- Beranda
- Stories from the Heart
Roda Kehidupan
...
TS
fthhnf
Roda Kehidupan

"Roda itu bernama kehidupan. Saat kita berada diatas kadang berputar sangat cepat, namun ketika kita berada dibawah roda itu terlalu lambat berputar kembali. Kamu tau kenapa? Karena kehidupan tak semudah mengayuh sepeda untuk tetap berjalan diatas aspal yang halus."
Sebelumnya mohon maaf dan mohon izin untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki yang hidup di sebuah kota kecil namun sangat nyaman, Magelang.
Gue nulis ini sebagai catatan dan memory gue untuk melukiskan tentang kehidupan yang seperti roda. Silahkan berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, disini gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.
Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan. Mohon maaf jika terdapat banyak umpatan kasar dalam bahasa jawa dan beberapa pikiran liar yang terkandung dalam cerita. Semoga bisa disikapi secara bijak. Cerita ini dimulai tahun 2003 anggap aja tahun segitu gw berada di bangku SMA. Nama tokoh dan tempat instansi juga sengaja disamarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.
Ah... kurasa cukup. Dan kamu akan tetap menjadi ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan...
Sebelumnya mohon maaf dan mohon izin untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki yang hidup di sebuah kota kecil namun sangat nyaman, Magelang.
Gue nulis ini sebagai catatan dan memory gue untuk melukiskan tentang kehidupan yang seperti roda. Silahkan berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, disini gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.
Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan. Mohon maaf jika terdapat banyak umpatan kasar dalam bahasa jawa dan beberapa pikiran liar yang terkandung dalam cerita. Semoga bisa disikapi secara bijak. Cerita ini dimulai tahun 2003 anggap aja tahun segitu gw berada di bangku SMA. Nama tokoh dan tempat instansi juga sengaja disamarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.
Ah... kurasa cukup. Dan kamu akan tetap menjadi ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan...
© Uhuk.. Wis keren? Sip mas! Oke.
Index Cerita:
Part 1 Aku dan Kalian
Part 2 Kaliurang Sore Itu
Part 3 Bella Namanya
Part 4 PHK Massal
Part 5 Warung Baru Ibu
Part 6 Bapak Semangatku
Ketahuan Bini
Part 7 Kak Siska Kenapa?
Part 8 Hape Baru
Part 9 Pelukan Hangat Kak Siska
Part 10 Pelangi Di Sekar Langit
Part 11 Cemburu, Bell?
Part 12 Kasihan Bapak
Part 13 Minuman Cinta
Part 14 Pekerjaan Pertama
Part 15 Pulau Dewata
Part 16 Tersenyum Kembali
Part 17 Mumi Sekolah
Part 18 Desember Terbaik
Part 19 Happy New Year
Part 20 Gosip Fara
Part 21 Konser Jikustik
Part 22 Maaf, Nov
Part 23 Si Gundul
Part 24 Sebuah Takdir
Part 25 Must On
Part 26 Kejutan
Part 27 Thanks, Nov!
Part 28 Ujian Nasional
Part 29 Janji Bella
Part 30 Babak Baru Kehidupan
Part 31 Vita!
Part 32 Pacar Cadangan
Part 33 Suroboyo Rek!
Part 34 Semalam Bersama Bella
Diubah oleh fthhnf 01-04-2023 20:40
junti27 dan 33 lainnya memberi reputasi
32
22.9K
434
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
fthhnf
#106
Part 27 Thanks, Nov!
Malam hari saat berbaring di kasur, aku merasa sangat bahagia. Ternyata di hari ulang tahunku ini orang-orang terdekatku memberikan kejutan yg membuat diriku semakin bersyukur atas apa yg Tuhan berikan. Beberapa saat kemudian terasa getaran hape di samping bantal. "Drrrtt... Deerttt..."
From: Bella
Belum sampe rumah?
Kok gk ada kabar?
Kamu gk knp2 kan?
From: Mbak Laras
Ditttt.....
Duh sampe lupa aku kabarin Bella saking asiknya sama Fitria tadi. Oke aku balas dulu sms Bella, kayaknya khawatir. Ngomong-ngomong Mbak Laras kenapa tuh sms.
To: Bella
Maaf sayang, baru aja sampe rumah.
Tadi habis nolongin motor orang macet.
To: Mbak Laras
Kenapa Mbak?
Selang beberapa saat kemudian ada balasan sms. Cepat-cepat aku buka. Ternyata Mbak Laras.
"Bisa minta tolong?" Balas Mbak Laras di sms.
"Apaan?"
"Besok tolong bawain disket yg ada di atas tv, bisa Dit? Soalnya mau minta tlg gatot dia mau kerumah nenek"
"Siap Mbak!"
Lama aku tunggu gk ada balasan sms dari Mbak Laras. Tiba-tiba hapeku bergetar lagi.
From: Bella
Iya Dit... yg penting kamu gk knp2.
Wah baik banget nolongin segala.
"Iya dong... Sesama pengguna jalan harus saling tolong menolong,hehe. Btw lagi apa sayang?" Balasku ke Bella.
"Noton tv nih.. kamu?"
"Tiduran... tumben gk belajar?"
"Ini sambil baca2 juga... btw kadonya suka gk Dit?" Balas Bella.
Duuuh sampe lupa aku ada kado dari Bella. Buru-buru aku ambil kado yg masih ada di bagasi motor. Aku sobek kertas kado yg membungkus kotak kecil ini. Kubuka perlahan dan wew jam tangan ternyata. Keren banget. Warnanya hitam model sport, bermerk pula.
"Seneeeeng sayaaaang... makasih banget ya..." Balasku ke Bella.
"Dipake ya... moga tiap liat jamnya inget aku terus, hehe." Tulis Bella di sms.
"Makasih sayang... iya aku pake terus kok"
Minggu pagi setelah bangun tidur dan sholat shubuh aku cek hape yg kutaruh di samping bantal. Ternyata aku semalam emang ketiduran. Ada sms dari Bella dan Mbak Laras.
From: Bella
Sipdeh Itu anti air juga lho sayang,
semoga awet deh.
From: Bella
Udah tidur ya dit?
Met tidur ya..
Love you :*
From: Mbak Laras
Maaf ya dit jadi ngerepotin
soalnya gk ada motor disini.
Motor mbak dibawa temen
buat kegiatan KKN besok,
dan file2 nya ada di disket
yg ketinggal itu.
Aku balas sms itu satu-satu, balas Bella dulu deh.
"Maaf sayang semalam udah tidur, kecapekan kayaknya. Kamu udah bangun? Sarapan ya..." Balasku ke Bella.
"Iya Mbak gpp maaf semalam udah tdr"
Tak ada balasan dari keduanya, akupun mulai berkaktifitas di minggu yg indah ini. Kurebahkan badanku diatas kasur, lalu bersiap untuk tidur lagi, hahaha. Tak tahu berapa lama aku tertidur Ibu membangunkanku.
"Diiitt Bangun...." Ucap Ibu menepuk badanku.
"Iyaa Buuk..." Jawabku masih setengah sadar.
"Bangun! Itu ada Gatot..."
"...."
"Buruan!"
"Suruh masuk aja Buk, kayak biasanya..."
"Buru-buru dia..."
Njiir kenapa lagi tuh bocah, ganggu tidur aja kerjaanya.
"Ngopo su?" Tanyaku ke Gatot saat keluar rumah.
"Iki bawa motorku aja kalo mau ke Mbak Laras, aku mau ke nenek soalnya..." Kata Gatot memberikan kunci motornnya.
"Oh... Yowis taruh aja disitu..."
"Nih disketnya, sori ya cuk ngrepotin..." Ujar Gatot.
"Hmmm... santai wae!"
"Oiya iki denah Desa Turaturu..." Ucap Gatot memberikan kertas gambar denah.
"Gambar opo iki?"
"Denah cuk!"
"Kok kayak ular gini?"
"Karepmu lah yg penting alamat lengkapnya ada..."
"Ntar aku pake google map aja cuk!"
"Hah? Opo kui?"
Oke lupakan!
"Yowis sono katanya mau pergi?"
"Iya ini juga mau pergi, koe ngomong terus!" Seru Gatot lalu ia berjalan pergi.
"Suuuu!" Panggilku ke Gatot.
"Apalagi?"
"Lha motormu mana?" Tanyaku heran karena gk liat motor milik gatot.
"Owalah bajigur, lali tak gowo cuk! (Owalah sialan, lupa aku bawanya cuk!)"
"Asu pekokmu!" Umpatku.
"Nanti ambil aja dirumah, tak taruh di teras!"
"Yo Oke..."
Akhirnya usai Gatot cabut, aku pun mandi dan bersiap untuk mengantarkan disket berisi file KKN milik Mbak Laras.
"Buk Adit ke Mbak Laras dulu ya, nganterin ini..." Pamitku ke Ibu.
"Apaan itu?"
"Disket Buk..."
"Opo sih kui?"
"Hmmm... kaset buk!" Ucapku singkat bingung gimana cara ngejelasin pengertian disket ke Ibu.
"Yowis hati-hati..."
"Nggeh Buk, Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam..."
Sebelum pergi ke desa turaturu aku kerumah gatot dulu buat ambil motor. Njir koplak banget dia.
Selama perjalanan ke Desa Turaturu, pemandangan sekitar sangat indah. Terlihat gunung merbabu berdiri gagah di ujung sana. Lumayan jauh juga lokasi KKN Mbak Laras ini, setelah beberapa kali tanya orang, sampailah aku di depan sebuah rumah kuno namun bagus.
Kurogoh saku celanaku untuk mengambil hape. Duh mana gk ada signal lagi. Gimana cara menghubungi Mbak Laras kalo gini. "Ini bener rumah kontrakannya gk sih?" Batinku. Daripada bengong mending kuketok aja.
"Assalamualaikum..."
"Tokk... Tok... Tokk..."
Beberapa saat kemudian pintu terbuka.
"Wah udah sampe sini aja Dit? Masuk-masuk..." Ucap Mbak Laras mempersilahkan masuk.
"Iya Mbak..."
"Nyasar gk Dit?"
"Gk kok Mbak..."
"Maaf lho ya jadi ngrepotin..."
"Gk mbak, nyantai aja. Oiya nih disketnya..."
"Wah iya-iya. Makasih Dit..."
"Iya Mbak..."
"Mau minum apa?"
"Seadanya aja Mbak..."
"Oke..." Ujar Mbak Laras lalu beranjak ke dapur.
Mbak Laras cuma pake kaos tipis warna putih dan celana pendek banget. Padahal lumayan dingin lho disini. Apa gk adem ya dia? Wah jangan-jangan minta di angetin. Pikirku konyol.
"Nih diminum..." Ucapnya lalu duduk disampingku.
"Iya Mbak... Kok sepi sih mbak?"
"Pada tidur warga sini tuh, kan desa turaturu. Tidur aja kerjaannya!" Canda Mbak Laras.
"Masa sih?"
"Hahahaha.. Enggak Dit, pada survey lokasi, rencana kita mau bikin taman disini..." Jelasnya.
"Wah keren Mbak..."
"Iya dong..."
Lama kami ngobrol, Mbak Laras bercerita pengalanan selama KKN. Aku hanya ngangguk-ngangguk aja mendengarkan ceritanya.
"Bentar, Mbak ada ketela goreng!" Kata Mbak Laras lalu berjalan ke arah dapur.
Akupun hanya memandang Mbak Laras berjalan dari belakang dan pikiranku traveling kemana-kemana.
"Ditt... ke kamar yuk bentar..."
"Wew ngapain Mbak?"
"Ah pura-pura gk tau sih kamu..."
"Hehe..."
"Yukkk..."
"Woii Dit!! Ngelamun aja! Kesurupan ntar!" Seru Mbak Laras membuyarkan lamunanku.
"Hehehe..."
Akupun hanya kaget lalu tersenyum bingung mau jawab apa.
Setelah menghabiskan ketela goreng dan sebatang rokok, aku pamit pulang karena waktu juga sudah sore dan bahaya jika lama-lama disini sama Mbak Laras.
----
Sekitar jam setengah 7 malam sampailah aku di rumah Gatot buat ngembaliin motor. Kulihat dia sedang maen gitar di teras rumahnya.
"Woe cuk, sampe malem?" Sapa Gatot.
"Iyo cuk, lumayan jauh ternyata.." Kataku seraya nyetandarin motor.
"Oh..." Ucapnya singkat lalu melanjutkan memetik senar gitarnya.
"Kowe kok udah balik? Katanya ke mbahmu?" Tanyaku ke Gatot yg udah sampe rumah duluan.
"Iya tadi bentar doang ternyata!"
"Oh..."
"Cuk apaan nih?" Tanyaku melihat bungkusan plastik di dekatnya.
"Kaset, barusan nyewa film aku sama Kipli..."
"Di rental VCD Horizon itu ya? Emang ada bokep disana?" Tanyaku antusias mau nonton bokep.
"Bokep matamu! Film apik ini, perang-perang!"
"Wah kirain bokep. Yowis tonton yok!" Ajakku.
"Besok wae lah, kasihan Kipli kalo kita nonton duluan..."
"Iya deh..."
"Bagi rokok yo cuk!"
"Hmm..."
Lalu kusulut rokok yg ada disamping Gatot. Njiir keren dia, masih SMA sudah dibolehin ngerokok dirumah.
"Su, pie besok rencana kuliah atau gimana kowe?" Tanya Gatot.
"Embuh cuk belum tau..." Jawabku paham dengan keadaan.
"Kerja sik aja cuk! Soal kuliah gampang bisa besok2!" Kata Gatot sok bijak.
"Iyo sih... Ya liat besok aja deh..."
"Yo..." Ucap Gatot singkat lalu ia melanjutkan kembali permainan gitarnya.
"Dimalam yg dingin dan gelap sepi......." Imbuhnya bernyanyi.
"Cuk, besok ajari lagu itu yo..."
"Iyo santai..."
Kemudian kami berdua pun ngobrol gk jelas ngalor-ngidul sembari genjrang-genjreng gitar tua milik Gatot. Dia juga nanyain keadaan Mbak Laras di tempat KKN-nya, lalu aku jawab baik-baik aja.
"Yowis cuk aku pulang sik yo..."
"Yo su... maturnuwun yo..."
"Yoi santai!" Kataku Kemudian cabut dari rumah Gatot, kasihan Ibu juga jika ditinggal lama-lama.
Sesampainya dirumah kulihat Ibu masih jaga warung sambil nonton tv. "Assalamualaikum..."
"Walaikumsalam... Sampe jam segini Dit?" Tanya Ibu.
"Iya Buk mampir rumah Gatot tadi..."
"Oh..."
"Nonton apaan Buk? Serius banget kayaknya..."
"Biasa, misteri gunung merapi..."
Njirr tontonan Ibu serem amat.
"Owaalah, Yaudah Buk Adit ke kamar dulu..."
"Iya..."
Sesampainya dikamar langsung aku cas hape yg daritadi mati. Bisa gawat kalo Bella sms, daritadi gk kasih kabar. Setelah hape nyala ternyata benar, ada delapan sms masuk. Satu dari Mbak Laras, satu lagi dari Vita dan sisanya dari Bella semua.
Lalu kubalas sms Bella dulu, pasti ngomel-ngomel nih.
To: Bella
Maaf Bell daritadi hape mati.
lupa bawa cas aku.
Ni baru sampe rumah.
Beberapa saat kemudian hape bergetar, Bella bales nih kayaknya...
From: Bella
Darimana emang?
Kok baru sampe rumah?
"Maaf Sayang, kan tadi udah pamit aku ke kakaknya gatot itu lho, sama dia juga kok..." Balasku sedikit bohong takut Bella mikir macem-macem.
"Oh yaudah kalo gitu, buat istirahat aja..."
"Bentar Bell, mau belajar dulu..."
"Tumben?"
"Lagi semangat nih... Maaf ya sayang sekali lagi..."
"Iya gpp kok, udah biasa juga!" Balas Bella nyindir.
"Duuhh gk lagi2 deh..."
"Iya2, yaudah gih katanya mau belajar?"
"Iya sayang aku belajar dulu ya..."
"Iya.. semangat ya :*"
"Ok2" Balasku singkat Ke Bella.
Hingga beberapa saat tak ada balasan lagi dari Bella, lalu ku tekan tombol bawah di hapeku dan membuka sms yg belum aku baca.
From: Vita
Adit, lagi apa nih?
Njirr bocah ngapain sms gk penting gitu, aku balas asal aja deh mumpung masih udah dapet bonus 10 sms.
To: Vita
Lagi mikirin kamu Vit
kenapa kamu makin cantik aja,
hahahahaha
Beberapa saat kemudian terasa getaran di hapeku, Vita bales nih...
From: Vita
Hahahaha
Njiir balasan macam apa itu cuma hahahaha doang. Males aku ladenin Vita, eh bentar ding tak bales sekali lagi.
To: Vita
Mmuuaacchhh
Mampus hahaha.
"Gila!" Balas Vita kemuian.
"Hahahahaha!" Balasku ke Vita.
Lalu setelah smsan gk penting sama Vita, kubuka sms Mbak Laras yg tenggelam.
From: Mbak Laras
Makasih ya Dit udah ngrepotin.
oiya mbak lagi ada rezeki lebih,
mbak taruh di saku jaketmu.
Waduh apaan nih yg ditaruh di saku jaket? Jangan-jangan uang. Wah gk enak aku. Buru-buru kuambil jaket untuk memeriksanya. Ternyata benar, ada tiga lembar uang warna merah di saku jaketku.
To: Mbak Laras
Apaan sih mbak!!
Aku gk bisa nerima!
Besok aku kembaliin.
Beberapa saat kemudian Mbak Laras membalas smsku.
"Kalo dikembaliin mbak marah! Dipake aja dulu, mbak tau pasar lagi sepi kan?" Balas Mbak Laras.
"Duh Mbak kok jadi ngerepotin sih?"
"Gk lah, dipake aja buat apa kek, beli baju deh kamu Dit, itu2 aja mbak perhatiin."
"Iya Mbak makasih ya Mbak..."
"Iya... santai aja, Mbak juga lagi ada rezeki lebih kok..."
"Iya Mbak, makasih banget..."
Dasar Mbak Laras, dia emang baik banget. Terlalu baik malah. Aku cuma sungkan aja nerima uang dari Mbak Laras. Walaupun emang lagi bokek karena kerjaan di pasar sepi, tapi aku gk mau ngerepotin orang lain.
Tapi kalo dipikir-pikir benar juga, bajuku cuma itu-itu aja sih. Besok deh aku beli, lumayan dapet rezeki dari Mbak Laras. Makasih ya Mbak.
-----
Hari Jumat sore hari aku nyamperin Novi dirumahnya dengan motor milik Gatot sering aku pinjam itu. Aku baru sadar mempunyai temen kayak Novi juga bisa dijadikan konsultan masalah fashion.
Aku baru memperhatikan kalo selama ini semua baju yg Novi pake bermerk dan keren-keren, bisa lah dijadikan konsultan pribadiku untuk masalah ini.
"Ting... Tong..." Kutekan sebuah bel di rumah yg menurutku istana, rumah yg sangat besar berwarna putih dengan dua pohon cemara yg berdiri gagah di halaman rumah yg juga luas.
"Eh nak Adit, Silahkan Masuk! Mbak Novi ada di atas..."
Ucap perempuan paruh baya dengan sopan.
"Eh iya Bu... Permisi ya..."
"Nak Adit mau minum apa?"
"Gk usah repot-repot Bu... kayak biasanya aja deh..."
"Baik... Silahkan masuk, nanti Ibu antar minumnya..."
"Iya Buk makasih ya..." Ucapku tersenyum.
"Hehehe... Iya Nak," jawabnya seraya menutup kembali gerbang rumah itu.
Setelah kuparkir motor di garasi, aku berjalan memasuki bangunan besar ini.
"Woe Dit... Udah lama?" Tanya Novi melihatku berjalan di tangga.
"Lha ini baru aja nyampe!"
"Sepatumu dilepas lagi?"
"Dipake aja kali!" Ucap Novi seraya menepuk jidatnya sendiri.
"Hehehe... Udah gk papa! Oiya, jadi kan Nov?"
"Aku sih ayo-ayo aja," kata Novi.
"Oke jadi kalo gitu..." Ucapku seraya duduk di deket Novi.
"Ya udah bentar tungguin, aku ganti baju dulu..." Kata Novi lalu berjalan menuju kamarnya. "Oiya, mau minum apa?" Imbuh Novi membalikkan badannya.
"Udah kok, Tadi udah bilang sama Bu Sri..."
"Oh yaudah."
Selang beberapa saat kemudian, tibalah es soda gembira yg diantar Bu Sri. Kusulut rokok lalu kehempaskan asapnya melayang-layang di udara. Entah berapa lama Novi yg berada di kamarnya tak kunjung keluar juga.
Sambil menunggu Novi, kulihat ada gitar di samping tv. Daripada bengong aku ambil aja deh. Berkat diajarin Gatot, sekarang aku sudah bisa main gitar. Walaupun cuma lagu mimpi yg sempurna milik Peter Pan aja sih yg baru aku kuasai. Susah banget ternyata belajar gitar.
"Nov... Buruan!" Teriakku dari tempat dimana aku duduk. Hanya kata "Iya! Bentar" yg kudengar, namun tak kunjung keluar juga tu anak.
Setelah hampir setengah jam aku menunggu, terlihat pintu kamarnya telah dibuka. Dengan celana jins yg sedikit robek dibagian lutut dan paha, lalu dipadu kaos berwarna hitam gambar tengkorak, Novi terlihat garang namun tetap cool. Njiir keren banget.
"Yuk Dit... Pake Mobil atau Motor?" Tanya Novi seraya memakai sepatu converse ori warna merah yg ada di samping kamarnya.
"Motor aja deh Nov... Bisa abis duitku kalo beliin bensin mobilmu! Hehe," jawabku cengar-cengir. "Ya udah Yuk..." Tambahku kemudian.
"Oke!"
Kami pergi ke beberapa toko pakaian yg ada di kota kecil ini. Novi nampak serius memilih baju mana yg cocok buat aku, namun entah kenapa katanya modelnya jadul semua.
Kami keluar dari toko A ke toko B, berjalan dari jalan C ke jalan D dan semuanya tak ada yg cocok menurut Novi. Lama-lama kesel juga sama ni anak. Walau katanya gk ada yg cocok, namun setiap keluar dari toko, Novi malah selalu beli baju sendiri. Ini sih judulnya nemenin dia shoping.
"Nov... Yg bener aja! Kemana lagi kita? Ini barang belanjaanmu udah seabrek gini malahan!" Keluhku ke Novi.
"Lha gimana, gk ada yg cocok buatmu sih. Kita ke Distro AA aja abis ini, siapa tau ada yg keren disana!" Ajak Novi.
Setelah hampir 4 jam lamanya kami muter-muter, sampailah kami di sebuah distro yg Novi maksud.
"Naaaahhh! Ini Dit T.O.P banget!" Ucap Novi sambil memegang kemeja yg emang keren.
"Wuiiss... Iya Nov!" Itu aja ya. Satu lagi Nov! Yg kaos ya sekarang..."
Akhirnya setelah sekian lama pemburuan, aku mendapatkan sebuah kemeja warna biru-hitam dan sebuah kaos warna merah dengan model yg sangat bagus dengan harga ya masuk lah. Gk salah deh ngajak Novi. Selera fashionnya emang kelas. Kayaknya ini akan jadi baju terbaik yg aku miliki.
"Yaudah yuk balik..." Ajakku.
"Bentar, ini sekalian..." Ucap Novi sambil memberikan sebuah celana jins pendek dan sebuah celana hitam panjang kepadaku.
"Apaan ni?" Tanyaku heran.
"Celana..."
"Iya tau, maksudnya buat siapa?" Tanyaku lagi masih heran. Yg Novi berikan ini celana model cowok.
"Buat kamu lah!"
"Ah gk deh!" Seruku ke Novi sambil ngembaliin celana itu.
"Bawel aja sih!" Protes Novi.
"Duitku mana cukup Nov!"
"Hmmm..." Ucap Novi cuek lalu berjalan ke kasir mebawa celana itu.
"Eh Nov gk usah..." Cegahku.
Namun sia-sia usahaku mencegah Novi buat ngembaliin celana itu. Dia tetap cuek jalan ke kasir. Beberapa saat berjalan, akhirnya kita pun sampai kasir.
"Sini mana yg tadi!" Ucap Novi meminta kemeja dan kaos yg aku bawa di depan kasir.
"Nih..." Kataku seraya memberikannya lalu mengambil dompet buat membayar. Dahlah ludes duitku.
"Semuanya 590 ribu Mbak..." Ucap sang kasir ramah. Njjiiirr ludes bener deh duitku semua.
"Ini Mbak..." Kata Novi memberikan enam lembar uang warna merah ke kasir.
"Eh ini aja Mbak!" Potongku cepat seraya memberikan beberapa lembar uang ke kasir.
"Udah itu aja Mbak!" Seru Novi sambil menahan tanganku.
"Jangan Mbak ini aja!"
"Jangan Mbak!"
"...."
Kulihat sang kasir pun cuma bengong melihat tingkah kita.
"Dit!!"
"Nov!!"
"Udah ya sayang pake ini dulu..." Ujar Novi tersenyum, namun sorot matanya sangat mematikan.
"Duh Nov..." Keluhku singkat, pasrah.
Akhirnya aku pun menyerah. Percuma debat sama Novi. Seneng sih dibayarin semua, jadi duit yg dari Mbak Laras kemarin bisa aku tabung buat bayar hutang ke rentenir sialan. Tapi aku benar-benar gk enak. Masalahnya gk sedikit juga total belanjanya. Untuk ukuran anak SMA, duit segitu bisa buat jajan sebulan.
"Nih Nov aku ganti..." Ucapku ketika berjalan ke tempat parkir.
"Udah bawa aja..." Kata Novi santai.
"Aku gk enak Nov..."
"Slonjoran kalo gk enak..." Canda Novi masih santai.
"Serius Novvv!"
"Udah ah... Makan yuk!" Ajak Novi.
"Yaudah aku yg traktir kalo gitu..."
"Iyalah! Kebangetan kalo aku lagi yg nraktir!" Ucap Novi di samping motor lalu memakai helm.
"..."
Kemudian kami meninggalkan distro tersebut. Kupacu santai kuda besi ini sembari mikir mau ngajak Novi makan dimana.
"Mau makan apa nih?" Tanyaku ke Novi di boncengan belakang.
"Ngikut aja deh..."
"Ayam bakar gimana?"
"Gk ah..Bosen!"
"Emm... Nasi goreng yuk!"
"Lainnya deh!"
"Hmmm... Bakso aja yuk?"
"Ah lagi gk pengen bakso!" Tolak Novi lagi.
"Ya terus apaan? Katanya tadi ngikut??" Protesku.
"Yaudah sih, makan dirumah aja kalo gitu!" Seru Novi, duh kayaknya marah nih. Cewek dimana-dimana memang susah dimengerti. Gk Novi Gk Bella sama aja.
"Marah Nov?"
"Gk kok..."
Mampus deh, kalo udah begini bingung aku.
"Nov..."
"Hem..."
"Maaf ya..."
"Heem..."
Akhirnya dengan inisiatif sendiri, kuarahkan motor ini ke sebuh rumah makan soto kudus. Aku inget kalo di kantin Novi suka banget makan soto.
"Mau makan diatas motor?" Tanyaku ketika berhenti di depan rumah makan soto kudus.
"Pletak!!" "Cerewet aja daritadi!" Ucap Novi mukul helmku lalu turun dan jalan masuk ke dalam.
"...."
Kemudian Novi memesan dua porsi soto kudus. Lalu ia duduk di bangku yg masih kosong, aku pun mengikuti di belakangnya.
"Wah dulu aku sering kesini lho Dit..." Ucap Novi senyum. Asik moodnya udah balik lagi nih.
"Oh ya?"
"Iya, eh tadi kamu di rumahku maen gitar ya?"
"Iya... Berantakan ya?"
"Keren kok, alus banget genjrengannya, diajarin siapa?"
"Itu si Gatot, halah biasa aja Nov, cuma Em C G D doang kuncinya..."
"Tetanggamu itu ya? Tapi keren kok..."
Tak lama kemudian pesanan kami pun datang. Tanpa pikir panjang kami langsung melahap habis soto kudus yg lezat ini. Novi pun nampak menikmatinya.
"Ssssttt... Fiiuuuhh...." Kepulan asap kuhempaskan melayang-layang di udara.
"Enak ya sotonya, beda sama yg dikantin..." Oceh Novi.
"Iyalah..."
"Oiya Dit, kamu beneran mau kerja dulu setelah lulus?" Tanya Novi, dulu sempat bahas masalah ini bertiga sama Prapto. Si kunyuk Prapto mau ngelanjutin ke Akmil, katanya dia emang disuruh jadi tentara. Kalo Novi sih suka-suka dia aja, mau kuliah di Amerika pun ayo aja.
"Belum tau juga sih Nov..."
"Ya dipikir-pikir aja dulu..."
"Iya Nov, besok deh yg penting lulus aja dulu..."
Setelah menghabiskan satu batang rokok, aku pun membayar soto itu lalu pergi nganter Novi pulang.
"Makasih ya Dit..." Ucap Novi didepan gerbang rumahnya.
"Walah aku kali Nov yg makasih..."
Kita pernah bergerak dalam satu jalan
Berjuang bersama sebagai kawan
Menata banyak rencana,
Lalu menyalakan api di masa SMA
Terima kasih dariku, Novita.
From: Bella
Belum sampe rumah?
Kok gk ada kabar?
Kamu gk knp2 kan?
From: Mbak Laras
Ditttt.....
Duh sampe lupa aku kabarin Bella saking asiknya sama Fitria tadi. Oke aku balas dulu sms Bella, kayaknya khawatir. Ngomong-ngomong Mbak Laras kenapa tuh sms.
To: Bella
Maaf sayang, baru aja sampe rumah.
Tadi habis nolongin motor orang macet.
To: Mbak Laras
Kenapa Mbak?
Selang beberapa saat kemudian ada balasan sms. Cepat-cepat aku buka. Ternyata Mbak Laras.
"Bisa minta tolong?" Balas Mbak Laras di sms.
"Apaan?"
"Besok tolong bawain disket yg ada di atas tv, bisa Dit? Soalnya mau minta tlg gatot dia mau kerumah nenek"
"Siap Mbak!"
Lama aku tunggu gk ada balasan sms dari Mbak Laras. Tiba-tiba hapeku bergetar lagi.
From: Bella
Iya Dit... yg penting kamu gk knp2.
Wah baik banget nolongin segala.
"Iya dong... Sesama pengguna jalan harus saling tolong menolong,hehe. Btw lagi apa sayang?" Balasku ke Bella.
"Noton tv nih.. kamu?"
"Tiduran... tumben gk belajar?"
"Ini sambil baca2 juga... btw kadonya suka gk Dit?" Balas Bella.
Duuuh sampe lupa aku ada kado dari Bella. Buru-buru aku ambil kado yg masih ada di bagasi motor. Aku sobek kertas kado yg membungkus kotak kecil ini. Kubuka perlahan dan wew jam tangan ternyata. Keren banget. Warnanya hitam model sport, bermerk pula.
"Seneeeeng sayaaaang... makasih banget ya..." Balasku ke Bella.
"Dipake ya... moga tiap liat jamnya inget aku terus, hehe." Tulis Bella di sms.
"Makasih sayang... iya aku pake terus kok"
Minggu pagi setelah bangun tidur dan sholat shubuh aku cek hape yg kutaruh di samping bantal. Ternyata aku semalam emang ketiduran. Ada sms dari Bella dan Mbak Laras.
From: Bella
Sipdeh Itu anti air juga lho sayang,
semoga awet deh.
From: Bella
Udah tidur ya dit?
Met tidur ya..
Love you :*
From: Mbak Laras
Maaf ya dit jadi ngerepotin
soalnya gk ada motor disini.
Motor mbak dibawa temen
buat kegiatan KKN besok,
dan file2 nya ada di disket
yg ketinggal itu.
Aku balas sms itu satu-satu, balas Bella dulu deh.
"Maaf sayang semalam udah tidur, kecapekan kayaknya. Kamu udah bangun? Sarapan ya..." Balasku ke Bella.
"Iya Mbak gpp maaf semalam udah tdr"
Tak ada balasan dari keduanya, akupun mulai berkaktifitas di minggu yg indah ini. Kurebahkan badanku diatas kasur, lalu bersiap untuk tidur lagi, hahaha. Tak tahu berapa lama aku tertidur Ibu membangunkanku.
"Diiitt Bangun...." Ucap Ibu menepuk badanku.
"Iyaa Buuk..." Jawabku masih setengah sadar.
"Bangun! Itu ada Gatot..."
"...."
"Buruan!"
"Suruh masuk aja Buk, kayak biasanya..."
"Buru-buru dia..."
Njiir kenapa lagi tuh bocah, ganggu tidur aja kerjaanya.
"Ngopo su?" Tanyaku ke Gatot saat keluar rumah.
"Iki bawa motorku aja kalo mau ke Mbak Laras, aku mau ke nenek soalnya..." Kata Gatot memberikan kunci motornnya.
"Oh... Yowis taruh aja disitu..."
"Nih disketnya, sori ya cuk ngrepotin..." Ujar Gatot.
"Hmmm... santai wae!"
"Oiya iki denah Desa Turaturu..." Ucap Gatot memberikan kertas gambar denah.
"Gambar opo iki?"
"Denah cuk!"
"Kok kayak ular gini?"
"Karepmu lah yg penting alamat lengkapnya ada..."
"Ntar aku pake google map aja cuk!"
"Hah? Opo kui?"
Oke lupakan!
"Yowis sono katanya mau pergi?"
"Iya ini juga mau pergi, koe ngomong terus!" Seru Gatot lalu ia berjalan pergi.
"Suuuu!" Panggilku ke Gatot.
"Apalagi?"
"Lha motormu mana?" Tanyaku heran karena gk liat motor milik gatot.
"Owalah bajigur, lali tak gowo cuk! (Owalah sialan, lupa aku bawanya cuk!)"
"Asu pekokmu!" Umpatku.
"Nanti ambil aja dirumah, tak taruh di teras!"
"Yo Oke..."
Akhirnya usai Gatot cabut, aku pun mandi dan bersiap untuk mengantarkan disket berisi file KKN milik Mbak Laras.
"Buk Adit ke Mbak Laras dulu ya, nganterin ini..." Pamitku ke Ibu.
"Apaan itu?"
"Disket Buk..."
"Opo sih kui?"
"Hmmm... kaset buk!" Ucapku singkat bingung gimana cara ngejelasin pengertian disket ke Ibu.
"Yowis hati-hati..."
"Nggeh Buk, Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam..."
Sebelum pergi ke desa turaturu aku kerumah gatot dulu buat ambil motor. Njir koplak banget dia.
Selama perjalanan ke Desa Turaturu, pemandangan sekitar sangat indah. Terlihat gunung merbabu berdiri gagah di ujung sana. Lumayan jauh juga lokasi KKN Mbak Laras ini, setelah beberapa kali tanya orang, sampailah aku di depan sebuah rumah kuno namun bagus.
Kurogoh saku celanaku untuk mengambil hape. Duh mana gk ada signal lagi. Gimana cara menghubungi Mbak Laras kalo gini. "Ini bener rumah kontrakannya gk sih?" Batinku. Daripada bengong mending kuketok aja.
"Assalamualaikum..."
"Tokk... Tok... Tokk..."
Beberapa saat kemudian pintu terbuka.
"Wah udah sampe sini aja Dit? Masuk-masuk..." Ucap Mbak Laras mempersilahkan masuk.
"Iya Mbak..."
"Nyasar gk Dit?"
"Gk kok Mbak..."
"Maaf lho ya jadi ngrepotin..."
"Gk mbak, nyantai aja. Oiya nih disketnya..."
"Wah iya-iya. Makasih Dit..."
"Iya Mbak..."
"Mau minum apa?"
"Seadanya aja Mbak..."
"Oke..." Ujar Mbak Laras lalu beranjak ke dapur.
Mbak Laras cuma pake kaos tipis warna putih dan celana pendek banget. Padahal lumayan dingin lho disini. Apa gk adem ya dia? Wah jangan-jangan minta di angetin. Pikirku konyol.
"Nih diminum..." Ucapnya lalu duduk disampingku.
"Iya Mbak... Kok sepi sih mbak?"
"Pada tidur warga sini tuh, kan desa turaturu. Tidur aja kerjaannya!" Canda Mbak Laras.
"Masa sih?"
"Hahahaha.. Enggak Dit, pada survey lokasi, rencana kita mau bikin taman disini..." Jelasnya.
"Wah keren Mbak..."
"Iya dong..."
Lama kami ngobrol, Mbak Laras bercerita pengalanan selama KKN. Aku hanya ngangguk-ngangguk aja mendengarkan ceritanya.
"Bentar, Mbak ada ketela goreng!" Kata Mbak Laras lalu berjalan ke arah dapur.
Akupun hanya memandang Mbak Laras berjalan dari belakang dan pikiranku traveling kemana-kemana.
"Ditt... ke kamar yuk bentar..."
"Wew ngapain Mbak?"
"Ah pura-pura gk tau sih kamu..."
"Hehe..."
"Yukkk..."
"Woii Dit!! Ngelamun aja! Kesurupan ntar!" Seru Mbak Laras membuyarkan lamunanku.
"Hehehe..."
Akupun hanya kaget lalu tersenyum bingung mau jawab apa.
Setelah menghabiskan ketela goreng dan sebatang rokok, aku pamit pulang karena waktu juga sudah sore dan bahaya jika lama-lama disini sama Mbak Laras.
----
Sekitar jam setengah 7 malam sampailah aku di rumah Gatot buat ngembaliin motor. Kulihat dia sedang maen gitar di teras rumahnya.
"Woe cuk, sampe malem?" Sapa Gatot.
"Iyo cuk, lumayan jauh ternyata.." Kataku seraya nyetandarin motor.
"Oh..." Ucapnya singkat lalu melanjutkan memetik senar gitarnya.
"Kowe kok udah balik? Katanya ke mbahmu?" Tanyaku ke Gatot yg udah sampe rumah duluan.
"Iya tadi bentar doang ternyata!"
"Oh..."
"Cuk apaan nih?" Tanyaku melihat bungkusan plastik di dekatnya.
"Kaset, barusan nyewa film aku sama Kipli..."
"Di rental VCD Horizon itu ya? Emang ada bokep disana?" Tanyaku antusias mau nonton bokep.
"Bokep matamu! Film apik ini, perang-perang!"
"Wah kirain bokep. Yowis tonton yok!" Ajakku.
"Besok wae lah, kasihan Kipli kalo kita nonton duluan..."
"Iya deh..."
"Bagi rokok yo cuk!"
"Hmm..."
Lalu kusulut rokok yg ada disamping Gatot. Njiir keren dia, masih SMA sudah dibolehin ngerokok dirumah.
"Su, pie besok rencana kuliah atau gimana kowe?" Tanya Gatot.
"Embuh cuk belum tau..." Jawabku paham dengan keadaan.
"Kerja sik aja cuk! Soal kuliah gampang bisa besok2!" Kata Gatot sok bijak.
"Iyo sih... Ya liat besok aja deh..."
"Yo..." Ucap Gatot singkat lalu ia melanjutkan kembali permainan gitarnya.
"Dimalam yg dingin dan gelap sepi......." Imbuhnya bernyanyi.
"Cuk, besok ajari lagu itu yo..."
"Iyo santai..."
Kemudian kami berdua pun ngobrol gk jelas ngalor-ngidul sembari genjrang-genjreng gitar tua milik Gatot. Dia juga nanyain keadaan Mbak Laras di tempat KKN-nya, lalu aku jawab baik-baik aja.
"Yowis cuk aku pulang sik yo..."
"Yo su... maturnuwun yo..."
"Yoi santai!" Kataku Kemudian cabut dari rumah Gatot, kasihan Ibu juga jika ditinggal lama-lama.
Sesampainya dirumah kulihat Ibu masih jaga warung sambil nonton tv. "Assalamualaikum..."
"Walaikumsalam... Sampe jam segini Dit?" Tanya Ibu.
"Iya Buk mampir rumah Gatot tadi..."
"Oh..."
"Nonton apaan Buk? Serius banget kayaknya..."
"Biasa, misteri gunung merapi..."
Njirr tontonan Ibu serem amat.
"Owaalah, Yaudah Buk Adit ke kamar dulu..."
"Iya..."
Sesampainya dikamar langsung aku cas hape yg daritadi mati. Bisa gawat kalo Bella sms, daritadi gk kasih kabar. Setelah hape nyala ternyata benar, ada delapan sms masuk. Satu dari Mbak Laras, satu lagi dari Vita dan sisanya dari Bella semua.
Lalu kubalas sms Bella dulu, pasti ngomel-ngomel nih.
To: Bella
Maaf Bell daritadi hape mati.
lupa bawa cas aku.
Ni baru sampe rumah.
Beberapa saat kemudian hape bergetar, Bella bales nih kayaknya...
From: Bella
Darimana emang?
Kok baru sampe rumah?
"Maaf Sayang, kan tadi udah pamit aku ke kakaknya gatot itu lho, sama dia juga kok..." Balasku sedikit bohong takut Bella mikir macem-macem.
"Oh yaudah kalo gitu, buat istirahat aja..."
"Bentar Bell, mau belajar dulu..."
"Tumben?"
"Lagi semangat nih... Maaf ya sayang sekali lagi..."
"Iya gpp kok, udah biasa juga!" Balas Bella nyindir.
"Duuhh gk lagi2 deh..."
"Iya2, yaudah gih katanya mau belajar?"
"Iya sayang aku belajar dulu ya..."
"Iya.. semangat ya :*"
"Ok2" Balasku singkat Ke Bella.
Hingga beberapa saat tak ada balasan lagi dari Bella, lalu ku tekan tombol bawah di hapeku dan membuka sms yg belum aku baca.
From: Vita
Adit, lagi apa nih?
Njirr bocah ngapain sms gk penting gitu, aku balas asal aja deh mumpung masih udah dapet bonus 10 sms.
To: Vita
Lagi mikirin kamu Vit
kenapa kamu makin cantik aja,
hahahahaha
Beberapa saat kemudian terasa getaran di hapeku, Vita bales nih...
From: Vita
Hahahaha
Njiir balasan macam apa itu cuma hahahaha doang. Males aku ladenin Vita, eh bentar ding tak bales sekali lagi.
To: Vita
Mmuuaacchhh
Mampus hahaha.
"Gila!" Balas Vita kemuian.
"Hahahahaha!" Balasku ke Vita.
Lalu setelah smsan gk penting sama Vita, kubuka sms Mbak Laras yg tenggelam.
From: Mbak Laras
Makasih ya Dit udah ngrepotin.
oiya mbak lagi ada rezeki lebih,
mbak taruh di saku jaketmu.
Waduh apaan nih yg ditaruh di saku jaket? Jangan-jangan uang. Wah gk enak aku. Buru-buru kuambil jaket untuk memeriksanya. Ternyata benar, ada tiga lembar uang warna merah di saku jaketku.
To: Mbak Laras
Apaan sih mbak!!
Aku gk bisa nerima!
Besok aku kembaliin.
Beberapa saat kemudian Mbak Laras membalas smsku.
"Kalo dikembaliin mbak marah! Dipake aja dulu, mbak tau pasar lagi sepi kan?" Balas Mbak Laras.
"Duh Mbak kok jadi ngerepotin sih?"
"Gk lah, dipake aja buat apa kek, beli baju deh kamu Dit, itu2 aja mbak perhatiin."
"Iya Mbak makasih ya Mbak..."
"Iya... santai aja, Mbak juga lagi ada rezeki lebih kok..."
"Iya Mbak, makasih banget..."
Dasar Mbak Laras, dia emang baik banget. Terlalu baik malah. Aku cuma sungkan aja nerima uang dari Mbak Laras. Walaupun emang lagi bokek karena kerjaan di pasar sepi, tapi aku gk mau ngerepotin orang lain.
Tapi kalo dipikir-pikir benar juga, bajuku cuma itu-itu aja sih. Besok deh aku beli, lumayan dapet rezeki dari Mbak Laras. Makasih ya Mbak.
-----
Hari Jumat sore hari aku nyamperin Novi dirumahnya dengan motor milik Gatot sering aku pinjam itu. Aku baru sadar mempunyai temen kayak Novi juga bisa dijadikan konsultan masalah fashion.
Aku baru memperhatikan kalo selama ini semua baju yg Novi pake bermerk dan keren-keren, bisa lah dijadikan konsultan pribadiku untuk masalah ini.
"Ting... Tong..." Kutekan sebuah bel di rumah yg menurutku istana, rumah yg sangat besar berwarna putih dengan dua pohon cemara yg berdiri gagah di halaman rumah yg juga luas.
"Eh nak Adit, Silahkan Masuk! Mbak Novi ada di atas..."
Ucap perempuan paruh baya dengan sopan.
"Eh iya Bu... Permisi ya..."
"Nak Adit mau minum apa?"
"Gk usah repot-repot Bu... kayak biasanya aja deh..."
"Baik... Silahkan masuk, nanti Ibu antar minumnya..."
"Iya Buk makasih ya..." Ucapku tersenyum.
"Hehehe... Iya Nak," jawabnya seraya menutup kembali gerbang rumah itu.
Setelah kuparkir motor di garasi, aku berjalan memasuki bangunan besar ini.
"Woe Dit... Udah lama?" Tanya Novi melihatku berjalan di tangga.
"Lha ini baru aja nyampe!"
"Sepatumu dilepas lagi?"
"Dipake aja kali!" Ucap Novi seraya menepuk jidatnya sendiri.
"Hehehe... Udah gk papa! Oiya, jadi kan Nov?"
"Aku sih ayo-ayo aja," kata Novi.
"Oke jadi kalo gitu..." Ucapku seraya duduk di deket Novi.
"Ya udah bentar tungguin, aku ganti baju dulu..." Kata Novi lalu berjalan menuju kamarnya. "Oiya, mau minum apa?" Imbuh Novi membalikkan badannya.
"Udah kok, Tadi udah bilang sama Bu Sri..."
"Oh yaudah."
Selang beberapa saat kemudian, tibalah es soda gembira yg diantar Bu Sri. Kusulut rokok lalu kehempaskan asapnya melayang-layang di udara. Entah berapa lama Novi yg berada di kamarnya tak kunjung keluar juga.
Sambil menunggu Novi, kulihat ada gitar di samping tv. Daripada bengong aku ambil aja deh. Berkat diajarin Gatot, sekarang aku sudah bisa main gitar. Walaupun cuma lagu mimpi yg sempurna milik Peter Pan aja sih yg baru aku kuasai. Susah banget ternyata belajar gitar.
"Nov... Buruan!" Teriakku dari tempat dimana aku duduk. Hanya kata "Iya! Bentar" yg kudengar, namun tak kunjung keluar juga tu anak.
Setelah hampir setengah jam aku menunggu, terlihat pintu kamarnya telah dibuka. Dengan celana jins yg sedikit robek dibagian lutut dan paha, lalu dipadu kaos berwarna hitam gambar tengkorak, Novi terlihat garang namun tetap cool. Njiir keren banget.
"Yuk Dit... Pake Mobil atau Motor?" Tanya Novi seraya memakai sepatu converse ori warna merah yg ada di samping kamarnya.
"Motor aja deh Nov... Bisa abis duitku kalo beliin bensin mobilmu! Hehe," jawabku cengar-cengir. "Ya udah Yuk..." Tambahku kemudian.
"Oke!"
Kami pergi ke beberapa toko pakaian yg ada di kota kecil ini. Novi nampak serius memilih baju mana yg cocok buat aku, namun entah kenapa katanya modelnya jadul semua.
Kami keluar dari toko A ke toko B, berjalan dari jalan C ke jalan D dan semuanya tak ada yg cocok menurut Novi. Lama-lama kesel juga sama ni anak. Walau katanya gk ada yg cocok, namun setiap keluar dari toko, Novi malah selalu beli baju sendiri. Ini sih judulnya nemenin dia shoping.
"Nov... Yg bener aja! Kemana lagi kita? Ini barang belanjaanmu udah seabrek gini malahan!" Keluhku ke Novi.
"Lha gimana, gk ada yg cocok buatmu sih. Kita ke Distro AA aja abis ini, siapa tau ada yg keren disana!" Ajak Novi.
Setelah hampir 4 jam lamanya kami muter-muter, sampailah kami di sebuah distro yg Novi maksud.
"Naaaahhh! Ini Dit T.O.P banget!" Ucap Novi sambil memegang kemeja yg emang keren.
"Wuiiss... Iya Nov!" Itu aja ya. Satu lagi Nov! Yg kaos ya sekarang..."
Akhirnya setelah sekian lama pemburuan, aku mendapatkan sebuah kemeja warna biru-hitam dan sebuah kaos warna merah dengan model yg sangat bagus dengan harga ya masuk lah. Gk salah deh ngajak Novi. Selera fashionnya emang kelas. Kayaknya ini akan jadi baju terbaik yg aku miliki.
"Yaudah yuk balik..." Ajakku.
"Bentar, ini sekalian..." Ucap Novi sambil memberikan sebuah celana jins pendek dan sebuah celana hitam panjang kepadaku.
"Apaan ni?" Tanyaku heran.
"Celana..."
"Iya tau, maksudnya buat siapa?" Tanyaku lagi masih heran. Yg Novi berikan ini celana model cowok.
"Buat kamu lah!"
"Ah gk deh!" Seruku ke Novi sambil ngembaliin celana itu.
"Bawel aja sih!" Protes Novi.
"Duitku mana cukup Nov!"
"Hmmm..." Ucap Novi cuek lalu berjalan ke kasir mebawa celana itu.
"Eh Nov gk usah..." Cegahku.
Namun sia-sia usahaku mencegah Novi buat ngembaliin celana itu. Dia tetap cuek jalan ke kasir. Beberapa saat berjalan, akhirnya kita pun sampai kasir.
"Sini mana yg tadi!" Ucap Novi meminta kemeja dan kaos yg aku bawa di depan kasir.
"Nih..." Kataku seraya memberikannya lalu mengambil dompet buat membayar. Dahlah ludes duitku.
"Semuanya 590 ribu Mbak..." Ucap sang kasir ramah. Njjiiirr ludes bener deh duitku semua.
"Ini Mbak..." Kata Novi memberikan enam lembar uang warna merah ke kasir.
"Eh ini aja Mbak!" Potongku cepat seraya memberikan beberapa lembar uang ke kasir.
"Udah itu aja Mbak!" Seru Novi sambil menahan tanganku.
"Jangan Mbak ini aja!"
"Jangan Mbak!"
"...."
Kulihat sang kasir pun cuma bengong melihat tingkah kita.
"Dit!!"
"Nov!!"
"Udah ya sayang pake ini dulu..." Ujar Novi tersenyum, namun sorot matanya sangat mematikan.
"Duh Nov..." Keluhku singkat, pasrah.
Akhirnya aku pun menyerah. Percuma debat sama Novi. Seneng sih dibayarin semua, jadi duit yg dari Mbak Laras kemarin bisa aku tabung buat bayar hutang ke rentenir sialan. Tapi aku benar-benar gk enak. Masalahnya gk sedikit juga total belanjanya. Untuk ukuran anak SMA, duit segitu bisa buat jajan sebulan.
"Nih Nov aku ganti..." Ucapku ketika berjalan ke tempat parkir.
"Udah bawa aja..." Kata Novi santai.
"Aku gk enak Nov..."
"Slonjoran kalo gk enak..." Canda Novi masih santai.
"Serius Novvv!"
"Udah ah... Makan yuk!" Ajak Novi.
"Yaudah aku yg traktir kalo gitu..."
"Iyalah! Kebangetan kalo aku lagi yg nraktir!" Ucap Novi di samping motor lalu memakai helm.
"..."
Kemudian kami meninggalkan distro tersebut. Kupacu santai kuda besi ini sembari mikir mau ngajak Novi makan dimana.
"Mau makan apa nih?" Tanyaku ke Novi di boncengan belakang.
"Ngikut aja deh..."
"Ayam bakar gimana?"
"Gk ah..Bosen!"
"Emm... Nasi goreng yuk!"
"Lainnya deh!"
"Hmmm... Bakso aja yuk?"
"Ah lagi gk pengen bakso!" Tolak Novi lagi.
"Ya terus apaan? Katanya tadi ngikut??" Protesku.
"Yaudah sih, makan dirumah aja kalo gitu!" Seru Novi, duh kayaknya marah nih. Cewek dimana-dimana memang susah dimengerti. Gk Novi Gk Bella sama aja.
"Marah Nov?"
"Gk kok..."
Mampus deh, kalo udah begini bingung aku.
"Nov..."
"Hem..."
"Maaf ya..."
"Heem..."
Akhirnya dengan inisiatif sendiri, kuarahkan motor ini ke sebuh rumah makan soto kudus. Aku inget kalo di kantin Novi suka banget makan soto.
"Mau makan diatas motor?" Tanyaku ketika berhenti di depan rumah makan soto kudus.
"Pletak!!" "Cerewet aja daritadi!" Ucap Novi mukul helmku lalu turun dan jalan masuk ke dalam.
"...."
Kemudian Novi memesan dua porsi soto kudus. Lalu ia duduk di bangku yg masih kosong, aku pun mengikuti di belakangnya.
"Wah dulu aku sering kesini lho Dit..." Ucap Novi senyum. Asik moodnya udah balik lagi nih.
"Oh ya?"
"Iya, eh tadi kamu di rumahku maen gitar ya?"
"Iya... Berantakan ya?"
"Keren kok, alus banget genjrengannya, diajarin siapa?"
"Itu si Gatot, halah biasa aja Nov, cuma Em C G D doang kuncinya..."
"Tetanggamu itu ya? Tapi keren kok..."
Tak lama kemudian pesanan kami pun datang. Tanpa pikir panjang kami langsung melahap habis soto kudus yg lezat ini. Novi pun nampak menikmatinya.
"Ssssttt... Fiiuuuhh...." Kepulan asap kuhempaskan melayang-layang di udara.
"Enak ya sotonya, beda sama yg dikantin..." Oceh Novi.
"Iyalah..."
"Oiya Dit, kamu beneran mau kerja dulu setelah lulus?" Tanya Novi, dulu sempat bahas masalah ini bertiga sama Prapto. Si kunyuk Prapto mau ngelanjutin ke Akmil, katanya dia emang disuruh jadi tentara. Kalo Novi sih suka-suka dia aja, mau kuliah di Amerika pun ayo aja.
"Belum tau juga sih Nov..."
"Ya dipikir-pikir aja dulu..."
"Iya Nov, besok deh yg penting lulus aja dulu..."
Setelah menghabiskan satu batang rokok, aku pun membayar soto itu lalu pergi nganter Novi pulang.
"Makasih ya Dit..." Ucap Novi didepan gerbang rumahnya.
"Walah aku kali Nov yg makasih..."
Kita pernah bergerak dalam satu jalan
Berjuang bersama sebagai kawan
Menata banyak rencana,
Lalu menyalakan api di masa SMA
Terima kasih dariku, Novita.
Diubah oleh fthhnf 10-12-2021 20:30
fhy544 dan 7 lainnya memberi reputasi
8