- Beranda
- Stories from the Heart
Indahnya Musim Panen (Dulu - Sekarang)
...
TS
beqichot
Indahnya Musim Panen (Dulu - Sekarang)
SALAM KASKUS
Assalamu'alaikum gansist yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik.
Jumpa lagi dengan ane @beqichot dalam trit ane yang kelasnya masih ecek-ecek..ahahaha.
Gansist ada yang mengalami masa kecil di daerah pedesaan di Jawa Tengah? Khususnya desa yang mayoritas penduduknya bertani padi?
Kalau ada...tunjuk jari...!!!!
Kali ini ane ingin sedikit bernostalgia tentang pengalaman ane saat masih piyik (kecil), dan saat ini...(tuwir).
Nostalgia tentang apa? Tentang indahnya musim panen padi di desa.
"Kok ga penting banget sih...!"
Mungkin ada yang berpendapat begitu ya?
Namanya juga nostalgia, ga penting buat orang lain, tapi sangat berkesan buat ane.
Jadi mohon maaf jika trit ane ini nantinya akan jadi trit yang sangat tidak menarik buat sebagian agan dan sista.
Dan karena keterbatasan karakter dalam penulisan trit, maka nostalgia ini akan ane buat dalam beberapa part.
Oke...kita langsung ke tekapeh...
PROLOG
Padi sudah merunduk dan untaian padi yang di ujung sudah mulai semburat kekuningan.
Para petani tersenyum sumringah melihat hasil usaha mereka selama hampir 4 bulan, tak sia-sia.
Bulir padi yang mulai menguning di ujungnya (di daerahku disebut bangcuk/abang pucuk [merah di ujing]}, menjadi pertanda bahwa sebentar lagi musim panen akan tiba.
Musim panen, berarti menikmati hasil jerih payah mereka selama ini, mulai dari mengolah tanah, menyemai bibit, menanam padi, mengurus tanaman padi...
Di saat para petani sedang tersenyum gembira, sambil melafalkan kalimat syukur atas tanaman padi yang mulai menguning, anak-anak mereka juga menyunggingkan senyum.
Panen berarti, orang tua mereka bakal punya uang. Dan mereka bisa minta sepatu baru, baju, alat tulis dsb.
Tapi bukan itu saja yang mereka pikirkan. Anak-anak itu mulai membayangkan musim panen yang semarak, menyenangkan dan mengenyangkan.
Sudah terbayang dalam benak mereka, sebelum musim panen tiba, mereka akan merasakan makanan enak khas pedesaan yang menandakan bahwa sebentar lagi akan tiba musim panen.
Mata bening mereka juga memandang ke atas... ke pucuk-pucuk daun kelapa yang menjuntai.
Melihat pucuk daun pohon lontar yang lebar.
Ada apa di sana sehingga mereka begitu antusiasnya?
Hmmm...musim panen... musim petani berpesta
Musim anak-anak bergembira...
Apa yang membuat mereka bergembira?
Nanti... nanti...akan kita kupas satu persatu, sesuai dengan ingatanku dan akan dibandingkan dengan keadaan saat ini.
Apa yang beda dari dulu dan sekarang....
Siap???
Kita masuk part 1 ya...??
Let's go guys.....!!!
PROLOG
Part 1: Wiwit
Part 2: Burung Manyar
Part 3: Barter
Assalamu'alaikum gansist yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik.
Jumpa lagi dengan ane @beqichot dalam trit ane yang kelasnya masih ecek-ecek..ahahaha.
Gansist ada yang mengalami masa kecil di daerah pedesaan di Jawa Tengah? Khususnya desa yang mayoritas penduduknya bertani padi?
Kalau ada...tunjuk jari...!!!!

Kali ini ane ingin sedikit bernostalgia tentang pengalaman ane saat masih piyik (kecil), dan saat ini...(tuwir).
Nostalgia tentang apa? Tentang indahnya musim panen padi di desa.
"Kok ga penting banget sih...!"
Mungkin ada yang berpendapat begitu ya?
Namanya juga nostalgia, ga penting buat orang lain, tapi sangat berkesan buat ane.
Jadi mohon maaf jika trit ane ini nantinya akan jadi trit yang sangat tidak menarik buat sebagian agan dan sista.
Dan karena keterbatasan karakter dalam penulisan trit, maka nostalgia ini akan ane buat dalam beberapa part.
Oke...kita langsung ke tekapeh...
PROLOG
Padi sudah merunduk dan untaian padi yang di ujung sudah mulai semburat kekuningan.
Para petani tersenyum sumringah melihat hasil usaha mereka selama hampir 4 bulan, tak sia-sia.
Bulir padi yang mulai menguning di ujungnya (di daerahku disebut bangcuk/abang pucuk [merah di ujing]}, menjadi pertanda bahwa sebentar lagi musim panen akan tiba.
Musim panen, berarti menikmati hasil jerih payah mereka selama ini, mulai dari mengolah tanah, menyemai bibit, menanam padi, mengurus tanaman padi...
Di saat para petani sedang tersenyum gembira, sambil melafalkan kalimat syukur atas tanaman padi yang mulai menguning, anak-anak mereka juga menyunggingkan senyum.
Panen berarti, orang tua mereka bakal punya uang. Dan mereka bisa minta sepatu baru, baju, alat tulis dsb.
Tapi bukan itu saja yang mereka pikirkan. Anak-anak itu mulai membayangkan musim panen yang semarak, menyenangkan dan mengenyangkan.
Sudah terbayang dalam benak mereka, sebelum musim panen tiba, mereka akan merasakan makanan enak khas pedesaan yang menandakan bahwa sebentar lagi akan tiba musim panen.
Mata bening mereka juga memandang ke atas... ke pucuk-pucuk daun kelapa yang menjuntai.
Melihat pucuk daun pohon lontar yang lebar.
Ada apa di sana sehingga mereka begitu antusiasnya?
Hmmm...musim panen... musim petani berpesta
Musim anak-anak bergembira...
Apa yang membuat mereka bergembira?
Nanti... nanti...akan kita kupas satu persatu, sesuai dengan ingatanku dan akan dibandingkan dengan keadaan saat ini.
Apa yang beda dari dulu dan sekarang....
Siap???
Kita masuk part 1 ya...??
Let's go guys.....!!!
PROLOG
Part 1: Wiwit
Part 2: Burung Manyar
Part 3: Barter
Diubah oleh beqichot 09-12-2021 19:24
scorpiolama dan 10 lainnya memberi reputasi
11
2.2K
65
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#12
Part 3: Barter
Apa yang paling ditunggu anak-anak saat panen tiba, selain nasi wiwit?
Dahulu, di daerahku saat musim panen tiba, inilah saat paling menyenangkan bagi anak-anak. Setiap orang tua pulang dari memetik padi di sawah, pasti akan membawa es dawet satu cerek, tape sungkong 1 bungkus, terkadang gorengan...
Lho, memang ada ya yang jualan di sawah? Trus modelnya gimana?
Kayak warung berjalan kah?
Begini gansist, setiap musim panen tiba, maka akan banyak sekali orang yang berjualan di sawah.
Mulai es dawet yang dipikul....dan menurutku ini yang paling berat. Bayangkan saja, dia berangkat berat, pulang juga berat...
Ada juga penjual tape singkong, yang biasanya naik sepeda dengan keranjang kecil di kiri kanan sepeda. Keranjang ini berisi tape itu tadi. Tiap melihat ada orang memetik padi, dia ambil salah satu keranjang, dan turun ke sawah untuk menjajakan dagangannya.
Semakin ke sini, jenis dagangan semakin bermacam-macam. Awalnya meningkat pada gorengan, lalu kopi dll, bahkan rokok juga lauk pauk....
Lalu gimana proses pembayarannya? Memangnya para petani itu bawa cuan waktu ke sawah?
Ga perlu repot gansist... kita jual beli dengan cara barter. Semua ditukar dengan gabah. Tentunya sesuai dengan harga barang yang kita ambil.
Aku ingat, dulu saat ikut orang tua ke sawah untuk memetik padi, kita ngurup (barter), gabah dengan dawet.
Hanya gabah swbanyak satu caping (penutup kepala dari anyaman bambu) penuh, kita bisa puas minum dawet... Asli sampai puas...sampai perut kembung lah istilahnya.
Itu masih ditambah 1 cerek es dawet.... WOW...!!!
Dari sekian banyak dagangan di sawah, es Dawet dan tape adalah primadonanya. Dari dulu hingga akhir-akhir ini, dua dagangan itulah trade mark musim panen.
Aku pernah dengar dari almarhumah budheku, bahwa jaman dahulu penjual dawet itu harus telanjang dada.
Bayangkan gansist, di tengah panas terik siang hari, memikul beban berat, dan mesti bertelanjang dada (tanpa baju, hanya celana komprang).
Aku sempat bertanya, kenapa kok harus telanjang dada?
Kata budheku, itu untuk penilaian bahwa pedagang itu bersih dan sehat.
Kata beliau, kalau yang pakai baju malah ga laku, karena orang-orang takut kalau pedagang itu ternyata memiliki penyakit kulit...
Sampai segitunya....
Tapi saat jamanku, semua memakai baju kok.
Ugh...segar sekali, saat cuaca panas, berkeringat di sawah, lalu minum dawet....hmmm...
Nikmat mana lagi yang kamu dustakan. ..?
Tapi yang namanya anak-anak, selalu saja ada tingkah nakalnya. Begini ceritanya.....
Saat dapat tugas dari orang tua untuk menjemur gabah, cuaca pasti panas sekali.
Nah, paling senang jika ada tukang dawet lewat.
Tapi, karena takut kalau nanti orang tua marah karena gabah berkurang, kami ga kurang akal dong...
Kami ambil rantang, bawah kami isi dengan gabah bagus, di atasnya kita kasih sekam lumayan banyak, dan paling atas, gabah bagus lagi.....
Nah, saat ada tukang dawet, barterlah kita. Minum dua atau tiga mangkuk, kenyang sudah. Kita kasih gabah dalam rantang yang sudah disiapkan tadi, tentunya sambil berdebar-debar takut ketahuan...hehe.
Setelah tukang dawet pergi, barulah senyum kemenangan tersungging di bibir kami.
(Jangan ditiru di rumah, hanya dilakukan oleh profesional yang berpengalaman.....!!!
Itulah kenangan indah dengan tukang dawet saat musim panen.
Sekarang, pemerintah desa melarang para penjual untuk beejualan lagi di sawah. Alasannya, karena itu tuntutan daru pemilik sawah, karena dianggap merugikan pemilik sawah.
Ada benarnya juga sih, walaupun aku secara pribadi tak menyetujuinya.
Kenapa???
1. Menuai padi itu pekerjaan yang sangat berat, apalagi saat panen musim penghujan. Mereka yang menuai padi itu pasti kelelahan dan kehausan. Menurut pendapatku, biarlah mereka barter kalau cuma es dawet atau tape singkong, atau gorengan. Asal jangan yang mahal-mahal dan tidak urgent, seperti rokok, ayam goreng, dll.
Palingan gabah cuman berkurang 5 kg paling banyak. Itu kan bisa juga disebut sedekah? Kan pemilik sawah dapat pahala?
2. Para penjual itu juga butuh cari makan. Dan apa yang mereka lakukan itu halal. Nah, kenapa kita tak bantu mereka, dengan membiarkan penuai padi barter dengan mereka?
Bukankah itu juga ibadah dan dapat pahala?
Kenapa sih pada medit banget?
Tapi semua punya pandangan sendiri-sendiri.
Aku pribadi jika ada orang yang memetik padi di sawah garapanku, aku silahkan mereka untuk barter yang wajar. Karena aku sendiri sudah merasakan, betapa lelah dan haus serta lapar, menuai padi itu.
Sekali.lagi, itu pendapat pribadiku sih, sebagai orang di arus bawah...hehe.
Itu tadi semua hal yang ane ingat tentang indahnya musim panen. Dahulu dibandingkan dengan sekarang.
Jika ada keslahan tulis, atau ada kata-kata yang menyinggung readers, ane mohon maaf yang sebesarnya.
Sekali lagi, ane hanya ingin berbagi cerita sekaligus bernostalgia
Terima kasih sudah mampir dan membaca trit ane ini...
C U in next trit....
Be happy....
Dahulu, di daerahku saat musim panen tiba, inilah saat paling menyenangkan bagi anak-anak. Setiap orang tua pulang dari memetik padi di sawah, pasti akan membawa es dawet satu cerek, tape sungkong 1 bungkus, terkadang gorengan...
Lho, memang ada ya yang jualan di sawah? Trus modelnya gimana?
Kayak warung berjalan kah?
Begini gansist, setiap musim panen tiba, maka akan banyak sekali orang yang berjualan di sawah.
Mulai es dawet yang dipikul....dan menurutku ini yang paling berat. Bayangkan saja, dia berangkat berat, pulang juga berat...

Ada juga penjual tape singkong, yang biasanya naik sepeda dengan keranjang kecil di kiri kanan sepeda. Keranjang ini berisi tape itu tadi. Tiap melihat ada orang memetik padi, dia ambil salah satu keranjang, dan turun ke sawah untuk menjajakan dagangannya.
Semakin ke sini, jenis dagangan semakin bermacam-macam. Awalnya meningkat pada gorengan, lalu kopi dll, bahkan rokok juga lauk pauk....

Lalu gimana proses pembayarannya? Memangnya para petani itu bawa cuan waktu ke sawah?
Ga perlu repot gansist... kita jual beli dengan cara barter. Semua ditukar dengan gabah. Tentunya sesuai dengan harga barang yang kita ambil.
Aku ingat, dulu saat ikut orang tua ke sawah untuk memetik padi, kita ngurup (barter), gabah dengan dawet.
Hanya gabah swbanyak satu caping (penutup kepala dari anyaman bambu) penuh, kita bisa puas minum dawet... Asli sampai puas...sampai perut kembung lah istilahnya.
Itu masih ditambah 1 cerek es dawet.... WOW...!!!
Dari sekian banyak dagangan di sawah, es Dawet dan tape adalah primadonanya. Dari dulu hingga akhir-akhir ini, dua dagangan itulah trade mark musim panen.
Aku pernah dengar dari almarhumah budheku, bahwa jaman dahulu penjual dawet itu harus telanjang dada.
Bayangkan gansist, di tengah panas terik siang hari, memikul beban berat, dan mesti bertelanjang dada (tanpa baju, hanya celana komprang).
Aku sempat bertanya, kenapa kok harus telanjang dada?
Kata budheku, itu untuk penilaian bahwa pedagang itu bersih dan sehat.
Kata beliau, kalau yang pakai baju malah ga laku, karena orang-orang takut kalau pedagang itu ternyata memiliki penyakit kulit...

Sampai segitunya....
Tapi saat jamanku, semua memakai baju kok.
Ugh...segar sekali, saat cuaca panas, berkeringat di sawah, lalu minum dawet....hmmm...
Nikmat mana lagi yang kamu dustakan. ..?
Tapi yang namanya anak-anak, selalu saja ada tingkah nakalnya. Begini ceritanya.....
Saat dapat tugas dari orang tua untuk menjemur gabah, cuaca pasti panas sekali.
Nah, paling senang jika ada tukang dawet lewat.
Tapi, karena takut kalau nanti orang tua marah karena gabah berkurang, kami ga kurang akal dong...
Kami ambil rantang, bawah kami isi dengan gabah bagus, di atasnya kita kasih sekam lumayan banyak, dan paling atas, gabah bagus lagi.....

Nah, saat ada tukang dawet, barterlah kita. Minum dua atau tiga mangkuk, kenyang sudah. Kita kasih gabah dalam rantang yang sudah disiapkan tadi, tentunya sambil berdebar-debar takut ketahuan...hehe.
Setelah tukang dawet pergi, barulah senyum kemenangan tersungging di bibir kami.
(Jangan ditiru di rumah, hanya dilakukan oleh profesional yang berpengalaman.....!!!

Itulah kenangan indah dengan tukang dawet saat musim panen.
Sekarang, pemerintah desa melarang para penjual untuk beejualan lagi di sawah. Alasannya, karena itu tuntutan daru pemilik sawah, karena dianggap merugikan pemilik sawah.
Ada benarnya juga sih, walaupun aku secara pribadi tak menyetujuinya.
Kenapa???
1. Menuai padi itu pekerjaan yang sangat berat, apalagi saat panen musim penghujan. Mereka yang menuai padi itu pasti kelelahan dan kehausan. Menurut pendapatku, biarlah mereka barter kalau cuma es dawet atau tape singkong, atau gorengan. Asal jangan yang mahal-mahal dan tidak urgent, seperti rokok, ayam goreng, dll.
Palingan gabah cuman berkurang 5 kg paling banyak. Itu kan bisa juga disebut sedekah? Kan pemilik sawah dapat pahala?
2. Para penjual itu juga butuh cari makan. Dan apa yang mereka lakukan itu halal. Nah, kenapa kita tak bantu mereka, dengan membiarkan penuai padi barter dengan mereka?
Bukankah itu juga ibadah dan dapat pahala?
Kenapa sih pada medit banget?

Tapi semua punya pandangan sendiri-sendiri.
Aku pribadi jika ada orang yang memetik padi di sawah garapanku, aku silahkan mereka untuk barter yang wajar. Karena aku sendiri sudah merasakan, betapa lelah dan haus serta lapar, menuai padi itu.
Sekali.lagi, itu pendapat pribadiku sih, sebagai orang di arus bawah...hehe.
Itu tadi semua hal yang ane ingat tentang indahnya musim panen. Dahulu dibandingkan dengan sekarang.
Jika ada keslahan tulis, atau ada kata-kata yang menyinggung readers, ane mohon maaf yang sebesarnya.
Sekali lagi, ane hanya ingin berbagi cerita sekaligus bernostalgia
Terima kasih sudah mampir dan membaca trit ane ini...
C U in next trit....
Be happy....
liverd dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup