- Beranda
- Stories from the Heart
Jurnal Terlarang Aryo
...
TS
dimasaria39
Jurnal Terlarang Aryo

Gambar dicomot dari google.com dan diedit sedemikian rupa.
Quote:
Quote:
Quote:
Selamat pagi, siang, sore, ataupun malam untuk para agan dan aganwati sekalian serta para mimin ataupun momod yang bertugas.
Cerita ini berisi suatu informasi yang bisa dikatakan sangat teramat jarang diketahui dan mungkin seharusnya 'Terlarang' untuk disebar kepada khalayak umum.
Apakah ini benar-benar nyata? Ataukah hanya sebuah karangan belaka? Semua saya kembalikan kepada agan dan sista sekalian. Meskipun agan atau sista berkata ini hanyalah karangan belaka, tetaplah ingat bahwa ‘mereka’ yang tak terlihat dengan mata manusia normal itu ada.
Harap mematuhi peraturan yang berlaku di forum KasKus, Heart to Heart, Stories from the Heart, dan tentunya Indonesia tercinta.
Ini merupakan kisah nyata dari pengalaman pribadi dan telah dimodifikasi sedemikian rupa.

Secara garis besar, kejadian yang tertulis setidaknya memiliki kesesuaian 70-90% dengan pengalaman penulis.
Cerita, nama tokoh, bisnis, karakter, kejadian ataupun insiden merupakan hasil dari pengalaman nyata atau realita penulis, dan informasi yang dimiliki oleh sang penulis. Persamaan cerita, karakter ataupun kejadian adalah murni ketidaksengajaan.
Intinya, ini adalah karya semi-fiksi. Hanya untuk hiburan semata. Jika ada yang tersinggung dengan cerita ini, saya mohon maaf.
Jika ada kesalahan penulisan atau hal-hal lain yang tidak sesuai dengan fakta atau kenyataan di lapangan, saya mohon maaf.
POV Mira atau karakter lain selain Dimas Aryo (Saya sendiri) merupakan 99% Fiksi, kecuali ada keterangan. Jangan pernah dipercaya. Kejadian sesungguhnya seringkali belum diketahui hingga saat ini.
Silahkan dinikmati sembari meminum segelas kopi atau apapun itu.
Mohon kebijaksanaannya untuk dapat membedakan mana bagian yang 99% fiksi, semi-fiksi, ataupun realita.
Update jika sempat untuk menulis lanjutannya.
Bukan, ini bukan horor.
Tetapi supranatural dan slice of life.
-------
Quote:
-------
Spoiler for Index:
New Chapter(19-10-2022)
Chapter XXXVII
Spoiler for Mira pas lagi diam. Mirip gini lah.:
Spoiler for Dave kalau tanpa baju. Mirip gini lah.:
Diubah oleh dimasaria39 19-10-2022 20:53
arieaduh dan 76 lainnya memberi reputasi
73
72.7K
3.3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dimasaria39
#276
Chapter XXXI
Mungkin kalian merasa aneh, kenapa orang lain bisa melihat Mira yang mengklaim dirinya super sakti tetapi tidak bisa melihat mahluk gaib yang lebih lemah daripada dia. Awalnya aku juga merasa aneh, maka dari itu aku menanyakannya kepada dia secara langsung. Ini terjadi jauh sebelum Dave bergabung dengan kami.
Sore itu, ketika aku baru pulang dari sekolahku, setelah mengganti seragamku dengan pakaian biasa, aku bertanya kepada Mira yang kini sedang duduk santai di kursi belajarku.
‘Mir, kenapa kedua Om ku bisa ngelihat kamu tapi enggak bisa ngelihat mereka yang lebih lemah daripada kamu ya? Kan aneh. Katanya kamu super sakti,’ tanyaku kepada Mira.
“Oh. Itu. Soalnya kemampuanku ga aku pake,” jawabnya dengan malas.
‘Cuma itu aja?’
“Iya. Cuma itu.”
‘Bisa jelasin enggak?’
Mira menghela nafas sekali, seakan enggan untuk menjelaskan.
“Kamu tau kemampuan menyamarku?”
‘Tau. Yang jadi kain putih itu, kan?’ Ingatanku kembali ke beberapa tahun yang lalu saat si idiot ini menyamar menjadi selembar kain putih dan berusaha untuk menakut-nakutiku kala itu.
“Iya. Mirip-mirip seperti itu. Ada kemampuan menyamar, ada juga kemampuan untuk tidak bisa dilihat.”
“Semuanya juga ada tingkatannya. Kalau yang kuyang tadi itu, itu cuma kemampuan untuk tidak bisa dilihat level rendah.”
‘Berarti ada yang level tinggi, dong?’tanyaku sekali lagi.
“Iya. Yang level rendah itu gampang ditembus nya. Juga biasanya masih bisa dideteksi kalau disana itu ada sesuatu.”
‘Kalau yang level tinggi?’
“Ehm ... gimana jelasinnya ya? Kamu tau sistem keamanan enkripsi yang ada di komputer?”
Dipikir-pikir sekali lagi, entah kenapa si bodoh ini bisa tahu tentang komputer. Jika menurut cerita-cerita supranatural yang beredar, biasanya entitas-entitas gaib itu hampir sama sekali tidak paham teknologi modern manusia kan?
‘Tau.’
“Prinsipnya udah kayak gitu. Bukan lagi harus jadi lebih sakti daripada yang punya kemampuan. Tapi harus tau ‘kunci’ alias ’logic spell’nya untuk mengakses. Kalau ga tau, berarti harus bisa jebol sistem keamanannya alias mendekripsi enkripsinya secara paksa.”
“Jadi lebih sakti aja ga cukup. Soalnya pasti ada jebakan-jebakan atau entitas-entitas yang jaga biar ga dijebol. Matamu sendiri ga akan bisa nembus yang ini,” lanjutnya.
Aku sedikit bingung dengan penjelasan Mira yang cukup panjang. Sepertinya, kunci dari penjelasan Mira kali ini adalah sistem keamanan enkripsi yang sebenarnya belum sepenuhnya aku pahami. Mungkin aku akan bisa sepenuhnya paham setelah belajar lagi tentang enkripsi ini di Google.
‘Kamu bisa, Mir?’ tantangku.
“Obisadong. Apasih yang aku ga bisa?” katanya sembari tersenyum dengan sombong.
‘Bangkitin orang mati?’
“Aria yang realistis dikit dong kalau request. Aku ga punya izin buat hidupin orang mati.”
Dia menatapku dengan pandangan yang kurang mengenakkan ketika mengatakan ini.
‘Berarti beneran bisa kalau punya izin?’ tanyaku dengan sedikit bersemangat tanpa mempedulikan tatapannya.
“Ya ... hanya Tuhan dan mereka yang terlibat yang tahu ...,” jawab Mira ambigu.
Aku menghela nafas, ‘Jadi, gimana yang ‘enkripsi’ tadi? Aku pengen lihat.’
“Aaaahhh ... aku malas ... prosesnya agak lama kalau bikin dari awal ...,” tolak Mira.
‘Aku sabar menunggu.’ jawabku mantap.
“Ck. Perhatikan.”
Mira mulai merapal sebuah mantra dan menggambar beberapa simbol di udara menggunakan jarinya. Tidak, tidak ada cahaya ataupun lingkaran sihir yang keluar dari sana seperti film-film yang ada di layar kaca.
Lima menit ....
Sepuluh menit ....
Aku mulai bosan menunggu.
Lima belas menit ....
Dua puluh menit ....
Mira masih membaca mantranya, sedangkan aku kini telah mengalihkan perhatianku pada telepon genggamku.
Dua puluh lima menit ....
Tiga puluh menit ....
“Sudah.”
Mendengar suara Mira, aku mengalihkan perhatianku dari handphone yang sedari tadi aku gunakan. Pandanganku menerka sekeliling kamarku. Kosong. Tidak ada Mira sama sekali di setiap sudut ruangan ini. Aku mencoba untuk memfokuskan penglihatanku, berharap agar aku dapat melihatnya sekali lagi.
*PLAK*
“Aduh!” Aku merasakan pipi sebelah kananku tertampar. Dengan segera aku menolehkan kepalaku ke kanan dan berharap dapat menemukan Mira. Tidak lupa aku juga menaikkan tanganku pada posisi siaga, dengan harapan dapat menangkis tamparan Mira menggunakan reflek.
*PLAK*
“Asu!” Kini pipi kiriku yang tertampar. Aku sama sekali tak mengetahui posisi Mira sekarang ada dimana. Yang aku tahu, dia telah menamparku dua kali, dan reflekku sama sekali tidak berarti.
‘Aku nyerah, Mir. Nyerah. Jangan tampar aku lagi. Plis.’ Mohonku dengan teramat sangat kepadanya.
Tak ada tamparan lagi setelah itu, tapi aku masih belum dapat melihat Mira. Mungkin, jika aku menunggu selama tiga puluh menit lagi untuk menonaktifkan kemampuannya, aku dapat melihat Mira lagi.
“Gimana? Percaya, kan?”
Baru lima menit aku menunggu sembari bermain handphone, kini aku sudah dapat melihat Mira lagi yang berdiri di hadapanku.
‘Percaya kok, percaya. Mira emang hebat,’ pujiku dengan setengah hati.
“Huhuhu. Aku memang hebat,” tawanya dengan sombong sebari mengibaskan rambut hijau panjangnya sekali mengguunakan tangan kanannya.
“Itu yang tingkat tinggi! Aria sendiri ga bisa lihat, kan?” lanjutnya
‘Iya. Aku sama sekali enggak bisa ngelihat kamu.’
‘By the way. Bisa enggak diaktifin ke aku? Biar enggak ada yang bisa lihat biji mahkota ini,’ tanyaku.
Hehehe. Tentu saja aku sudah memikirkannya. Kemampuan ini pasti bisa digunakan ke orang lain. Aku juga sudah memikirkan hidup damaiku tanpa rasa cemas akan suatu mahluk yang entah kapan akan menyerangku.
“Huhuhu ... Aku sudah menduga pertanyaan ini. Jawabannya adalah bisa.”
“TAPI! Atasanku ga bolehin. Kalau dibolehin, dari dulu udah pasti kupasang ke Aria. Tugasku bakal jadi terlalu mudah kalau ada ini, katanya.”
Sial! Ternyata atasannya sudah mengantisipasi hal ini. Kenapaaaaa??? Why????
‘Atasanmu itu siapa sih, Mir? Inginku ehhhkkkk aja rasanya,’ ujarku sembari melakukan gestur mencekik.
“Aku juga sudah menduga pertanyaan ini. RAHASIA! Yang bisa kuceritain, matanya sama-sama hijau kayak aku.”
‘Keluargamu?’ tanyaku.
“Bukan.”
‘Satu ras?’ tebakku sekali lagi.
“Ding dong! Seratus buat Aria!”
‘Kamu itu ras apa sih sebenernya?’ Aku benar-benar penasaran dengan ini.
Aku sama sekali tidak tau Mira ini merupakan makhluk gaib dari ras mana ataupun berasal dari wilayah mana. Aku ingin mengenal dirinya lebih jauh lagi. Aku juga ingin tahu rahasia kekuatannya yang dapat ‘menyembuhkan’ seseorang yang diganggu oleh Kuyang yang melegenda, bahkan ternyata merupakan entitas peliharaan seseorang dari suku Dayak yang sangat terkenal dengan kesaktiannya dengan sangat mudah.
“Rahasia. Ehehehehe ....”
“Nanti juga tau. Entah kapan.”
Dan itulah alasan kenapa orang lain bisa melihat Mira meskipun mereka tidak dapat melihat yang lebih lemah dari Mira.
“Betewe, no offence ya, jujur aja nih. Mayoritas dukun ataupun pelaku supranatural di negara ini itu perilakunya banyak yang bodoh. Mereka cuma mengandalkan pengalaman dan pengetahuan yang minim.”
“Mereka juga cuma berkutat dengan ilmu-ilmu yang dianggap kuat padahal B aja. Meskipun memang ada yang kuat sih, tapi cuma segelintir. Ilmu kuno yang bagus juga udah banyak yang ga punya. Mereka enggak mau mengeksplor atau mengembangkan kemampuan mereka lebih jauh, makanya jalan ditempat.”
’Eh? Beneran?’ tanyaku tak percaya.
Aku sama sekali tidak tau alasannya kenapa tiba-tiba dia mengangkat topik yang cukup berat ini dalam pembicaraan ringan kami. Dan aku saat itu juga tak percaya dengan ucapannya.
“Ciyus. Kemampuan supranatural itu harus didukung kemampuan berpikir yang bagus. Menekuni supranatural tanpa akal yang cukup itu kayak berangkat perang, musuhnya satu pasukan bersenjata lengkap, dia sendirian pakai batu sama kaos terus teriak-teriak kayak orang gila. Makanya jadinya malah tahayul, mitos. Kan bodoh.”
“Yang dibodoh-bodohin nanti siapa? Ya masyarakat yang perilakunya sama juga. Meskipun banyak juga yang ga nipu, tapi mereka ga sadar kalau kemampuan berpikirnya kurang bagus.”
Bagaimana ya? Sebenarnya aku sendiri kurang percaya dengan ucapan Mira ini. Tapi kalau untuk ... yaa ... rata-rata global adalah 100, dan rata-rata Indonesia adalah 85 ... begitu deh. Kalian pasti tau lah apa yang aku maksud.
“Bandingkan aja lah sama di dunia nyata. Orang-orang yang menciptakan atau menginovasikan sesuatu yang baru mayoritas memiliki kemampuan berpikir diatas rata-rata, loh. Keinginan orang pintar untuk berkembang agar menjadi lebih baik itu lebih tinggi daripada yang berperilaku bodoh, makanya mayoritas pelaku supranatural di negara ini masih gitu-gitu aja,” lanjutnya.
’Lha, roastingnya masih lanjut.’
“Masih ga percaya? Aku berani bilang orang Indonesia yang punya kemampuan ’decryption vision’ itu saat ini jumlahnya lebih dikit daripada jari Aria, dan semua yang bisa itu kemampuan berpikirnya diatas rata-rata.”
“Jadi artinya apa? Mayoritas dari mereka itu bodoh. Blobaikoblog!” lanjutnya.
“Aria jangan jadi kayak mereka loh!”
’Oke ....’
“Kurang keras!”
’Yes, Ma’am!
***
Catatan tentang enkripsi atau ’Decryption Vision’
1. Menurut Mira, orang Indonesia yang bisa melakukan ini ada dibawah 20, dan masih dibawah itu di tahun 2021. Dan ane tidak termasuk yang bisa melakukan itu.
2. Entitas yang terlindungi dengan ini hampir tidak meninggalkan jejak sama sekali.
3. Hanya orang yang diberi akses atau berhasil menjebol enkripsinya saja yang dapat melihat hal yang dilindungi oleh kemampuan itu.
4. Jika entitas yang dilindungi oleh enkripsi memang berniat untuk menunjukkan eksistensinya, maka dia akan dapat dilihat oleh pelaku supranatural yang tidak memiliki kemampuan Decryption Vision
5. Anak-anak yang dapat melihat entitas gaib terkadang dapat melihat entitas yang dilindungi oleh enkripsi.
Saya dipaksa untuk menulis kalimat terakhir dibawah ini oleh Lord Mira, jadi tolong jangan benci saya dan tolong jangan serang saya.
“Mayoritas! Pelaku supranatural! Di Indonesia itu! bodoh! IQ nya jongkok! Sok bijak juga! Cuma untuk menutupi kebodohannya!”

Mungkin kalian merasa aneh, kenapa orang lain bisa melihat Mira yang mengklaim dirinya super sakti tetapi tidak bisa melihat mahluk gaib yang lebih lemah daripada dia. Awalnya aku juga merasa aneh, maka dari itu aku menanyakannya kepada dia secara langsung. Ini terjadi jauh sebelum Dave bergabung dengan kami.
Sore itu, ketika aku baru pulang dari sekolahku, setelah mengganti seragamku dengan pakaian biasa, aku bertanya kepada Mira yang kini sedang duduk santai di kursi belajarku.
‘Mir, kenapa kedua Om ku bisa ngelihat kamu tapi enggak bisa ngelihat mereka yang lebih lemah daripada kamu ya? Kan aneh. Katanya kamu super sakti,’ tanyaku kepada Mira.
“Oh. Itu. Soalnya kemampuanku ga aku pake,” jawabnya dengan malas.
‘Cuma itu aja?’
“Iya. Cuma itu.”
‘Bisa jelasin enggak?’
Mira menghela nafas sekali, seakan enggan untuk menjelaskan.
“Kamu tau kemampuan menyamarku?”
‘Tau. Yang jadi kain putih itu, kan?’ Ingatanku kembali ke beberapa tahun yang lalu saat si idiot ini menyamar menjadi selembar kain putih dan berusaha untuk menakut-nakutiku kala itu.
“Iya. Mirip-mirip seperti itu. Ada kemampuan menyamar, ada juga kemampuan untuk tidak bisa dilihat.”
“Semuanya juga ada tingkatannya. Kalau yang kuyang tadi itu, itu cuma kemampuan untuk tidak bisa dilihat level rendah.”
Quote:
‘Berarti ada yang level tinggi, dong?’tanyaku sekali lagi.
“Iya. Yang level rendah itu gampang ditembus nya. Juga biasanya masih bisa dideteksi kalau disana itu ada sesuatu.”
‘Kalau yang level tinggi?’
“Ehm ... gimana jelasinnya ya? Kamu tau sistem keamanan enkripsi yang ada di komputer?”
Dipikir-pikir sekali lagi, entah kenapa si bodoh ini bisa tahu tentang komputer. Jika menurut cerita-cerita supranatural yang beredar, biasanya entitas-entitas gaib itu hampir sama sekali tidak paham teknologi modern manusia kan?
‘Tau.’
“Prinsipnya udah kayak gitu. Bukan lagi harus jadi lebih sakti daripada yang punya kemampuan. Tapi harus tau ‘kunci’ alias ’logic spell’nya untuk mengakses. Kalau ga tau, berarti harus bisa jebol sistem keamanannya alias mendekripsi enkripsinya secara paksa.”
“Jadi lebih sakti aja ga cukup. Soalnya pasti ada jebakan-jebakan atau entitas-entitas yang jaga biar ga dijebol. Matamu sendiri ga akan bisa nembus yang ini,” lanjutnya.
Aku sedikit bingung dengan penjelasan Mira yang cukup panjang. Sepertinya, kunci dari penjelasan Mira kali ini adalah sistem keamanan enkripsi yang sebenarnya belum sepenuhnya aku pahami. Mungkin aku akan bisa sepenuhnya paham setelah belajar lagi tentang enkripsi ini di Google.
‘Kamu bisa, Mir?’ tantangku.
“Obisadong. Apasih yang aku ga bisa?” katanya sembari tersenyum dengan sombong.
‘Bangkitin orang mati?’
“Aria yang realistis dikit dong kalau request. Aku ga punya izin buat hidupin orang mati.”
Dia menatapku dengan pandangan yang kurang mengenakkan ketika mengatakan ini.‘Berarti beneran bisa kalau punya izin?’ tanyaku dengan sedikit bersemangat tanpa mempedulikan tatapannya.
“Ya ... hanya Tuhan dan mereka yang terlibat yang tahu ...,” jawab Mira ambigu.

Aku menghela nafas, ‘Jadi, gimana yang ‘enkripsi’ tadi? Aku pengen lihat.’
“Aaaahhh ... aku malas ... prosesnya agak lama kalau bikin dari awal ...,” tolak Mira.
‘Aku sabar menunggu.’ jawabku mantap.
“Ck. Perhatikan.”
Mira mulai merapal sebuah mantra dan menggambar beberapa simbol di udara menggunakan jarinya. Tidak, tidak ada cahaya ataupun lingkaran sihir yang keluar dari sana seperti film-film yang ada di layar kaca.
Lima menit ....
Sepuluh menit ....
Aku mulai bosan menunggu.
Lima belas menit ....
Dua puluh menit ....
Mira masih membaca mantranya, sedangkan aku kini telah mengalihkan perhatianku pada telepon genggamku.
Dua puluh lima menit ....
Tiga puluh menit ....
“Sudah.”
Mendengar suara Mira, aku mengalihkan perhatianku dari handphone yang sedari tadi aku gunakan. Pandanganku menerka sekeliling kamarku. Kosong. Tidak ada Mira sama sekali di setiap sudut ruangan ini. Aku mencoba untuk memfokuskan penglihatanku, berharap agar aku dapat melihatnya sekali lagi.
*PLAK*
“Aduh!” Aku merasakan pipi sebelah kananku tertampar. Dengan segera aku menolehkan kepalaku ke kanan dan berharap dapat menemukan Mira. Tidak lupa aku juga menaikkan tanganku pada posisi siaga, dengan harapan dapat menangkis tamparan Mira menggunakan reflek.
*PLAK*
“Asu!” Kini pipi kiriku yang tertampar. Aku sama sekali tak mengetahui posisi Mira sekarang ada dimana. Yang aku tahu, dia telah menamparku dua kali, dan reflekku sama sekali tidak berarti.
‘Aku nyerah, Mir. Nyerah. Jangan tampar aku lagi. Plis.’ Mohonku dengan teramat sangat kepadanya.
Tak ada tamparan lagi setelah itu, tapi aku masih belum dapat melihat Mira. Mungkin, jika aku menunggu selama tiga puluh menit lagi untuk menonaktifkan kemampuannya, aku dapat melihat Mira lagi.
“Gimana? Percaya, kan?”
Baru lima menit aku menunggu sembari bermain handphone, kini aku sudah dapat melihat Mira lagi yang berdiri di hadapanku.
‘Percaya kok, percaya. Mira emang hebat,’ pujiku dengan setengah hati.
“Huhuhu. Aku memang hebat,” tawanya dengan sombong sebari mengibaskan rambut hijau panjangnya sekali mengguunakan tangan kanannya.
“Itu yang tingkat tinggi! Aria sendiri ga bisa lihat, kan?” lanjutnya
‘Iya. Aku sama sekali enggak bisa ngelihat kamu.’
‘By the way. Bisa enggak diaktifin ke aku? Biar enggak ada yang bisa lihat biji mahkota ini,’ tanyaku.
Hehehe. Tentu saja aku sudah memikirkannya. Kemampuan ini pasti bisa digunakan ke orang lain. Aku juga sudah memikirkan hidup damaiku tanpa rasa cemas akan suatu mahluk yang entah kapan akan menyerangku.
“Huhuhu ... Aku sudah menduga pertanyaan ini. Jawabannya adalah bisa.”
“TAPI! Atasanku ga bolehin. Kalau dibolehin, dari dulu udah pasti kupasang ke Aria. Tugasku bakal jadi terlalu mudah kalau ada ini, katanya.”
Sial! Ternyata atasannya sudah mengantisipasi hal ini. Kenapaaaaa??? Why????
‘Atasanmu itu siapa sih, Mir? Inginku ehhhkkkk aja rasanya,’ ujarku sembari melakukan gestur mencekik.
“Aku juga sudah menduga pertanyaan ini. RAHASIA! Yang bisa kuceritain, matanya sama-sama hijau kayak aku.”
‘Keluargamu?’ tanyaku.
“Bukan.”
‘Satu ras?’ tebakku sekali lagi.
“Ding dong! Seratus buat Aria!”
‘Kamu itu ras apa sih sebenernya?’ Aku benar-benar penasaran dengan ini.
Aku sama sekali tidak tau Mira ini merupakan makhluk gaib dari ras mana ataupun berasal dari wilayah mana. Aku ingin mengenal dirinya lebih jauh lagi. Aku juga ingin tahu rahasia kekuatannya yang dapat ‘menyembuhkan’ seseorang yang diganggu oleh Kuyang yang melegenda, bahkan ternyata merupakan entitas peliharaan seseorang dari suku Dayak yang sangat terkenal dengan kesaktiannya dengan sangat mudah.
“Rahasia. Ehehehehe ....”

“Nanti juga tau. Entah kapan.”
Dan itulah alasan kenapa orang lain bisa melihat Mira meskipun mereka tidak dapat melihat yang lebih lemah dari Mira.
“Betewe, no offence ya, jujur aja nih. Mayoritas dukun ataupun pelaku supranatural di negara ini itu perilakunya banyak yang bodoh. Mereka cuma mengandalkan pengalaman dan pengetahuan yang minim.”
“Mereka juga cuma berkutat dengan ilmu-ilmu yang dianggap kuat padahal B aja. Meskipun memang ada yang kuat sih, tapi cuma segelintir. Ilmu kuno yang bagus juga udah banyak yang ga punya. Mereka enggak mau mengeksplor atau mengembangkan kemampuan mereka lebih jauh, makanya jalan ditempat.”
’Eh? Beneran?’ tanyaku tak percaya.
Aku sama sekali tidak tau alasannya kenapa tiba-tiba dia mengangkat topik yang cukup berat ini dalam pembicaraan ringan kami. Dan aku saat itu juga tak percaya dengan ucapannya.
“Ciyus. Kemampuan supranatural itu harus didukung kemampuan berpikir yang bagus. Menekuni supranatural tanpa akal yang cukup itu kayak berangkat perang, musuhnya satu pasukan bersenjata lengkap, dia sendirian pakai batu sama kaos terus teriak-teriak kayak orang gila. Makanya jadinya malah tahayul, mitos. Kan bodoh.”
“Yang dibodoh-bodohin nanti siapa? Ya masyarakat yang perilakunya sama juga. Meskipun banyak juga yang ga nipu, tapi mereka ga sadar kalau kemampuan berpikirnya kurang bagus.”
Bagaimana ya? Sebenarnya aku sendiri kurang percaya dengan ucapan Mira ini. Tapi kalau untuk ... yaa ... rata-rata global adalah 100, dan rata-rata Indonesia adalah 85 ... begitu deh. Kalian pasti tau lah apa yang aku maksud.
“Bandingkan aja lah sama di dunia nyata. Orang-orang yang menciptakan atau menginovasikan sesuatu yang baru mayoritas memiliki kemampuan berpikir diatas rata-rata, loh. Keinginan orang pintar untuk berkembang agar menjadi lebih baik itu lebih tinggi daripada yang berperilaku bodoh, makanya mayoritas pelaku supranatural di negara ini masih gitu-gitu aja,” lanjutnya.
’Lha, roastingnya masih lanjut.’

“Masih ga percaya? Aku berani bilang orang Indonesia yang punya kemampuan ’decryption vision’ itu saat ini jumlahnya lebih dikit daripada jari Aria, dan semua yang bisa itu kemampuan berpikirnya diatas rata-rata.”
“Jadi artinya apa? Mayoritas dari mereka itu bodoh. Blobaikoblog!” lanjutnya.
“Aria jangan jadi kayak mereka loh!”
’Oke ....’
“Kurang keras!”
’Yes, Ma’am!
***
Catatan tentang enkripsi atau ’Decryption Vision’
1. Menurut Mira, orang Indonesia yang bisa melakukan ini ada dibawah 20, dan masih dibawah itu di tahun 2021. Dan ane tidak termasuk yang bisa melakukan itu.
2. Entitas yang terlindungi dengan ini hampir tidak meninggalkan jejak sama sekali.
3. Hanya orang yang diberi akses atau berhasil menjebol enkripsinya saja yang dapat melihat hal yang dilindungi oleh kemampuan itu.
4. Jika entitas yang dilindungi oleh enkripsi memang berniat untuk menunjukkan eksistensinya, maka dia akan dapat dilihat oleh pelaku supranatural yang tidak memiliki kemampuan Decryption Vision
5. Anak-anak yang dapat melihat entitas gaib terkadang dapat melihat entitas yang dilindungi oleh enkripsi.
Saya dipaksa untuk menulis kalimat terakhir dibawah ini oleh Lord Mira, jadi tolong jangan benci saya dan tolong jangan serang saya.
“Mayoritas! Pelaku supranatural! Di Indonesia itu! bodoh! IQ nya jongkok! Sok bijak juga! Cuma untuk menutupi kebodohannya!”

hendra024 dan 26 lainnya memberi reputasi
27
Tutup


