Kaskus

Story

congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
sargopipAvatar border
efti108Avatar border
JabLai cOYAvatar border
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
#651
Part 81
"Jadi apanya?" Gua balik bertanya

"Emm, mas Raja ngga nembak aku gitu?" Zahra tertunduk malu, enggan menatap gua

Pandangannya lurus ke depan, ke arah halaman rumah.

"Haha, to the point amat sih" gua setengah tertawa

"Serius! Tadi bilangnya istri-able" ucapnya, dengan nada lesu

"Kita itu sekarang statusnya sepupuan ra, jadi ya aku sayang sama kamu sebatas saudara"

"..."

"Emang kamu naksir sama aku?" Gua bertanya, ia menjawab dengan sebuah anggukan kepala

"Sejak kapan?" Tanya gua lagi

"Dari awal mas Raja pindah ke sini" jawabnya

Gua terbelalak mendengar pengakuan Zahra. Sekitar hampir dua tahun yang lalu gua mulai tinggal di rumah ini.

Jika benar Zahra udah menaruh hati ke gua sejak waktu itu, gua ngga bisa bayangin gimana sakitnya dia pas ngelihat gua mesra-mesraan sama cewek lain di rumah.

Gua mengusap muka dengan telapak tangan "sorry ra, gua ngga tau" ucap gua, dalam hati.

Ngga sampai hati gua ngebayangin gimana dia nahan rasa cemburu selama hampir dua tahun.

"Mas Raja ngga suka sama aku ya? Aku ngga cantik kayak Mbak Oliv ya?" Tiba-tiba Zahra bertanya hal tersebut

"Kamu sama Mbak Oliv sama-sama cantik kok, masing-masing punya kelebihan yang beda. Kalo ada yang bilang kamu ngga cantik, ngga pake lama, besok biar dihajar anak-anak bengkel" gua mencoba menghiburnya.

"..." Pandangannya masih tertunduk, gua hanya bisa mengamati raut wajah kecewanya dari samping, melalui sela-sela rambutnya yang terurai

"Zahra tuh udah cantik, baik, pinter masak pula. Tapi ya itu, aku udah terlanjur nganggep kamu saudara" jelas gua

"Semisal mas Raja ngga diangkat anak sama Tante, mas Raja bakal suka sama aku ngga?"

"Mungkin.." balas gua, singkat.

Jika saja gua di posisi ngga menganggap Zahra sebagai saudara, mungkin gua udah jatuh hati ke dia dari awal.

Remaja mana yang ngga meleleh dilayani sama Zahra? Laki-laki mana yang ngga tertarik sama Zahra dengan penampilannya yang sekarang.

Jangankan sebelum Zahra pinter dressed up, waktu dia belum paham outfit kekinian pun Zahra udah cakep.

Gua yang jadi saksi gimana banyaknya yang coba ngedeketin Zahra ketika awal masuk sekolah.

Tapi semuanya kena tolak mentah-mentah. Ngga ada respon serius dari Zahra. Akhirnya mereka semua mundur. Ditambah Zahra yang sering keliatan gandeng mulu ama gua, mereka udah bukan mundur lagi, tapi langsung balik badan.

"Gapapa kalo sekarang mas Raja ngga suka sama aku, tapi liat aja nanti, tak bikin klepek-klepek" ucapnya, dengan ekspresi sombong. Seolah dia bisa menaklukan hati gua dengan mudah

Degg, tiba-tiba teringat kalimat yang terlontar dari mulut Bagas "kok gila sih? Kalian kan ngga ada hubungan darah, emang salahnya di mana?"

Gua meresponnya dengan tertawa "semoga beruntung" kata gua ke Zahra

Sejak malam itu, gua mulai membuka hati untuk Zahra. Gua menyingkirkan fakta bahwa Zahra adalah sepupu gua, serta mulai menganggap Zahra sebagai wanita seutuhnya.

Perhatian Zahra semakin menjadi-jadi sejak kejadian di balkon.

Tak hanya membuatkan kopi ataupun teh, Zahra sekarang sering masak untuk makan malam. Ia juga dengan telaten merapikan dasi untuk gua. Maklum saja, gua ini memang ngga pernah bener dalam memakai dasi. Kadang kependekan, kadang kepanjangan.

Mungkin hanya satu perhatian Zahra yang membuat gua sedikit risih. Yaitu ketika ia memaksa gua untuk pulang awal ketika sedang asik-asiknya ngopi di luar.

"Mas, udah malem. Pulang" pesan Zahra lewat chat

"Bentar lagi" balas gua. Kemudian mengaktifkan mode silent, dan memasukkan HP ke dalam saku celana.

Gua baru mengecheck HP lagi ketika hendak pulang, beberapa panggilan tak terjawab dari Zahra menjadi notifikasi utama.

Bergegas gua pulang mengendarai motor kesayangan.

Tindakan gua yang tak menghiraukan omongan dari Zahra berujung pada kenekatan Zahra yang sengaja tidur di sofa menunggu gua pulang.

Kejadian tersebut selalu dilakukan Zahra ketika gua sengaja pulang larut malam.

Gua yang merasa risih melayangkan protes "ngapain sih, sengaja tidur di sofa gitu?. Lagian aku ngga setiap hari main malem"

Ia pun mencari cara lain agar gua ngga pulang larut malam. Kali ini dia menjadikan Dini sebagai alasan.

"Pulang mas, Dini nangis nyariin" ucapnya

Segera gua berpamitan pulang ke anak-anak bengkel ketika waktu masih menunjukkan pukul sembilan malam.

Saat gua tiba di rumah, Dini sedang asyik-asyiknya molor. Ngga ada tuh Dini yang nangis-nangis. Kecuali cuma akal-akalan Zahra aja

Zahra pun kegirangan karena berhasil membuat gua pulang awal.

"Ra, tolong lah. Aku ngga suka diginiin" protes gua

Ia tersenyum penuh kemenangan, kemudian masuk ke kamar meninggalkan gua yang bingung mau ngapain.

Gua melirik ke arah jam dinding, masih menunjukkan jam setengah sepuluh. "Malam minggu nih, mau ngapain tidur jam segini" kata gua dalam hati.

Sampai akhirnya gua memutuskan untuk menghidupkan komputer, lalu mengirim pesan ke Izal melalui facebook messenger "temenin PB lah"

5 menit, 10 menit, 15 menit kemudian baru Izal membalas "gasss, sampai pagi?"

"Yoi"

Waktu menunjukkan pukul satu siang ketika gua bersiap untuk pergi ke rumah eyang.

Zahra buru-buru menghampiri gua ketika mendengar suara motor yang sedang gua panasin

"Mau kemana?" Tanya Zahra

"Ke rumah eyang" balas gua dengan ketus

Gua menambahkan "kalo mau bikin aku jatuh hati ke kamu, ngga gini caranya, ra. Aku udah gede, udah bisa tanggung jawab sama waktu. Ngga perlu disuruh pulang pasti aku juga bakal pulang"

Lalu gua bergegas memakai helm dan pergi meninggalkan Zahra yang terkejut mendengar ucapan ketus gua.

Belum lama gua sampai di rumah eyang, tiba-tiba Zahra datang menyusul gua.

Aih, nih anak ngapain ngikutin gua mulu.

Zahra mengelak ketika gua kembali melayangkan protes tentang dia yang selalu ngga bisa jauh dari gua.

Ia beralasan "aku mau ngobrol-ngobrol sama eyang"

Ketika Zahra pergi ke kamar mandi, gua diam-diam kabur ke rumah Mbak Oliv.

"Kok bau McD ya?" Gua berbasa-basi ke Mami yang menonton televisi

"Engga ah, ngga ada beli apa-apa" ia menjawab tanpa menoleh ke gua, pandangannya tetap ke arah televisi

"Ngga ada niatan mau beli gitu?" Tanya gua

"Halah, modus" akhirnya Mami mengerti kode yang gua berikan. Selanjutnya Mami meminta mbak Oliv untuk memesan beberapa makanan fast food

Sambil menunggu delivery, gua menyusul mbak Oliv yang sedang tiduran nyantai di kamar.

"Mbaak" gua melambaikan tangan ke depan mukanya. Yang direspon dengan melepas erphone, lalu mengangkat kedua alisnya seakan memberi isyarat "kenapa?"

Kursi yang berada di dekat meja belajarnya gua tarik mendekati tempat tidur.

Seakan mengerti bahwa gua akan bicara serius, mbak Oliv langsung beranjak dari tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur, sehingga posisi kami saat ini saling berhadapan.

"Zahra kemaren-kemaren confess ke aku" ucap gua, membuka pembicaraan

"Terus, kamu gimana?" Ia bertanya. Ngga ada ekspresi terkejut dari Mbak Oliv. Yang kemudian gua simpulkan, bahwa Zahra sudah curhat ke Mbak Oliv tentang perasaannya ke gua.

Hal tersebut juga menjadi jawaban kenapa akhir-akhir ini mereka berdua sering pergi berdua.

Dari cara Mbak Oliv memilihkan outfit untuk Zahra, juga memberi sinyal bahwa ia mendukung Zahra untuk mengejar gua.

"Ya aku sih oke-oke aja, Zahra juga gini (sambil mengangkat dua jempol) kalo mau dipamerin ke orang-orang" gua menjawab pertanyaan Mbak Oliv yang tadi

"..."

"Tapi males aja, aku jadi ngerasa ngga bebas abis dia confess gitu. Masa lagi main sering dipaksa pulang"

"Ya kamu omongin baik-baik sama dia" saran mbak Oliv

"Udah mbak, tetep aja. Sekarang malah Dini yang dijadiin alasan biar aku ngga pulang malem-malem" balas gua

"Coba deh, kamu keluar berdua, kemana gitu. Terus omongin baik-baik. Kali aja kalo suasananya beda, dia jadi lebih bisa ngertiin" mbak Oliv memberi saran lagi

Teriakan Mami menginterupsi obrolan kami "nih, pesenennya udah dateng"

Setelah makan, baru gua sadari kalau bungkus rokok gua sudah kosong "sial, ngapain bungkus kosong kebawa-bawa" umpat gua dalam hati

"Mau kemana? Udahan curhatnya?" Tanya mbak Oliv ketika gua hendak keluar membeli rokok

Dari gerbang, gua memberi isyarat dengan kedua tangan yang seolah-olah sedang menghirup rokok

"Tumbaaaaas" ucap gua di depan etalase warung, sambil memainkan beras yang dipajang di depannya

Lalu, sosok gadis cantik muncul dari dalam rumah yang terhubung langsung dengan warung tersebut. Gadis yang pernah mengisi hari-hari gua, gadis yang berhasil membuat gua berhenti memacu kuda besi di jalan raya.
Diubah oleh congyang.jus 18-12-2021 02:50
delet3
japraha47
mirzazmee
mirzazmee dan 13 lainnya memberi reputasi
14
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.