- Beranda
- Stories from the Heart
Roda Kehidupan
...
TS
fthhnf
Roda Kehidupan

"Roda itu bernama kehidupan. Saat kita berada diatas kadang berputar sangat cepat, namun ketika kita berada dibawah roda itu terlalu lambat berputar kembali. Kamu tau kenapa? Karena kehidupan tak semudah mengayuh sepeda untuk tetap berjalan diatas aspal yang halus."
Sebelumnya mohon maaf dan mohon izin untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki yang hidup di sebuah kota kecil namun sangat nyaman, Magelang.
Gue nulis ini sebagai catatan dan memory gue untuk melukiskan tentang kehidupan yang seperti roda. Silahkan berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, disini gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.
Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan. Mohon maaf jika terdapat banyak umpatan kasar dalam bahasa jawa dan beberapa pikiran liar yang terkandung dalam cerita. Semoga bisa disikapi secara bijak. Cerita ini dimulai tahun 2003 anggap aja tahun segitu gw berada di bangku SMA. Nama tokoh dan tempat instansi juga sengaja disamarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.
Ah... kurasa cukup. Dan kamu akan tetap menjadi ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan...
Sebelumnya mohon maaf dan mohon izin untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki yang hidup di sebuah kota kecil namun sangat nyaman, Magelang.
Gue nulis ini sebagai catatan dan memory gue untuk melukiskan tentang kehidupan yang seperti roda. Silahkan berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, disini gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.
Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan. Mohon maaf jika terdapat banyak umpatan kasar dalam bahasa jawa dan beberapa pikiran liar yang terkandung dalam cerita. Semoga bisa disikapi secara bijak. Cerita ini dimulai tahun 2003 anggap aja tahun segitu gw berada di bangku SMA. Nama tokoh dan tempat instansi juga sengaja disamarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.
Ah... kurasa cukup. Dan kamu akan tetap menjadi ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan...
© Uhuk.. Wis keren? Sip mas! Oke.
Index Cerita:
Part 1 Aku dan Kalian
Part 2 Kaliurang Sore Itu
Part 3 Bella Namanya
Part 4 PHK Massal
Part 5 Warung Baru Ibu
Part 6 Bapak Semangatku
Ketahuan Bini
Part 7 Kak Siska Kenapa?
Part 8 Hape Baru
Part 9 Pelukan Hangat Kak Siska
Part 10 Pelangi Di Sekar Langit
Part 11 Cemburu, Bell?
Part 12 Kasihan Bapak
Part 13 Minuman Cinta
Part 14 Pekerjaan Pertama
Part 15 Pulau Dewata
Part 16 Tersenyum Kembali
Part 17 Mumi Sekolah
Part 18 Desember Terbaik
Part 19 Happy New Year
Part 20 Gosip Fara
Part 21 Konser Jikustik
Part 22 Maaf, Nov
Part 23 Si Gundul
Part 24 Sebuah Takdir
Part 25 Must On
Part 26 Kejutan
Part 27 Thanks, Nov!
Part 28 Ujian Nasional
Part 29 Janji Bella
Part 30 Babak Baru Kehidupan
Part 31 Vita!
Part 32 Pacar Cadangan
Part 33 Suroboyo Rek!
Part 34 Semalam Bersama Bella
Diubah oleh fthhnf 01-04-2023 20:40
junti27 dan 33 lainnya memberi reputasi
32
22.9K
434
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
fthhnf
#118
Part 29 Janji Bella
"Hmmm... Kenapa kesini sih Dit?!?" Keluh Bella di depan pintu gerbang Taman Kyai Langgeng.
Sabtu siang setelah dari sekolah buat menerima beberapa pengumuman pasca ujian, Bella mengajak jalan-jalan tapi bingung gk tau mau kemana. Sengaja aku pinjam motor milik Gatot karena ia sedang maen di rental PS kampung. Gatot ini memang licik, ia pamit pergi ke sekolah agar tetap mendapat jatah uang jajan. Kebetulan sabtu ini Bella juga ke sekolahnya ntah ada urusan apa. Dia pun sudah kembali sehat dan ceria seperti sedia kala.
Daripada bingung, kuajak Bella jalan ke suatu tempat tanpa bilang mau kemana terlebih dahulu. Awalnya sih dia semangat banget saat ngebonceng dari sekolahnya. Tapi kemudian curiga saat kuarahkan motor kearah pinggiran kota dan langsung cemberut saat yakin kalo tujuan kami sebenarnya adalah ke Taman Kyai Langgeng.
Dengan terpaksa karena sudah terlanjur jalan akhirnya dia mau juga, hehe.
"Aku juga bingung mau kemana Bell... Hehe, udah yuk masuk aja..." Ajakku tersenyum.
"Iya sih... Tapi ya gk gini juga kali, siang-siang pake osis masuk Kyai Langgeng!" Kata Bella dengan wajah yg ditekuk.
"Hehehe... Biar kamu ingat kalo Magelang juga punya taman keren!"
"Hmmmm... Serah deh!"
"Haha... Udah yuk masuk Bell..." Ajakku lagi.
Setelah membayar dua karcis untuk masuk, akhirnya kami masuk juga ke objek wisata anti mainstreamuntuk anak muda ini, hehe.
"Diiit... Sini deh, liat keluargamu dulu..." Ejek Bella di depan kandang monyet yg ada di area binatang.
"Hhhhhhmmm.... Mulai deh..."
"Hahaha... Kembaranmu lucu-lucu ya Dit..." Ucap Bella makin menjadi.
Lalu dia berjalan semakin mendekati kandang monyet itu, disana ada beberapa ekor monyet yg bergelantungan seraya menggenggam sebuah pisang di kandang beruji besi. Njiir serem juga kalo lepas tu monyet.
"Uuuwa uwa... Uuwaawa..." Ucap Bella berbincang dengan monyet itu.
Kena ni anak.
"Ngapain sih Bell? Pacaran sama monyet aja sana!"
"Hahaha... Kamu cemburu sama monyet?"
"Tau ah, yuk jalan..." Ajakku menggandeng tangan Bella.
Setelah lewat kandang monyet, kami berjalan-jalan mengelilingi Taman Kyai Langgeng ini mencari tempat yg menyenangkan. Bella sudah gk cemberut lagi seperti saat di depan loket tadi, sepertinya dia mulai suka, hehe. Dasar Bella.
Lagi asik berjalan sambil bercanda gurau, kami menemukan sebuah dompet di depan kami. Dengan cepat kilat kuambil dompet tersebut. Asek...
"Bell... Banyak banget duitnya..." Kataku kaget melihat isi dompet yg kami temukan. Kulihat ada beberapa lembar uang seratus ribuan dan limapuluh ribuan. Wah pesta nih...
"Dit inget dosa Dit..." Ucap Bella menggelengkan kepalanya.
"...."
"Balikin ah Dit, kasihan yg merasa kehilangan..."
"Lhah gimana ngembaliinya?"
"Coba sini lihat..." Kata Bella lalu memeriksa isi seluruh dompet tersebut. "Nih ada KTPnya, kita laporin aja dulu biar diumumin..."
"Yaaah Bell..."
"Hmmm... Yuk ah!" Kata Bella berjalan ke pusat informasi. Njiiir gagal deh dapat rejeki nomplok.
Beberapa saat kemudian Bella melaporkan kalo kami menemukan sebuah dompet dengan identitas lengkap kepada penjaga. Dan benar saja, tak sampai sepuluh menit ada seorang bapak-bapak yg mengaku kehilangan dompet.
Setelah memastikan bahwa pemilik dompet itu adalah bapak-bapak barusan, kami pun pergi meninggalkan pusat informasi.
"Dek tunggu dulu..." Panggil Bapak-bapak itu mengejar kami.
"Oh ya Pak?" Jawabku santai berharap dikasih imbalan.
"Ini ada ucapan terima kasih dari saya..."
"Eh Pak gk usah, kami ikhlas kok..." Ucap Bella dengan cepat mendahuluiku. Njiir sial...
"Gk apa-apa Dek, ini ambil saja..." Paksa Bapak-bapak itu.
"Gk usah pak makasih..." Tolak Bella ramah. "Yasudah Pak, kami jalan dulu..." Imbuh Bella kemudian. Dan aku pun hanya bengong karena gagal dapet rejeki.
"...."
Setelah itu Bella berjalan santai berkeliling di area pepohonan. Aku sebenernya masih dongkol banget karena Bella nolak rejeki dari bapak-bapak itu. Sesekali Bella menghentikan langkahnya untuk mengamati beberapa pohon langka yg ditanam oleh pihak pengelola. Tak lupa ia pun mengambil tustel miliknya untuk mengabadikan dirinya bersama tumbuhan langka tersebut.
"Cepret... Cepret..." Suara kamera (tustel) yg Bella bawa.
"Ayok Dit... Foto berdua!" Ajak Bella.
"Siapa yg moto Bell?" Tanyaku, lalu Bella berjalan menuju seseorang yg berada di sekitar kami.
"Maaf Pak, minta tolong fotoin ya Pak..." Kata Bella halus meminta tolong ke seseorang itu.
Setelah berfoto ria, kemudian kami duduk-duduk santai di kursi yg berada dibawah pohon beringin. Suasana di tempat ini sangat nyaman. Udara sejuk karena dikelilingi pepohonan semakin menambah aroma alami yg membuat siapapun pasti betah berlama-lama di tempat ini. Njiiir adem bener. Jadi lupa deh habis nolak rejeki.
Sambil menikmati suasana, kami pun mengobrol hingga bercanda gurau bersama. Sungguh moment yg berkesan.
"Dit... Kamu besok bener mau kerja dulu gitu?" Tanya Bella sambil menyenderkan kepalanya di pundakku.
"Emmm... Iya Bell, gk mungkin aku buat kuliah tahun ini..." Jawabku.
"Yaudah gk papa Dit, kumpulin duit dulu, setelah itu kuliah ambil yg jalur itu buat orang-orang kerja itu." Saran Bella masih bermanja-manjaan.
"Iya Bell... Besok deh..."
"..."
"Bell..."
"Iya..."
"Sedih aku kalo inget bentar lagi kamu mau pindah..."
"Hehehe... Ya mau gimana lagi Dit, kita korbankan dulu sementara, lagian katanya bakal sering kesana..." Ucap Bella tersenyum manis.
"Iya sayaaaanggg...."
"Jadi kamu rabu Bell berangkatnya?"
"Iya..."
"Gk bisa gitu setelah pengumuman?" Tanyaku.
"Pengenku juga gitu Dit, tapi mau gimana lagi..."
"Ya aku cuma pengen aja saat kelulusan nanti, ada kamu disini..."
"...."
"...."
"Coba deh aku bilang dulu ya, tapi gk janji Dit..."
"Iya Bell. Yaudah yuk kita pulang... Udah sore lho..."
"Aaaaa... Bentar lagi deh Dit..."
"Yeee. Tadi diajakin kesini cemberut, sekarang malah gk mau pulang." Godaku.
"Hmmm..."
Akhirnya setelah puas bermanja-manjaan, Bella mau diajak pulang. Selama berjalan menuju tempat parkir kugandeng tangan Bella, ia tersenyum mendekatkan tubuhnya lalu menyenderkan kepalanya di pundakku sambil berjalan. Ah Bella...
"Dit besok kamu gk boleh nakal pokoknya!" Ancam Bella lalu menghentikan langkahnya.
"Ya kamu itu lah, secara Surabayaaa gitu lho!"
"Enggak Adiiit... Sampai kapanpun aku akan setia ke kamu..." Ucapnya kali ini matanya menatapku tajam.
"Janji?"
"Janji!" Jawab Bella dengan senyuman manisnya.
Kemudian kami pun melanjutkan jalan ke tempat parkir. Setelah sampai di tempat parkir aku langsung meninggalkan tempat yg penuh kengangan itu lalu mengantar Bella pulang. Bella menawarkan untuk masuk dulu namun aku tolak karena gk enak pinjem motor Gatot terlalu lama. Aku pun pamit lalu menuju rental PS dimana Gatot berada.
---
Beberapa saat kemudian, sampailah aku di rental PS tersebut. Kulihat Gatot masih asik bermain winning eleven. Njiir betah banget tu bocah!
"Cuk ayo Bali! (Cuk ayo pulang!)" Ajakku.
"Sik sak permainan su! (Bentar satu permainan ini njing!)"
Setelah nungguin Gatot menyelesaikan permainannya, kamipun pulang.
"Sesok jangan lupa yo anterin aku beli hape!" Kata Gatot setelah aku turun dari motornya.
"Iyo cuk! Cerewet koe ki!"
Kemudian aku cabut dari rumah Gatot, kasihan Ibu juga jika ditinggal lama-lama. Di jalan kulihat ada Mas Gareng, Mas Amin, Mas Tukul, dkk sedang kumpul di pos kamling. Mereka ini seumuran Mas Satria. Kulihat mereka sedang diskusi. Njiir kayaknya mau tawuran nih...
"Wah mas arep tawur yo? (Wah mas mau tawuran ya?)" Tanyaku ketika sampai di pos kamling itu melihat Mas Amin mengasah pedangnya.
"Iyo Dit, konco-konco siap to? (Iya Dit, temen-temen siap kan?)" Jawab Mas Tukul mengisyaratkan anak-anak seumuranku juga disuruh ikut.
"Siap mas! Kapan?"
"Besok yo... Sekarang kita nglurug mereka dulu, kemungkinan besok mereka balas dendam!" Jelasnya kemudian.
"Ikut mas sekarang!" Pintaku semangat.
"Jangan!! Bahaya kalo sekarang!" Cegah Mas Amin.
"Gk papa mas... tes mental!" Paksaku.
"Jangan! Gk usah!" Cegah Mas Gareng tidak memperbolehkan aku ikut terlalu berisiko karena yg jadi sasaran mereka ini adalah desa pojok yg memang terkenal rusuh.
"Iya deh... Tapi besok boleh ya mas..."
"Iya, besok kalo mereka balas dendam baru kita kerahkan semua pasukan!" Jelasnya kemudian.
"Oke!"
Selang beberapa saat kemudian mereka pergi menuju desa pojok. Keren banget mereka ini, ngelurug desa orang cuma berenam doang. Wah jadi pengen cepet gede.
Setelah mereka pergi, aku pun melanjutkan jalanku untuk pulang. Sesampainya dirumah kulihat Ibu masih jaga warung sambil nonton tv.
"Assalamu'alaikum..."
"Walaikumsalam... Baru pulang Dit?"
"Enggeh Buk..."
"Yowis sana makan dulu..."
"Nggeh Buk..."
Lalu aku berjalan menuju kamar buat ganti baju dulu sebelum makan. Saat melepas beberapa kancing baju, tiba-tiba terasa getaran panjang di saku celanaku. Telepon nih,
>>Siska Calling<<
"Halooo..."
"Halo... Adit?"
"Hey... Apa kabar kamu?"
"Baik... Kamu gimana?"
"Baik juga kok... Emm tumben nih telpon?" Tanyaku basa-basi.
"Gk boleh nih aku telpon?"
"Hehe... Apaan sih, boleh lah... Seneng banget malah..."
"Yee yg bener?" Goda Siska dengan nada bicara yg masih sama seperti dulu. Seraknya, logatnya. Ah Siska...
"Hahaha..."
"Eh malah ketawa lagi..."
"..."
"Oiya kapan pengumuman?"
"Minggu depan sih..." Jawabku. "Kamu gimana disana?" Tanyaku kemudian.
"Fine-fine aja kok..." Jawab Siska.
Banyak yg kami obrolkan. Siska masih tetap sama seperti Siska yg dulu. Nada bicaranya, suara seraknya, bahkan renyah tawanya pun tak berubah. Entah kenapa selalu muncul perasaan nyaman jika ngobrol sama Siska. Ah Siska. Kamu memang selalu begitu. Selalu.
"Oiya Dit, kayaknya bulan depan aku kesitu deh..."
"Kesitu mana? Ke Magelang maksudnya?" Tanyaku kaget.
"Iya... Gimana?"
"Waaah yg bener nih?"
"Iya benerrr... Sekalian mau jenguk saudara juga..."
"Wah beneran nih?" Tanyaku memastikan.
"Tungguin ya sayaaaang..." Goda Siska manja.
"Iya..." Kataku kikuk.
"Yaudah gih tidur..." Ujar Siska kemudian.
"Oke-oke, kamu juga.."
"Iya... Yaudah ya, Mimpi indah Sayang..."
"Iya..."
"Miss you..."
"....."
"Hmmm..."
"Hehe... Miss you too sayang..." Kataku kemudian, sadar kalo Siska ngambek.
"Tuuuut... Tuuttt... Tuuuttt...."
Duh kenapa malah sayang-sayangan gini sama Siska. Ah gimana ya? Tapi kenapa juga aku tadi seneng banget waktu Siska bilang mau ke Magelang? Ah gk tau lah.
----
Hari ini aku ketempat Gatot karena aku janji mau nganter dia beli hape baru. Sampai di depan rumah Gatot, kupanggil si janc*k satu itu.
"Toottt... Gatoot!"
"Tooo..ooottt..."
"...."
"Woh asu koe bengi-bengi berisik! (Woh anjing malam-malam berisik!)" Umpat Gatot dari jendela kamarnya.
"Hahahahaha... Ayo cuk!"
"Rene mlebu sik! (Sini masuk dulu!)"
Kemudian aku masuk ke dalam rumah Gatot. Kulihat Mbak Laras sedang tidur-tiduran di depan televisi. Buset deh memang menggoda banget Mbak Laras ini, pengen nemenin tiduran juga kalo gini.
"Eh Adit, darimana Dit?" Sapa Mbak Laras.
"Rumah Mbak..." Jawabku halus.
"Oh... Oiya gimana kira-kira? Lulus kan?" Tanya Mbak Laras lagi. Perhatian kan Mbak Laras? Adit gitu lho. Jadi makin sayang aja. Love you mbak.
"Santai..." Kataku singkat sambil mantengin paha Mbak Laras yg memang selalu menarik perhatian.
"Sip deh!"
"Oke!" Kataku singkat lalu berjalan ke kamar Gatot. Malam itu Mbak Laras memakai celana kolor model boxer dan kaos tipis banget. Bahaya kalo lama-lama disini.
"Cuk mau jam berapa?" Tanyaku ketika sampai di kamar Gatot.
"Apanya yg jam berapa?" Tanya Gatot. Sial nih bocah.
"Katanya mau beli hape?" Terangku mengingatkan.
"Oh iyo cuk lupa aku, yawis yok habis ini ya..."
"Yo cepet cuk!"
"Iyo cuk tak ganti baju dulu..." Ucap Gatot lalu membuka lemari pakaian miliknya.
Usai Ganti baju dan pamit ke Mbak Laras, kamipun pergi untuk mencari hape di salah satu toko hape terhits di masa itu.
"Mbak pergi sik ya..." Kata Gatot pamit.
"Jangan malam-malam pulangnya!" Seru Mbak Laras memberi peringatan.
"Yo Mbak..." Ucap Gatot singkat. Aku hanya diam aja mantengin paha Mbak Laras yg masih menyala-nyala itu.
"Heh! Matamu kontrol cuk!" Seru Gatot sadar kalo mataku mulai jelalatan.
"Hahaha sori cuk!"
"Nih sori!" Ujar Gatot mengepalkan tangannya.
Di perjalanan, Gatot ngoceh melulu. Ntah apa yg ia omongin aku gk begitu memperhatikan. Pikiranku masih menerawang jauh ke sosok paha yg bisa nyala tadi.
"Pie cuk menurutmu?" Tanya Gatot diatas motor.
"..."
"Cuk!" Umpat Gatot mengagetkanku.
"Eh opo cuk?"
"Asu! Pie menurutmu?"
"Apanya?"
"Ya itu tadi?"
"Opo to cuk?" Tanyaku gk ngerti.
"Yo aku beli hape yg murah aja, sisanya bisa buat pasang togel!" Terang Gatot.
"Nah ide bagus cuk!" Hahaha.
Masa itu judi togel lagi hot-hotnya di Magelang. Untuk ukuran anak muda, gk keren kalo gk ikut pasang togel. Rata-rata kami bisa menghabiskan uang Rp 5.000 - Rp 10.000 per hari hanya untuk judi togel itu. Kalo si Gatot lebih parah, gk tanggung-tanggung kalo judi dia.
"Iki apik gk cuk?" Kata Gatot ketika milih sebuah hape di etalase.
"Wuih apik cuk, yowis itu aja!"
"Oke..."
Cepet kan kalo cowok beli barang? Beda sama Novi waktu itu yg lamanya minta ampun. Usai membayar hape merk Sony Errickson tipe T610, kamipun cabut ke parkiran untuk mengambil sepada motor.
"Wah sangar cuk hapemu sekarang ada kameranya!" Ucapku kagum.
"Iyolah!" Jawab Gatot pongah. "Nandi iki cuk? (Kemana nih kita cuk?)" Tanya Gatot sambil memakai helm miliknya.
"Manut lah... (Terserah deh...)"
"Main ps sik yo cuk!" Ajak Gatot.
"Wah oke..."
Kemudian kami pun pergi menuju rental PS Mas Galang yg ada di kampung kami. Sekitar sepuluh menit perjalanan sampailah kami di rental ps tersebut. Di situ masih ramai anak-anak pada nongkrong.
"Woe seko endi kalian?" Sapa salah satu kawan sekampungku.
"Biasa, nyari keple! (Keple = pramuria)" Jawab Gatot asal.
"..."
"Mas kosong kan?" Tanyaku ke Mas Galang.
"Kosong, itu pake aja..." Kata Mas Galang menunjuk tv paling pojok yg masih nyala.
Tanpa ragu aku sama Gatot memulai pertarungan game winning eleven yg melegenda itu. Kemampuan bermain Gatot sebenernya lebih jago, namun karena Gatot suka emosi, dewi fortuna sering ada di pihakku. Andalanku waktu itu jelas Ac Milan dengan striker lincah Andry Shevchenkho, sedangkan Gatot entah kenapa lebih milih tim papan tengah macam Lazio, Fiorentina, Dortmund, dan sebagainya.
"Wis ah bali! Males aku!"
"Hahaha..."
Tak terasa dua jam sudah kami habiskan di depan layar kaca. Si Gatot marah-marah karena sering kalah lalu ngajak balik. Usai membayar kamipun pulang karena waktu juga telah menunjukkan pukul 22.00.
"Makan sik yo cuk! Masih sisa banyak duitku!" Ajak Gatot.
"Wah siap cuk gas!"
"Makan dimana yo..."
"Nasgor pasar aja wis jam segini!" Saranku.
"Oke!" Ucap Gatot lalu menaiki motornya.
Sesampainya di warung nasgor yg aku maksud, terlihat motor F1ZR legendaris milik Fara. Wah asik nih. Darimana ya dia malam-malam gini.
"Cuk itu si Fara desa sebelah kan?" Tanya Gatot.
"Iyo!" Kataku lalu meletakkan helm di motor.
"Sapa cuk! Buruan!"
"Iyo cerewet!"
Akupun langsung berjalan ke arah Fara dan menyapanya. Kulihat Gatot sedang memesan nasgor ke penjual.
"Woi Far!" Sapaku
"Eh Adit, sama siapa?" Tanya Fara.
"Itu sama temen, Gatot."
"Owalah, yawis duduk sini aja!" Ajak Fara.
"Oke! Udah lama?"
"Ini baru aja pesen juga..." Jawab Fara.
Beberapa saat kemudian Gatot yg telah memesan makanan ikut bergabung duduk juga. Mata Gatot kuperhatikan curi-curi pandang ke arah baju Fara yg sengaja kancing atasnya tidak di kaitkan. Emang dasar.
"Sendirian aja Far?" Tanyaku ke Fara.
"Iya ini habis latian band!"
"Wah Mbak suka nge band?" Tanya Gatot.
"Hehe iya mas, iseng aja..." Jawab Fara merendah.
"Wah kapan-kapan ikut ngeband dong!" Ucap Gatot sok asik.
"Wah boleh tu mas! Mas pegang apa?" Tanya Fara antusias. Lhah.
"Gitar bisa, bass bisa, keyboard juga bisa..." Kata Gatot sedikit sombong ni anak.
"Wah boleh-boleh..."
"Kenalin Mbak aku Gatot, tetangganya Adit!" Kata Gatot lalu mengulurkan tangannya.
"Fara..." Ucap Fara lalu membalas uluran tangan Gatot.
"Terakhir manggung dimana Mbak? Eh Far maksudnya, hehe.."
Mereka pun larut dalam obrolan seputar band. Aku hanya diam aja melihat si Gatot kenalan dan ngobrol dengan Fara. Skill kenalan Gatot memang handal, setelah sedikit obrolan itu, pesanan kami pun datang.
"Suka makan disini Far?" Tanya Gatot sok asik gila.
"Lumayan sih.. Enak masalahnya..."
Dengan sedikit obrolan ringan, nasi goreng yg lezat itupun telah habis. Kulihat Fara buru-buru mau pergi entah kemana.
"Aku duluan ya, Dit.. Gatot..." Pamit Fara.
"Buru-buru amat..." Kataku.
"Udah malem.. hehe..." Ucap Fara lalu berjalan membayar nasgor.
"Yaudah oke hati-hati..."
"Hati-hati Far!" Kata Gatot.
"Sip!"
Setelah Fara pergi, Gatot langsung minta nomer hape milik Fara kepadaku.
"Cuk mana nomor Fara!"
"Tadi gk minta sendiriiiiii!" Keluhku.
"Hahahaha... Mana berani kenalan langsung minta nomor hape!"
"Ah cupu kowe asu!"
"Cerewet! Sini mana su!" Ucap Gatot lalu merebu hape milikku yg aku pegang.
Usai drama nomor hape, kamipun bersiap akan meninggalkan warung ini. Pas mau membayar ternyata udah dibayarin duluan sama Fara. Ah sial, baik bener si Fara. Tapi Fara mau kemana ya? Gk mungkin kalo pulang. Ah biarlah.
"Wah itu pasti gara-gara kenalan sama aku cuk dia bayarin!" Ucap Gatot pede.
"Hmm.."
Kemudian kamipun pulang karena waktu juga sudah malam. Di perjalanan Gatot nanyain tentang Fara melulu. Orangnya kayak gimana, sombong gk, udah punya pacar belum. Emang dasar jomblo!
"Ati-ati cuk, salam buat Mbak Laras sayang..." Kataku ketika diantar Gatot sampe depan rumah.
"Matamu!" Umpat Gatot lalu nyelonong pergi.
Setelah Gatot pergi akupun masuk ke rumah. Kulihat Ibu masih asik nonton tv padahal jam sudah menunjukkan pukul 23.45.
"Sampe malam le?" Tanya Ibu melihatku pulang.
"Gatot Buk milih hapenya lama..."
"Oh... Besok yo Dit kalo ada rezeki Ibu belikan hape juga..." Kata Ibuku tersenyum.
"Nggeh Buk. Santai..."
Apa kalian tau? Semua orang tua di dunia ini pasti akan memberikan yg terbaik buat anaknya. Terlebih Ibu, beliau paham betul apa yg dirasakan anaknya. Aku tau Ibu bilang mau membelikanku hape agar aku tak kecil hati melihat temannya bisa beli hape baru. Maturnuwun Buk...
"Sholat Isya dulu Dit kalo belum..." Suruh Ibu mengingatkanku.
"Oh nggeh Bu, hehe..."
Kemudian kulangkahkan kaki ini menuju kamar mandi untuk wudzu. Setelah wudzu aku pun melaksanakan kewajibanku sebagai seoarang muslim.
Sabtu siang setelah dari sekolah buat menerima beberapa pengumuman pasca ujian, Bella mengajak jalan-jalan tapi bingung gk tau mau kemana. Sengaja aku pinjam motor milik Gatot karena ia sedang maen di rental PS kampung. Gatot ini memang licik, ia pamit pergi ke sekolah agar tetap mendapat jatah uang jajan. Kebetulan sabtu ini Bella juga ke sekolahnya ntah ada urusan apa. Dia pun sudah kembali sehat dan ceria seperti sedia kala.
Daripada bingung, kuajak Bella jalan ke suatu tempat tanpa bilang mau kemana terlebih dahulu. Awalnya sih dia semangat banget saat ngebonceng dari sekolahnya. Tapi kemudian curiga saat kuarahkan motor kearah pinggiran kota dan langsung cemberut saat yakin kalo tujuan kami sebenarnya adalah ke Taman Kyai Langgeng.
Dengan terpaksa karena sudah terlanjur jalan akhirnya dia mau juga, hehe.
"Aku juga bingung mau kemana Bell... Hehe, udah yuk masuk aja..." Ajakku tersenyum.
"Iya sih... Tapi ya gk gini juga kali, siang-siang pake osis masuk Kyai Langgeng!" Kata Bella dengan wajah yg ditekuk.
"Hehehe... Biar kamu ingat kalo Magelang juga punya taman keren!"
"Hmmmm... Serah deh!"
"Haha... Udah yuk masuk Bell..." Ajakku lagi.
Setelah membayar dua karcis untuk masuk, akhirnya kami masuk juga ke objek wisata anti mainstreamuntuk anak muda ini, hehe.
"Diiit... Sini deh, liat keluargamu dulu..." Ejek Bella di depan kandang monyet yg ada di area binatang.
"Hhhhhhmmm.... Mulai deh..."
"Hahaha... Kembaranmu lucu-lucu ya Dit..." Ucap Bella makin menjadi.
Lalu dia berjalan semakin mendekati kandang monyet itu, disana ada beberapa ekor monyet yg bergelantungan seraya menggenggam sebuah pisang di kandang beruji besi. Njiir serem juga kalo lepas tu monyet.
"Uuuwa uwa... Uuwaawa..." Ucap Bella berbincang dengan monyet itu.
Kena ni anak.
"Ngapain sih Bell? Pacaran sama monyet aja sana!"
"Hahaha... Kamu cemburu sama monyet?"
"Tau ah, yuk jalan..." Ajakku menggandeng tangan Bella.
Setelah lewat kandang monyet, kami berjalan-jalan mengelilingi Taman Kyai Langgeng ini mencari tempat yg menyenangkan. Bella sudah gk cemberut lagi seperti saat di depan loket tadi, sepertinya dia mulai suka, hehe. Dasar Bella.
Lagi asik berjalan sambil bercanda gurau, kami menemukan sebuah dompet di depan kami. Dengan cepat kilat kuambil dompet tersebut. Asek...
"Bell... Banyak banget duitnya..." Kataku kaget melihat isi dompet yg kami temukan. Kulihat ada beberapa lembar uang seratus ribuan dan limapuluh ribuan. Wah pesta nih...
"Dit inget dosa Dit..." Ucap Bella menggelengkan kepalanya.
"...."
"Balikin ah Dit, kasihan yg merasa kehilangan..."
"Lhah gimana ngembaliinya?"
"Coba sini lihat..." Kata Bella lalu memeriksa isi seluruh dompet tersebut. "Nih ada KTPnya, kita laporin aja dulu biar diumumin..."
"Yaaah Bell..."
"Hmmm... Yuk ah!" Kata Bella berjalan ke pusat informasi. Njiiir gagal deh dapat rejeki nomplok.
Beberapa saat kemudian Bella melaporkan kalo kami menemukan sebuah dompet dengan identitas lengkap kepada penjaga. Dan benar saja, tak sampai sepuluh menit ada seorang bapak-bapak yg mengaku kehilangan dompet.
Setelah memastikan bahwa pemilik dompet itu adalah bapak-bapak barusan, kami pun pergi meninggalkan pusat informasi.
"Dek tunggu dulu..." Panggil Bapak-bapak itu mengejar kami.
"Oh ya Pak?" Jawabku santai berharap dikasih imbalan.
"Ini ada ucapan terima kasih dari saya..."
"Eh Pak gk usah, kami ikhlas kok..." Ucap Bella dengan cepat mendahuluiku. Njiir sial...
"Gk apa-apa Dek, ini ambil saja..." Paksa Bapak-bapak itu.
"Gk usah pak makasih..." Tolak Bella ramah. "Yasudah Pak, kami jalan dulu..." Imbuh Bella kemudian. Dan aku pun hanya bengong karena gagal dapet rejeki.
"...."
Setelah itu Bella berjalan santai berkeliling di area pepohonan. Aku sebenernya masih dongkol banget karena Bella nolak rejeki dari bapak-bapak itu. Sesekali Bella menghentikan langkahnya untuk mengamati beberapa pohon langka yg ditanam oleh pihak pengelola. Tak lupa ia pun mengambil tustel miliknya untuk mengabadikan dirinya bersama tumbuhan langka tersebut.
"Cepret... Cepret..." Suara kamera (tustel) yg Bella bawa.
"Ayok Dit... Foto berdua!" Ajak Bella.
"Siapa yg moto Bell?" Tanyaku, lalu Bella berjalan menuju seseorang yg berada di sekitar kami.
"Maaf Pak, minta tolong fotoin ya Pak..." Kata Bella halus meminta tolong ke seseorang itu.
Setelah berfoto ria, kemudian kami duduk-duduk santai di kursi yg berada dibawah pohon beringin. Suasana di tempat ini sangat nyaman. Udara sejuk karena dikelilingi pepohonan semakin menambah aroma alami yg membuat siapapun pasti betah berlama-lama di tempat ini. Njiiir adem bener. Jadi lupa deh habis nolak rejeki.
Sambil menikmati suasana, kami pun mengobrol hingga bercanda gurau bersama. Sungguh moment yg berkesan.
"Dit... Kamu besok bener mau kerja dulu gitu?" Tanya Bella sambil menyenderkan kepalanya di pundakku.
"Emmm... Iya Bell, gk mungkin aku buat kuliah tahun ini..." Jawabku.
"Yaudah gk papa Dit, kumpulin duit dulu, setelah itu kuliah ambil yg jalur itu buat orang-orang kerja itu." Saran Bella masih bermanja-manjaan.
"Iya Bell... Besok deh..."
"..."
"Bell..."
"Iya..."
"Sedih aku kalo inget bentar lagi kamu mau pindah..."
"Hehehe... Ya mau gimana lagi Dit, kita korbankan dulu sementara, lagian katanya bakal sering kesana..." Ucap Bella tersenyum manis.
"Iya sayaaaanggg...."
"Jadi kamu rabu Bell berangkatnya?"
"Iya..."
"Gk bisa gitu setelah pengumuman?" Tanyaku.
"Pengenku juga gitu Dit, tapi mau gimana lagi..."
"Ya aku cuma pengen aja saat kelulusan nanti, ada kamu disini..."
"...."
"...."
"Coba deh aku bilang dulu ya, tapi gk janji Dit..."
"Iya Bell. Yaudah yuk kita pulang... Udah sore lho..."
"Aaaaa... Bentar lagi deh Dit..."
"Yeee. Tadi diajakin kesini cemberut, sekarang malah gk mau pulang." Godaku.
"Hmmm..."
Akhirnya setelah puas bermanja-manjaan, Bella mau diajak pulang. Selama berjalan menuju tempat parkir kugandeng tangan Bella, ia tersenyum mendekatkan tubuhnya lalu menyenderkan kepalanya di pundakku sambil berjalan. Ah Bella...
"Dit besok kamu gk boleh nakal pokoknya!" Ancam Bella lalu menghentikan langkahnya.
"Ya kamu itu lah, secara Surabayaaa gitu lho!"
"Enggak Adiiit... Sampai kapanpun aku akan setia ke kamu..." Ucapnya kali ini matanya menatapku tajam.
"Janji?"
"Janji!" Jawab Bella dengan senyuman manisnya.
Kemudian kami pun melanjutkan jalan ke tempat parkir. Setelah sampai di tempat parkir aku langsung meninggalkan tempat yg penuh kengangan itu lalu mengantar Bella pulang. Bella menawarkan untuk masuk dulu namun aku tolak karena gk enak pinjem motor Gatot terlalu lama. Aku pun pamit lalu menuju rental PS dimana Gatot berada.
---
Beberapa saat kemudian, sampailah aku di rental PS tersebut. Kulihat Gatot masih asik bermain winning eleven. Njiir betah banget tu bocah!
"Cuk ayo Bali! (Cuk ayo pulang!)" Ajakku.
"Sik sak permainan su! (Bentar satu permainan ini njing!)"
Setelah nungguin Gatot menyelesaikan permainannya, kamipun pulang.
"Sesok jangan lupa yo anterin aku beli hape!" Kata Gatot setelah aku turun dari motornya.
"Iyo cuk! Cerewet koe ki!"
Kemudian aku cabut dari rumah Gatot, kasihan Ibu juga jika ditinggal lama-lama. Di jalan kulihat ada Mas Gareng, Mas Amin, Mas Tukul, dkk sedang kumpul di pos kamling. Mereka ini seumuran Mas Satria. Kulihat mereka sedang diskusi. Njiir kayaknya mau tawuran nih...
"Wah mas arep tawur yo? (Wah mas mau tawuran ya?)" Tanyaku ketika sampai di pos kamling itu melihat Mas Amin mengasah pedangnya.
"Iyo Dit, konco-konco siap to? (Iya Dit, temen-temen siap kan?)" Jawab Mas Tukul mengisyaratkan anak-anak seumuranku juga disuruh ikut.
"Siap mas! Kapan?"
"Besok yo... Sekarang kita nglurug mereka dulu, kemungkinan besok mereka balas dendam!" Jelasnya kemudian.
"Ikut mas sekarang!" Pintaku semangat.
"Jangan!! Bahaya kalo sekarang!" Cegah Mas Amin.
"Gk papa mas... tes mental!" Paksaku.
"Jangan! Gk usah!" Cegah Mas Gareng tidak memperbolehkan aku ikut terlalu berisiko karena yg jadi sasaran mereka ini adalah desa pojok yg memang terkenal rusuh.
"Iya deh... Tapi besok boleh ya mas..."
"Iya, besok kalo mereka balas dendam baru kita kerahkan semua pasukan!" Jelasnya kemudian.
"Oke!"
Selang beberapa saat kemudian mereka pergi menuju desa pojok. Keren banget mereka ini, ngelurug desa orang cuma berenam doang. Wah jadi pengen cepet gede.
Setelah mereka pergi, aku pun melanjutkan jalanku untuk pulang. Sesampainya dirumah kulihat Ibu masih jaga warung sambil nonton tv.
"Assalamu'alaikum..."
"Walaikumsalam... Baru pulang Dit?"
"Enggeh Buk..."
"Yowis sana makan dulu..."
"Nggeh Buk..."
Lalu aku berjalan menuju kamar buat ganti baju dulu sebelum makan. Saat melepas beberapa kancing baju, tiba-tiba terasa getaran panjang di saku celanaku. Telepon nih,
>>Siska Calling<<
"Halooo..."
"Halo... Adit?"
"Hey... Apa kabar kamu?"
"Baik... Kamu gimana?"
"Baik juga kok... Emm tumben nih telpon?" Tanyaku basa-basi.
"Gk boleh nih aku telpon?"
"Hehe... Apaan sih, boleh lah... Seneng banget malah..."
"Yee yg bener?" Goda Siska dengan nada bicara yg masih sama seperti dulu. Seraknya, logatnya. Ah Siska...
"Hahaha..."
"Eh malah ketawa lagi..."
"..."
"Oiya kapan pengumuman?"
"Minggu depan sih..." Jawabku. "Kamu gimana disana?" Tanyaku kemudian.
"Fine-fine aja kok..." Jawab Siska.
Banyak yg kami obrolkan. Siska masih tetap sama seperti Siska yg dulu. Nada bicaranya, suara seraknya, bahkan renyah tawanya pun tak berubah. Entah kenapa selalu muncul perasaan nyaman jika ngobrol sama Siska. Ah Siska. Kamu memang selalu begitu. Selalu.
"Oiya Dit, kayaknya bulan depan aku kesitu deh..."
"Kesitu mana? Ke Magelang maksudnya?" Tanyaku kaget.
"Iya... Gimana?"
"Waaah yg bener nih?"
"Iya benerrr... Sekalian mau jenguk saudara juga..."
"Wah beneran nih?" Tanyaku memastikan.
"Tungguin ya sayaaaang..." Goda Siska manja.
"Iya..." Kataku kikuk.
"Yaudah gih tidur..." Ujar Siska kemudian.
"Oke-oke, kamu juga.."
"Iya... Yaudah ya, Mimpi indah Sayang..."
"Iya..."
"Miss you..."
"....."
"Hmmm..."
"Hehe... Miss you too sayang..." Kataku kemudian, sadar kalo Siska ngambek.
"Tuuuut... Tuuttt... Tuuuttt...."
Duh kenapa malah sayang-sayangan gini sama Siska. Ah gimana ya? Tapi kenapa juga aku tadi seneng banget waktu Siska bilang mau ke Magelang? Ah gk tau lah.
----
Hari ini aku ketempat Gatot karena aku janji mau nganter dia beli hape baru. Sampai di depan rumah Gatot, kupanggil si janc*k satu itu.
"Toottt... Gatoot!"
"Tooo..ooottt..."
"...."
"Woh asu koe bengi-bengi berisik! (Woh anjing malam-malam berisik!)" Umpat Gatot dari jendela kamarnya.
"Hahahahaha... Ayo cuk!"
"Rene mlebu sik! (Sini masuk dulu!)"
Kemudian aku masuk ke dalam rumah Gatot. Kulihat Mbak Laras sedang tidur-tiduran di depan televisi. Buset deh memang menggoda banget Mbak Laras ini, pengen nemenin tiduran juga kalo gini.
"Eh Adit, darimana Dit?" Sapa Mbak Laras.
"Rumah Mbak..." Jawabku halus.
"Oh... Oiya gimana kira-kira? Lulus kan?" Tanya Mbak Laras lagi. Perhatian kan Mbak Laras? Adit gitu lho. Jadi makin sayang aja. Love you mbak.
"Santai..." Kataku singkat sambil mantengin paha Mbak Laras yg memang selalu menarik perhatian.
"Sip deh!"
"Oke!" Kataku singkat lalu berjalan ke kamar Gatot. Malam itu Mbak Laras memakai celana kolor model boxer dan kaos tipis banget. Bahaya kalo lama-lama disini.
"Cuk mau jam berapa?" Tanyaku ketika sampai di kamar Gatot.
"Apanya yg jam berapa?" Tanya Gatot. Sial nih bocah.
"Katanya mau beli hape?" Terangku mengingatkan.
"Oh iyo cuk lupa aku, yawis yok habis ini ya..."
"Yo cepet cuk!"
"Iyo cuk tak ganti baju dulu..." Ucap Gatot lalu membuka lemari pakaian miliknya.
Usai Ganti baju dan pamit ke Mbak Laras, kamipun pergi untuk mencari hape di salah satu toko hape terhits di masa itu.
"Mbak pergi sik ya..." Kata Gatot pamit.
"Jangan malam-malam pulangnya!" Seru Mbak Laras memberi peringatan.
"Yo Mbak..." Ucap Gatot singkat. Aku hanya diam aja mantengin paha Mbak Laras yg masih menyala-nyala itu.
"Heh! Matamu kontrol cuk!" Seru Gatot sadar kalo mataku mulai jelalatan.
"Hahaha sori cuk!"
"Nih sori!" Ujar Gatot mengepalkan tangannya.
Di perjalanan, Gatot ngoceh melulu. Ntah apa yg ia omongin aku gk begitu memperhatikan. Pikiranku masih menerawang jauh ke sosok paha yg bisa nyala tadi.
"Pie cuk menurutmu?" Tanya Gatot diatas motor.
"..."
"Cuk!" Umpat Gatot mengagetkanku.
"Eh opo cuk?"
"Asu! Pie menurutmu?"
"Apanya?"
"Ya itu tadi?"
"Opo to cuk?" Tanyaku gk ngerti.
"Yo aku beli hape yg murah aja, sisanya bisa buat pasang togel!" Terang Gatot.
"Nah ide bagus cuk!" Hahaha.
Masa itu judi togel lagi hot-hotnya di Magelang. Untuk ukuran anak muda, gk keren kalo gk ikut pasang togel. Rata-rata kami bisa menghabiskan uang Rp 5.000 - Rp 10.000 per hari hanya untuk judi togel itu. Kalo si Gatot lebih parah, gk tanggung-tanggung kalo judi dia.
"Iki apik gk cuk?" Kata Gatot ketika milih sebuah hape di etalase.
"Wuih apik cuk, yowis itu aja!"
"Oke..."
Cepet kan kalo cowok beli barang? Beda sama Novi waktu itu yg lamanya minta ampun. Usai membayar hape merk Sony Errickson tipe T610, kamipun cabut ke parkiran untuk mengambil sepada motor.
"Wah sangar cuk hapemu sekarang ada kameranya!" Ucapku kagum.
"Iyolah!" Jawab Gatot pongah. "Nandi iki cuk? (Kemana nih kita cuk?)" Tanya Gatot sambil memakai helm miliknya.
"Manut lah... (Terserah deh...)"
"Main ps sik yo cuk!" Ajak Gatot.
"Wah oke..."
Kemudian kami pun pergi menuju rental PS Mas Galang yg ada di kampung kami. Sekitar sepuluh menit perjalanan sampailah kami di rental ps tersebut. Di situ masih ramai anak-anak pada nongkrong.
"Woe seko endi kalian?" Sapa salah satu kawan sekampungku.
"Biasa, nyari keple! (Keple = pramuria)" Jawab Gatot asal.
"..."
"Mas kosong kan?" Tanyaku ke Mas Galang.
"Kosong, itu pake aja..." Kata Mas Galang menunjuk tv paling pojok yg masih nyala.
Tanpa ragu aku sama Gatot memulai pertarungan game winning eleven yg melegenda itu. Kemampuan bermain Gatot sebenernya lebih jago, namun karena Gatot suka emosi, dewi fortuna sering ada di pihakku. Andalanku waktu itu jelas Ac Milan dengan striker lincah Andry Shevchenkho, sedangkan Gatot entah kenapa lebih milih tim papan tengah macam Lazio, Fiorentina, Dortmund, dan sebagainya.
"Wis ah bali! Males aku!"
"Hahaha..."
Tak terasa dua jam sudah kami habiskan di depan layar kaca. Si Gatot marah-marah karena sering kalah lalu ngajak balik. Usai membayar kamipun pulang karena waktu juga telah menunjukkan pukul 22.00.
"Makan sik yo cuk! Masih sisa banyak duitku!" Ajak Gatot.
"Wah siap cuk gas!"
"Makan dimana yo..."
"Nasgor pasar aja wis jam segini!" Saranku.
"Oke!" Ucap Gatot lalu menaiki motornya.
Sesampainya di warung nasgor yg aku maksud, terlihat motor F1ZR legendaris milik Fara. Wah asik nih. Darimana ya dia malam-malam gini.
"Cuk itu si Fara desa sebelah kan?" Tanya Gatot.
"Iyo!" Kataku lalu meletakkan helm di motor.
"Sapa cuk! Buruan!"
"Iyo cerewet!"
Akupun langsung berjalan ke arah Fara dan menyapanya. Kulihat Gatot sedang memesan nasgor ke penjual.
"Woi Far!" Sapaku
"Eh Adit, sama siapa?" Tanya Fara.
"Itu sama temen, Gatot."
"Owalah, yawis duduk sini aja!" Ajak Fara.
"Oke! Udah lama?"
"Ini baru aja pesen juga..." Jawab Fara.
Beberapa saat kemudian Gatot yg telah memesan makanan ikut bergabung duduk juga. Mata Gatot kuperhatikan curi-curi pandang ke arah baju Fara yg sengaja kancing atasnya tidak di kaitkan. Emang dasar.
"Sendirian aja Far?" Tanyaku ke Fara.
"Iya ini habis latian band!"
"Wah Mbak suka nge band?" Tanya Gatot.
"Hehe iya mas, iseng aja..." Jawab Fara merendah.
"Wah kapan-kapan ikut ngeband dong!" Ucap Gatot sok asik.
"Wah boleh tu mas! Mas pegang apa?" Tanya Fara antusias. Lhah.
"Gitar bisa, bass bisa, keyboard juga bisa..." Kata Gatot sedikit sombong ni anak.
"Wah boleh-boleh..."
"Kenalin Mbak aku Gatot, tetangganya Adit!" Kata Gatot lalu mengulurkan tangannya.
"Fara..." Ucap Fara lalu membalas uluran tangan Gatot.
"Terakhir manggung dimana Mbak? Eh Far maksudnya, hehe.."
Mereka pun larut dalam obrolan seputar band. Aku hanya diam aja melihat si Gatot kenalan dan ngobrol dengan Fara. Skill kenalan Gatot memang handal, setelah sedikit obrolan itu, pesanan kami pun datang.
"Suka makan disini Far?" Tanya Gatot sok asik gila.
"Lumayan sih.. Enak masalahnya..."
Dengan sedikit obrolan ringan, nasi goreng yg lezat itupun telah habis. Kulihat Fara buru-buru mau pergi entah kemana.
"Aku duluan ya, Dit.. Gatot..." Pamit Fara.
"Buru-buru amat..." Kataku.
"Udah malem.. hehe..." Ucap Fara lalu berjalan membayar nasgor.
"Yaudah oke hati-hati..."
"Hati-hati Far!" Kata Gatot.
"Sip!"
Setelah Fara pergi, Gatot langsung minta nomer hape milik Fara kepadaku.
"Cuk mana nomor Fara!"
"Tadi gk minta sendiriiiiii!" Keluhku.
"Hahahaha... Mana berani kenalan langsung minta nomor hape!"
"Ah cupu kowe asu!"
"Cerewet! Sini mana su!" Ucap Gatot lalu merebu hape milikku yg aku pegang.
Usai drama nomor hape, kamipun bersiap akan meninggalkan warung ini. Pas mau membayar ternyata udah dibayarin duluan sama Fara. Ah sial, baik bener si Fara. Tapi Fara mau kemana ya? Gk mungkin kalo pulang. Ah biarlah.
"Wah itu pasti gara-gara kenalan sama aku cuk dia bayarin!" Ucap Gatot pede.
"Hmm.."
Kemudian kamipun pulang karena waktu juga sudah malam. Di perjalanan Gatot nanyain tentang Fara melulu. Orangnya kayak gimana, sombong gk, udah punya pacar belum. Emang dasar jomblo!
"Ati-ati cuk, salam buat Mbak Laras sayang..." Kataku ketika diantar Gatot sampe depan rumah.
"Matamu!" Umpat Gatot lalu nyelonong pergi.
Setelah Gatot pergi akupun masuk ke rumah. Kulihat Ibu masih asik nonton tv padahal jam sudah menunjukkan pukul 23.45.
"Sampe malam le?" Tanya Ibu melihatku pulang.
"Gatot Buk milih hapenya lama..."
"Oh... Besok yo Dit kalo ada rezeki Ibu belikan hape juga..." Kata Ibuku tersenyum.
"Nggeh Buk. Santai..."
Apa kalian tau? Semua orang tua di dunia ini pasti akan memberikan yg terbaik buat anaknya. Terlebih Ibu, beliau paham betul apa yg dirasakan anaknya. Aku tau Ibu bilang mau membelikanku hape agar aku tak kecil hati melihat temannya bisa beli hape baru. Maturnuwun Buk...
"Sholat Isya dulu Dit kalo belum..." Suruh Ibu mengingatkanku.
"Oh nggeh Bu, hehe..."
Kemudian kulangkahkan kaki ini menuju kamar mandi untuk wudzu. Setelah wudzu aku pun melaksanakan kewajibanku sebagai seoarang muslim.
Spoiler for Next episodeeeeee:
Diubah oleh fthhnf 14-12-2021 23:37
njek.leh dan 6 lainnya memberi reputasi
7