Kaskus

Story

open.mindedAvatar border
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:


Quote:


Quote:
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 18:27
andristyle20Avatar border
vargubo86498Avatar border
nuryadiariAvatar border
nuryadiari dan 210 lainnya memberi reputasi
199
2M
5.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
open.mindedAvatar border
TS
open.minded
#4384
Her Human Part 5
“Kalian mengerti dengan penjelasan gw? Yang ga ngerti nanya, jangan diem aja” ucap gw ke tim gw menyampaikan materi rapat tadi lewat concall khusus.

“Ngerti Bos, lagian apa yang mau dikhawatirin? Semua skenario kita udah punya jalan keluarnya.” Ucap Kim dari sana.

“Kim. Jangan pernah meremehkan apapun. Taruhannya duit miliaran Ruble, dan nyawa.” Tegur gw

“Siap bos!”

“Bushido lo masih dengerin kan?”

“Masih Bos.” Jawab mr.Bushido

“Siapin semuanya, dan gw minta kalau ada tamu hari ini, lo yang maju.”

“Dimengerti Bos!”

“Bagus.. bagus.. apalagi ya? Ada yang mau ditambahkan?”

“Saya kira sudah cukup bos.” Ucap mr.Bushido mewakili tim gw.

“Yakin? Kalian ga menanyakan soal bonus di project ini berapa besarnya?”

“Hahahaha. Kalau masalah itu kami percayain ke lo aja Bos! Bos mau ngambil cut sampai 20% per orang juga kami akan terima dengan senang hati.”

“Huss. Apa gunanya gw minta cut ke kalian. Yasudah, itu aja yang gw lupa sampaikan ke kalian tadi. Lanjutkan.”

“Siap Bos!!”

Gw tutup aplikasi call ini lalu membuka aplikasi baru untuk mencatat poin poin yang perlu gw perbaiki atau capai agar tidak lupa. Hari sudah berubah menjadi sore. Sejak hidung gw mengeluarkan darah tadi siang, Valli memperlakukan gw seperti orang sekarat, disuruh rebahan dikasur dan tidak boleh bangun lah, well boleh bangun cuma kalau ke wc aja katanya, makan siang yang telat tadi pun iya yang memasak dan menagantarnya ke kasur ini.

Gw meraba badan gw ini, terutama ditempat dimana luka gw berada, hmm, luka sudah tertutup semua dan tidak basah, namun masih berbekas banget dan pasti keliatan kalo ini luka bekas tembakan, karena bentuknya yang unik. Jangan sampe Valli ngeliat ini, gw ga mau berbohong dan membuat dia khawatir.

“Hayo! Kaaan! Udah disuruh istirahat masih aja ngurusin kerjaan.” Ucap Valli yang tiba tiba nongol di pintu kamar ini.

“Yaampun Valli, aku Cuma kecapean, bukannya sekaratt. Masih bisa lah call doang.” Protes gw.

“Udah jangan ngelawan sih! Aku udah kabrin Sya, dia lagi kesini.” Ucapnya sambil berjalan dan merebahkan badanya disamping lalu memeluk gw dengan manja.

“Ngapain ngabarin Sya?”

“Ya dia pasti khawatir kamu ngilang hampir 5 hari!”

“Ya nanti malem kan aku juga pulang bakal ketemu dia.”

“Ga kamu ga pulang.” Ucap Valli.

“Ha?”

“Kamu tidur disini.”

“Anything you say, I obey my queen” ucap gw sambil mengusap kepalanya. Momen seperti ini sangat membuat gw damai, sayang sekarang agak keganggu sama rasa ngilu yang berasal dari luka di badan gw ini. Jemari Valli berdansa di dada gw, sebuah kebiasaan dia yang entah kenapa sangat gw suka, sangat relaxing, dan bikin ngantuk. Tidak lama kemudian kami pun tertidur.

Tiga jam sudah berlalu dan kami pun baru terbangun dari tidur siang kami. Valli yang mengetahui siapa yang datang, langsung beranjak ke pintu depan untuk menyabut tamu yang datang, Sya. Tak lama kemudian muncullah Dua cewek cantik di pintu kamar ini. Anastasya melontarkan senyuman ke gw dan langsung masuk kamar ini dan duduk di samping kanan kasur gw, sedangkan Valli sepertinya ke dapur untuk memasakkan Sya sesuatu untuk dimakan.

“Lama banget kamu menghilang Di.” Ucap Sya

“Iya hahaha. Kebablasan gw. Gimana? Ada masalah kah dirumah?” taya gw

“Nope! Semua lancar hehehe”

“Bagus, bagus, good girl” balas gw kini mengusap rambutnya.

“Jadi gimana keadaanmu?”

“Hm?”

“Kamu ga usah mengelak Di. Itu daerahku, dan aku tau apapun yang terjadi disana.” Ujarnya kini meraba dada gw.

“Wow. Lo masih punya network di situ?”

“Terkejut? Kamu pikir aku belajar dari siapa hm? Hahaha”

“Hahahaha. Bener juga, lo emang anak pintar. Tapi tenang aja, ga ada masalah kok, hanya luka kecil.”

“Kecil?! Ada suara tembakan ku dengar dari temanku. Dan kamu bilang kecil?!” ucap dia kini dengan nada yang tinggi.

“Well kalau begitu gw ubah, luka sedang aja. Agak ceroboh karena di serang tiba tiba. Tapi semua dah selesai dengan lancar bukan?”

“Ya. Lancar. Tapi..”

“Pikirin yang sudah terjadi aja Sya. Jangan mikir yang terlalu jauh, apalagi yang tidak tidak.”

“Hmmm..” gumamnya, gw merasakan firasat yang tidak enak dari gumamannya!

“….Sya??”

“Biar aku kasih tau kamu ya Di.” Ujarnya degan raut muka yang anehnya, sangat datar.
“Siapapun yang ngelukain kamu. Siapapun itu.. aku akan lenyapkan mereka.”

“Itu……. adalah pernyataan yang mengerikan Sya.”

“Kamu selalu mengajariku untuk fokus ke hal yang paling penting, lindungi apa yang berharga buat aku. Benar kan?”

“Iya bet-“ ucapan gw terpotong.

“Kamu adalah hal yang paling penting dan paling berharga buatku Di. Kamu nomor satu, Aku nomor dua, Keluargaku yang termasuk kamu juga nomor tiga, dan yang lainnya hanyalah hiasan.”

“….”

“Sesuai yang kamu ajarin, aku akan melakukan apapun untuk melindungi itu semua.” Ucapnya sambil tersenyum. Maan. Gimana bisa seorang cewek cantik, dengan senyum yang menakjubkan, mengeluarkan kata kata yang mengerikan seperti ini?

Sya pun mengusap rambut gw lalu beranjak keluar kamar dan ngobrol ngobrol dengan Valli. Tidak lama kemudian ia pergi pamit pulang. Menyisakan hanya gw dan Valli di apartment ini. Setelah kita makan malam dan melakukan hal hal lainnya, kami pun kembali ke posisi seperti tadi sore, dengan gw dan Valli sambil cuddling nonton tv dari kasur.

“Di..” ucap Valli dengan suara pelan

“Hm?”

Tiba-tiba Valli menusukkan jari telunjuknya ke badan gw, sialnya lagi, lokasi tempat iya menusukkan jari telunjuknya itu tepat banget di luka gw. Rasa menyengat langsung muncul di spot yang ia tekan. Membuat gw refleks.

“ANJEEEEENG!! Aw aw aw!!” rintih gw.

“An.. Jeng? Apa itu Adi? Hm?”

“Val, kamu ngapain sih? Tiba tiba neken neken begitu!?”

“Gemes, soalnya aku tungguin dari tadi kamu ga cerita semuanya ke aku!”

“Cerita apa??”

“Menurut kamu?”

Gw pun berpikir sejenak. Gimana Valli bisa tau dengan kondisi badan gw? Tidak ada orang yang memberitahunya, reaksi dia dari kantor gw sampe sore tadi pun juga biasa aja, hanya memperlakukan gw seperti orang sakit. Ah! Ada satu orang. Anastasya. Mungkin dia memberi tau Valli kalo gw mengalami sesuatu selama gw berkelana ga jelas 5 hari ini. Ahhh Anastasya, mungkin ini adalah salah satu cara dia mengungkapkan kemarahan dia ke gw. Well done! Gw tau kalau gw lah yang ngajarin dia, dan gw akuin, Sya semakin lama mulai bener bener menjelma menjadi versi cewe diri gw sendiri, brrr, tiba tiba badan gw begidik merinding.

“Oke!! Oke!! Ampun!! Aku cerita, jadi stopppp jangan teken teken lagi. Ngiluu.” Ucap gw minta ampun ke Valli

“Oke. Aku denger. Tapi kasih tau aku, anjeng itu apa?” ucapnya yang membuat gw terkekeh tapi harus terhenti karena badan gw diteken lagi ama dia.

“Itu.. bahasa umpatan dalam bahasa indonesia Val.”

“Ouh” ujar Valli mengerenyitkan matanya ke gw.
“Aku harus ingat itu, karena Adi. Kamu benar benar ‘Anjeng’.” Ucapnya yang entah kenapa membuat gw hampir ketawa tapi juga hampir merintih.

“Iya. Ampun. Diem dulu makanya sini biar aku bisa cerita.” Pinta gw.

“Okey. Cerita sekarang.” Perintahnya.

Gw pun menceritakan semua kejadian yang gw alami 5 hari kemarin, tentu saja gw menceritakan versi yang sudah gw sensor, jadi ada beberapa bagian yang gw singkat, bahkan gw ubah detailnya, yang penting intinya sama. Selama gw bercerita tangan Valli menggenggam erat tangan kanan gw, membuat gw bisa merasakan emosi yang bergejolak didalam kepalanya. Akhirnya cerita gw pun selesai, dan Valli hanya terdiam menatap mata gw. Jantung gw mulai berdebar kencang menerka nerka apa yang dipikirkan atau yang akan diucapkan Valli abis ini? Apakah akan jadi konflik kecil lagi? Valli mengerenyitkan mata abu abu nya ke mata gw, dan mulai membalas.

“Kamu ke brothel itu?” tanyanya.

“Yep.”

“Buat apa?”

“sebagai reward karena sudah bekerja keras buat orang orang homeless itu.”

“Kamu kayanya sering ke situ hm?”

“Dibilang sering sih engga. Tapi biasanya gw akan bawa anak buah gw kesitu setelah menyelesaikan project. Sebagai reward.” Ucap gw

“Apakah kamu….. ikut menggunakan wanita-wanita yang ada disitu?”

“Nope. Gw hanya mengajak ngobrol beberapa wanita saja pas anak buah gw dilayani.”

“Yakin kamu ga ngapa-ngapain?”

“Valli…. Apakah kamu meragukan perkataanku tadi?”

“Ya. Apakah aneh jika cewekmu mempertanyakan perbuatanmu ketika pacarnya datang ke tempat seperti itu?”

“Tidak aneh. Denger. Biar tidak salah paham. Aku tidak menggunakan wanita disana. Aku juga melapor waktu kejadian dengan Yvette waktu itu bukan?”
“Tentu saja semua pernyataan harus didukung dengan bukti yang faktual… ada cctv disana.. aku akan minta rekamannya agar kamu bisa melihatnya.”

“Gak. Gak usah. Aku percaya kamu.”
“terus bagaimana dengan orang-orang yang menyerangmu?”

“Mereka tidak akan menjadi masalah lagi Val. Tenang saja. Mereka tidak akan mengganggu aku, apalagi mengganggu Anastasya.”

“Lukamu…. Ini bukan luka biasa, bukan luka sayatan atau pukulan, apakah ini luka tembakan, Adi?”

“…..” gw hanya tersenyum menjawabnya.

“Kamu bisa tidak selamat Adi…” ucapnya lirih.

“Aku selamat Valli. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

“Maafin aku Di… Maafin aku sayang.”

“Kenapa kamu minta maaf Valli?”

“Hm? Kenapa kamu minta maaf?”

“Karena kelakuanku membuat kamu jadi mengalami kejadian ini Di. Maafin akuu.” Ujar Valli. Air matanya mulai menetes, membahasi pipinya.

“Kenapa kamu bicara begitu Valli? Ga ada yang nyalahin kamu kok.”

“Kalau aku waktu itu gak menolak kamu untuk datang kerumahku. Untuk kita berbicara. Hal ini tidak akan terjadi Adi!!”

“Terus kenapa itu menjadi salahmu? Aku yang memutuskan untuk berkeliaran, aku bisa saja langsung pulang dan semua ini tidak akan terjadi kan?”

“Dan kenapa kamu berkeliaran? Pasti karena mikirin konflik kita bukan?!”

“Itu.. pilihanku Valli, bukan salahmu.”

“Kamu.. kamuu.. bisa gak selamat, tau gak sih Di? Kamu bisa aja gak selamat!!”

“Valli. Kalau aku tidak selamat, berarti itu takdirku. Bukan salahmu”

*PLAK*

Pipi gw terasa panas, dan seperti ada jarum jarum kecil yang menusuk. Tidak lama kemudian Kerah gw ditarik oleh Valli membuat wajah gw dengannya hanya berjarak sub 1cm.

“BISA-BISANYA KAMU BICARA KAYA GITU DI!! KAMU GAK MIKIR!? KAMU GAK MIKIR APA YANG AKU RASAIN SELAMA 5 HARI INI KAMU GA ADA?!”

“……”

“RASANYA DI!! AKU MERASA SESAK, GELISAH, SEDIH!! AKU HANYA BISA MIKIRIN KAMU!!! KALAU AKU AJA KAYA GINI SELAMA KAMU MENGHILANG 5 HARI…. KAMU BAYANGIN APA YANG AKU RASAKAN KALAU ADA SESUATU YANG TERJADI SAMA KAMU!!!”

“……”

“HIDUPMU DI!! HIDUPMU, NYAWAMU, BUKAN MILIK KAMU AJA SEKARANG!! GIMANA DENGAN KELUARGAMU? GIMANA DENGAN ANASTASYA? GIMANA DENGAN AKU!?”

Gw bisa merasakan airmata Valli yang membasahi muka gw. Genggamannya dikerah gw pun sudah mulai melonggar. Jujur, gw gak bisa membalas apa yang Valli katakan. Bukan karena apa-apa, namun entah kenapa gw merasa, apa yang Valli rasakan itu menusuk seluruh tubuh gw.

“Aku pernah bertanya ke kamu kemarin.. apakah kamu mencintaiku bukan? Kamu mau tau apa yang kurasakan?”
“Aku sangat mencintaimu Di. Melebihi apapun. Aku gak pernah merasakan rasa seperti ini selama aku hidup Di!”
“Adi. Kamu, tubuhmu, nyawamu, adalah milikku. Begitu juga dengan aku, tubuhku, nyawaku, adalah milikmu, kamu bisa melakukan apapun dengan itu. Kamu tidak boleh meninggalkan ku sampai akhir Di. Kamu tidak boleh pergi sebelum aku. Aku tidak akan kuat menanggung rasa ini jika kamu tinggalin Di.”

Sebelum gw bisa membalas pernyataannya. Mulut ini sudah tersambar oleh ciuman Valli. Ciuman beribu rasa. Beribu arti.
kkaze22
sormin180
junti27
junti27 dan 34 lainnya memberi reputasi
35
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.