Kaskus

Story

open.mindedAvatar border
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:


Quote:


Quote:
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 18:27
andristyle20Avatar border
vargubo86498Avatar border
nuryadiariAvatar border
nuryadiari dan 210 lainnya memberi reputasi
199
2M
5.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
open.mindedAvatar border
TS
open.minded
#4447
Pillars of Understanding
Sebulan lebih telah berlalu sejak gw dan Valli mengunjungi para prostitut itu. Gw agak terharu karena Valli bener bener nurutin permintaan gw untuk tidak ikut campur langsung dengan kegiatan yang mengganggu bisnis orang berbahaya itu, namun Valli tetap mencari cara untuk membantu para prostitusi yang katanya ‘terjebak’ dalam pekerjaan mereka, dari penggalangan dana, edukasi, sampai mempekerjakan mantan prostitut yang sudah bersih ke dalam cabang toko kue yang baru dibukanya dua minggu lalu. Tentu saja gw tetap mengawasi daerah itu jaga-jaga kalau Valli ngeyel.

*TING*

Suara elevator berbunyi dan disana terpampang lantai tempat kamar gw berada. Gw, Valli dan Anastasya berjalan menyusuri lorong ini. Terlihat mereka menenteng banyak bungkusan berisi belanjaan yang baru mereka beli tadi di pusat kota. Karena kedua wanita disamping gw ini tangannya penuh, kali ini gw yang membuka kunci kamar apartment gw ini. Perasaan senang saat memasuki kamar sendiri yang biasa gw rasakan saat pulang kali ini tidak gw rasakan, yang muncul hanya rasa shock, bingung, dan ragu. Gw masih terdiam di pintu masuk ini, membuat kedua wanita dibelakang gw kebingungan. Gw kucek kucek mata gw memastikan kalau ini bukan halusinasi yang biasa gw lihat, dan ternyata apa yang gw lihat didepan itu benar, karena dia tidak menghilang setelah gw kucek mata gw.

Tepat didepan gw, tampak sebuah sosok yang sedang duduk dengan tangan terlentang di sandaran sofa bak badut mcdonald yang duduk dikursi. Sosok didepan gw ini adalah Pikachu seukuran manusia yang entah bagaiman caranya bisa menginvasi kamar gw.

Valli dan Anastasya yang penasaran pun akhirnya menerobos badan gw dan masuk ke dalam kamar. Sama seperti gw, mereka langsung terdiam dalam posisi mereka berdiri. Belanjaan yang mereka bawapun terjatuh dilantai tanpa sadar.

“Kyaaaaaaa” suara teriakan terdengar dari mulut mereka.

Tanpa ragu-ragu mereka langsung memeluk sosok pikachu imut itu. Valli dari sebelah kiri dan Anastasya dari sebelah kanan. Mereka membenamkan muka mereka ke bulu pikachu yang kelihatan sangat lembut itu. Sampai terdengar..

“Hehe, yes, yes, come to daddy gurll.” Suara Pikachu itu, suara yang gw kenal membuat gw terkekeh.

“Kyaaaaaa!” dua wanita itu teriak lagi, namun kali ini teriakannya tidak disertai dengan pelukan, namun sebuah tinjuan dari Anastasya ke perut Pikachu itu.

“UGhhh!!” Pikachu itu memegangi perutnya kesakitan.

Gw hanya tertawa kecil melihat pemandangan didepan ini. Gw balikan badan gw untuk menutup pintu masuk, namun apa daya, kejutan tidak berakhir. Tanpa ada tanda apapun, tiba-tiba ada sosok wanita berdiri di belakang gw. Membuat gw sedikit kaget, dan mengambil dua langkah mundur.

“Anjir!! Ngagetin aja lo!! Hampir copot jantung gw tau ga?”

ucap gw ke wanita itu. Gw gak terlalu kebingungan kalau dengan sosok ini, karena gw tau banget siapa dia, dari mukanya, tinggi badannya, style fashionnya. Hanya ada satu perbedaan, sekarang dia memakai jilbab. Dia adalah Vania.

“Minggir. Minggir.” Balas Vania sambil mendorong badan gw ke samping kanannya.

Ia berjalan menuju si Pikachu yang lagi menahan sakit itu. Vania menjambak pikachu itu dan menarik kepalanya secara paksa. Pemandangan didepan gw ini sungguh brutal. Seorang mbak-mbak berusaha memenggal Pikachu dengan tangannya. Akhirnya kepala sosok Pikachu itu copot. RIP Pikachu may you rest in peace. Dan tampaklah disana tampang Ion yang cengo.

“Akhirnya ketangkep juga kamu Ion hahahaha” tawa Vania.

“Adiii! Tolong!! Gw diteror mulu sama nih bocah satu!!”

“Siapa yang neror siapa hah?” ucap Vania kini menarik kerah pikachunya Ion.

Gw hanya bisa menghela nafas sambil berjalan dan akhiirnya duduk di sofa samping kanan mereka. Mungkin gw akan terkejut jika kejadian ini dilakukan orang lain, namun mereka? Hal-hal absurd kaya gini udah biasa.

“Jadi…. Kenapa kalian bisa nyasar kesini?” tanya gw ke mereka.

“Ion lagi patah hati.” Ucap Vania

“Patah hati?”

“Baru putus ama ceweknya dia hahahahaha.”

“Siapa? Si Desi?” tanya gw.

“Yep. Makanya liat deh mukanya murung banget. Kasian.”

“Yakin itu murung bukan karena lo gamparin dari tadi?”

“Murung kok ah ada ada aja kamu Di.”

“Terus hubungannya apa kok sampe kesini segala? Dia kan di jerman sono, bukan di sini.” Tanya gw lagi.

“Jadi gini, waktu putus, dia curhat mulu ke aku. Sering. Seriiiing banget ganggu banget deh sebel. Jadi aku putusin samperin dia aja biar aku kasih wejangan, eh dia kabur.” Jawab Vania.

“Ion ga bakal kabur kalo masalah gituan Van. Pasti ada yang la..” ucapan gw terhenti karena gw ingat sesuatu.

“Kabur Diiii!!!!” teriak Ion.

Belum sempat gw berdiri dari duduk gw, kaki Vania sudah berada di atas selangkangan gw, dengan sedikit tekanan, Adi Jr. bisa mencret diinjek ama sepatu Vania itu. Gw langsung mengurungkan niat kabur gw.

“Saatnya aku menata semua urusan finansialmu Di.” Ucap vania sambil mengeluskan ibu jari dan jari telunjuknya.

“Anjeng lo Ion. Lo kesini buat ngorbanin gw ya?!” protes gw.

“Harus berbagi suka dan duka kita broo.” Jawab anak sableng itu.

Well sebenernya reaksi yang gw dan Ion berikan termasuk berlebihan. Karena tujuan Vania baik yaitu menata, merestruktur, dan memutar semua harta dan aset yang kami punya agar berjalan seefektif mungkin dan tidak ada pengeluaran yang tidak perlu, seperti misalnya, membayar pajak. Mengingat Vania itu sama seperti Timur yang sudah diitung baligh/dewasa dalam standard keluarga gw, sekarang dia sudah mendapat power dan posisi untuk melakukan peran nya sebagai pengatur finansial khusus kita. Kenapa kita bereaksi seperti orang yang habis saja dirampok? Karena beda rasanya megang duit sendiri yang Cuma kita yang tau kondisinya dibanding dibantu orang lain namun kondisi keuangan kita diketahui orang lain.

“Udah ih jangan kaya anak kecil kalian!” tegur Vania.
“Ngomong ngomong. Kamu ga ngenalin ke aku siapa mereka Di?” tanya Vania mengarah ke dua Wanita yang kebingungan melihat aksi kita.

Gw hanya bisa menghela nafas dan memanggil Valli dan Anastasya lalu emnyuruh mereka duduk di sofa yang bersebrangan dengan Vania dan Ion.

“Vania. Ini adalah Cewek gw, Valli. Valli, ini adalah kakak perempuan gw, Vania.” Ucap gw memperkenalkan dengan bahasa Inggris.

“Halo Valli! Kenalkan namaku Vania. Makasih ya udah nemenin dan ngejaga Adi disini. Dia pasti suka nyusahin kamu kan?” Ucap Vania ke Valli.

“Halo Vania. Hahaha sama-sama, sedikit kok nyebelinnya dia mah.” Jawab Valli.

“Udah-udah ngehiina gw nya nanti dulu. Van. Kenalin ini Anastasya, dia…. Anak gw?” jelas gw bingung.

“Anak?” tanya Vania.

“Kalo resmi dan legalnya sih gw ngadopsi dia Van.” Jawab gw.

“Anastasya ya? Kamu umur berapa sekarang?” tanya Vania ke Sya.

“16 tahun kak.” Jawab Sya gugup.

“Beda 4 taun doang dong sama kamu Di?”

“Yep.”

“Mana ada anak-bapak bedanya 4 taun? Cocoknya jadi Istri kali.” Ujar Vania sembarangan.
“Halo Anastasya, kenalin namaku Vania. Kamu ga pernah diapa-apain sama Adi kan?” tanya Vania kembali.

“Hush jangan sembarangan nanya lo Van, dikira gw apaan kale.” Protes gw.

Kalau ada orang asing yang melihat apa yang terjadi di apartmen gw saat ini, pasti dia seperti melihat seorang emak (Vania) yang sedang nertibin anak-anaknya (Gw, Ion, Valli, dan Anastasya). Tidak perlu waktu lama untuk Vania menjadi sangat dekat dengan Valli dan Anastasya, terlihat mereka sekarang sedang ngobrol abreng seperti kawan lama yang sudah lama tidak bertemu. Sedangkan itu gw dan Ion tidak berani duduk di sofa yang dikuasai kaum wanita, sehingga kami memilih untuk berdiri dan ngobrol di dapur saja sambil memegang gelas minum masing-masing.

“Pinter juga lo nyari cewek Di. Cakep banget gila.” Ucap Ion sambil menggoyangkan gelasnya.

“Ya. Gw berungtung bro.”

“Timur kasih rating berapa Di?”

“Dulu sebelum jadian dia kasih 8.5 dari 10 kurang lebih deh seinget gw.”

“Hmm emang rating tuh orang ga pernah salah. Dan gw ga nyangka tuh cewek berani gerak duluan ke elo bro.”

“Ha?”

“Lo tau kan, kalo kata Timur sama Vania, lo tuh kayak batu, ga bakal gerak duluan dan emang ga tertarik, makanya cewek-cewek yang suka sama lo waktu lo SMA kan ga ada yang nempel ke lo kan akhirnya?” ujarnya.

“Lah tau darimana lo soal itu? Wait.. pasti dari Timur ya?”

“Siapa lagi? Intinya, gw dapat vibe positif, dan pastinya gw saranin lo jangan lepas tuh cewek.” Ucap Ion menatap gw.

Gw pun menatap ke arah Valli yang sedang berbicara dengan Vania. Gw bisa melihat tatapan Valli yang menatap Vania penuh arti, dari cara ngomong Vania, pembawaan, perilakunya, dan yang terakhir, jilbab yang dikenakannya.

“Valli. Cewek gw. Bilang tertarik belajar agama Ion.”

“Ya ajarin lah bro. Tinggal selangkah lagi berarti abis itu kimpoi.”

“Gw mau ngasih dia opsi, gw mau ngundang kenalan gw dari berbagai agama, biar dia bisa belajar dan milih sendiri.”

“Aneh lo, tinggal cemplungin ke kita doang apa susahnya si.”

“Gw mau dia yang memilih, bukan dikasih.”

“Hah. Jalan pikiran lo rumit. Tapi gw Volunteer menjadi representatif agama Islam bro!” ucap Ion menggebu-gebu.

Gw langsung memperhatikan ekspresinya yang sangat meyakinkan, sayangnya kesiapannya ternodai dengan badannya yang masih memakai kostum Pikachu, membuat dia terlihat menjadi sangat meragukan. Terlepas dari semua itu gw tau kalau Ion sangat berkualifikasi untuk menjadi representatif. Tinggal gw suruh dia lepas saja kostum Piakchu yang entah kenapa dipake sampai sekarang.
xxxochezxxx
kkaze22
sormin180
sormin180 dan 40 lainnya memberi reputasi
41
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.