- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#4552
The Embrace I've Yearned For
Tiga jam telah berlalu sejak gw meninggalkan mansion Zerco. Gw dan kelima orang yang gw panggil khusus untuk seminggu terakhir ini berpisah mengambil jalan masing-masing. Gw melihat keluar kaca mobil yang menampakkan pohon pinus yang lebat menghiasi kiri kanan jalan ini, tidak lama kemudian tampak sebuah pagar berwarna hitam dengan emblem burung hantu muncul di sisi kiri jalan yang gw lajui ini. Gw pinggirkan mobil, lalu turun untuk membukakan pagar hitam itu, belum gw sempat menyentuh besi pagar itu, tiba-tiba, pagar itu bergerak sendiri, membuka lebar-lebar rumah yang diijaganya. Gw hanya tersenyum melihat rumah yang tampak kecil kalau dilihat dari sini itu. Gw pun kebali ke mobil lalu bergegas masuk ke dalam.
Rumah dan halaman luas ini lebih cocok disebut sebagai Villa. Viilla yang dimiliki oleh bokap gw, yang otomatis menjadi milik gw juga. Halaman dihiasi oleh pohon-pohon pinus dan oak yang menjulang tinggi, daun-daun yang berjatuhan menghiasi rumput yang entah kenapa masih terpotong rapi selama 12 tahun terakhir gw mengunjungi tempat ini.
Gw masuk memasuki Villa ini yang lagi-lagi membuka pintunya sendiri, gw lempar tas yang gw bawa ini ke sofa terdekat, dan tanpa basa-basi, gw rebahkan badan gw ke sofa paling besar di ruangan ini. Tidak lama kemudian gw sudah hanyut dalam tidur.
Tidak terasa hari sudah berubah menjadi sore, langit sudah dihiasi oleh gradasi oranye. Gw bangkit perlahan dari tidur ini, kali ini gw harus berusaha keras untuk mendapatkan satu sirkulasi nafas, rasa sakit yanng amat sangat terasa di bagian dada, ginjal, liver, sekujur tubuh gw. Stamina yang biasa membara di badan ini, sudah redup dan hampir padam.
Gw berjalan ke arah dapur, membuat se cangkir coklat panas yang gw ambil dari tas gw. Selanjutnya, gw langkahkan kaki ini, menuju halaman luar, sambil membawa kursi kayu yang gw seret dari ruang tamu. Gw letakkan kursi ini ke tanah rumput yang dihiiasi oleh dedaunan runtuh dari pohon pinus disekitar ini, lalu mendudukinya. Pandangan yang sangt indah terpampang di hadapan gw. Tampak hutan pinus lebat yang mulai memerah menghiasi pandangan gw ini, disana juga tampak sungai yang mengalir melewati sebuah desa kecil yang mulai menyambut sore hari. Semua terlihat begitu indah saat gw lihat dari atas sini.
Tegukan, demi tegukan gw ambil dari secanngkir coklat hangat yang gw genggam dengan tangan kanan gw ini. Gw bisa merasakan tangan kanan yang menggenggam cangkir ini mulai bergetar. Haha. Bahkan gw harus berusaha keras sekarang untuk memegang sebuah cangkir saja.
Ini adalah momen yang gw tunggu.
Ditemani oleh secangkir coklat panas, dan pemandangan yang indah ini. Ini adalah momen yang pas untuk menutup kisah hidup manusia bernama Adi. Menurut gw.
Apakah gw sudah menjadi manusia yang berguna?
Menurut gw, gw sudah cukup berguna. Gw sudah banyak membantu orang, tidak semuanya memang, tapi gw membantu orang yang menurut gw paling berhak untuk membutuhkan bantuan. Gw yakin orang yang gw bantu itu akan menjadi orang sukses, yang tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yanng gw beri. Mungkin orang yang gw bantu akan membantu orang lain lagi, dan seterusnya. Jadi ya. Gw kira gw sudah berkontribusi cukup dan menjadi manusia berguna.
Apakah gw sudah menjadi manusia yang sukses?
Sukses adalah relatif. Sebuah jawaban yang menyebalkan. Kalau ukuran sukses adalah uang. Ya gw sudah menjadi orang sukses. Gw berhasil bangkit dari kondisi ‘gw gak punya uang, gw gak bisa makan hari ini’ ke kondisi ‘gw punya terlalu banyak uang. Gw gaktau mau ngapain lagi’. Dan itu semua adalah uang dari jerih payah gw sendiri, belum dari warisan bokap yang akan gw dapatkan nanti kalo udah umur. well ga ada gunanya ngomongiin itu sekarang. Intinya. Ya. Menurut gw, gw udah sukses.
Apakah gw sudah menjadi anak yang berbakti?
Hmm. Gw ga meragukan rasa berbakti gw ke bokap gw. Ke Nyokap? Gw menjalankan kewajiban gw dengan mengirim sebagian pendapatan gw ke dia, selalu. Kalau itu termasuk berbakti.. jawabannya.. Ga. Gw bukan anak berbakti. Gw adalah anak durhaka. Bokap berpesan untuk menyayangi Nyokap gw, apapun keadaannya, permintaan yang simpel, sangat simpel, yang gw gak penuhin. Gw bukan anak berbakti.
Apakah gw sudah menjadi mahluk yang taat kepada Tuhannya?
Gw selalu menjalankan perintah tuhan sebisa gw. Semua kewajiban gw jalankan dengan baik. Sekonsisten mungkin. Tapi pada akhirnya, gw adalah manusia biasa. Gw ga bisa menjawab pertanyaan ini Adi. Gw hanya bisa bilang, kalau kita sudah berusaha, dan itu sangatlah penting. Karena tidak ada yang bisa menilai perbuatan kita selain Yang Maha Adil? Apapun itu, gw berani mempertanggung jawabkan perbautan gw.
Apakah kamu menyesal?
Sebuah suara terdengar di telinga gw, menyadarkan gw dari lamunan ini. Gw melirik ke arah kiri dan kanan, tidak menemukan siapapun, tentu saja tidak ada siapa-siapa! Tempat ini hanya gw dan bokap gw yang tau.
Rasa hangat mulai terasa di kedua mata gw, membuat gw seperti terserang rasa kantuk, ngantuk yang sangat tidak tertahankan. Rasa hangat ini lalu menjalar keseluruh tubuh gw. Rasa yang aneh. Gw merasa seperti dipeluk oleh seseorang, pelukannnya hangat sekali, membuat gw sangat nyaman.
“A…”
“As…”
“Asha…”
Sebuah kalimat terakhir sebagai penutup lembaran ini gw ucapkan. Kalimat terakhir sebelum gw terlarut di pelukan hangat ini. Kesadaran gw sudah seperti api yang sudah sangat kecil, tinggal menunggu padam saja.
Apakah kamu menyesal?
Suara itu terdenngar kembali. Membuat gw tersenyum.
“Tidak sama sekali. Ini adalah momen yang gw tunggu-tunggu”
Rumah dan halaman luas ini lebih cocok disebut sebagai Villa. Viilla yang dimiliki oleh bokap gw, yang otomatis menjadi milik gw juga. Halaman dihiasi oleh pohon-pohon pinus dan oak yang menjulang tinggi, daun-daun yang berjatuhan menghiasi rumput yang entah kenapa masih terpotong rapi selama 12 tahun terakhir gw mengunjungi tempat ini.
Gw masuk memasuki Villa ini yang lagi-lagi membuka pintunya sendiri, gw lempar tas yang gw bawa ini ke sofa terdekat, dan tanpa basa-basi, gw rebahkan badan gw ke sofa paling besar di ruangan ini. Tidak lama kemudian gw sudah hanyut dalam tidur.
Tidak terasa hari sudah berubah menjadi sore, langit sudah dihiasi oleh gradasi oranye. Gw bangkit perlahan dari tidur ini, kali ini gw harus berusaha keras untuk mendapatkan satu sirkulasi nafas, rasa sakit yanng amat sangat terasa di bagian dada, ginjal, liver, sekujur tubuh gw. Stamina yang biasa membara di badan ini, sudah redup dan hampir padam.
Gw berjalan ke arah dapur, membuat se cangkir coklat panas yang gw ambil dari tas gw. Selanjutnya, gw langkahkan kaki ini, menuju halaman luar, sambil membawa kursi kayu yang gw seret dari ruang tamu. Gw letakkan kursi ini ke tanah rumput yang dihiiasi oleh dedaunan runtuh dari pohon pinus disekitar ini, lalu mendudukinya. Pandangan yang sangt indah terpampang di hadapan gw. Tampak hutan pinus lebat yang mulai memerah menghiasi pandangan gw ini, disana juga tampak sungai yang mengalir melewati sebuah desa kecil yang mulai menyambut sore hari. Semua terlihat begitu indah saat gw lihat dari atas sini.
Tegukan, demi tegukan gw ambil dari secanngkir coklat hangat yang gw genggam dengan tangan kanan gw ini. Gw bisa merasakan tangan kanan yang menggenggam cangkir ini mulai bergetar. Haha. Bahkan gw harus berusaha keras sekarang untuk memegang sebuah cangkir saja.
Ini adalah momen yang gw tunggu.
Ditemani oleh secangkir coklat panas, dan pemandangan yang indah ini. Ini adalah momen yang pas untuk menutup kisah hidup manusia bernama Adi. Menurut gw.
Apakah gw sudah menjadi manusia yang berguna?
Menurut gw, gw sudah cukup berguna. Gw sudah banyak membantu orang, tidak semuanya memang, tapi gw membantu orang yang menurut gw paling berhak untuk membutuhkan bantuan. Gw yakin orang yang gw bantu itu akan menjadi orang sukses, yang tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yanng gw beri. Mungkin orang yang gw bantu akan membantu orang lain lagi, dan seterusnya. Jadi ya. Gw kira gw sudah berkontribusi cukup dan menjadi manusia berguna.
Apakah gw sudah menjadi manusia yang sukses?
Sukses adalah relatif. Sebuah jawaban yang menyebalkan. Kalau ukuran sukses adalah uang. Ya gw sudah menjadi orang sukses. Gw berhasil bangkit dari kondisi ‘gw gak punya uang, gw gak bisa makan hari ini’ ke kondisi ‘gw punya terlalu banyak uang. Gw gaktau mau ngapain lagi’. Dan itu semua adalah uang dari jerih payah gw sendiri, belum dari warisan bokap yang akan gw dapatkan nanti kalo udah umur. well ga ada gunanya ngomongiin itu sekarang. Intinya. Ya. Menurut gw, gw udah sukses.
Apakah gw sudah menjadi anak yang berbakti?
Hmm. Gw ga meragukan rasa berbakti gw ke bokap gw. Ke Nyokap? Gw menjalankan kewajiban gw dengan mengirim sebagian pendapatan gw ke dia, selalu. Kalau itu termasuk berbakti.. jawabannya.. Ga. Gw bukan anak berbakti. Gw adalah anak durhaka. Bokap berpesan untuk menyayangi Nyokap gw, apapun keadaannya, permintaan yang simpel, sangat simpel, yang gw gak penuhin. Gw bukan anak berbakti.
Apakah gw sudah menjadi mahluk yang taat kepada Tuhannya?
Gw selalu menjalankan perintah tuhan sebisa gw. Semua kewajiban gw jalankan dengan baik. Sekonsisten mungkin. Tapi pada akhirnya, gw adalah manusia biasa. Gw ga bisa menjawab pertanyaan ini Adi. Gw hanya bisa bilang, kalau kita sudah berusaha, dan itu sangatlah penting. Karena tidak ada yang bisa menilai perbuatan kita selain Yang Maha Adil? Apapun itu, gw berani mempertanggung jawabkan perbautan gw.
Apakah kamu menyesal?
Sebuah suara terdengar di telinga gw, menyadarkan gw dari lamunan ini. Gw melirik ke arah kiri dan kanan, tidak menemukan siapapun, tentu saja tidak ada siapa-siapa! Tempat ini hanya gw dan bokap gw yang tau.
Rasa hangat mulai terasa di kedua mata gw, membuat gw seperti terserang rasa kantuk, ngantuk yang sangat tidak tertahankan. Rasa hangat ini lalu menjalar keseluruh tubuh gw. Rasa yang aneh. Gw merasa seperti dipeluk oleh seseorang, pelukannnya hangat sekali, membuat gw sangat nyaman.
“A…”
“As…”
“Asha…”
Sebuah kalimat terakhir sebagai penutup lembaran ini gw ucapkan. Kalimat terakhir sebelum gw terlarut di pelukan hangat ini. Kesadaran gw sudah seperti api yang sudah sangat kecil, tinggal menunggu padam saja.
Apakah kamu menyesal?
Suara itu terdenngar kembali. Membuat gw tersenyum.
“Tidak sama sekali. Ini adalah momen yang gw tunggu-tunggu”
jenggalasunyi dan 35 lainnya memberi reputasi
36
Tutup
