- Beranda
- Stories from the Heart
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)
...
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)

Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.
Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya
Quote:
Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati

Oh iya jangan lupa
Quote:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 11:14
mangawal871948 dan 206 lainnya memberi reputasi
195
231.1K
2.5K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
afryan015
#662
Serangan Pasukan Bajra
Singkat cerita sampai dirumah, hal mengejutkan terjadi, Gufron dan Barzam nampak sedikit kacau, sedangkan Shinta dan Aruna terlihat sangat kelelahan dan hampir lemas tak bisa bergerak, dalam batinku serangan makhluk macam apa ini, hingga bisa membuat sosok seperti Gufron dan Barzam seperti itu, apalagi Shinta dan Aruna terlihat sampai seperti itu, tak pernah aku melihat Shinta sampai seperti ini.
Melihat kondisi mereka seperti itu, aku kemudian tersadar untuk mencari ibu, mas Bono dan Via, bagaimana keadaan mereka, kalau penjaga saja sampai seperti itu, sedangkan bang Damar langsung pergi kesekitaran rumah untuk mencari jejak atau petunjuk dari serangan ini.
Saat aku akan melangkah masuk, Shinta yang tergeletak kelelahan masih sempat mengatakan padaku
“mereka baik baik saja kok yan, masih dalam penjagaan nenek Lasmi dan Adiwilaga, mereka berada di kamar belakang” dengan nada yang lemah Shinta memberitahuku kondisi dari keluargaku.
Lega aku mendengar keterangan dari Shinta, aku pun mendekati Shinta dan mengecek kondisinya dan juga kondisi dari Aruna
“Aruna bagaimana keadaanmu, istirahat dulu saja jangan terlalu banyak bergerak” ucapku pada Aruna
“mereka benar benar kurang ajar, akan ku balas mereka, pasukan Bajra ingat kalian akan binasa ditangan kami” ucap Shinta dengan geramnya
“apa kamu bilang Shinta? Pasukan Bajra masih saja menyerang kemari, apalagi yang mereka inginkan” tanyaku pada Shinta, apakah yang dibilang oleh bang Damar benar, kalau ini semua belum berakhir.
“Ryan, kamu pasti sudah tahu dari Tuan Aji, kalau ini semua belumlah berakhir, maka kita sudah harus bersiap siap menghadapi mereka” Gufron yang sedang dalam keadaan kacau memperingatkanku
Setelah beberapa waktu mendengar keterangan dari mereka dengan serangan yang katanya begitu besar, mereka berkata kalau mereka sebenarnya tidak akan selamat jika tidak dibantu oleh dua sosok.
“harusnya kita sudah kalah tapi ada dua makhluk yang membantu kita, satu adalah sosok yang sangat mirip dengan mu dan satu lagi .......” belum selesai Barzam menyelesaikan kata katanya, Shinta kemudian menyerobot mengataka.
“bocah hijau itu, dia juga membantu kita dalam serangan barusan” Shinta berkata sembari mencoba berdiri.
“Abi Mantra datang? Dan anak kecil itu juga? Lalu sekarang mereka berdua kemana?” tanyaku kepada mereka.
“mereka pergi sekalian memukul mundur pasukan Bajra itu” imbuh Barzam
“sekarang? Mereka masih memukul mundur para pasukan Bajra hanya berdua?” tanyaku keheranan
“sepertinya seperti itu, mereka datang tepat dimana kita sedang didalam posisi yang benar benar terpojok” ternag Aruna yang terduduk lemas bersender di tembok.
Setelah mendengar penjelasan mereka semua, aku tetap harus melihat kondisi keluargaku, aku kemudian berlari kekamar belakang memastikan mereka baik baik saja.
Setelah sampai di kamar belakang, aku buka pintu kamar, karena keadaan listrik masih padam, sehingga tidak begitu terlihat jelas dan sumber penerangan hanya dari sebatang lilin, kulihat Via sedang bejaga, dan mas Bono sedang duduk mengaji, untuk ibu, terlihat dia sudah tertidur, mungkin karena kelelahan.
Nenek Lasmi terlihat lega dengan kedatanganku yang masih segar bugar tanpa ada sedikitpun luka, Via pun memastikan keadaanku.
“den Ryan tidak apa apa, serangan kali ini benar benar parah, kita harus segera bergerak” tanya nenek Lasmi sekaligus memberi masukan untuk bertindak
“alhamdulillah nek, aku baik baik saja. Nanti kita bicarakan bersama bang Damar, jika memang ini harus segera dihentikan akan aku usahakan selesaikan bersama bang Damar dan yang lainnya” ucapku pasti, aku tidak mau keluargaku yang menjadi korban, jika mereka memang mengincarku, aku akan meminta bang Damar untuk membantuku menghabisi pasukan Bajra dan Bajra itu sendiri yang jelas aku membutuhkan banyak bantuan, mbah Margono pun pasti akan aku ikut sertakan.
“alhamdulillah mas kamu baik baik saja” kata Via lega
“iya aku baik baik saja, mas Bono tidak apa apa, ibu gimana, dia sudah tertidur?” tanyaku
“iya mas nggak papa, ibu mungkin sudah terlalu lelah makanya dia tertidur, untung lah kita tidak apa apa, Yan, apa yang sebenarnya terjadi, mas memang tidak bisa melihat apa yang terjadi tapi aura tadi begitu mencekam dan tak biasanya seperti itu, apakah masih ada hubungan dengan bapak” tanya mas Bono padaku
“sulit dijelaskan mas, intinya aku akan meneruskan apa yang menjaditanggungan bapak, dan aku meminta mas Bono untuk terus berdoa meminta agar semua cepat selesai” aku menjawab sebisaku, dan meminta mas Bono untuk terus mendoakan agar semua selesai, mas Bono memang tidak memiliki kemampuan sepertiku tapi dia pandai dalam berdoa.
“lakukan yang terbaik, jika memang itu yang dimau oleh bapak lakukanlah, kita hanya bisa meneruskan apa yang dicita citakannya, ingat kita berdua harus saling membantu mewujudkan cita cita bapak, jika mas hanya bisa membantu doa akan mas lakukan itu” ucap mas Bono dan seperti memberi syarat kalau ini memang harus cepat diselesaikan apalagi melihat kondisi ibu yang belum setabil sepenuhnya, pancaran mata mas Bono yang khawatir sangat terlihat jelas saat berbicara tadi, matanya terus sesekali melihat ibu yang sedang tertidur.
“Insyallah mas kita lakukan sebisa kita” jawabku dengan mantab
Setelah beberapa menit setelah itu, bang Damar pun kembali, dibarengi dengan lampu yang kembali menyala, membuat seluruh ruangan kembali terlihat terang.
Bang Damar terlihat seperti marah sekembalinya mengecek seluruh rumah, dan mengatakan kalau ini sudah kelewatan, dan bang Damar mengatakan untuk menunda kepulanganya ke kalimantan dan berfokus untuk menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi ini.
Singkat cerita pagi haripun tiba, ibu sudah kembali segar dan sedang mengurus tanaman didepan rumah, dan terlihat bang Damar mendekati ibu dan berkata untuk ijin tinggal dirumah selama beberapa hari, dia beralasan masih ingin tinggal di sini karena melihat keadaan kota ini yang begitu asri dan sangat jarang dia dapatkan suasana seperti ini di tempat asalnya.
Ibu pun mengijinkan apalagi dirumah masih ada kamar kosong satu, dan ibu pun pasti merasa senang karena semenjak kepergian bapak, rumah ini jadi terlihat lebih sepi dari biasanya, dan dengan adanya bang Damar yang tinggal disini beberapa hari pasti akan membuat rumah ini kembali lebih hangat, ya walaupun untuk beberapa hari saja.
Kita pun kemudian saling ngobrol kesana kemari membicarakan tentang masa pertemanan bapak dan bang Damar, dan tepat dihari itu juga mas Bono berpamitan untuk kembali ke Jogja karena ada kerjaan yang harus diselesaikan disana.
Saat mas Bono berpamitan terlihat wajah sedih diraut wajah ibu, seperti meminta untuk jangan segera pergi, dan mas Bono pun sebenarnya tahu namun ini adalah kewajibannya sebagai pekerja disana mau tidak mau dia harus berangkat dan ibu pun memberi restu dan meminta untuk segera kembali lagi.
Beberapa jam kemudian saat kita sedang ngobrol mbah Margono pun datang, dia terlihat tergesa gesa sambil meminta maaf kalau malam tadi dia tidak bisa datang kemari, dia juga merasakan ada aura negatif yang besar namun karena keadaan mbah Margono yang saat itu sedang ada keperluan makanya dia tidak bisa datang kerumah, akupun tidak keberatan dengan hal itu.
Setelah kita berbincang dengan ibu, ibu pun pamit untuk beristirahat dikamarnya dan mempersilahkan kita bertiga untuk melanjutkan pembicaraan, dan seketika itu juga pembicaraan kita kembali serius.
Oh iya saat itu aku sempat lupa memperkenalkan mereka berdua yang aku tahu belum kenal satu sama lain.
“oh iya mbah maaf nih sebelumnya, aku lupa memperkenalkan kalian, ini....” saat aku mau memperkenalkan mereka mbah Margono memotong ucapanku
“nak Damar kan, mbah sudah tau kok, mendiang bapakmu sering bercerita tentang dia dulu waktu masih muda, akhirnya kita bisa bertemu” ucap mbah Margono
“dan anda adalah Mbah Margono pasti, sosok yang diceritakan Ryan setiap kali latihan tidak secara langsung menceritakan padaku sih, tapi lewat kedua peliharaanku” balas bang Damar
“sudah tidak usah perkenalan, intinya kita sudah saling tahu nama masing masing, kita buat strategi untuk menyerang nanti malam, dan sebisa mungkin ini harus diselesaikan secepatnya” ucap mbah Margono dan disetujui oleh bang Damar.
Singkat cerita kitapun menyusun strategi, dan mengumpulkan daftar pasukan yang akan kita gunakan untuk menyerang kelompok dari Bajra, kita berencana menyerang seperti saat aku menolong Anggi, kita akn menggunakan portal dan menyerang mereka dialam sebelah, kita tidak mau akibat dari serangan kita berimbas kepada orang lain disini.
Malam hari pun tiba, Shinta membantuku untuk melakukan Rogo Sukmo, memang payah aku ini sudah lama bersinggungan dengan hal seperti ini namun untuk melakukan rogoh sukmo saja masih tetap harus dibantu.
Setelah berhasil melakukan Rogoh Sukmo, ternyata diluar sudah sangat ramai berkumpul ........
Maaf baru bisa Update, Lupa password kaskus semalem hehe
dan maaf sedikit dulu ceritanya.
itkgid dan 46 lainnya memberi reputasi
47