open.mindedAvatar border
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:


Quote:


Quote:
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 11:27
tukangvape
ugalugalih
drewzzzzzzz
drewzzzzzzz dan 197 lainnya memberi reputasi
186
2M
5.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
open.mindedAvatar border
TS
open.minded
#4624
Vacation Log
Mata ini perlahan terbuka dari lelapnya tidur. Ruangan ini masih sangat gelap karena memang kebiasan gw kalau tidur lampu akan gw matikan. Terlihat di luar jendela sana langit masih sangat gelap, tapi gw tau kalau sekarang adalah waktunya subuh, karena entah kenapa badan ini pasti akan terus terbangun jika subuh datang, dimanapun gw berada.

Gw bangun dari posisi tidur gw ini, membuat posisi tubuh gw sekarang menjadi dalam posisi duduk di atas kasur ini. Gw mengusap mata gw yang masih seperti lengket ini, lalu menoleh ke sisi kanan gw. Valli tidak ada disana. Valli tidak ada disisi gw. Kenyataan itu kembali lagi ke otak ini, membuat kepala gw pusing sekali. Terasa rasa sakit di dada gw, entah karena kondisi tubuh gw yang masih rusak ini, atau karena hati yang teriris oleh kenyataan yang harus gw temui setiap harinya ketika gw tidur sebuah tempat tidur. Entah kenapa badan ini terus berekspektasi untuk melihat Valli tertidur disamping gw setiap kali gw terbangun. Dan setiap ekspektasi itu ditemukan dengan realita yang ada, gw akan terus merasakan hal seperti ini. Gw sangat tidak suka merasakan ini.

Gw beranjak dari kasur gw lalu bergegas mengambil wudhu dilanjutkan dengan menunaikan ibadah subuh.

Ibadah pun selesai gw tunaikan. Dan karena hari masih sangat gelap, gw putuskan untuk tidur kembali. Kali ini tidak ditempat tidur. Melainkan di sebuah kursi yang terletak dipojokan apartment ini. Setidaknya, kalau gw tidur di kursi, tubuh ini tidak akan mencari keberadaan Valli ketika terbangun. Membebaskan gw dari perasaan yang sangat gw tidak sukai tadi.

Tadi malam gw sengaja untuk mencoba tidur dikasur lagi, berharap rasa yang gw rasakan setiap pagi setelah kematian Valli ini sudah hilang dari tubuh gw, karena sudah empat bulan ini gw tidak menggunakan kasur sebagai tempat tidur, gw selalu tidur dengan terduduk. Dan ternyata keputusan yang gw ambil itu salah. Bayang-bayang Valli masih melekat erat di benak gw.

+++


*TOK* *TOK* *TOK* *TOK*

Suara ketukan itu terdengar dari pintu depan sana, berhasil membangunkan gw dari tidur ini. Dan benar saja, kalau gw tidur dikursi, tubuh ini tidak akan mencari-cari keadaan Valli, membuat gw terbebas dari perasaan gak enak itu. Gw langsung beranjak dari duduk gw lalu berjalan ke ruang depan untuk membuka Pintu.

“Ahhhh.. pasti baru bangun!” ucap Anastasya di balik pintu yang gw buka ini.

Gw hanya tersenyum tidak menjawab ucapannya itu, lalu membalik badan sambil mengadahkan kepala ini sebagai tanda untuk menyuruh Sya untuk masuk dan menutup pintu kembali. Gw ambil botol minum yang terletak di meja bar, lalu duduk di sofa ruang utama yang disusul oleh Sya yang duduk di samping kiri gw.

“Kemarin kemana aja kamu? Gak bisa dihubungin.” Tanya Sya.

“Belanja, sama ada urusan.”

“Belanja apaan? Kok ga ngajak aku?” tanyanya.

“Belanja kancut. Kancut gw cuma bawa 3 biji doang.”

“Hahahahaha. Terus… udah siap-siap?”

“Udah tuh” jawab gw mendongakkan dagu ke arah tas ransel yang terletak di depan TV.

“Nice nice. Eh apartmenmu bagus juga ya?” tanya Sya sambil melihat kesekitar ruangan.

“Lumayan. Kamu mau juga?”

“Mau sih.. tapi untuk sekarang aku di kosan nenek aja, lebih deket ke kampus. Eh! Kenapa kamu ga tinggal di kosan nenek aja? Kan lebih hemat daripada beli apartmen baru.”

“Kosan nenek panas.” Jawab gw singkat.

“Alah bilang aja kamu takut ketemu nenek, takut ditangkep terus dikasih wejangan kan? Hahahahaha.”

“Itu salah satunya. Eh berangkat jam berapa? Sekarang dah jam 7 lo. Tar macet.”

“Ngumpul di rumah Andin Di. Yuk berangkat.”

“Kasih gw lima menit buat mandi.”

Kami pun berangkat ke rumah temennya Anastasya yang berlokasi di daerah Pondok Indah, dan memang dengan sesuai dengan daerahnya, akhirnya kita sampai di sebuah rumah yang sangat besar khas rumah daerah sini. Pintu pagar rumah ini sudah terbuka lebar, di dalamnya sudah ada banyak orang yang sedang mengobrol sambil memasuki barang-barang ke dalam mobil Alphard berwarna hitam itu. Diantara orang-orang yang berkumpul itu ada 3 orang cewek yang mana adalah teman Anastasya yang menghampiri kita kemarin, dan dua orang cowo yang ga gw kenal. Mengingat kalau acara kita hari ini adalah menginap, gw taksir, cowo-cowo ini adalah pacar/pasangan dari teman-teman Sya.

Andin, Salsa dan Jesslyn adalah nama dari cewe-cewek yang merupakan teman Anastasya ini. Andin adalah blasteran dengan darah barat, Salsa adalah bibit unggul dari darah jawa dan sumatra, sementara Jesslyn adalah blasteran dengan darah timur. Mereka semua mempunyai postur tubuh yang tinggi, kulit putih dan dada yang cukup untuk mencerahkan pandangan gw. Jujur gw gak memperhatikan bagaimana detail mereka secara mendalam, karena gw memang tidak peduli, tapi gw bisa pastiin, kalau mereka mempunyai kecantikan diatas rata-rata untuk standard kecantikan Indonesia dalam sistim TRS (Timur Rating System). Diatas rata-rata itu kalau diangkain di dalam TRS itu mempunyai nilai diantara 7,5 – 8,0. Sebagai acuan, Asmirandah, yang termasuk artis idola para lelaki di jaman gw dulu itu, hanya mendapat skor 7,3. Jadi udah kebayang bagaimana tingkat kecantikan teman-teman Anastasya ini.

“Mas, parkirin ke garasi aja ya.” Ucap Andin yang gw jawab dengan anggukan lalu bergegas memasukan mobil ke garasi rumahnya. Setelah mobila Sya aman sudah terparkir dan terkunci, gw berjalan menuju ke kerumunan anak kuliah itu. Melihat ada gerombolan cowok yang ikut juga, membuat gw berharap, mungkin gw bisa melempar role sebagai supir ini ke mereka. Namun naas, belum gw sempet mendekat ke kedua cowok itu, Anastasya menghadang gw.

“Kamu pasti lagi mikir mau nyuruh cowok mereka jadi supir ya Di?” tanya Sya sangat jackpot.

“Yes.”

“Gak boleh. Kamu yang nyetir. Aku nanti duduk didepan. Disampingmu.”

Gw menatap mata Sya secara langsung sambil menaikan alis mata kanan gw.

“Please?” ucap Sya dengan nada manjanya.

“Haaah. Oke.”

Gw memberikan tas gw ke Sya lalu berjalan ke arah Andin yang sedang berkumpul bersama yang lain.

“Sorry. Andin kan?” tanya gw

“Iya mas.”

“Gw minta kunci mobilnya dong, mau siap-siap.” Ucap gw menngutarakan maksud gw.

“Oh ini mas makasih ya dah mau nyetirin kita. Eh iya mas kenalin ini Angga, cowo aku, dan ini Josua, cowonya Salsa.” Ujar Andin mengenalkan gw ke kedua cowok itu.

“Angga”
“Josua” ucap kedua cowok itu menyodorkan tangan mereka. Gw sambut gestur mereka satu persatu yang gw balas dengan sebuah senyuman saja. Tidak mau basa-basi terlalu jauh. Gw pun memasuki mobil hitam ini, sibuk mengatur suasana kemudi buat kenyamanan gw nanti, sampai kehadiran seseorang yang mengganggu kegiatan gw ini.

“Hey. Gw mau nanya dong. Lo ama Ana ada hubungan apa?” tanya seorang cowok yang gw lupa apakah ini Angga, atau Josua.

“Tanya dia sendiri.” Jawab gw singkat.

“Udah. Tapi jawaban dia aneh.”

“Itu jawabannya berarti. Ga ada yang aneh.” Ujar gw menutup pintu debat.

Cowok itu terlihat ingin terus bertanya sampai dia mendapat jawaban yang memuaskan dirinya, tapi dia mengurungkan niatnya lalu pergi dari hadapan gw. Hmm menarik juga, sepertinya cowok temennya Anastasya memiliki rasa ke Sya. Damn, Anastasya, sepertinya dia selalu mengetahui kalau gw butuh tontonan menarik.

Akhirnya kami pun berangkat menuju puncak, tepatnya ke sebuah Villa yang dimiliki oleh Andin. Dan benar saja dugaan gw, karena kita berangkat kesiangan, akhirnya kita terjebak macet yang sangat panjang, yang firasat gw prediksi kalau ada kecelakaan jauh didepan sana yang membuat jalan ini tersendat. Agak sebel juga gw karena disuruh nyetir dalam kondisi begini, membuat mood gw semakin drop saat menyetir. Tiba-tiba Sya menyodorkan sebatang coklat toblerone yang sudah terbuka ke mulut gw.

“Mau?” tanya Sya.

“Gak. Terlalu manis. Aku gak suka. Ada kacang?”

“Ada nih. Kamu mau?”

“Oke. Suapin.”

Akhirnya Anastasya membuka sebungkus snack kacang, lalu menyuapi butir demi butir kacang itu ke mulut gw, tidak lupa ia pun juga menikmati setiap butiran kacang di bungkusan itu juga. Seperti biasa, mengunyah sesuatu berhasil memperbaiki mood gw, walaupun hanya sedikit.

“Aus gak?” tanya Sya.

“Yep.”

“Nih minum.” Ucapnya sambil menyodorkan botol minuman. Gw ambil botol minuman itu lalu gw teguk habis satu botol berisi 250 ml itu.
“Aduuh netes-netes tuh ke baju kamu. Ckckckck.” Protesnya mengambil tisu lalu mengelap mulut gw dan baju gw yang terkena tetesan.

“Hahaha tadi pas banget macetnya jalan jadi tumpah dikit.” Bela gw.

“Tumben banget Ana perhatian ama cowok.” Ucap seorang cewek dari arah belakang.

“Apaan sih Din? Biasa aja kali.” Protes Sya.

“Ih kamu kan biasanya cuek banget An. Kayak Ratu Es tau gak? Dingiin banget.”

“Gak juga ah.”

“Jadi penasaraann.” Ujar Andin dengan nada menggoda, gw bisa merasakan tatapannya ke arah gw, begitu juga dengan teman-temannya.

Akhirnya kita sampai juga setelah menempuh perjalanan selama 8 jam. Well 8 jam itu gak sepenuhnya terjebak dalam kemacetan, itu sudah termasuk dengan makan-makan di rumah makan dan nongkrong ngopi-ngopi santai di sebuah kafe. Di sepanjang kegiatan itu gw kebanyakan diam, kalau ada orang yang mengajak gw berbicara pun hanya gw tanggapi seperlunya saja. Bukan apa-apa, karena rata rata, mereka hanya basa-basi saja, antara ingin tau gw secara personal, atau mengorek-ngorek info tentang Sya. Satu-satunya orang yang berhasil membuat sebuah percakapan dengan gw hanyalah Sya.

Villa yang dimiliki oleh keluarga Andin ini tergolong mewah, dan besar. Didalamnya sudah. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang ‘wah’ buat orang-orang biasa mungkin. Ada kolam renang, ada studio musik lengkap dengan semua perangkatnya, dan tidak lupa banyak kamar yang tersedia untuk kami tempati.

Mungkin karena capek dengan berbagai kegiatan yang dijalani dalam perjalanan tadi, bocah-bocah hanya ngobrol-ngobrol santai aja diruang keluarga, sedangkan gw? Gw tidak ikut berkumpul dengan kumpulan mahasiswa yang sedang bercakap ria disana, gw sekarang sedang duduk santai di atas beanbag, tepat di depan kolam renang sambil nge-tuning gitar yang gw pinjam dari studio musik Villa Andin ini. Jarak antara kolam renang dan ruang keluarga tidaklah jauh, hanya dipisahkan oleh pintu lipat yang sekarang terbuka, membuat gw dapat mendengar semua percakapan mereka.

Aneh, suara gitar ini ga pas-pas walaupun gw udah tuning dari tadi. Gw pun ngecek keadaan senarnya, dan benar saja, senarnya udah gak layak pakai, dan harus diganti dengan yang baru. Ah sudahlah, besok aja ganti senarnya, sekarang sudah terlalu mager untuk ngapa-ngapain.

Suara berisik percakapan bocah-bocah dibelakang gw pun tiba-tiba diganggu oleh sebuah deringan Handphone seseorang. Salah satu suara cewek pun terdengar mengangkat panggilan telepon itu.

Quote:


“Guyyys. Kak Lena bakal join kita nantii.” Teriak Andin memberi tau inti percakapannya di telepon tadi.

“Kapan Din?” tanya Sya

“Mungkin kalo gak besok, ya minggu.” Jawab Andin.

“Bareng cowoknya?” Tanya Sya lagi.

“iyaa.”

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam dan bocah-bocah mulai memasuki kamarnya masing-masing. Gw pun keliling ruangan untuk mengecek kalau setiap pintu sudah terkunci ditemani dengan Sya.

“Tar nambah lagi orang yang datang kesini?” tanya gw.

“Iya Di. Kak Lena, dia tuh senior aku yang jadi kakak pembimbing waktu masa orientasi masuk Uni kemarin.”

“Yah elah tambah rame dong.” Protes gw ke Sya.

“Yee dua orang doang nambah. Lagian kamu harus ketemu kak Lena. Dia Cantiiiiik dan baiiiiiik banget Di!!!” Ujar Sya dengan semangat menggebu-gebu.

“Sembarangan kamu. Dari yang kudenger dia bawa cowok kan. Ngapain kamu nunjukin cewek yang udah punya cowo?” tanya gw.

“Hehehe. Rebut lah. Hal kecil buat Adi ngerebut pacar orang mah. Aku setujuuuu banget kalo kamu sama Kak Lena” Jawab Sya dengan senyuman nakalnya.

“Hal kecil, tapi merepotkan. Kayak gak ada cewek lain aja. Lagian kenapa kamu harus setuju ama cewek yang aku pilih?”

“Karena cewek yang kamu pilih nanti kan jadi keluargaku juga. Jadi mamahku hehehehe.” Tawanya renyah.

“Yeee. Lebih cocok jadi kakak kali mah, bukan ibu.”

“Bodo. Kalo berdasarkan hukum kan kamu Ayahku. Wleee.”

“Hadeeeh. Bener juga.” Ucap gw menyerah lalu berjalan ke pintu keluar yang terletak di samping Villa.

“Heeeh mau kemana?”

“Mau cek keadaan keamanan lingkungan sekitar Villa, mau ikut?” tanya gw.

“Mauuuu.”

Gw dan Sya pun melakukan kegiatan ‘patroli’ sebelum kembali ke kamar kita untuk tidur. Namun entah kenapa gw merasakan rasa ga enak. Seperti sebuah firasat. Firasat kalau gw akan terjebak dalam situasi yang merepotkan.


fakhrie...
kkaze22
sormin180
sormin180 dan 44 lainnya memberi reputasi
45
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.