Kaskus

Story

open.mindedAvatar border
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:


Quote:


Quote:
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 18:27
andristyle20Avatar border
vargubo86498Avatar border
nuryadiariAvatar border
nuryadiari dan 210 lainnya memberi reputasi
199
2M
5.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
open.mindedAvatar border
TS
open.minded
#4464
Pillars of Understanding Part 3
Tak terasa dua hari sudah berlalu sejak Vania dan Ion datang kesini. Selama dua hari itu juga Anastasya dan Valli mungkin suaranya sudah serak karena keseringan tertawa karena banter kami bertiga, dari cekcok khas kami, Vania yang ngomelin gw sama Ion seperti anak kecil, dan hal-hal idiot yang dilakukan oleh gw dan Ion.

Hari ini kami berlima sedang berada didalam sebuah mobil suv yang menuju ke sebuah gereja kecil di pinggiran kota Moscow, disana telah menunggu para ‘Master’ yang bisa dijadikan Valli sebagai sumur pengetahuan mengenai agama masing-masing. Di dalam mobil ini kami duduk dalam susunan Ion yang menyetir, Vania di kursi depan, gw, Valli, dan Anastasya, di kursi tengah. Di kursi depan, seperti biasa, Vania dan Ion sedang berargumen tentang hal bodoh.

“Keluargamu aneh-aneh ya Di hahahaha.” Ujar Valli menggenggam tangan kiri gw.

“Yaa begitulah tidak pernah membosankan kalo ada mereka.”

“Iyaa. Aku juga ngerasa happy banget.”

“Kak Valli belum ketemu semuanya aja! Ada yang serem tau! Kaya Om Timur sama Om Leo!” ujar Sya sambil mengeleus ngelus tangannya seperti orang menggigil.

“Ohya? Kukira Timur orangnya lebih ke aloof, brandal, tapi kuliat dia keren kok.” Jelas Valli.

“Kak Valli gak tau aja!! Isengnya mereka tuh kebangetan!! Hiiih” protes Sya.

“Heh yang dibelakang. Plis jangan pegang-pegangan tangan, apalagi mesra-mesraan. Ga berprikemanusiaan kalian ckckckckckc.” Ancam Ion.

Kami pun hanya tertawa mendengar celoteh Ion. Sekitar tiga puluh menit waktu berlalu, kamipun sampai di tempat yang kami tuju. Sebuah gereja orthodox kecil di pinggiran kota moscow. Ketika gw bilang ini gereja kecil, gw bener-bener serius, karena size dan bentuk gereja ini lebih cocok dan memang terlihat seperti kafe kecil dengan lambang salib gereja orthodox yang terpampang di atapnya.

Didalam sudah menunggu lima orang yang sedang duduk di sofa yang mengelilingi meja kotak besar berwarna coklat tua. Salah satu orang yang duduk itu berdiri dan berjalan menghampiri kami. Tampak seorang laki laki kira kira berumur 45 tahunan dengan brewok dan janggut panjang yang sudah memutih. Mukanya mengingatkan gw dengan sosok Gandalf dalam film LOTR cuman lebih muda aja. Dia menyodorkan tangan kanannya yang gw sambut, tiba tiba ia menarik tangan kanan gw sehingga bahu kanan kami berbenturan, dan pada saat itu juga tangan kiri gw sudah merangkul gw, menepuk punggung gw dengan keras sekali.

“Adi. Adi. Adi. Sudah lama kita tidak bertemu.. 5 tahun? 7 tahun?” ucapnya.

“Lama tidak bertemu Petr, maaf gw harus mengganggulo kali ini.” Jawab gw sambil membalas tepukan ke punggungnya.

“Apa yang bisa saya, Petr, Exiled Priest of Great Orthodox Church, lakukan?” tanyanya setengah membungkuk.

“Kenalin ini Valli yang mau belajar dengan kalian.”

“Ooh! Jadi ini wanita beruntung nya?” ucap Petr melebih-lebihkan.

“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Valli. Mohon bimbingannya. O Bathyushka (Father).”

Petr pun merundukan kepalanya mendengar kata-kata Valli, menandakan dia sudah menerima kata-kata perkenalannya. Gw langsung menarik tangan Valli dan menuju tempat dimana sisa empat orang yang masih duduk-duduk melihat ke arah kami.

“Oke Valli. Aku kenalin satu satu ya. Yang botak ini adalah bikhu Tong, merepresentasikan kepercayaan Buddha..” ucap gw mengenalkan Valli ke pria bermata sipit itu.

“Sial Adi! Sudah berapa kali gw ingatkan, nama gw Chen! Chen!” protes Bikhu itu.

“Hah! Nice try Tong. Selanjutnya merepresentasikan kepercayaan Hindu, Bharat..” ucap gw mengenalkan sosok berkulit coklat dengan kumis sexy itu.

“Haaah. Bukan nama gw, tapi yasudahlah..” keluh Bharat merespon pernyataan gw.

“Dan ini Bob, dia mewakili… bentar.. Bob lo mewakili apa?” tanya gw bingung.

“Gak mewakili siapa siapa Di. Gw cuma numpang nongkrong aja disini, mumpung pada ngumpul.”

“Enak aja lo nimbrung doang. Lo jadi counter-argumen aja. Wakilin Atheisme.” Perintah gw.

“Wah gampang dong kerjaan gw cuman nge counter? Ok ok.”

“Dan pria terakhir mewakili Judaism. Cockberg.” Ucap gw disambut dengan senyuman orang berambut coklat itu.

“Ben Cockberg. Cockbergnya sebenernya bukan nama saya dari lahir, Cuma gara-gara Adi, orang lebih inget Cockberg daripada nama belakang saya yang Asli.” Keluh pria itu.

“Yang terakhir kamu udah kenal sama yang mempresentasikan kepercayaanku. Vania.” Ucap gw mengabaikan Cockberg.

“Kenalin nama saya Valli. Saya mohon bimbingan kawan-kawan untuk hari ini.” Ucap Valli ke empat orang itu.

Kelima pria itu menjawab perkenalan Valli dengan senyuman hangat. Sambil menyaut ‘Cewenya sopan, gak kayak cowonya, sableng.’ Yang gw balas dengan jari tengah. Kelima orang ini adalah orang asing yang tidak sengaja berpapasan dengan bokap gw dulu. ‘Orang Hilang’ sebutan bokap gw ke mereka. Maka dari itu tidak heran kalau mereka sangat akrab dengan gw, Vania, Ion dan Timur.

“Lowlife. Ugh.” Ucap Vania saat melihat empat pria yang duduk itu.

“Vaniaaaaa. Mumpung kita di gereja. Will you marry me?” ucap Cockberg dengan beraninnya.

Vania tidak menjawab. Hanya menatap Cockberg sangat tajam. Ekspresinya seperti ekspresi yang lo pasang ketika melihat sesuatu yang hina dan kotor. Ekspresi yang bisa membuat pria perkasa pun menangis.

Gw instruksiin Valli untuk duduk di meja paling pojok sehingga bisa ngobrol dengan tenang. Gw suruh dia untuk mempelajari kepercayaan lain dulu sebelum datang ke Vania. Gw dan Ion memutuskan untuk ke rooftop lantai 4 gereja ini, dimana ada banyak kursi dan beanbag yang sepertinnya memang sering digunakan untuk orang nongkrong.

Rutinitas ini kami jalani selama 5 hari selanjutnya. Ketika gw harus kerja dan Anastasya harus sekolah, Ion dan Vania lah yang menemani Valli belajar disini. Dan seperti yang gw duga Valli lebih banyak bertanya ke Vania dibanding bertanya ke representatif lain. Menandakan dimana ketertarikannya berada.

Suatu saat di malam hari. Gw dan Valli seperti biasa, dikasur, cuddlinng sambil menonton film yang terpampang di TV kamar Valli ini. Ketika gw sedang fokus ke film dan mengelus rambut Valli dengan tangan kanan gw, tiba-tiba ia bertanya.

“Di..”

“Hmm?”

“Bukannya kalo kita kaya gini, kamu kena dosa ya?” tanyanya.

“Iya.”

“Terus kenapa kamu diem aja. Ga pernah ngingetin aku kalau kamu kena dosa?” tanyanya kembali kini dengan sedikit bumbu emosi.

“Karena aku menilai dosa ini worth itu kalau untuk kamu.”

“Ih ga boleh main-mainin agama tau!”

“Siapa yang main-main? Aku selalu serius kalo udah berhubungan dengan tuhan.”

“Terus kenapa kamu malah diem aja dapet dosa kaya gini? Tiap hari lagi kita begini kan? Udah berapa ratus dosa yang kamu dapet karena aku?” ujarnya sambil menghitung hari dengan jari tangannya. Membuat gw terkekeh.

“Valli pengertian kamu masih kaku. Coba lemesin dikit.” Gw mengubah posisi gw menjadi duduk di kasur ini.
“Dengerin aku, tidak ada manusia biasa yang bersih dari dosa.”
“Tidak ada manusia bersih yang tidak berdosa.”
“Manusia yang merasa paling bersih adalah manusia yang paling berdosa.”
“Inti dari semua ini adalah bagaimana kamu menjalani hidup dalam lingkup dan kewajiban yang sudah ditentukan oleh Nya.”
“Aku tidak pernah bilang apa yang aku lakukan benar di mataNya kan? Aku sadar aku melakukan dosa dan aku akan bersaksi kalau aku melakukan dosa ini. Tidak ada penyesalan. Urusan tuhan untuk menilai perbuatanku.”
“Jadi gak usah dipikirin jauh-jauh. Kamu belum saatnya untuk mikirin itu.”

Ucap gw lalu kembali tiduran dan menarik Valli kembali sehingga dia kembali diposisi memeluk gw. Ia menekan dan mengusap-usap mukanya ke dada gw. Tangannya menggenggam jari tanngan gw dengan sangat erat.

“Love you.” Ucapnya terpendam di dada gw.

Gw hanya bisa tersenyum dan mengelus rambut coklatnya saat mendengar perkataannnya itu.
fakhrie...
kkaze22
sormin180
sormin180 dan 33 lainnya memberi reputasi
34
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.