Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

open.mindedAvatar border
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:


Quote:


Quote:
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 11:27
drewzzzzzzz
ima.the.cat
Yoayoayo
Yoayoayo dan 199 lainnya memberi reputasi
188
2M
5.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
open.mindedAvatar border
TS
open.minded
#4408
Accross The River of Gold
Tiga hari kemudian, tepatnya di hari jumat, sekitar jam 7.25 pagi gw dan Valli sudah tiba di Bandara Internasional Helsinki. Syukur kami hanya membawa bawaan dengan total dua ransel plus satu container khusus sebagai ‘sesembahan’ buat papah nya Valli, jadi tidak usah repot-repot menunggu bagasi turun. Di gate keluar, ada seseorang yang memegang papan yang bertuliskan Nama ‘Valerya Valli’, menandakan dia adalah orang utusan papahnya yang akan mengantar kita ke daerah bernama Ivalo, tempat. Rumah Valli berada. Dan bukan main, saat gw tanya berapa lama jarak tempuh dari Helsinki ke Ivalo, sang driver menjawab jika kita fokus pure jalan terus tanpa henti, kira kira waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 13 jam.

Kejutan demi kejutan kerap gw rasakan sejak gw sampai di finlandia ini, mulai dari mobil yang disediakan papahnya Valli yang kelewat mewah, sampai ke penyediaan berbagai akomodasi penginapan sebagai tempat ‘pit-stop’ saat waktu malam. Membuat perjalanan jadi memakan waktu sekitar dua hari.

Saat gw tanya Valli tentang fasilitas-fasilitas ini, ia hanya cengengesan ga jelas, membuat gw tambah gelisah. Gw kenal Valli sebagai wanita mandiri yang memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bergantung dengan siapapun, ia bisa menghidupi dirinya sendiri dari berbagai usaha yang ia jalankan. Tidak ada satupun tanda-tanda bahwa dia adalah wanita dalam kategori ‘tuan puteri’ yang high maintenance. Gw curiga, jangan-jangan Valli itu punya darah bangsawan Grand Duchy of Finland jaman dulu?

Akhirnya kita pun sampai di tempat tujuan pada sore hari menjelang malam. Terlihat sebuah rumah besar bertingkat dua dengan tema arsitektur yang dapat ditemui sekitar abad 15-18. Rumah besar ini dikelilingi oleh banyak pohon pinus yang sangat tinggi, namun tertata sedemikian rupa sehingga membuat aestetik rumah secara keseluruhan terlihat menjadi sangat indah. Di belakang rumah ini mengalir sungai yang sangat luas bernama sungai Ivalo, sebuah sungai yang sangat terkenal di daerah ini, sungai yang kata Valli mempunyai julukan sebagai ’River of Gold’ karena ditemukan cadangan emas di dekat sungai ini pada jaman dulu.

“Val. Keluarga kamu itu keturunan dari Grand Duchy of Finland jaman dulu ya?” tanya gw berbisik.

“Hahahahahaha. Adiii, adiii, terus kalo aku emang keturunan mereka kenapa Di?” tawa dia.

“Eh? Uhhhh. Maafkan kelancangan hamba selama ini yang mulia.” Ucap gw sambil menundukan badan layaknya menghormati seorang bangsawan jaman dulu.

“Ih apa sih?!! Ga jelas kamu! Gak koooook. Keluarga ku orang biasa. I’m Just an ordinary plebeian.” Ucap nya sambil mengedipkan mata ke gw.

“Ah mengecewakan!”

“Loh kenapa kamu jadi sewot?!” tanyanya.

“Kalo kamu punya darah grand duchy kan berarti punya klaim atas satu negara ini, nanti aku kalo nikahin kamu, aku jadi keikutan punya klaim juga, bisa ngidupin monarki Grand Duchy of Finland. Aku bakal klaim sebagai raja dan bakal ngidupi-” Ucap gw tiba tiba di toyor sama Valli.
“Lah kok aku di tempeleng?!?!”

“Kamu kebanyakan main game! Udah ayuk cepetan!”

Sang supir turut menggiring kami menuju ke rumah itu. Sebagai gambaran sang supir, ia adalah pria berumur kisaran 50 tahunan, rambutnya berwarna pirang, dan tinggi badannya sekitar 185 cm. Menurut cerita dari mulut dia sendiri, ia sudah bekerja dengan papa Valli selama 25 tahun sebagai asisten. Suara pintu kayu tua terbuka terdengar keras didepan gw, perlahan pintu itu memperlihatkan interior rumah Valli ini, perlahan juga terlihat sosok pria gagah berambut putih, mengenakan jaket kulit hitam yang melapisi kaus abu-abunya, dan jeans biru tua. Pria itu menyambut kami dengan senyum lebarnya dan membuka kedua tangannya lebar lebar ke arah kita.

“Selamat dat-“

*BRUKK*

Ucapan pria itu terpotong karena tubuhnya yang tiba tiba dipeluk oleh Valli yang langsung berlari kencang kearahnya. Valli memeluk erat papa nya, ia memendamkan kepalanya ke dada papanya tanpa mengeluarkan sepatah kata. Wajah pria itu awalnya terlihat sangat terkejut, namun setelah itu ia memejamkan matanya dengan senyuman yang sangat hangat sambil kepala Valli.

Disaat bersamaan, gw merasakan rasa sakit yang menyengat di dada gw, dan perlahan rasa menyengat itu melebar sampai ke perut gw. Gw bisa melihat ayah gw berdiri disana juga menyambut gw, namun semua itu hanyalah bayangan yang menghilang secepat dia muncul di pandangan gw. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, gw merasakan perasaan ini, gw merasa iri, dan rasa ini sangat tidak mengenakan.

“Di! Adiii!” terdengar suara Valli memecah lamunan gw.

“Hahaha. Perbuatan kekanak-kanakan mu membuat dia sangat terkejut, Valerya.”

Gw pun tersenyum mendengar percakapan mereka. Papah Valli menyodorkan tangan kanannya kedepan yang gw sambut dengan tangan kanan gw, tidak lupa gw merundukkan badan gw selayaknya budaya orang Indonesia ketika bersalaman dengan orang tua.

“So I guess you are the one?” ucapnya menatap gw.

“Yes sir. The name’s Adi. Adiansyah.”

“How was the journey?” tanya nya.

“It was very good, thanks to your accomodation sir.” Jawab gw.

“Don’t mention it, I never skimp out on my guest, especially, a very important guest. Hahahaha. Come! Come! The foods are ready.”

Bahasa inggris menjadi bahasa komunikasi antara gw dan papahnya Valli, mengingat gw tidak mengerti apa-apa tentang bahasa Finlandia. Impresi gw ke bokapnya Valli adalah dia orang yang sangat ramah, dan bisa di ajak bercanda. Namun ke ‘easy-going’ an dia tidak mengurangi aura wibawa yang ada dalam diri dia. Yang unik dari bokapnya Valli adalah cara berbicara dan suaranya, suara dia nge-bass banget, dan cara bicaranya itu sangat jelas, perlahan dan tertata. Bayangin intonasinya mirip kaya mbak-mbak/mas-mas di test listening TOEFL/IELTS.

Sebelum kami ke ruang makan yang ditunjuk bokap Valli, kami terlebih dahulu menaruh semua bawaan kami di kamar yang sudah disediakan untuk masing-masing di lantai dua. Gw sempatkan untuk mengecek setiap sudut kamar, semua furnitur yang disediakan, dan tidak lupa melihat ke arah jendela yang memanjakan gw dengan keindahan pemandangan sungai Ivalo. Gw suka kamar ini, hawanya sangat cocok dengan taste gw, bau kayu yang mengharumi ruangan ini juga member kesan klasik. Gw membayangkan diri gw seharian bermain game di pc gw dan bermalas-malasan dikasur sambil menonton film di laptop. Diotak gw pun terbesir pikiran untuk membeli tanah disebrang sungai sana, dan membuat rumah persis seperti dengan rumah ini. Setelah puas, gw langsung turun ke bawah menuju ruang makan, tidak lupa membawa sebuah container yang berisi ‘oleh-oleh’ untuk sang bokap.

“Ayo duduk! duduk! makanan sudah siap. Dan jangan ragu-ragu Adi semua makanan ini sudah saya pastika *cheff kiss* hallal” ucap bokap Valli membuat gw terkekeh.

Acara makan makan pun dimulai, dihadapan gw terpampang banyak makanan khas Finlandia. Hari ini lidah gw sangat sangat sangat sangat dimanjakan. Gw merasakan banyak rasa baru, dari sekian banyak makanan yang dihidangkan, ada dua makanan yang sangat gw suka, yaitu Lohikeito (Sup Salmon) dan Poronkarystys (Daging rusa). Man, gw rindu sambel kesayangan gw dirumah.

“Gimana rasanya?” tanya bokap Valli

Gw jawab dengan sebuah acungan jempol, sambil menyeruput Lohikeito.

“Sepertinya kamu suka sekali dengan Lohikeito. Mau tambah lagi?”

“Tidak. Terima kasih pak. Saya rasa ini sudah cukup. Perut saya sudah mulai kerasa full.” Jawab gw.

“Bohong Pah! Adi lagi stay cool aja itu. Biasanya makan ayam KFC satu ember!” ucap Valli menyambar aja.

Gw tendang betis dia, ngasih kode agar jangan ember.

“Aduh! Apasih Adi! Nendang nendang gajelas.” teriak Valli sengaja.

“Shuusssh” bisik gw ke Valli agar dia diem.

Gw alihkan pandangan gw ke arah sang Bokap yang terdiam melihat kelakuan dua orang dewasa yang berperilaku seperti anak kecil ini. Gw langsung memasang cengiran monyet untuk meminta pengertian, yang membuat dia sadar dari lamunannya lalu disusul dengan tawa yang sangat renyah. Yang gantian membuat kami terdiam.

“Hahahahahahahahahahahahahaha”

“Di. Papahku rusak kayaknya.” Ucap Valli

“Kamu juga rusak kok Val, jadi cocok lah.” Jawab gw sekenanya.

“APA KAMU BILANG?!” disusul dengan keplakan ke kepala gw.

“Lah kok kepalaku dipukul?”

“Nyebelin kamu!!”

“Hahahahahahahahahahahahahaha” tawa sang Bokap tidak berhenti-berhenti.

“Ngomong-ngomong yang didalem kontainer itu apa sih Di? Kamu ga mau ngasih tau aku dari kemarin.” Tanya Valli

“Oh! OH! Saya juga penasaran” tambah Bokapnya Valli.

“Oh iya! Hampir lupa. Hehehe. Ini adalah oleh oleh dari saya pak.”

Gw langsung menyingkirkan piring dan mangkok kosong yang ada di depan gw lalu menarik kontainer itu ke hadapan gw. Perlahan gw membuka kunci kunci kontainer yang agak ribet ini sehingga satu persatu layer yang ada di kontainer ini terbuka. Terlihat wajah mereka yang penasaran akan apa yang ada dalam kontainer ini.

“Hm? Apa itu Di?” tanya Valli.

“Hmm. Saya mencium bau daging sapi dan rempah.” Ucap Bokapnya Valli.

“Ini adalah rendang. Makanan khas kampung saya. Dan ini saya datangkan langsung dari Kampung saya.”

“Makanan eh? Ga berubah rasanya? Kan kamu sudah berhari hari di perjalanan dari kemari” tanya sang Bokap.

“Itulah kenapa kontainer ini sangat besar. Ini menjaga kesegaran masakan yang ada di dalamnya.”

“Hmm?! Wow!! Masih ada asapnya!! Seperti baru dimasak kemarin!!” ujarnya histeris.
“Biarkan saya coba!”

“Aku juga!” ikut Valli.

Lalu kedua bapak dan anak ini langsung menyantap daging rendang yang gw bawa ini. Tidak ada komentar-komentar yang terdengar saat mereka memakan rendang tersebut. Hanya suara ‘hmm’ dan suara kunyahan yang terdengar. Sampai gw sadar, kalau rendang yang terpampang disana sudah sirna, tidak tersisa sedikitpun, termasuk bumbunya. Lalu terdengarlah suara sendawa yang berasal dari Bokap Valli.

“Ahh. Good Stuff. Good Stuff.” ucap sang Bokap.

“Mmhmm” tambah Valli memngukuhkan pujian Papahnya sambil membersihkan mulutnya dengan lap.

Malam kami habiskan dengan obrolan dan candaan. Malm itu kita habiskan dengan penuh tawa. Dan malam itu pun berakhir dengan cepat karena kami berdua sangat lelah karena sudah beberapa hari berkelana dengan mobil.


noejbr
kkaze22
sormin180
sormin180 dan 33 lainnya memberi reputasi
34
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.