- Beranda
- Stories from the Heart
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
...
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
congyang.jus
#640
Part 78 - Just a Friend to You
"gua jemput jam berapa nih?" Tanya gua ke Revi
"Berangkat aja sekarang, ntar lu ngobrol-ngobrol dulu ama bokap gua" kata dia yang dilanjutkan dengan tawa terkekeh
Daripada harus menunggu revi yang sedang bersiap di rumahnya, yang berujung pada obrolan dengan pak galak, gua lebih memilih menunggu kabar dari revi ketika sudah siap. Sehingga ketika gua sampai di sana, kami berdua bisa langsung pergi.
Bukannya takut atau gimana, cuma males aja, muka gua ditandain kayak bocah yang harus diwaspadai.
Gua membakar sebatang rokok yang habis sekitar 15 menit, perjalan ke rumah Revi 20 menit. Gua rasa waktu 25 menit cukup untuk Revi bersiap.
Waktu berikutnya, gua sudah sampai di depan rumahnya. Revi langsung keluar menyambut ketika mendengar suara motor gua.
Disusul pak galak yang muncul dari dalam rumah.
Gua membatin "Aduuuuh"
"Meh ning ndi le? (Mau kemana nak?)" Tanya bapaknya Revi ketika gua mencium tangannya
"Anu pak, jalan-jalan" jawab gua sedikit terbata
Setelah sedikit perdebatan, kami berdua akhirnya mendapatkan izin untuk hangout.
Setelah malam gua pertama bertemu dengan Revi, intensitas pertemuan kami berdua semakin besar. Terkadang, kami menyempatkan untuk jalan saat sore hari sepulang sekolah, di sabtu minggu ketika libur, dan di waktu-waktu tertentu lainnya.
Orang tua revi pun sudah menganggap kalau kami berdua adalah sepasang kekasih.
Soal pak galak, ia sudah sedikit akrab dengan gua berkat motor bututnya.
Ya, gua bisa sedikit mengambil hatinya lewat motor GL-Pro tua miliknya. Obrolan-obrolan tentang motor tua mampu membuat gua bisa sedikit akrab dengannya.
Meskipun, masih saja dia bersikap curiga ke gua.
Pernah satu kali, ia menantang gua main catur sebagai persyaratan untuk mengajak Revi keluar.
Gua yang sedikit menyerap ilmu bermain catur dari bapak-bapak pos ronda, butuh waktu 20 menit sebelum akhirnya bisa membawa Revi keluar dengan dada sedikit membusung
"Gua bingung mau ke mana deh" ucap gua saat kami berdua keluar dari gang rumahnya
"Gua pengen nonton sih" kata dia
Sekejap waktu, kami tiba di salah satu mall yang berada di jalan pemuda.
Revi mengajak gua untuk nongkrong dulu di salah satu foodcourt, setelah mencetak tiket. Setidaknya ada waktu hampir 30 menit sebelum studio dibuka.
Gua memandangi Revi yang asik menyeruput float miliknya.
Sebenarnya gua nyaman jalan berdua sama Revi. Pembawaannya asik, dia yang cerewet bisa mengisi kekosongan gua yang terlalu irit ngomong.
Hanya saja, gua nggak merasakan adanya ketertarikan secara romansa. Ngga ada kesenangan secara berlebih sehabis pergi berdua dengannya, ngga ada salting-saltingan saat bercanda soal perasaan.
Atau mungkin belum waktunya(?)
Revi mulai sadar kalau diperhatikan "apa lu ngeliatin gua mulu, gua cakep banget ya?" Kata dia dengan pedenya, dibarengi dengan berpose sok imuut
"Pede lu, noh pipi lu cemong kena cream" gua mengalihkan topik. Revi langsung meraba-raba pipi menggunakan punggung tangannya
Ia tak melihat ada noda cream di punggung tangannya "boong lu"
Beberapa saat kami berdua terdiam, menikmati minuman masing-masing.
Gua membuka lagi obrolan "Rev, gua mau tanya dong"
"Apa? Lu mau nembak gua yah?" Lagi-lagi sikap overpede nya muncul
"Geer amat jadi orang" kata gua sambil menarik hidungnya, yang kemudian dibalas dengan cubitan-cubitan di tangan gua.
"Dicubit beneran.." gua mengaduh sembari mengusap-usap tangan
"Hehe.. mau tanya apaan? Buruan!" Revi menghardik
"Menurut lu, gua orangnya gimana?" Tanya gua
"Ya gitu lah.."
"Ya gitu lah gimana? Yang niat lah jawabnya.."
"Ya gitu, emang ngapa sih?" Tanya dia balik
"Lu nganggep gua apa?" Gua melempar balik pertanyaan
"Kok gua yang ditanya gitu, harusnya kan gua yang tanya gituan" protes Revi
Gua ngga mau kalah "tinggal jawab susah amat, katanya kesetaraan gender, gimana sih"
Revi akhirnya mengalah "Apa ya, sebenernya gua suka ama lu, apa lagi lu udah bisa ngambil hati bokap gua. Tapi lu ngga peka, males gua pacaran ama orang yang ngga peka.."
"Jadi?.."
"Sorry kalo lu udah ada rasa ke gua, tapi gua ngga bisa pacaran sama lu. Gua ngerasa kalo kayaknya kita lebih asik kayak gini aja, setidaknya sampai nanti kita nemuin pendamping masing-masing"
Gua menepuk jidat "buset, gua ngga nembak loh, udah ditolak"
Ia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi gua. Tak henti-hentinya Revi ngecengin gua.
Gua menghindari ejekan Revi dengan mengajaknya pergi ke studio.
Kami berjalan beriringan, kemudian ia berkata "ntar ya, kalo lu jalan ama cewek yang lu taksir, pas jalan kayak gini tuh dirangkul, paling ngga digandeng lah. Jangan jalan sendiri-sendiri kayak lagi ngambekan"
"Harus gitu ya?"
"Terus, kalo lu jalan ama mantan-mantan lu itu emangnya gimana?"
Gua menjawab "Biasanya dia yang nggelendot ke gua sih"
Yang kemudian dibalas dengan makian-makian oleh Revi.
"Coba lu rada peka sama punya inisiatif dikit, mungkin gua udah jatuh hati ke lu, ja" katanya
Dengan ketiadaan ketertarikan perasaan dari Revi, gua sedikit lega. Setidaknya gua nggak akan di cap sebagai PHP jika suatu nanti gua nggak menjadikannya pacar.
Gua juga masih bingung dengan perasaan gua ke Revi.
Sepanjang film diputar, gua sama sekali ngga menikmati film. Pikiran gua terbagi ke Revi.
Dan Revi pun menyadari itu. Setelah film selesai, dan kami berjalan pulang, ia mengucap "udah, ngga usah bingung soal perasaan lu. Gua tau kalo kita ini cuma ngisi kekosongan doang"
"..."
"Kalo lu beneran jatuh hati ke gua, harusnya udah dari dulu lu milih gua daripada mantan lu" ia mengungkit kejadian disaat gua lebih memilih Diana daripada dia
"Berangkat aja sekarang, ntar lu ngobrol-ngobrol dulu ama bokap gua" kata dia yang dilanjutkan dengan tawa terkekeh
Daripada harus menunggu revi yang sedang bersiap di rumahnya, yang berujung pada obrolan dengan pak galak, gua lebih memilih menunggu kabar dari revi ketika sudah siap. Sehingga ketika gua sampai di sana, kami berdua bisa langsung pergi.
Bukannya takut atau gimana, cuma males aja, muka gua ditandain kayak bocah yang harus diwaspadai.
Gua membakar sebatang rokok yang habis sekitar 15 menit, perjalan ke rumah Revi 20 menit. Gua rasa waktu 25 menit cukup untuk Revi bersiap.
Waktu berikutnya, gua sudah sampai di depan rumahnya. Revi langsung keluar menyambut ketika mendengar suara motor gua.
Disusul pak galak yang muncul dari dalam rumah.
Gua membatin "Aduuuuh"
"Meh ning ndi le? (Mau kemana nak?)" Tanya bapaknya Revi ketika gua mencium tangannya
"Anu pak, jalan-jalan" jawab gua sedikit terbata
Setelah sedikit perdebatan, kami berdua akhirnya mendapatkan izin untuk hangout.
Setelah malam gua pertama bertemu dengan Revi, intensitas pertemuan kami berdua semakin besar. Terkadang, kami menyempatkan untuk jalan saat sore hari sepulang sekolah, di sabtu minggu ketika libur, dan di waktu-waktu tertentu lainnya.
Orang tua revi pun sudah menganggap kalau kami berdua adalah sepasang kekasih.
Soal pak galak, ia sudah sedikit akrab dengan gua berkat motor bututnya.
Ya, gua bisa sedikit mengambil hatinya lewat motor GL-Pro tua miliknya. Obrolan-obrolan tentang motor tua mampu membuat gua bisa sedikit akrab dengannya.
Meskipun, masih saja dia bersikap curiga ke gua.
Pernah satu kali, ia menantang gua main catur sebagai persyaratan untuk mengajak Revi keluar.
Gua yang sedikit menyerap ilmu bermain catur dari bapak-bapak pos ronda, butuh waktu 20 menit sebelum akhirnya bisa membawa Revi keluar dengan dada sedikit membusung

"Gua bingung mau ke mana deh" ucap gua saat kami berdua keluar dari gang rumahnya
"Gua pengen nonton sih" kata dia
Sekejap waktu, kami tiba di salah satu mall yang berada di jalan pemuda.
Revi mengajak gua untuk nongkrong dulu di salah satu foodcourt, setelah mencetak tiket. Setidaknya ada waktu hampir 30 menit sebelum studio dibuka.
Gua memandangi Revi yang asik menyeruput float miliknya.
Sebenarnya gua nyaman jalan berdua sama Revi. Pembawaannya asik, dia yang cerewet bisa mengisi kekosongan gua yang terlalu irit ngomong.
Hanya saja, gua nggak merasakan adanya ketertarikan secara romansa. Ngga ada kesenangan secara berlebih sehabis pergi berdua dengannya, ngga ada salting-saltingan saat bercanda soal perasaan.
Atau mungkin belum waktunya(?)
Revi mulai sadar kalau diperhatikan "apa lu ngeliatin gua mulu, gua cakep banget ya?" Kata dia dengan pedenya, dibarengi dengan berpose sok imuut
"Pede lu, noh pipi lu cemong kena cream" gua mengalihkan topik. Revi langsung meraba-raba pipi menggunakan punggung tangannya
Ia tak melihat ada noda cream di punggung tangannya "boong lu"
Beberapa saat kami berdua terdiam, menikmati minuman masing-masing.
Gua membuka lagi obrolan "Rev, gua mau tanya dong"
"Apa? Lu mau nembak gua yah?" Lagi-lagi sikap overpede nya muncul
"Geer amat jadi orang" kata gua sambil menarik hidungnya, yang kemudian dibalas dengan cubitan-cubitan di tangan gua.
"Dicubit beneran.." gua mengaduh sembari mengusap-usap tangan
"Hehe.. mau tanya apaan? Buruan!" Revi menghardik
"Menurut lu, gua orangnya gimana?" Tanya gua
"Ya gitu lah.."
"Ya gitu lah gimana? Yang niat lah jawabnya.."
"Ya gitu, emang ngapa sih?" Tanya dia balik
"Lu nganggep gua apa?" Gua melempar balik pertanyaan
"Kok gua yang ditanya gitu, harusnya kan gua yang tanya gituan" protes Revi
Gua ngga mau kalah "tinggal jawab susah amat, katanya kesetaraan gender, gimana sih"
Revi akhirnya mengalah "Apa ya, sebenernya gua suka ama lu, apa lagi lu udah bisa ngambil hati bokap gua. Tapi lu ngga peka, males gua pacaran ama orang yang ngga peka.."
"Jadi?.."
"Sorry kalo lu udah ada rasa ke gua, tapi gua ngga bisa pacaran sama lu. Gua ngerasa kalo kayaknya kita lebih asik kayak gini aja, setidaknya sampai nanti kita nemuin pendamping masing-masing"
Gua menepuk jidat "buset, gua ngga nembak loh, udah ditolak"
Ia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi gua. Tak henti-hentinya Revi ngecengin gua.
Gua menghindari ejekan Revi dengan mengajaknya pergi ke studio.
Kami berjalan beriringan, kemudian ia berkata "ntar ya, kalo lu jalan ama cewek yang lu taksir, pas jalan kayak gini tuh dirangkul, paling ngga digandeng lah. Jangan jalan sendiri-sendiri kayak lagi ngambekan"
"Harus gitu ya?"
"Terus, kalo lu jalan ama mantan-mantan lu itu emangnya gimana?"
Gua menjawab "Biasanya dia yang nggelendot ke gua sih"
Yang kemudian dibalas dengan makian-makian oleh Revi.
"Coba lu rada peka sama punya inisiatif dikit, mungkin gua udah jatuh hati ke lu, ja" katanya
Dengan ketiadaan ketertarikan perasaan dari Revi, gua sedikit lega. Setidaknya gua nggak akan di cap sebagai PHP jika suatu nanti gua nggak menjadikannya pacar.
Gua juga masih bingung dengan perasaan gua ke Revi.
Sepanjang film diputar, gua sama sekali ngga menikmati film. Pikiran gua terbagi ke Revi.
Dan Revi pun menyadari itu. Setelah film selesai, dan kami berjalan pulang, ia mengucap "udah, ngga usah bingung soal perasaan lu. Gua tau kalo kita ini cuma ngisi kekosongan doang"
"..."
"Kalo lu beneran jatuh hati ke gua, harusnya udah dari dulu lu milih gua daripada mantan lu" ia mengungkit kejadian disaat gua lebih memilih Diana daripada dia
Diubah oleh congyang.jus 13-12-2021 23:29
mirzazmee dan 11 lainnya memberi reputasi
12