Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Benarkah RUMAH KEBIJAKSANAAN Awal Pusat Sains Dunia? Ini Dia Penjelasannya

Si.joniiAvatar border
TS
Si.jonii
Benarkah RUMAH KEBIJAKSANAAN Awal Pusat Sains Dunia? Ini Dia Penjelasannya
Ada pertanyaan nih untuk kita semua, Ilmu pengetahuan itu ditemukan atau diciptakan? Jawabannya bukan diciptakan, tapi ilmu pengetahuan itu sebenarnya ditemukan. Eh tapi tunggu dulu.. Terus kalo gitu, di mana semua ilmu kita ini ditemukan, dikumpulin, dan diturunin ke kita? Kalo kita taunya sains asalnya dari tempat-tempat ini aja, sebenernya kita salah. Karena ternyata, ada satu peradaban yang telah berhasil ngehimpun berbagai ilmu, bahkan sampe terkenal sebagai pusat sainsnya dunia yang warisannya masih ada sampai sekarang. Tanpa berlama-lama, inilah dia kisahnya.

Quote:
sumber

Jadi pas Eropa masih terjebak di masa kelamnya, peradaban satu ini ternyata udah lebih dulu mencapai kejayaan. Ketika pendiri peradaban Islam ini kemudian meninggal, para penerusnya lanjut memperluas kekuasaan hingga berkembang pesat sekali. Dan saat tempat ini kemudian jadi ibu kota, ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia pun mulai dikumpulin. Posisinya yang strategis dan pembangunan besar-besaran yang dilakuin, bikin ibu kota ini jadi pusat perdagangan serta pusat ilmu dan kebudayaan selama 500 tahun lamanya. Bahkan, sampe ngalahin kota-kota terkenal di dunia.

Dan, semua kesuksesan itulah yang bikin periode ini dikenal sebagai Masa Keemasan Islam. Dan, bukti utamanya bisa diliat dari sebuah perkumpulan yang melahirkan banyak penemuan bernama "Rumah Kebijaksanaan". Tempat apakah itu? Jadi, bayangin tempat ini adalah tempat nongkrongnya orang-orang pinter dan bijaksana. Dan sejak sang pemimpin naik kekuasaan, tempat ini tuh jadi makin maju. Sampai puncaknya, muncullah gerakan intelektual yang ibaratnya jadi jantungnya perkumpulan ini. Para pemimpin kala itu bahkan ngedorong penerjemahan berbagai buku sains dan filsafat dari berbagai bahasa jadi bahasa Arab, biar semua ilmu itu bisa dikuasain oleh masyarakat.

Semangat mereka adalah bahwa kebenaran itu bisa ditemukan oleh siapapun, dan engga perlu malu untuk ngakuin kebenaran yang ditemuin oleh orang asing. Hal ini jugalah yang ngejadiin bahasa Arab kemudian sebagai bahasa paling penting di dunia selama berabad-abad pada saat itu. Dan ya, semua itu terjadi sebelum ada Google Translate. Makanya pada masanya, Rumah Kebijaksanaandikenal sebagai pusat sains yang salah satu isinya itu adalah perpustakaan terbesar di dunia. Dan berkatnya juga, berbagai sains dan filsafat jadi menyatu ke dalam peradaban Islam.

Quote:
sumber

Hingga akhirnya, lahirlah tokoh-tokoh yang buah pemikirannya kita warisi sekarang, lewat guru-guru kita saat ini. Tapi pertanyaannya: Memang apa rahasia mereka? Kenapa sang Rumah Kebijaksanaan ini bisa semaju itu pada masanya? Kalo bisa dibilang, kuncinya satu: karena penuh semangat buat mencari kebenaran, mereka itu gak ngebeda-bedain siapa yang nemuin kebenaran itu. Iya, jadi ilmuwan dan orang-orang bijaksana di sana itu, mereka itu suku dan agamanya beragam. Dan berkat ngerangkul perbedaan inilah, mereka bisa menemukan berbagai ilmu pengetahuan dan akhirnya mengembangkannya.

Kenapa begitu? Karena seperti kata filsuf Islam pertama bahwa semangat intelektual Islam itu adalah semangat mencari hakikat kebenaran, dan kebenaran bisa ditemukan oleh siapapun. Coba aja dulu orang-orang di sana tertutup dan diskriminatif, peradaban Islam mungkin pada saat itu gak akan bisa mencapai masa keemasannya. Jadi itulah jawaban di balik Rumah Kebijaksanaan. Keterbukaan buat sama-sama belajar  meskipun berbeda latar belakang suku dan agama, bikin mereka berhasil jadi pusat sains dunia. Dan tentu aja, inilah yang harus kita tiru di keseharian kita, terutama di tempat kita nyari ilmu. Karena kita juga kayak mereka, terdiri dari beragam suku dan agama. Dan keragaman inilah yang jadi aset yang perlu kita maksimalin buat mencerdaskan kita. Makanya, rangkul mereka yang berbeda, dan kita akan jadi lebih kaya akan sudut pandang dan wawasan. Bagaimana menurut kalian? Komen dibawah ya, semoga bermanfaat dan sampai jumpaa..

Referensi : 1 & 2
Diubah oleh Si.jonii 27-12-2021 04:36
Okutet
Okutet memberi reputasi
1
705
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Tampilkan semua post
acmdAvatar border
acmd
#1
Ilmu yang didapat dari sebuah buku, maka akan dibutuhkan dalil/referensi untuk dapat menerima dan menguatkannya.

Dimana pada akhirnya Ilmu itu akan kembali ditulis dan kembali tersimpan sebagai buku diperpustakaan.

Ilmu yang didapat dari sebuah akal pikiran manusia, maka akan dibutuhkan teori untuk dapat menerima dan menguatkannya.

Dimana pada akhirnya Ilmu itu akan kembali pada akal pikiran manusia dan kembali tersimpan sebagai logika

Ilmu yang didapat dari sebuah hati manusia, maka akan dibutuhkan Kasih Sayang (perhatian) untuk dapat menerima dan menguatkannya.

Dimana pada akhirnya Ilmu itu akan kembali pada hati manusia dan kembali tersimpan sebagai Cinta.

Buku (Tulisan) yang baik, yaitu yang dapat mengedepankan sebaik baiknya Akal pikiran (Logika).

Akal pikiran (Logika) yang baik, yaitu yang dapat mengedepankan sebaik baiknya Hati (Cinta).

Dan Hati (Cinta) yang baik, yaitu yang dapat mengedepankan sebaik baiknya Iman.

Diri Manusia itu dapat di i-barat-kan sebagai apa saja, tergantung dari isi hatinya, bila isi hatinya ada kebijaksanaan maka jadilah diri manusia itu sebagai rumah dari kebijaksanaan. emoticon-Traveller
Si.jonii
Si.jonii memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.