- Beranda
- Stories from the Heart
Kenangan 'Mengerikan' Di Sekolah Menengah Pertama
...
TS
aymawishy
Kenangan 'Mengerikan' Di Sekolah Menengah Pertama
Quote:
Halo semuanya, semoga kalian dalam keadaan sehat dan bahagia ya.
Sebelumnya, aku membuat thread 'cerita fiksi' -jenis novelet- yang berjudul Unpublished Thoughts. Kali ini, aku ingin membuat thread dari 'kisah nyata' yang aku alami selama aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, yang aku beri judul 'Kenangan Mengerikan di Sekolah Menengah Pertama'.
- Prolog
- Primadona Sekolah
- Ayma Dipanggil Ke Ruang BK!
- Jebakan Jahat!
- ???
Perkenalkan, nama aku Ayma Wishy (bukan nama sebenarnya), sebut saja dengan Ayma. Saat itu, pertengahan tahun 2006, aku baru saja lulus dari Sekolah Dasar (SD).
SDku yang saat itu tidak begitu terkenal karena tidak pernah menang dalam lomba akademik, membuat para siswa-siswinya harus berusaha lebih ekstra untuk bisa masuk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) favorit. Apalagi pada saat itu, untuk bisa masuk ke SMP favorit tersebut, harus mengikuti ujian tulis. Aku yang ketika itu bukanlah siswi yang pandai dan menjadi juara di kelas, sungguh hanya bisa berusaha yang terbaik.
Alhamdulillahnya, pada saat pengumuman penerimaan siswa-siswi SMP Favorit tersebut, ada namaku di papan pengumuman. Aku berada di urutan ke 113 dari 286 siswa-siswi yang diterima.
Jujur saat itu aku merasa berada di puncak kebahagiaan, karena dari SDku, hanya sekitar 8 siswa yang diterima, termasuk aku.
Waktu terus berjalan, aku yang masih belum tahu bagaimana suasana dan bagaimana menjadi siswi SMP, hanya bisa berangan-angan. Untung saja, Papaku, Tanteku (Adik Kandung Papa yang ku anggap seperti Mama sendiri, sebab beliau yang selalu menasehatiku setelah Mamaku meninggal di usiaku 10 tahun), dan juga Kakakku, yang tak bosan-bosan memberikan gambaran saat di SMP itu seperti apa.
"Sebentar lagi kamu akan menjadi siswi SMP. Itu artinya kamu akan memasuki zona pembentukan kepribadian atau karakter kamu.", kata Papaku ketika itu.
"Maksudnya, Pa?", tanyaku kurang paham.
"Di SMP, kamu bebas memilih akan menjadi seperti apa kamu kedepannya. Menjadi baikkah, atau sebaliknya. Dulu pada saat Papa di SMP, saat ada guru baru datang dan sedang menuntun sepeda, pasti murid-muridnya berebut untuk membantu guru tersebut. Juga pada saat ada guru yang sedang membawa buku atau tas saat ke kelas atau saat mau kembali ke ruang guru."
"Hm kenapa gitu, Pa?"
"Itu karena kami sangat menghargai guru-guru kami. Tak hanya itu, senakal-nakalnya kami dulu, kami sangat menjaga sopan santun!"
"Maksudnya nakal tapi menjaga sopan santun?"
"Ya nakalnya ke sesama teman saja, tapi kalau ke guru, kami tetap menjaga sopan santun."
"Hm gitu.."
"Nanti, kamu akan bertemu dengan banyak teman-teman baru."
"Iya, ada 285 teman baru!!", potongku antusias.
"Bertemanlah dengan siapa saja, ikuti yang baik, jangan ikuti yang buruk."
"Bertemanlah dengan siapa saja? Berarti berteman sama anak nakal boleh dong Pa?"
"Boleh dong, tapi jangan diikuti kenakalannya. Tetaplah menjadi diri Ayma sendiri."
"Iya Pa! Kalau Tante, dulu di SMP gimana?", tanyaku pada Tanteku.
"Dulu Tante menjadi primadona di sekolah.", jawab Tanteku.
"Berarti Tante terkenal dong?", tanyaku lagi.
"Iyaa! Tante semasa SMP sangat aktif mengikuti kegiatan sekolah (ekstrakurikuler). Saat upacara, selalu Tante yang menjadi protokol upacara. Pokoknya, setiap ada kegiatan apapun, Tante pasti ikut berpartisipasi."
"Hm gitu.."
"Saat kamu dikenal sebagai murid yang berprestasi, entah di bidang akademik atau non akademik, kamu pasti akan dikenal oleh guru-gurumu dan juga teman-teman dan kakak-kakak kelasmu. Jadi, berprestasilah dalam kegiatan apapun. Ikuti semua kegiatan sekolah, biar kamu tau, bakat dan minat kamu dimana."
"Dulu Kakek Nenek juga ngasih tau Papa dan Tante kaya gini ya?"
"Iya! Dulu Kakek itu disiplin. Setiap anak-anaknya pulang sekolah, pasti disuruh mengulang pelajaran selama 30 menit. Kalau ada PR, harus dikerjakan hari itu juga. Nah saat malam harinya, jadwal kami adalah belajar untuk mata pelajaran keesokan harinya."
"Ohgitu. Terus kalau belajar mata pelajaran untuk keesokan harinya, memang Papa Tante ngerti?"
"Engga ngerti! Makanya, saat guru menerangkan, kami menyimaknya dengan sungguh-sungguh, bahkan mencatat hal-hal penting untuk ditulis di buku catatan. Jika kami tetap tidak mengerti, maka kami akan bertanya.", kata Papa dan Tanteku yang menjawabnya bergantian.
"Papa Tante ga takut dimarahin saat nanya ke Bapak Ibu guru?", tanyaku yang selama di Sekolah Dasar, ga pernah berani bertanya.
"Berani dong, kan nanyanya baik-baik.'Pak/Bu, boleh saya bertanya?' Atau 'Pak/Bu, boleh minta tolong dijelasin lagi karena saya masih kurang paham' sembari mengacungkan tangan"
"Hm gitu. Jadi guru di SMP ga galak ya?"
Papaku ketawa.
"Ga ada guru yang galak. Coba Tante tanya, guru marah biasanya karena apa?"
"Karena kelas rame saat guru sedang mengajar?"
"Nah betul. Itu salah siapa kalau gurunya lagi ngajar tapi murid-muridnya ga dengerin, malah ngobrol sendiri? Lalu kalau gurunya marah, wajar ga kira-kira?"
"Hehehe iya yaa.."
"Selama kamu menyimak guru saat mengajar, mereka ga akan galak sama kamu.", ujar Tanteku.
"Kak, dulu waktu Kakak di SMP gimana?", tanyaku pada Kakakku yang usianya 18 tahun diatasku.
"Hm Kakak dulu ga masuk SMP favorit seperti kamu, Papa, dan Tante. Jadi Kakak harap, kamu bisa menjadi orang yang sangat hebat dari Kakak. Dan inget, jangan pacar-pacaran!"
---
Sebelumnya, aku membuat thread 'cerita fiksi' -jenis novelet- yang berjudul Unpublished Thoughts. Kali ini, aku ingin membuat thread dari 'kisah nyata' yang aku alami selama aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, yang aku beri judul 'Kenangan Mengerikan di Sekolah Menengah Pertama'.
- Prolog
- Primadona Sekolah
- Ayma Dipanggil Ke Ruang BK!
- Jebakan Jahat!
- ???
Perkenalkan, nama aku Ayma Wishy (bukan nama sebenarnya), sebut saja dengan Ayma. Saat itu, pertengahan tahun 2006, aku baru saja lulus dari Sekolah Dasar (SD).
SDku yang saat itu tidak begitu terkenal karena tidak pernah menang dalam lomba akademik, membuat para siswa-siswinya harus berusaha lebih ekstra untuk bisa masuk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) favorit. Apalagi pada saat itu, untuk bisa masuk ke SMP favorit tersebut, harus mengikuti ujian tulis. Aku yang ketika itu bukanlah siswi yang pandai dan menjadi juara di kelas, sungguh hanya bisa berusaha yang terbaik.
Alhamdulillahnya, pada saat pengumuman penerimaan siswa-siswi SMP Favorit tersebut, ada namaku di papan pengumuman. Aku berada di urutan ke 113 dari 286 siswa-siswi yang diterima.
Jujur saat itu aku merasa berada di puncak kebahagiaan, karena dari SDku, hanya sekitar 8 siswa yang diterima, termasuk aku.
Waktu terus berjalan, aku yang masih belum tahu bagaimana suasana dan bagaimana menjadi siswi SMP, hanya bisa berangan-angan. Untung saja, Papaku, Tanteku (Adik Kandung Papa yang ku anggap seperti Mama sendiri, sebab beliau yang selalu menasehatiku setelah Mamaku meninggal di usiaku 10 tahun), dan juga Kakakku, yang tak bosan-bosan memberikan gambaran saat di SMP itu seperti apa.
"Sebentar lagi kamu akan menjadi siswi SMP. Itu artinya kamu akan memasuki zona pembentukan kepribadian atau karakter kamu.", kata Papaku ketika itu.
"Maksudnya, Pa?", tanyaku kurang paham.
"Di SMP, kamu bebas memilih akan menjadi seperti apa kamu kedepannya. Menjadi baikkah, atau sebaliknya. Dulu pada saat Papa di SMP, saat ada guru baru datang dan sedang menuntun sepeda, pasti murid-muridnya berebut untuk membantu guru tersebut. Juga pada saat ada guru yang sedang membawa buku atau tas saat ke kelas atau saat mau kembali ke ruang guru."
"Hm kenapa gitu, Pa?"
"Itu karena kami sangat menghargai guru-guru kami. Tak hanya itu, senakal-nakalnya kami dulu, kami sangat menjaga sopan santun!"
"Maksudnya nakal tapi menjaga sopan santun?"
"Ya nakalnya ke sesama teman saja, tapi kalau ke guru, kami tetap menjaga sopan santun."
"Hm gitu.."
"Nanti, kamu akan bertemu dengan banyak teman-teman baru."
"Iya, ada 285 teman baru!!", potongku antusias.
"Bertemanlah dengan siapa saja, ikuti yang baik, jangan ikuti yang buruk."
"Bertemanlah dengan siapa saja? Berarti berteman sama anak nakal boleh dong Pa?"
"Boleh dong, tapi jangan diikuti kenakalannya. Tetaplah menjadi diri Ayma sendiri."
"Iya Pa! Kalau Tante, dulu di SMP gimana?", tanyaku pada Tanteku.
"Dulu Tante menjadi primadona di sekolah.", jawab Tanteku.
"Berarti Tante terkenal dong?", tanyaku lagi.
"Iyaa! Tante semasa SMP sangat aktif mengikuti kegiatan sekolah (ekstrakurikuler). Saat upacara, selalu Tante yang menjadi protokol upacara. Pokoknya, setiap ada kegiatan apapun, Tante pasti ikut berpartisipasi."
"Hm gitu.."
"Saat kamu dikenal sebagai murid yang berprestasi, entah di bidang akademik atau non akademik, kamu pasti akan dikenal oleh guru-gurumu dan juga teman-teman dan kakak-kakak kelasmu. Jadi, berprestasilah dalam kegiatan apapun. Ikuti semua kegiatan sekolah, biar kamu tau, bakat dan minat kamu dimana."
"Dulu Kakek Nenek juga ngasih tau Papa dan Tante kaya gini ya?"
"Iya! Dulu Kakek itu disiplin. Setiap anak-anaknya pulang sekolah, pasti disuruh mengulang pelajaran selama 30 menit. Kalau ada PR, harus dikerjakan hari itu juga. Nah saat malam harinya, jadwal kami adalah belajar untuk mata pelajaran keesokan harinya."
"Ohgitu. Terus kalau belajar mata pelajaran untuk keesokan harinya, memang Papa Tante ngerti?"
"Engga ngerti! Makanya, saat guru menerangkan, kami menyimaknya dengan sungguh-sungguh, bahkan mencatat hal-hal penting untuk ditulis di buku catatan. Jika kami tetap tidak mengerti, maka kami akan bertanya.", kata Papa dan Tanteku yang menjawabnya bergantian.
"Papa Tante ga takut dimarahin saat nanya ke Bapak Ibu guru?", tanyaku yang selama di Sekolah Dasar, ga pernah berani bertanya.
"Berani dong, kan nanyanya baik-baik.'Pak/Bu, boleh saya bertanya?' Atau 'Pak/Bu, boleh minta tolong dijelasin lagi karena saya masih kurang paham' sembari mengacungkan tangan"
"Hm gitu. Jadi guru di SMP ga galak ya?"
Papaku ketawa.
"Ga ada guru yang galak. Coba Tante tanya, guru marah biasanya karena apa?"
"Karena kelas rame saat guru sedang mengajar?"
"Nah betul. Itu salah siapa kalau gurunya lagi ngajar tapi murid-muridnya ga dengerin, malah ngobrol sendiri? Lalu kalau gurunya marah, wajar ga kira-kira?"
"Hehehe iya yaa.."
"Selama kamu menyimak guru saat mengajar, mereka ga akan galak sama kamu.", ujar Tanteku.
"Kak, dulu waktu Kakak di SMP gimana?", tanyaku pada Kakakku yang usianya 18 tahun diatasku.
"Hm Kakak dulu ga masuk SMP favorit seperti kamu, Papa, dan Tante. Jadi Kakak harap, kamu bisa menjadi orang yang sangat hebat dari Kakak. Dan inget, jangan pacar-pacaran!"
---
Diubah oleh aymawishy 31-12-2021 21:17
snf0989 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
6.7K
Kutip
57
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#14
Ayma Dipanggil Ke Ruang BK!
Quote:
Berawal dari adanya inspeksi mendadak pada 20 November 2007, di hari Selasa, sekitar jam 12.45, di sekolahku.
Di jaman SMP saat itu, ada peraturan : 'Dilarang Membawa HP Berkamera.'
Di hari itu, ketika aku sedang menyimak guru PKN yang sedang asik mengajar, tiba-tiba ada seorang kakak kelas cowo (sebut saja Aldo), mengetok pintu kelasku yang tertutup.
"Kenapa Mas?", tanya guruku.
"Bu Yanti, Ayma disuruh ke ruang BK.", jawabnya.
"Loh kenapa?", tanya Bu Yanti lagi. Aku inget banget, Bu Yanti adalah guru yang paling mengidolakan aku. Bahkan selalu nyampein di kelas lain, untuk mencontohku dalam berperilaku. Tapi saat beliau mendengar kalimat 'Ayma disuruh ke ruang BK', tampak ada kekecewaan di wajahnya.
(Pada saat itu, ruang BK hanya untuk mereka yang bermasalah. Mungkin juga sampai sekarang?)
"Saya hanya disuruh manggil Ayma, Bu."
Aku pun berdiri dari tempat dudukku dengan ragu. Semua teman-teman sekelasku, menatapku penuh tanya, 'ada apa?'
Dan tentu, aku juga bertanya-tanya dalam hati.
"Ibu, saya izin untuk ke ruang BK dulu ya?", ujarku sembari mencium tangan beliau.
---
Saat menuju ke ruang BK, aku bertanya pada Aldo.
"Ada apa ini, Mas?"
"Aku juga ga tau pasti! Yang jelas, si Ardi ketauan bawa HP kamera."
"Lalu? Kenapa aku juga dipanggil karena itu?"
"Entah!"
Jujur, saat itu jantungku berdegup sangat kencang dan perasaanku penuh dengan kekhawatiran.
Aku pun berjalan dengan tergesa melewati lapangan bola dan lapangan basket di bawah teriknya matahari siang itu dengan rasa takut dan waswas.
'Toktoktok'
"Masuk!", kata seorang guru di dalam ruang BK.
Saat pintu dibuka, aku melihat sudah ada 2 kakak kelas cewe (sebut saja Ani dan Sisi) dan 1 kakak kelas cowo (Ardi) yang sudah duduk dengan kepala tertunduk.
Dengan ragu, aku bersalaman dengan guru BK-ku, meski beliau menanggapinya dengan "Ckckck ga percaya saya ternyata begini kelakuanmu!".
Jujur saat beliau berkata seperti itu, aku masih tidak tahu apa permasalahannya.
Di ruang BK, aku duduk di ujung sofa. Sedangkan kakak kelasku -Ardo, Aldo, Ani, dan Sisi- duduk di sofa tengah.
"Ayma, kamu tau kenapa dipanggil ke ruang BK?", tanya guruku ketus. Sumpah, itu pertama kalinya aku diketusin sama beliau.
" Maaf, saya tidak tahu, Pak."
"Kamu dipanggil kesini karena kamu dan mereka ketauan telah membuat video p*rno!!"
Demi Allah! Aku kaget! Di usiaku saat itu, aku ga tau video p*rno itu seperti apa bentukannya! Lah kog malah dibilang ketauan bikin video begitu??
"Ini, videonya!! Coba jelaskan kepada saya!", ujarnya lagi sembari memperlihatkan video yang ada di Hape Ardi.
Aku melihat video di dalam HP tersebut, yang tentunya hasil videonya ga seapik video sekarang ya. Itu video diambil dengan HP berspesifikasi 0.3 MP Video Recorder dengan resolusi 176 x 208 pixels! Yang hasil videonya jadi slow motionpake banget!!
Aku perhatikan baik-baik video tersebut. Dan aku berpikir, apa begini disebut sebagai video p*rno??
Video yang diperlihatkan guruku ke aku, hasilnya bener-bener slow motion sehingga terlihat seperti aku yang sedang membuka bajuku dan terlihat berciuman dengan Aldo, -sebab pengambilan kameranya dari samping kanan, sehingga tampak seperti aku sedang berciuman dengan Aldo, padahal, jujur, saat itu aku sedang asik mengobrol dengan Aldo!! Dan aku tidak melakukan apapun selain mengobrol!!!
"Sungguh perilaku kalian ini sangat memalukan!! Sekarang kalian siap-siap untuk pulang, dan berikan surat ini kepada orang tua kalian!", ujar guru BK-ku disaat 5 menit sebelum jam pulang.
---
Hari itu aku bener-bener takut. 'Gimana ini bilangnya ke Papaku? Pasti Papa kecewa karena tau aku bikin video p*rno! Dan guru-guruku? Pasti mereka pun akan kecewa padaku. Aku harus apa??', bathinku saat itu yang masih mengira video seperti itu adalah video ga bener.
Sesampainya di rumah, Papaku yang biasa menyambutku, mengetahui bahwa aku baru saja menangis.
"Ada apa?", kata Papaku dan beliau segera mengajakku mengobrol di kamarku, sebab di ruang tamu dan ruang keluarga siang itu, sedang banyak tamu.
"Paa. Maafin aku!!", tangisku menjadi lagi.
"Maaf kenapa?"
"Kakak kelasku ketauan bawa hape kamera. Dan saat dicek isi hapenya, ada video aku dan kakak-kakak kelasku. Kata guruku, video itu adalah video p*rno, Pa!! Karena itu, Papa besok disuruh ke sekolah jam 9 pagi.", ujarku terbata dan butuh keberanian ekstra untuk sekedar menjelaskan kalimat tersebut.
"Video p*rno? Video seperti apa? Coba jelaskan ke Papa!"
Aku pun menjelaskan yang sebenar-benarnya sembari menangis sesunggukan.
"Aymaaa, jangan nangis! It's okay! Hm? Besok Papa pastikan videonya seperti apa ya? Tenang yaa!", Papaku menenangkanku.
"Maafin aku uda buat Papa kecewa dan malu.."
"Papa yakin ini hanya salah paham. Hm? Sudah ga usah nangis ya. Nanti kalau nangis terus, mereka bakal mengira kalau Ayma bener-bener melakukannya. Jadi Ayma harus kuat ya? Papa percaya, semua ini akan bisa Ayma lewati!", kata Papaku sembari memelukku.
---
(to be continued)
Di jaman SMP saat itu, ada peraturan : 'Dilarang Membawa HP Berkamera.'
Di hari itu, ketika aku sedang menyimak guru PKN yang sedang asik mengajar, tiba-tiba ada seorang kakak kelas cowo (sebut saja Aldo), mengetok pintu kelasku yang tertutup.
"Kenapa Mas?", tanya guruku.
"Bu Yanti, Ayma disuruh ke ruang BK.", jawabnya.
"Loh kenapa?", tanya Bu Yanti lagi. Aku inget banget, Bu Yanti adalah guru yang paling mengidolakan aku. Bahkan selalu nyampein di kelas lain, untuk mencontohku dalam berperilaku. Tapi saat beliau mendengar kalimat 'Ayma disuruh ke ruang BK', tampak ada kekecewaan di wajahnya.
(Pada saat itu, ruang BK hanya untuk mereka yang bermasalah. Mungkin juga sampai sekarang?)
"Saya hanya disuruh manggil Ayma, Bu."
Aku pun berdiri dari tempat dudukku dengan ragu. Semua teman-teman sekelasku, menatapku penuh tanya, 'ada apa?'
Dan tentu, aku juga bertanya-tanya dalam hati.
"Ibu, saya izin untuk ke ruang BK dulu ya?", ujarku sembari mencium tangan beliau.
---
Saat menuju ke ruang BK, aku bertanya pada Aldo.
"Ada apa ini, Mas?"
"Aku juga ga tau pasti! Yang jelas, si Ardi ketauan bawa HP kamera."
"Lalu? Kenapa aku juga dipanggil karena itu?"
"Entah!"
Jujur, saat itu jantungku berdegup sangat kencang dan perasaanku penuh dengan kekhawatiran.
Aku pun berjalan dengan tergesa melewati lapangan bola dan lapangan basket di bawah teriknya matahari siang itu dengan rasa takut dan waswas.
'Toktoktok'
"Masuk!", kata seorang guru di dalam ruang BK.
Saat pintu dibuka, aku melihat sudah ada 2 kakak kelas cewe (sebut saja Ani dan Sisi) dan 1 kakak kelas cowo (Ardi) yang sudah duduk dengan kepala tertunduk.
Dengan ragu, aku bersalaman dengan guru BK-ku, meski beliau menanggapinya dengan "Ckckck ga percaya saya ternyata begini kelakuanmu!".
Jujur saat beliau berkata seperti itu, aku masih tidak tahu apa permasalahannya.
Di ruang BK, aku duduk di ujung sofa. Sedangkan kakak kelasku -Ardo, Aldo, Ani, dan Sisi- duduk di sofa tengah.
"Ayma, kamu tau kenapa dipanggil ke ruang BK?", tanya guruku ketus. Sumpah, itu pertama kalinya aku diketusin sama beliau.
" Maaf, saya tidak tahu, Pak."
"Kamu dipanggil kesini karena kamu dan mereka ketauan telah membuat video p*rno!!"
Demi Allah! Aku kaget! Di usiaku saat itu, aku ga tau video p*rno itu seperti apa bentukannya! Lah kog malah dibilang ketauan bikin video begitu??
"Ini, videonya!! Coba jelaskan kepada saya!", ujarnya lagi sembari memperlihatkan video yang ada di Hape Ardi.
Aku melihat video di dalam HP tersebut, yang tentunya hasil videonya ga seapik video sekarang ya. Itu video diambil dengan HP berspesifikasi 0.3 MP Video Recorder dengan resolusi 176 x 208 pixels! Yang hasil videonya jadi slow motionpake banget!!
Aku perhatikan baik-baik video tersebut. Dan aku berpikir, apa begini disebut sebagai video p*rno??
Quote:
Flashback On
Pada hari Sabtu siang, 17 November 2007, aku diajak Aldo untuk pergi bersama Ani dan juga Ardi ke rumah Sisi. Aku yang tidak akan menolak jika pergi beramai-ramai (tidak pergi berduaan) pun menyetujuinya tanpa berpikir aneh-aneh. (Toh Ani adalah teman basket dan teman paduan suaraku. Sedangkan Aldo, adalah cowo yang lagi deketin aku.)
Siang itu, (aku inget bangeet!!) aku memakai kaos berlengan pendek dan juga memakai jaket berbulu di bagian kerah dan ujung tangannya, karena jujur itu jaket satu-satunya yang aku punya ketika itu. Aku juga memakai celana jeans panjang, bukan rok mini!!
Sesampainya di rumah Sisi yang sangat sederhana, yang hanya terdapat sofa panjang dan satu sofa kecil di ruang tamunya, membuat kami berempat harus duduk berimpitan, sedang Sisi duduk di sofa kecil itu. Kami tidak memilih untuk duduk di bawah/di lantai, sebab Sisi melarang, 'lantaiku kotor banget!', katanya.
Akhirnya kami pun duduk di sofa.
Aldo di tepi sofa kiri, aku duduk di sebelah kanan Aldo, Ani duduk di sebelah kanan aku, dan Ardi duduk di sebelah kanan Ani. Dan Sisi, yang duduk di sofa kecil seorang diri, berada di dekat Ardi, di sebelah kanan Ardi lebih tepatnya.
Saat itu, aku tahu bahwa Ani dan Ardi sedang berpacaran dan kata Aldo, mereka sedang bertengkar hari itu.
Ohya, di ruang tamu Sisi, hanya ada satu kipas angin kecil, jadi anginnya ga berasa sama sekali, asli!
Aku yang saat itu sibuk berbicara dengan Aldo, sama sekali tak memperhatikan mereka. Bahkan aku tak menyadari kalau ternyata Ani meminta Sisi untuk merekam/memvideokan permintaan maaf Ani kepada Ardi. Saat itu, Ani sedang berlutut di depan Ardi yang sedang duduk di sofa. (Awal dari video yang ada di HP Ardi)
Akupun bertanya pada Aldo, "itu ngapain Mba Ani berlutut?"
"Iya, Ani ketauan selingkuh. Makanya minta maaf ke Ardi."
"Oh gitu! Ohya, aku izin buka jaket ya, soalnya aku kepanasan. Gerah banget!", bisikku dan kemudian aku membuka jaketku. Nah, pada saat melepas jaket di bagian tangan kiri, aku kesusahan karena ada Aldo di sebelah kiriku. Akhirnya, Aldo membantuku untuk membukakan jaketku itu. Setelahnya, dia meletakkan jaketku di sandaran tangan di samping kirinya.
Tak lama dari itu, Ani berpelukan dengan Ardi. Dan mereka pun baikan lagi. (Saat itu, video pun juga berakhir)
Flashback Off
Pada hari Sabtu siang, 17 November 2007, aku diajak Aldo untuk pergi bersama Ani dan juga Ardi ke rumah Sisi. Aku yang tidak akan menolak jika pergi beramai-ramai (tidak pergi berduaan) pun menyetujuinya tanpa berpikir aneh-aneh. (Toh Ani adalah teman basket dan teman paduan suaraku. Sedangkan Aldo, adalah cowo yang lagi deketin aku.)
Siang itu, (aku inget bangeet!!) aku memakai kaos berlengan pendek dan juga memakai jaket berbulu di bagian kerah dan ujung tangannya, karena jujur itu jaket satu-satunya yang aku punya ketika itu. Aku juga memakai celana jeans panjang, bukan rok mini!!
Sesampainya di rumah Sisi yang sangat sederhana, yang hanya terdapat sofa panjang dan satu sofa kecil di ruang tamunya, membuat kami berempat harus duduk berimpitan, sedang Sisi duduk di sofa kecil itu. Kami tidak memilih untuk duduk di bawah/di lantai, sebab Sisi melarang, 'lantaiku kotor banget!', katanya.
Akhirnya kami pun duduk di sofa.
Aldo di tepi sofa kiri, aku duduk di sebelah kanan Aldo, Ani duduk di sebelah kanan aku, dan Ardi duduk di sebelah kanan Ani. Dan Sisi, yang duduk di sofa kecil seorang diri, berada di dekat Ardi, di sebelah kanan Ardi lebih tepatnya.
Saat itu, aku tahu bahwa Ani dan Ardi sedang berpacaran dan kata Aldo, mereka sedang bertengkar hari itu.
Ohya, di ruang tamu Sisi, hanya ada satu kipas angin kecil, jadi anginnya ga berasa sama sekali, asli!
Aku yang saat itu sibuk berbicara dengan Aldo, sama sekali tak memperhatikan mereka. Bahkan aku tak menyadari kalau ternyata Ani meminta Sisi untuk merekam/memvideokan permintaan maaf Ani kepada Ardi. Saat itu, Ani sedang berlutut di depan Ardi yang sedang duduk di sofa. (Awal dari video yang ada di HP Ardi)
Akupun bertanya pada Aldo, "itu ngapain Mba Ani berlutut?"
"Iya, Ani ketauan selingkuh. Makanya minta maaf ke Ardi."
"Oh gitu! Ohya, aku izin buka jaket ya, soalnya aku kepanasan. Gerah banget!", bisikku dan kemudian aku membuka jaketku. Nah, pada saat melepas jaket di bagian tangan kiri, aku kesusahan karena ada Aldo di sebelah kiriku. Akhirnya, Aldo membantuku untuk membukakan jaketku itu. Setelahnya, dia meletakkan jaketku di sandaran tangan di samping kirinya.
Tak lama dari itu, Ani berpelukan dengan Ardi. Dan mereka pun baikan lagi. (Saat itu, video pun juga berakhir)
Flashback Off
Video yang diperlihatkan guruku ke aku, hasilnya bener-bener slow motion sehingga terlihat seperti aku yang sedang membuka bajuku dan terlihat berciuman dengan Aldo, -sebab pengambilan kameranya dari samping kanan, sehingga tampak seperti aku sedang berciuman dengan Aldo, padahal, jujur, saat itu aku sedang asik mengobrol dengan Aldo!! Dan aku tidak melakukan apapun selain mengobrol!!!
"Sungguh perilaku kalian ini sangat memalukan!! Sekarang kalian siap-siap untuk pulang, dan berikan surat ini kepada orang tua kalian!", ujar guru BK-ku disaat 5 menit sebelum jam pulang.
---
Hari itu aku bener-bener takut. 'Gimana ini bilangnya ke Papaku? Pasti Papa kecewa karena tau aku bikin video p*rno! Dan guru-guruku? Pasti mereka pun akan kecewa padaku. Aku harus apa??', bathinku saat itu yang masih mengira video seperti itu adalah video ga bener.
Sesampainya di rumah, Papaku yang biasa menyambutku, mengetahui bahwa aku baru saja menangis.
"Ada apa?", kata Papaku dan beliau segera mengajakku mengobrol di kamarku, sebab di ruang tamu dan ruang keluarga siang itu, sedang banyak tamu.
"Paa. Maafin aku!!", tangisku menjadi lagi.
"Maaf kenapa?"
"Kakak kelasku ketauan bawa hape kamera. Dan saat dicek isi hapenya, ada video aku dan kakak-kakak kelasku. Kata guruku, video itu adalah video p*rno, Pa!! Karena itu, Papa besok disuruh ke sekolah jam 9 pagi.", ujarku terbata dan butuh keberanian ekstra untuk sekedar menjelaskan kalimat tersebut.
"Video p*rno? Video seperti apa? Coba jelaskan ke Papa!"
Aku pun menjelaskan yang sebenar-benarnya sembari menangis sesunggukan.
"Aymaaa, jangan nangis! It's okay! Hm? Besok Papa pastikan videonya seperti apa ya? Tenang yaa!", Papaku menenangkanku.
"Maafin aku uda buat Papa kecewa dan malu.."
"Papa yakin ini hanya salah paham. Hm? Sudah ga usah nangis ya. Nanti kalau nangis terus, mereka bakal mengira kalau Ayma bener-bener melakukannya. Jadi Ayma harus kuat ya? Papa percaya, semua ini akan bisa Ayma lewati!", kata Papaku sembari memelukku.
---
(to be continued)
delet3 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Kutip
Balas