Kaskus

Story

open.mindedAvatar border
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:


Quote:


Quote:
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 18:27
andristyle20Avatar border
vargubo86498Avatar border
nuryadiariAvatar border
nuryadiari dan 210 lainnya memberi reputasi
199
2M
5.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
open.mindedAvatar border
TS
open.minded
#4558
What It Means To Be Dead
Gw terbangun dari tidur yang menurut gw adalah salah satu tidur yang paling menyenyakkan yang paling gw rasakan seumur hidup gw. Badan gw terasa sangat segar, tidak ada rasa capek, rasa pegal, dan rasa sakit yang gw rasakan. Gw merasa, tubuh gw seperti dalam kondisi yang sangat prima. Gw beranjak dari tempat tidur ini dan berjalan ke arah kaca yang tertempel di sebelah kanan. Betapa kagetnya gw ketika melihat tidak ada satu pun bekas luka yang tersisa di badan gw ini, dan sepertinya rambut dan brewok gw kelihatan lebih rapih dari yang gw ingat sebelumnya. Gw buka lemari disamping gw, lalu memakai celana kargo dan kaus oblong berwarna hitam yang biasa gw kenakan setiap hari.

Gw langsung berjalan ke ruang tamu Villa ini, lalu merebahkan diri gw di atas lembutnnya sofa besar ini. Gw tolehkan kepala gw ke arah jendela yang menunjukan sinar matahari yang sangat terang, menghiasi hari yang cerah yang ditemani oleh banyak kicauan burung yang menyejukan telinga.

*TOK* *TOK*

Suara ketukan tiba tiba terdengar dari pintu depan. Gw langsung bergegas ke arah pintu itu untuk membukakannya. Siapa yang bertamu di hari yang cerah ini? Siapa yang tau lokasi Villa ini? Tanya gw dalam hati.

*KREEEEEK*

Suara pintu kayu ini berderik ketika dibuka. Perlahan tapi pasti, wajah orang yang mengetuk itu terlihat. Dan perlahan tapi pasti juga, jantung gw mulai berdebar kencang. Tampak seorang wanita berambut coklat berdiri didepan gw. Ia mengenakan kacamata, menutupi mata abu-abunya yang bersinar terang. Tidak. Wanita ini bukan Valli, tapi dia mempunyai fitur yang Valli punya. Tingginya setara dengan gw, 175 cm, sebuah senyuman terukir di bibirnya yang berwarna pink itu, menyadari bahwa gw sedang memperhatikannya. Wanita ini, sangatlah cantik, sangat cantik, dan ini adalah pertama kali gw memuji wanita dengan kata ‘sangat cantik’ seumur hidup gw. Gw merasa, semua kriteria dan preferensi tentang wanita sempurna yang ada diotak gw, terwujud di wanita yang berdiri didepan gw ini.

“Akhirnya kita bertemu, Adi.” Ucap wanita itu dengan suaranya yang lembut.

Di momen suara wanita itu masuk ke indra pendengaran gw, tiba tiba semuanya kembali, gw kembali ingat apa yang gw lupakan dalam momen pendek sedari gw terbangun dari tidur tadi. Semua peristiwa yang terjadi, gw mengingatnya, dan gw sepertinya tau dimana gw berada, dan siapa wanita didepan gw ini.

“Oh. Kamu akhirnya sadar juga.” ujar wanita itu.

Gw hanya terdiam. Lalu tersenyum kearahnya.

“Apakah aku harus bersujud kepadamu?” tanya gw kepadanya.

“Tidak perlu. Aku bukan tuhan.” Jawab Wanita itu membalikkan badannnya.
“Ikuti aku.”

Gw berjalan mengikuti wanita itu dari belakang, keluar dari Villa ini, menyusuri halaman yang bertebaran daun pinus yang gugur. Waktu seperti berjalan lambat, atau karena gw memperhatikan betapa elegannya wanita didepan gw ini berjalan. Tapi gw menggeleng-gelengkan kepala ini, menyadarkan diri gw, akan siapa identitas Wanita ini sebennernya. Akhirnya kita punn berhenti, di sebuah spot yang gw kenal banget, kita berhenti di spot dimana gw menikmati momen terakhir gw. Lihat! Bahkan kursi yang gw seret pun masih ada disana.

“Duduk. Adi.” Ucap Wanita itu mengadahkan tangannya.

Gw pun menuruti perintah wanita itu. Gw duduk di kursi ini dan menyandarkan tubuh gw di sandarannya, mencapai titik kenyamanan maksimal dalam duduk di kursi ini. Wanita itu tetap berdiri di samping kanan gw, sama-sama menatap ke pemandangan indah dibawah sana.

“Untuk orang yanng sudah sadar, kamu sangat tenang sekali.” Ujar wanita itu.

“Aku sudah menunggu momen seperti ini, aku memimpikannya setiap hari.” Balas gw.

“Tidak ada rasa takut akan kemana kamu akan masuk nanti?” tanyanya kembali.

“Aku siap mempertanggunng jawabkan semua perbuatanku.”

Tidak ada pertanyaan lagi dari wanita itu, kami berdua hanya terdiam, tapi gw tau kalau wanita itu sedang tersenyum mendengar jawaban gw tadi. Wanita itupun mengubah posisinya sehingga menghadap gw dari depan. Gw bisa melihat wajahnya yang sangat cantik itu dengan jelas. Ia mengangkat tangann kanannya lalu menaruh tangannya diatas kepala gw.

“Adi. Ini akan menyakitkan. Tahanlah. Ini seperti di gigit semut.” Ucap wanita itu tersenyum.

Sesaat kemudian.

Rasa sakit mendadak gw rasakan dari ujung kaki gw, rasa sakit yanng sangat parah, rasa sakit yang belum pernah gw rasakan. Rasa sakit ini terasa seperti bagaimana rasanya dikuliti secara hidup-hidup, tidak itu saja, seperti ada jutaan jarum yang menusuk daging tubuh gw yang sudah lepas kulitnya ini. Keringat dingin mulai bercucuran dari kepala gw. Gw berusaha membuka mata gw yang terpejam karena menahan rasa sakit ini, dan gw melihat seperti ada api berwarna putih, hampir tidak terlihat, seperti menggerogoti tubuh gw, mulai dari kaki, yang terus naik menyebar keseluruh tubuh gw, yang pada akhirnya akan melahap tujuan terakhirnya, kepala gw.

“AAAARRRRRRGGGGHHHHHHHHHH” teriak gw tidak tahan atas rasa sakit ini.

Waktu terasa seperti terdistorsi saat gw merasakan rasa sakit ini. Rasa sakit yang gw rasakan terasa sangatlah lama, seperti selamanya, tapi dalam waktu yang bersamaan, tersa sangat singkat, seperti terjadi secara kilat. Otak gw tidak bisa memproses apa yang gw rasakan sebenernya. Tubuh gw tidak bisa meronta, karena tangan kanan wanita itu seperti mengunci tubuh ini agar tetap diam seperti orang duduk pada biasanya.

Rasa sakit ini sudah melahap dari ujung kaki sampai pangkal leher gw, menyisakan kepala gw sebagai santapan terakhirnya. Dan perlahan-lahan lahan cahaya putih mulai menyinari lingkungan sekitar gw, seperti menelan semua yang ada didunia ini, semuanyapun menjadi putih, tidak menyisakan apapun. Namun sesaat kemudian, tiba tiba gw sadar kalau gw sudah berdiri di depan pintu kayu besar. Terdengar suara bising, seperti orang yang berpesta pora di balik pintu itu. Apakah siksaan yang gw rasakan tadi adalah mimpi belaka? Tidak. Tidak. Untuk ukuran mimpi itu terasa seperti selamanya, sedangkan tangan gw, kaki gw, tubuh gw masih bergetar, trauma. Sedangkan badan gw masih basah oleh keringat dingin yang mengguyur gw dari tadi. Gw pun meletakkan tangan gw di pintu kayu besar ini, lalu mendorongnya.


sormin180
erman123
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 32 lainnya memberi reputasi
33
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.