- Beranda
- Stories from the Heart
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
...
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
congyang.jus
#641
Part 79 - I'm Home
Ada tangan yang menggerak-gerakkan kaki gua ketika tidur siang di rumah eyang.
Bukan tidur siang sih, latihan mati tepatnya. Karena jadwal utama gua di hari libur adalah molor sampai siang, salah satu hal yang ngga bisa gua ketika di rumah Mamah. Karena gua ngga enak hati jika bermalas-malasan di sana😁
"Mas, bangun" kata Zahra ketika gua membuka mata
Dalam kondisi setengah sadar, gua bertanya ke diri sendiri "gua di mana sih? Kok ada Zahra di sini?"
"Papah Mamah mu ke sini" ucap Zahra, menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam benak gua
Gua duduk di tepi tempat tidur sembari menduga-duga, ada kepentingan apa sampai Mamah Papah ke sini?
"Atau jangan-jangan, gua 'benar-benar' bakal dipulangkan ke eyang?" Pikir gua dalam hati
Gua menepuk jidat, segera berlari ke arah ruang tamu, mengintip dari balik tirai yang membatasi pandangan dari ruang tamu ke dalam rumah.
Dari balik tirai, gua melihat Papah, Mamah, dan kedua eyang gua saling berbincang. Ada juga Dini yang berada di gendongan Mamah
Tiba-tiba Zahra menarik pundak gua, menyarankan agar gua mandi terlebih dahulu.
Benar juga ucapan Zahra, ga baik rasanya jika bergabung ke pertemuan keluarga dengan tampilan kusut.
Setelah mandi dan berganti pakaian, gua bergabung ke ruang tamu.
Suasana sempat hening sebentar saat gua muncul.
Gua bersiap untuk kemungkinan terburuk saat itu.
Namun ternyata Mamah Papah masih memaafkan gua. Mereka hanya meminta gua untuk menjelaskan apa yang sudah gua lakukan.
Gua pun menceritakan kronologi yang menyebabkan Mamah sampai puasa bicara ke gua.
Tentang balapan yang semata-mata karena gengsi, bukan lagi karena uang. Lalu tentang tembakau aceh yang gua jadikan pelarian dikala patah hati.
"Ja, Papah tau kamu cuma mau ngasih makan ego, kamu nyari pelampiasan. Tapi mbok ya milih-milih. Masih banyak kegiatan lain yang seru, yang ngga bahaya buat kamu" kata papah setelah gua selesai cerita
"..." Gua hanya terdiam mengakui bahwa gua salah
"Besok pulang ke rumah ya? Temenin mamah lagi di rumah" pinta Mamah, sekaligus kalimat pertama mamah setelah sekian lama diam seribu bahasa ke gua
Gua menatap kedua eyang gua, mereka membuka kedua tangan ke arah gua, seperti sebuah isyarat "terserah kamu maunya gimana"
Gua menghela nafas panjang "ngga mah, pah, maaf. Raja di sini aja, malu udah bikin kalian kecewa"
Tiba-tiba Zahra muncul dari balik tirai ruang tengah, ia terkejut atas jawaban gua "yaaaaaah"
Beberapa saat ia berdiri mematung di sana, lalu membujuk gua untuk kembali ke rumah Mamah "kalo Mas Raja ga balik, aku ngga ada barengan buat berangkat-pulang sekolah"
"Nanti aku jemput" balas gua
"Ngga mauu" ia merengek
--
"Yaudah ja, kalo kamu mau di sini (rumah eyang) aja ngga apa-apa. Tapi rumah Papah Mamah bakal selalu ke buka buat Kamu"
"..."
"Kamu bisa balik ke sana kapan aja" lanjut Papah
Mamah, Papah, Zahra dan Dini kemudian berpamitan pulang.
Zahra masih merengek, meminta gua agar ikut kembali ke sana (rumah Mamah Papah).
Hanya saja, gua sudah terlanjur ngga enak hati.
Saat memasuki mobil, Zahra menenteng sebuah tas besar. Entah apa yang ada di dalamnya
"Mungkin tadi sekalian ambil laundry" pikir gua dalam hati
Perlahan, mobil yang mereka tumpangi menghilang tertutup padatnya rumah-rumah.
Yangti dan Yangkung berjalan masuk ke rumah, meninggalkan gua yang masih berdiri mematung di teras.
Samar-samar gua mendengar Yangkung menggumam "kowe ning kene yo nopo ja?, mbah mu iki wis rak kober ngurusi kowe (Kamu di sini juga ngapain ja? Mbah mu ini udah ngga sempet ngurusin kamu)"
Jujur gua akui, usia kedua eyang gua udah terlalu tua buat ngurusin bocah remaja kayak gua.
Jadi, hari-hari gua ngga pernah ada larangan-larangan seperti remaja lainnya. Kedua eyang gua hanya membekali gua dengan nasehat-nasehat bahwa 'oh kayak gini tuh baik, kayak gini tuh buruk'. Selebihnya, semua pilihan tergantung gua.
"Toh kamu udah gede, udah tau mana yang buruk, mana yang baik. Ngga perlu di gandeng mulu" begitu kata eyang gua
HP yang berada di saku celana tiba-tiba bergetar. Gua check notifikasi, ternyata dari Zahra.
Ia mengirim pesan "Baju sama barang-barang kamu aku bawa semua, ngga mau tau pokoknya harus balik ke rumah sini"
Gua langsung berlari ke kamar, lemari pakaian gua setengah kosong, hanya meninggalkan pakaian-pakaian lusuh yang biasa gua pakai kalau lagi di rumah aja.
Seragam-seragam sekolah gua juga ngga ada.
Ternyata, daritadi Zahra mengemas secara paksa barang-barang gua disaat kami semua sedang rapat.
"Ntar malem tidur sini ya?" Zahra mengirim pesan singkat lagi ke gua
Malamnya, gua langsung pamitan ke eyang, dan kembali ke rumah.
Papah, Mamah, dan Zahra sedang makan malam saat gua tiba. Kedatangan gua disambut meriah.
Jelas raut wajah yang berbeda ditampilkan oleh Mamah
"Yeeeay! Mas Raja mau tidur sini lagi" Zahra bersemangat
Gua berantakin poninya "barang-barang ku kamu sandra!" Lalu membanting pantat ke kursi di meja makan
Papah tertawa kecil melihat perilaku Zahra
--
Cuaca pagi hari sangat tidak mendukung ketika gua bangun tidur, hujan malah turun ketika gua selesai sarapan
"Kalian pakai mobil aja, mamah ngga ada kelas" saran Mamah
Mendengar bahwa Mamah ngga ada jadwal berangkat ke kampus, gua langsung memanaskan mesin mobil.
Beberapa hari yang lalu, waktu cuti hamil milik mamah sudah habis. Jadi Mamah sudah mulai menjalani aktivitasnya sebagai dosen.
Hanya tinggal beberapa Mahasiswa lagi yang masih menjadi tanggungan Mamah untuk membimbing mereka skripsian. Setelah mereka semua lulus, Mamah berencana akan berhenti berkarir dan full menjadi ibu rumah tangga.
Selama Mamah mengajar di kampus, Dini dititipkan ke salah satu tetangga kami. Kemudian akan dijemput oleh Mamah sepulang dari kampus. Atau, sepulang sekolah Zahra yang akan menjemput Dini jika Mamah harus berada di kampus agak lama.
Gua melihat jam di HP, menunjukkan waktu jam enam kurang, masih terlalu pagi untuk berangkat.
Zahra yang juga sudah siap menghampiri gua di teras "masih kepagian"
Gua mengangguk, sependapat dengannya
"Aku buatin kopi ya? Mau ngga?" Zahra menawarkan
Bukan tidur siang sih, latihan mati tepatnya. Karena jadwal utama gua di hari libur adalah molor sampai siang, salah satu hal yang ngga bisa gua ketika di rumah Mamah. Karena gua ngga enak hati jika bermalas-malasan di sana😁
"Mas, bangun" kata Zahra ketika gua membuka mata
Dalam kondisi setengah sadar, gua bertanya ke diri sendiri "gua di mana sih? Kok ada Zahra di sini?"
"Papah Mamah mu ke sini" ucap Zahra, menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam benak gua
Gua duduk di tepi tempat tidur sembari menduga-duga, ada kepentingan apa sampai Mamah Papah ke sini?
"Atau jangan-jangan, gua 'benar-benar' bakal dipulangkan ke eyang?" Pikir gua dalam hati
Gua menepuk jidat, segera berlari ke arah ruang tamu, mengintip dari balik tirai yang membatasi pandangan dari ruang tamu ke dalam rumah.
Dari balik tirai, gua melihat Papah, Mamah, dan kedua eyang gua saling berbincang. Ada juga Dini yang berada di gendongan Mamah
Tiba-tiba Zahra menarik pundak gua, menyarankan agar gua mandi terlebih dahulu.
Benar juga ucapan Zahra, ga baik rasanya jika bergabung ke pertemuan keluarga dengan tampilan kusut.
Setelah mandi dan berganti pakaian, gua bergabung ke ruang tamu.
Suasana sempat hening sebentar saat gua muncul.
Gua bersiap untuk kemungkinan terburuk saat itu.
Namun ternyata Mamah Papah masih memaafkan gua. Mereka hanya meminta gua untuk menjelaskan apa yang sudah gua lakukan.
Gua pun menceritakan kronologi yang menyebabkan Mamah sampai puasa bicara ke gua.
Tentang balapan yang semata-mata karena gengsi, bukan lagi karena uang. Lalu tentang tembakau aceh yang gua jadikan pelarian dikala patah hati.
"Ja, Papah tau kamu cuma mau ngasih makan ego, kamu nyari pelampiasan. Tapi mbok ya milih-milih. Masih banyak kegiatan lain yang seru, yang ngga bahaya buat kamu" kata papah setelah gua selesai cerita
"..." Gua hanya terdiam mengakui bahwa gua salah
"Besok pulang ke rumah ya? Temenin mamah lagi di rumah" pinta Mamah, sekaligus kalimat pertama mamah setelah sekian lama diam seribu bahasa ke gua
Gua menatap kedua eyang gua, mereka membuka kedua tangan ke arah gua, seperti sebuah isyarat "terserah kamu maunya gimana"
Gua menghela nafas panjang "ngga mah, pah, maaf. Raja di sini aja, malu udah bikin kalian kecewa"
Tiba-tiba Zahra muncul dari balik tirai ruang tengah, ia terkejut atas jawaban gua "yaaaaaah"
Beberapa saat ia berdiri mematung di sana, lalu membujuk gua untuk kembali ke rumah Mamah "kalo Mas Raja ga balik, aku ngga ada barengan buat berangkat-pulang sekolah"
"Nanti aku jemput" balas gua
"Ngga mauu" ia merengek
--
"Yaudah ja, kalo kamu mau di sini (rumah eyang) aja ngga apa-apa. Tapi rumah Papah Mamah bakal selalu ke buka buat Kamu"
"..."
"Kamu bisa balik ke sana kapan aja" lanjut Papah
Mamah, Papah, Zahra dan Dini kemudian berpamitan pulang.
Zahra masih merengek, meminta gua agar ikut kembali ke sana (rumah Mamah Papah).
Hanya saja, gua sudah terlanjur ngga enak hati.
Saat memasuki mobil, Zahra menenteng sebuah tas besar. Entah apa yang ada di dalamnya
"Mungkin tadi sekalian ambil laundry" pikir gua dalam hati
Perlahan, mobil yang mereka tumpangi menghilang tertutup padatnya rumah-rumah.
Yangti dan Yangkung berjalan masuk ke rumah, meninggalkan gua yang masih berdiri mematung di teras.
Samar-samar gua mendengar Yangkung menggumam "kowe ning kene yo nopo ja?, mbah mu iki wis rak kober ngurusi kowe (Kamu di sini juga ngapain ja? Mbah mu ini udah ngga sempet ngurusin kamu)"
Jujur gua akui, usia kedua eyang gua udah terlalu tua buat ngurusin bocah remaja kayak gua.
Jadi, hari-hari gua ngga pernah ada larangan-larangan seperti remaja lainnya. Kedua eyang gua hanya membekali gua dengan nasehat-nasehat bahwa 'oh kayak gini tuh baik, kayak gini tuh buruk'. Selebihnya, semua pilihan tergantung gua.
"Toh kamu udah gede, udah tau mana yang buruk, mana yang baik. Ngga perlu di gandeng mulu" begitu kata eyang gua
HP yang berada di saku celana tiba-tiba bergetar. Gua check notifikasi, ternyata dari Zahra.
Ia mengirim pesan "Baju sama barang-barang kamu aku bawa semua, ngga mau tau pokoknya harus balik ke rumah sini"
Gua langsung berlari ke kamar, lemari pakaian gua setengah kosong, hanya meninggalkan pakaian-pakaian lusuh yang biasa gua pakai kalau lagi di rumah aja.
Seragam-seragam sekolah gua juga ngga ada.
Ternyata, daritadi Zahra mengemas secara paksa barang-barang gua disaat kami semua sedang rapat.
"Ntar malem tidur sini ya?" Zahra mengirim pesan singkat lagi ke gua
Malamnya, gua langsung pamitan ke eyang, dan kembali ke rumah.
Papah, Mamah, dan Zahra sedang makan malam saat gua tiba. Kedatangan gua disambut meriah.
Jelas raut wajah yang berbeda ditampilkan oleh Mamah
"Yeeeay! Mas Raja mau tidur sini lagi" Zahra bersemangat
Gua berantakin poninya "barang-barang ku kamu sandra!" Lalu membanting pantat ke kursi di meja makan
Papah tertawa kecil melihat perilaku Zahra
--
Cuaca pagi hari sangat tidak mendukung ketika gua bangun tidur, hujan malah turun ketika gua selesai sarapan
"Kalian pakai mobil aja, mamah ngga ada kelas" saran Mamah
Mendengar bahwa Mamah ngga ada jadwal berangkat ke kampus, gua langsung memanaskan mesin mobil.
Beberapa hari yang lalu, waktu cuti hamil milik mamah sudah habis. Jadi Mamah sudah mulai menjalani aktivitasnya sebagai dosen.
Hanya tinggal beberapa Mahasiswa lagi yang masih menjadi tanggungan Mamah untuk membimbing mereka skripsian. Setelah mereka semua lulus, Mamah berencana akan berhenti berkarir dan full menjadi ibu rumah tangga.
Selama Mamah mengajar di kampus, Dini dititipkan ke salah satu tetangga kami. Kemudian akan dijemput oleh Mamah sepulang dari kampus. Atau, sepulang sekolah Zahra yang akan menjemput Dini jika Mamah harus berada di kampus agak lama.
Gua melihat jam di HP, menunjukkan waktu jam enam kurang, masih terlalu pagi untuk berangkat.
Zahra yang juga sudah siap menghampiri gua di teras "masih kepagian"
Gua mengangguk, sependapat dengannya
"Aku buatin kopi ya? Mau ngga?" Zahra menawarkan
Diubah oleh congyang.jus 13-12-2021 23:28
mirzazmee dan 13 lainnya memberi reputasi
14