirnya badan kita berdua berhasil dinaikin ke pinggir kolam berkat tenaga Anastasya. Gw bisa melihat badan Sya yang sudah basah kuyup karena ikutan nyebur untuk nolongin kita tadi, ia menggeleng-gelengkan kepalanya demi mengeringkan rambutnya yang basah itu, persis seperti kucing. Sedangkan gw? Gw masih gak bisa menggerakkan badan gw karena Lena masih meniban badan gw, dan mengunci tangan gw dengan pelukannya.
“Beb!! Kamu gak apa-apa? Kok tiba tiba nyeruduk orang lain sih?” ucap seorang cowok menghampiri kita.
“…..” Lena tidak menjawab ucapan cowok itu, masih terus menekankan wajahnya di dada gw.
“Beb, ayo bangun, badanmu basah kuyup gini, nanti sakit.”
“…..”
“Beb ayo bangun jangan diem terus dong.”
Yahelah ini anak, cowoknya dah ngebujuk dan nyuruh untuk bangun kok malah dicuekin. Gw jadi dalam posisi aneh, seperti jadi orang ketiga antara kedua pasangan yang sedang berantem jadinya. Mau gak mau gw pun harus angkat bicara.
“Len udah cukup. Tar lo sakit basah-basahan begini.” Ucap gw.
“Gak!” ucap Lena dengan suara terpendam di dada gw.
“Lena.. udah dong jangan kaya anak kecil.”
“Gak!”
“Len.. badan gw berat banget, baju gw lepek karena basah, kancut gw juga basah, gaenak banget rasanya sumpah, tar kita ngobrol lagi kok, gw gak kemana-mana.” Ucap gw.
“Janji?” tanya Lena kini mengangkat kepalanya dari dada gw, dan menatap mata gw langsung.
“Yep.”
Lena pun melepaskan pelukannya, dan mulai berdiri dari posisinya yang tadi. Akhirnya gw bisa menggerakkan kedua tangan gw kembali yang langsung gw gunakan sebagai tumpuan untuk badan gw ke posisi berdiri juga. Gw menatap Sya yang sama-sama memasang ekspresi bete karena tidak suka badannya basah kuyup juga. Gw langsung berjalan gontai ke arah kamar gw, baru satu langkah gw ambil, terasa ada sesuatu yang menarik ujung baju belakang gw, membuat gw menegok ke arah belakang, dan ternyata Lena yang menarik baju gw ini. Ia menatap gw dengan ekspresi yang penuh kecemasan.
“Kamu mau kemana?” Tanya Lena.
“Ganti Baju di Kamar, Lena.” Jawab gw.
“Beneran?”
“Beneran.”
Mendengar jawaban singkat itu, ia langsung melepas tarikannya di baju gw. Gw langsung mengambil kesempatan ini untuk berjalan kembali ke kamar gw. Sya pun menyusul gw saat berjalan menuju kamar gw ini.
“Ngapain kamu ikut ke kamar aku juga?” tanya gw ke Sya
“Koperku kan di dalem.”
“Ga ganti baju di kamar temenmu?” tanya gw lagi.
“Ga, tar kamarnya basah.”
“Terus kalo kamar ku doang yang basah gapapa gitu?” protes gw.
“Hehehe kan kalo Cuma satu kamar doang yang basah jadi ga repot bersihinnya.”
“Betul juga.”
Gw dan Sya pun akhirnya sampai di kamar gw. Kami langsung mengganti baju kami yang basah dengan yang baru. Waktu ganti baju gw tidak memakan waktu lama, berbeda dengan Sya yang harus mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.
“Jadi hubungan kamu ama kak Lena apa Di? Mantan pacar?” tanya Sya sambil menggoyang-goyangkan hairdryer nya.
“Teman lama. Teman SMA.” Jawab gw singkat.
“Aku pertama kali ngeliat kak Lena kayak tadi.”
“Ohya? Kayaknya dia ga berubah deh dari dulu.”
“Kak Lena yang aku kenal itu, ga pernah berbuat kaya gitu di, impulsif, manja, rapuh. Kak Lena yang aku kenal adalah cewek kuat, cool dan logis.”
“Oooh.”
*Tok* *Tok* *Tok* suara pintu kamar gw diketuk orang dari luar sana.
“Masuuuk” ujar Sya memberi izin kepada orang yang mengetuk pintu itu.
Pintu kamar ini pun tebuka, suara decit kayu tua terdengar nyaring di telinga ini. Dari balik sana muncul Lena, pakaiannya sudah berubah dari yang tadi gw liat. Kali ini ia hanya memakai kaos berwarna kuning dengan corak putih bergambarkan ikan pau lucu dan celana pendek yang hanya sampe setengah pahanya saja.
“Hey loh kok Ana disini? Adi mana?” tanya Lena agak kaget ke Sya.
“Adi ada kok kak. Tuh lagi duduk di kursi pojok sebelah kanan kakak.” Jawab Sya menunjuk gw dengan jarinya.
Lena pun menoleh ke arah gw, seakan kaget saat melihat gw lebih memilih duduk di kursi yang terletak di pojokan kamar ini daripada rebahan di kasur. Namun ekspresi kagetnya hanya bertahan sebentar, digantikan oleh sebuah tatapan hangat yang terpancar dari matanya yang berwarna hitam itu. Ia pun duduk di atas kasur gw sambil mengayun-ayunkan kakinya.
“Udah dari kapan sampe di Indo Di?” tanya Lena.
“Hmmm dari rabu kemarin.” Jawab gw singkat.
“Oooh. Gimana kabar Kak Timmy?” tanyanya kembali.
“Timur? Hahaha kalau dia sih pasti baik. Ga usah ditanyain Len.”
“Hahahaha. Aku kangen sama usilnya kak Timur.”
“Hati hati kalau berharap. Kalau Timur serius ngusilin kamu, nanti kamu pasti nyerah deh.”
“Lo sendiri? Gimana kabar lo Len?” tanya gw.
“Yaaa gini aja Di” jawab dia, sambil memalingkan pandangannya ke arah lain.
“ ‘gini aja’ itu bukan kabar Lenaa.” Balas gw.
“Iiih bingung tau jawab pertanyaan gituan!” protesnya.
*Kruuuk* *Kruuuuk* suara perut gw memberi sinyal lapar.
“Syaaa. Aku lapeeer.” Ucap gw setengah teriak ke Sya yang masih ngurusin rambutnya didepan kaca.
“Hm? Mau makan apa kamu Di?” tanya Sya.
“Gausah ribet ribet, masakin nugget yang aku beli kemarin di kulkas ya. Satu bungkus full.”
“Terus aku makan apa?” tanyanya kembali.
“Aku beli 5 bungkus nugget kemarin, terserah kamu mau ambil brapa bungkus.”
“Minuman?”
“The tawar hangat.” Pinta gw.
“Okayy tunggu ya!” ujarnya lalu berlari kecil keluar kamar.
Setelah memesan semua hal yang diperlukan untuk memuaskan perut ini, gw melihat Lena malah termenung melihat interaksi kami berdua tadi. Terlihat ekspresi terkejut di raut wajahnya yang menurut gw sekarang lebih cantik 3 tingkat dari wajah Lena yang dulu.
“Malah bengong. Nanti kesurupan lo.” Ucap gw menyadarkan lamunannya.
“Eh iya. Aku kaget aja. Kok kamu bisa kenal sama Ana?”
“Bisa dong.” Jawab gw singkat.
“Gimana ceritanya kamu kok bisa kenal?”
“Gw kenalan sama dia.”
“Adiiii. Kamu tuh baru juga ketemu udah ngeselinin ihh.”
“Hahaha tapi gw ga salah dong? Kalo gak kenalan gimana gw bisa kenal dia?”
“Aku serius!” ancam Lena dengan tatapan tajamnya.
“Ihhh apa sih Len kok lo pingin tau banget, rahasia gw lah hahaha.”
“ A-Diii. Aku serius. S E R I U S!” ancamnya kembali kini ia sudah beranjak dari duduknya dan mulai perlaha berjalan ke arah gw.
“Aaaah. Ok Ok gw kasih tau.”
“Nah gitu dong!”
“Jadi gw tuh.. Ke Anastasya..”
“Yaaa..? Terus..?”
“Hubungan gw ke Anastasya ituu…”
“Bisa cepet ga!? jangan diulang-ulang!”
“Hahahahaha. Oke. Jadi gw itu..”
“Yaaa..?”
“Gw adalah sugar daddy nya Sya.” Akhirnya gw memberikan jawaban dengan serius.
Wajah Lena sudah memerah, seperti yang tergambar pada karakter film kartun yang akan meledakkan amarahnya. Namun kejadian itu pun akhirnya bisa tercegah dengan timing tepat Anastasya yang masuk sambil membawa makanan dan minuman pesenan gw dan dirinya.
“Makanan dataang. Loh kak Lena? Kok mukanya merah gitu?” tanya Sya kebingungan.
“G-gak papa kok An..” jawab Lena malu karena hampir ketauan kalo dia mau marah sama gw.
“Nih karagemu Di.. aku juga ambil karage satu bungkus tadi.” Ucap Sya sambil memberi gw satu mangkok full karage.
“An.. Ana.. Aku mau tanya dong…”
“Ya kak? Tanya aja hahaha.”
“Hubungan Adi sama kamu itu apa An? Kok bisa kenal deket kaya gini?” tanya Lena ke Sya.
“Heeee…..”
Sya tersenyum mendengar pertanyaan Lena tadi, dia seperti sudah mengambil suatu kesimpulan dari pertanyaan yang Lena sampaikan itu. Ia pun sekarang kembali memasang senyuman jahilnya ke arah gw.
“Adi itu…” ucap Sya.
“Ya…?”
“Adi adalah sugar daddyku kak hahahaha” tawa Sya sambil berjalan ke arah kursi di depan meja rias lalu duduk disana.
“Anaaaa.. aku serius!!”
“Kak Lena, emang muka ku keliatan becanda.” Tantang Sya dengan tampang meyakinkan.
“Hahh.. aku kayak ngomong sama dua Adi.”
Gw sibuk melahap satu persatu potongan karage yang diberikan Sya tadi, perut sudah keroncongan dari gw nungguin bocah-bocah pulang ke Villa tadi. Suara ketukan pun terdengar dari arah pintu kamar gw yang kemudian terbuka, masuklah tiga anak cewek, Andin, Jessie dan Salsa ke dalam kamar gw.
“Kak Lenaaa, kita tungguin malah nongkrong disinii.” Teriak Andin langsung memeluk Lena.
“Hahaha maaf maaf, aku keasyikan ngobrol sama Adi dan Ana, Din.” Jawab Lena sambil tertawa.
“Kita kaget banget tadi pas kak Lena tiba tiba meluk mas Adi sampe nyebur ke kolam.” Ujar Jessie.
“Hahaha iya tadi aku impulsif banget.” Jawab Lena sambil tertawa.
“Heee kakak kenal mas Adi darimana?” tanya Jessie kembali.
Gw memutuskan untuk beranjak dari duduk gw, dan berjalan untuk keluar dari kamar yang diisi oleh cewek-cewek yang pasti tidak akan berhenti bicara ini. Namun belum sempat gw menyentuh pintu kamar, Sya sudah berada di depan gw sambil memegang mangkok yang berisi karage itu.
“Mau kemana?” tanya Sya.
“Keluar.”
“Gak boleh. Kamu harus stay disini.”
“Males ah.”
Sya langsung menaruh tangan kanannya di pundak gw, lalu menekan pundak gw gw ini dnegan kencang sehingga gw terpaksa terduduk kembali di kursi. Ia lalu mendudukan dirinya dipangkuan gw, supaya gw tidak bisa kabur dari kamar ini. Setelah itu, Sya kembali mengunyah karage dari mangkok yang ia tenteng dari tadi.
“Sorry sorry. Lanjutin guys ngobrolnya hahaha.” Tawa Sya ke teman-temannya.
“Ehemm. Lanjutin pertanyaanku ke kak Lena tadi. Kok bisa kenal Mas Adi?” tanya Jessie.
“Ohh. Iya. Adi itu temen SMA ku Jess.” Jawab Lena sambil melirik ke arah gw.
“Temen atau temen nih?” ujar Andin dengan nada menggoda.
“Temen koook.” Jawab Lena, mukanya mulai memerah.
Man, kuping gw mulai ngerasa panas. Waktu rasanya berjalan lambat kalo udah rame kaya gini. Anastasya hanya sibuk sambil ngunyah makanannya di pangkuan gw tanpa merasa bersalah.
“Hahaha lucu deh. Aku baru pertama kali ngeliat kak Lena malu-malu kayak gini.” Ucap Andin.
“Ih apasih Ndin. Biasa aja tau.” Protes Lena.
“Ih iya tau. Kak Lena selama ini dideketin sama banyak cowok kampus aja gak pernah malu kaya gini loh?” ucap Jessie.
“Hooo.” Ucap gw dalam hati. Obrolannya mulai masuk ke bagian menarik nih. Gw pun memulai kembali memakan karage yang ada di dalam mangkuk gw ini.
“Iya kak Lena gak pernah nanggepin cowok-cowok yang deketin dia. Baru kak Doni doang yang berhasil jadi pacar kak Lena” lanjut Jessie berbicara seakan Lena adalah idolanya.
“Jessieee!!!” teriak Lena panik sambil menutup mulut Jessie.
“Doni bukan pacarku kok Di hahaha. Udah yuk kita tidur udah malem nih. Adi aku tidur dulu ya, kamu tidur yang nyenyak.” Lanjut Lena sambil menggiring Andin, Jessia dan Salsa keluar.
“Yahh baru masuk bagian seru Len” protes gw sambil mengunyah daging ayam ini.
“Iyaaa kak Lena baru amsuk bagian seru nih!” protes Sya meniru gw.
“Cukuup udah udah. Dadah hahaha.”
Pintu kamar gw pun tertutup rapat, meninggalkan gw dan Sya yang masih duduk pangku-pangkuan. Akhirnya keadaan menjadi sunyi kembali, dan gw putuskan sudah saatnya untuk kita tidur. Gw tidur di kursi, Anastasya tidur dikasur kamar ini.
sormin180 dan 37 lainnya memberi reputasi
38
Tutup
