SarangheaAvatar border
TS
Saranghea
Citra Pedagang Yang Di Rusak Sinetron.
Hallo agan dan aganwati yang kencing berlari emoticon-Betty

Alkisah ada pedagang sayur jujur dan tampan lagi muda, baru mulai berdagang sayur sehari dua hari udah rame, eh lalu ketiban sial, gerobaknya di jailin saingan sebelah yang kejam durjana lagi jelek rupanya emoticon-Leh Uga


Sebut saja mas Aloksander, mas Alok berdagang sayur, hidup susah, terlilit hutang. Hidup dirumah beratap jerami berdinding triplek. Setiap hari kena jail oleh pedagang lain. Tapi miskin-miskin gini, ia punya istri cantik jelita yang siap pindah suami kapan saja emoticon-Leh Uga

Itulah sepenggal cerita yang ada disalah satu sinetron televisi di Indonesia. Tak bosan-bosan mereka mengulang cerita dengan tema yang sama, orang susah yang di jahilin sesama orang susah lainnya. Atau ada orang kaya yang sirik sama orang susah. Namun ya sebagai anak seorang pedagang, kadang saya ada kesalnya juga, seolah-olah pedagang itu identik dengan hutang, hidup susah merana kecewa galau gulanda emoticon-Betty


Ibu saya berjualan pecal (mirip-mirip dengan gado-gado atau ketoprak). Memang kerja nya capek, harus bangun jam 4 pagi siap-siap jualan pagi-pagi. Kadang ya dagangan gak habis bawa pulang taro kulkas biar bisa dipanasin lagi untuk esok hari. Ada juga bahan-bahan yang langsung basi seperti sayur pucuk ubi dan kol yang gak bisa ditaro dikulkas dan terpaksa dibuang atau dimakan sendiri. Tapi meski kerja gini-gini, ibu saya penghasilannya keuntungan bisa 5-10jt sebulan loh, bulan puasa bisa 2x lipat. Udah sukses kuliahin 2 orang anaknya sarjana. Dan sedang menunggu panggilan ibadah haji (gara-gara corona menyerang jadi di undur).

Ada juga ibu penjual tempe di sebelah jualan ibu saya, yang juga sukses mensarjanakan semua anaknya (ada 1 yg pns, itu ibu pasti bangga emoticon-Leh Uga). Komplek di rumah ibu saya semuanya rata-rata pedagang dan petani, tak ada satupun rumah mereka berdinding papan, semua sudah punya rumah yang layak dengan status rumah kepemilikan sendiri.

Jika dilihat-lihat, anak kecil tidak ada yang bercita-cita jadi pedagang. Semua ingin kerja kantoran. Mereka beranggapan kerja kantoran memiliki gaji yang lebih tinggi dari pada penghasilan pedagang. Ya memang sih kalau kalian bisa menyentuh bagian manager atau kepala cabang. Tapi menembus itu butuh 5-10 tahun mengabdi, itupun kalau cepat naik jabatannya. Bahkan beberapa orang mentok di karyawan meski udah berpuluh tahun. Terkadang juga kasihan dengan teman-teman sarjana s1 di gaji dibawah UMP.

Tak salah sih, kita selalu di didik untuk menjadi karyawan. Sinetron menunjukan orang-orang kaya itu orang yang berdasi dan ber-jas (Seumur-umur saya belum pernah lihat orang kerja setiap hari pakai jas, kecuali MLM emoticon-Betty). Dan orang susah biasa nya petani dan pedagang. Pekerjaan kasar sering dianggap remeh. Bahkan tukang bangunan di sinetron sering terlibat kejahatan.

Sejauh yang saya kenal sampai saat ini, gak ada tuh pedagang yang kurang ajar atau jahilin pedagang lain. Semua pedagang bahkan saling bantu membantu kalau lagi kesulitan. Coba kita pikir-pikir, apakah kita mendengar berita pedagang bacok pedagang lain karena saingan dagang? atau pedagang membakar toko orang? atau seorang pedagang yang meracuni makanan pedagang lain? Pedagang cekcok dengan satpoll PP sih yang sering.


Mungkin sutradara ini salah anggap preman pasar sebagai pedagang. Memang kalo bicara preman pasar, setiap pasar itu ada. Dan memang sengaja menagih uang keamanan tiap bulan. Namun walaupun mereka preman, tapi mereka biasanya tetap tanggung jawab menjaga lapak dagangan di pasar, asal uang bulanan lancar (ditempat saya hanya 10rb perbulan).

Harapan nya sih pak sutradara-sutradara sinetron (khususnya untuk yang ahli sinetron azab), lebih kreatif lagi menggarap sinetron dan jangan selalu membuat image pedagang jelek dimata masyarakat umum. (Perbanyak azab tentang korupsi tuh ). Dan juga gak semua pedagang itu hidup susah, dan belum tentu kerja kantoran itu lebih baik hidupnya dari pedagang. Sutradara sinetron mainnya kurang jauh.


pakisal212
penyembahkubus
screamo37
screamo37 dan 36 lainnya memberi reputasi
29
7.7K
115
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Tampilkan semua post
junoonAvatar border
junoon
#50
Pedagang ya ada juga yang matiin saingan, entah pake bekingan aparat, atau pake pelet atau gimana. Walaupun gak banyak, tapi ada. Cuma kalo pedagangnya orang2 polos seperti yang diceritakan TS itu ya mungkin enggak.

Sekarang terutama sejak pandemi makin banyak yang jualan online lewat Shopee, Tokopedia, dll. Dan ada aja triknya buat matiin saingan. Entah pake fake order, bom COD, bintang satu / komplain palsu.

Yang dagang offline, dagang dengan cara culas pun banyak, ya kita udah tau lah yang viral2 kayak Warung Bu Anny, lesehan Malioboro, warkop Puncak yang gak cantumin harga tiba2 nyekik pembeli dengan harga yang mahal.

Tukang ojek juga takut kalah saing dengan ojol akhirnya larang2 ojol masuk daerah kekuasaan mereka. Sebelum ada ojol dan taksol, duluuu banget di beberapa kota di luar Jawa, supir2 taksi yang pake argo tembak pada kepanasan begitu Blue Bird masuk dan mereka serang tuh taksi2 Blue Bird. Bus kota Trans Metro Pekanbaru dan Trans Metro Bandung juga berapa kali dilemparin batu sama supir2 angkot yang takut tersaingi.

Dan kalian tau kenapa Indomaret dan Alfamart gak boleh masuk Sumbar?? Bukan karena pemprovnya mendukung usaha kecil, tapi karena takut 2 jaringan minimarket lokal di sana yaitu Halalmart dan Singgalang Mart tersaingi. Apalagi katanya jaringan minimarket ini ada yang punya gubernur, ada juga yang punya si Basko, ini penguasa Padang yang sudah berhasil menjegal mall, bioskop, dan rumah sakit swasta nasional masuk Padang.

Yang begini sebenarnya bisa dibikin sinetron, cuma mungkin produser sinetron belum kepikiran sampe ke sana.

Lalu soal pedagang yang dianggap kelas rendah dibanding pegawai kantoran, ini sebenarnya mindset Belanda. Mindset Belanda ini masih kuat terutama di daerah2 yang lama dipengaruhi Belanda seperti misalnya di Ambon dan Manado. Bahwa menurut mindset Belanda ini, yang namanya kerja itu harus di kantor, jadi pegawai. Atau jadi tentara, polisi, guru, pendeta. Kalau pedagang itu bukan kerja. Petani juga bukan kerja. Penyanyi, seniman juga bukan kerja. Gak heran kalau ada orang yang sudah lama berdagang dan hidup berkecukupan jadi pedagang, tiba2 dia tinggalkan dagangannya karena dapat tawaran jadi pegawai di kantor pemerintah. Dan gak heran kalau orang2 merantau cari kerjaan kesana kemari supaya mereka "kerja", karena menurut mereka berdagang itu gak kerja.

Mindset seperti ini juga ada di kampung saya, di Tanah Batak. Anak2 sudah ditanamkan mindset bahwa mereka harus sekolah setinggi mungkin dan jadi "orang besar". Sekelas pedagang pasar itu ya gimana ya, bagi mereka tidak sepadan dengan titel S1 dan S2 yang untuk meraih titel itu para orang tua membanting tulang dan menjual ini itu.
Diubah oleh junoon 14-12-2021 05:37
10mountainflat
Saranghea
Rinka17
Rinka17 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.