Kaskus

Story

fthhnfAvatar border
TS
fthhnf
Roda Kehidupan
Roda Kehidupan


"Roda itu bernama kehidupan. Saat kita berada diatas kadang berputar sangat cepat, namun ketika kita berada dibawah roda itu terlalu lambat berputar kembali. Kamu tau kenapa? Karena kehidupan tak semudah mengayuh sepeda untuk tetap berjalan diatas aspal yang halus.​"

Sebelumnya mohon maaf dan mohon izin untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki yang hidup di sebuah kota kecil namun sangat nyaman, Magelang.

Gue nulis ini sebagai catatan dan memory gue untuk melukiskan tentang kehidupan yang seperti roda. Silahkan berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, disini gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.

Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan. Mohon maaf jika terdapat banyak umpatan kasar dalam bahasa jawa dan beberapa pikiran liar yang terkandung dalam cerita. Semoga bisa disikapi secara bijak. Cerita ini dimulai tahun 2003 anggap aja tahun segitu gw berada di bangku SMA. Nama tokoh dan tempat instansi juga sengaja disamarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.

Ah... kurasa cukup. Dan kamu akan tetap menjadi ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan...


© Uhuk.. Wis keren? Sip mas! Oke.


Index Cerita:

Part 1 Aku dan Kalian

Part 2 Kaliurang Sore Itu

Part 3 Bella Namanya

Part 4 PHK Massal

Part 5 Warung Baru Ibu

Part 6 Bapak Semangatku

Ketahuan Bini

Part 7 Kak Siska Kenapa?

Part 8 Hape Baru

Part 9 Pelukan Hangat Kak Siska

Part 10 Pelangi Di Sekar Langit

Part 11 Cemburu, Bell?

Part 12 Kasihan Bapak

Part 13 Minuman Cinta

Part 14 Pekerjaan Pertama

Part 15 Pulau Dewata

Part 16 Tersenyum Kembali

Part 17 Mumi Sekolah

Part 18 Desember Terbaik

Part 19 Happy New Year

Part 20 Gosip Fara

Part 21 Konser Jikustik

Part 22 Maaf, Nov

Part 23 Si Gundul

Part 24 Sebuah Takdir

Part 25 Must On

Part 26 Kejutan

Part 27 Thanks, Nov!

Part 28 Ujian Nasional

Part 29 Janji Bella

Part 30 Babak Baru Kehidupan

Part 31 Vita!

Part 32 Pacar Cadangan

Part 33 Suroboyo Rek!

Part 34 Semalam Bersama Bella
Diubah oleh fthhnf 01-04-2023 20:40
custinayulia645Avatar border
fhy544Avatar border
junti27Avatar border
junti27 dan 33 lainnya memberi reputasi
32
22.9K
434
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
fthhnfAvatar border
TS
fthhnf
#92
Part 25 Must On
Quote:


Hari ini tepat seminggu kepergian Ayah. Minggu yg sangat berat untuk aku lalui. Aku gk pernah tau kekuatan seperti apa yg Tuhan berikan kepada aku dan Ibuku sehingga kami bisa tetap tabah dan kuat menghadapi ujian ini.

Ada banyak teman yg selalu hadir dirumah untuk tahlilan selama tiga hari mendoakan Almarhum Ayah. Prapto pun juga bolos sekolah selama dua hari untuk menemaniku dirumah. Dia paham betul jika aku benar-benar down saat ini dan membutuhkan teman.

Hari ini aku akan kembali ke sekolah setelah seminggu penuh tidak mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Biar bagaimanapun aku harus bangkit dan kembali menjalani rutinitasku seperti biasa.

"Buruan Dit udah siang!" Ucap Mbak Laras yg pagi ini sengaja mengantarku sekolah.

"Iya Mbak sik bentar..." Kataku seraya memakai sepatu di teras rumah.

Mbak Laras, dia adalah seorang wanita paling aku kagumi dan hormati setelah Ibu. Entah kenapa dia sangat perhatian dan sayang kepadaku. Walau kami gk ada hubungan darah sama sekali, namun ia sangat peduli. "Kamu udah Mbak anggep kayak adek Mbak sendiri Dit..." Begitulah kata Mbak Laras pada malam hari setelah tahlilan dirumah kemarin. Gatot pun tak ada masalah aku dekat banget sama Mbak Laras, dia ngerti kalo Kakaknya itu nganggep aku juga adeknya.

"Buk, Adit sekolah dulu ya..." Pamitku ke Ibu.

"Iya... Hati-hati yo le, sekolah yg bener..." Ucap Ibuku tersenyum. "Maaf lho Ras jadi ngerepotin kowe terus..." Imbuh Ibu ke Mbak Laras.

"Santai aja Budhe, sekalian Laras ke kampus kok ini..." Jawab Mbak Laras ramah.

Usai pamit, kupacu motor Mbak Laras ini meninggalkan rumah. Dia maksa aku yg nyetir.

"Masak cewek boncengin cowok sih? Buruan keburu telat kamu!" Seru Mbak Laras.

"Iya Mbak..."

Selama perjalanan Mbak Laras melingkarkan tangannya di badanku dari jok belakang. Jelas ini bukan hal yg lumrah jika aku dianggap adek. Dasar Mbak Laras, nganggep adek tapi diperlakukan kayak gini, huh.

Sesampainya di depan sekolah aku langsung turun dari motor Mbak Laras. Mbak Laras pun lalu menyeret pantatnya maju di jok depan.

"Aku masuk dulu ya Mbak..."

"Sini salaman dulu..." Suruh Mbak Laras.

Akupun mengulurkan tanganku dan disambut uluran tangan Mbak Laras.

"Sekolah yg bener ya..." Ujar Mbak Laras lalu mengusap rambutku halus.

"..." Aku hanya terdiam dalam senyum. Duh baper aku diginiin Mbak.

"Hahaha..." Njiir malah ketawa dia.

"Yowis Mbak aku masuk dulu ya..."

"Oke..."

Kemudian aku berjalan menuju kelas. Aku gk tau kenapa selama aku jalan banyak adek-adek kelas yg memandangku dengan tatapan Iba. Sebenarnya risih dengan tatapan itu, tapi aku berusaha untuk bersikap wajar.

Sesampainya di kelas, teman-teman menyambutku bak pahlawan yg telah lama hilang. Mereka mengucapkan bela sungkawa lagi dan bilang kalo kelas sepi.

"Sepi cuk kelas gk ada kamu..." Ucap Prapto ketika aku duduk disampingnya.

"Kamu harus kuat ya Dit... Jangan pernah merasa sendiri..." Kata Novi dari bangku depan.

"Iyo-iyo... Makasih yo semua..."

Aku sungguh beruntung mempunyai sahabat-sahabat yg baik dan selalu ada. Eh tapi apa bener yg Mbak Laras bilang ya? Kalo Novi suka sama aku. Duh kenapa jadi mikirin ini.

Selama pelajaran berlangsung aku lebih banyak diam dan memperhatikan guru memberikan materi di depan. Entah kenapa rasanya gk ada semangat untuk jahil dan bercanda seperti hari-hari sebelum Ayah tiada. Anak-anak pun paham dengan keadaanku yg masih duka ini. Mereka gk selengekan kayak biasanya.

"Dit..."

"Iya Nov, gimana?"

Kami berdua ngobrol disebuah warung jus saat pulang sekolah. Novi maksa ditemenin minum jus siang itu. Sebenernya udah aku tolak karena aku juga ingin cepat pulang buat kerja di pasar. Tapi percuma, Novi langsung narik tanganku secara paksa.

"Masih sedih ya?" Tanya Novi seraya memainkan sedotan yg ada di gelas jus mangga miliknya.

"Begitulah..." Jawabku sambil tersenyum.

"Kamu harus tetap kuat Dit..."

"Iya Nov..."

"Oiya, kamu tuh kerja ya?" Tanya Novi menyelidiki.

"Tau darimana?"

"Semalam aku makan di sekitar plaza kota, Terus gk sengaja ketemu temenmu yg nonton konser itu..." Ucap Novi lalu menyeruput jus nya dengan sedotan.

"Gatot?"

"Iya... Kita ngobrol lumayan lama sih, dia bilang kalo kamu selama ini kerja."

"..." Njir sial si gatot ini emang ember.

"Sejak kapan kamu kerja dipasar Dit?"

"Udah lama, setengah tahunan ini..."

"Kok gk bilang ke aku?"

"Malu aku Nov..."

"Kenapa harus malu?" Teter Novi.

"..."

"Diit..."

"Ya malu aja, kerjaanku disana cuma kuli panggul Nov! Aku takut kalo kalian ngejauhin aku setelah tau aku kerja jadi kuli panggul!" Seruku ke Novi.

"PLAAAKKK!"

"Kamu pikir aku bakal ngejauhin?" Seru Novi penuh emosi.

"...." Aku hanya diam gk tau mau ngomong apa.

"Denger ya, aku gk peduli kamu kerja apa disana... Aku cuma, Maaf maksudku kita, kita temen-temen kamu cuma menyayangkan aja kamu gk jujur. Aku sama Prapto heran kenapa kamu ngeluh capek terus disekolah kemarin-kemarin. Kalo kamu ada masalah bilang Dit!" Jelas Novi masih dengan emosi, matanya berkaca-kaca.

"..." Akupun hanya tertegun lesu.

"Terserah deh!" Ujar Novi lalu ia beranjak dari duduknya dan jalan menuju jalan raya. Njiir kenapa lagi si Novi.

"..."

Aku hanya duduk terdiam melihat Novi pergi gitu aja. Aku gk tau kenapa sikapnya begitu aneh. Selain pusing mikirin Novi yg makin hari makin gk jelas, aku juga malas rasanya ngeladenin disaat seperti ini. Aku cuma pengen waktu bisa berputar lagi agar Ayah tak terlibat dalam kecelakaan itu.

Sekitar sepuluh menit aku masih tertegun duduk di warung jus, tiba-tiba terasa pundakku ditepuk oleh seseorang.

"Ayo Pulang..."

"Iya..." Ucapku tersenyum melihat Novi kembali datang menghampiriku.

"Maaf aku emosi tadi..." Ucap Novi saat kita jalan menuju jalan raya buat nunggu angkot.

"Iya... gk papa kok Nov..."

Hanya kata itu yg kami ucapkan hingga angkot datang. Entah kenapa aku jadi pendiam, Novipun demikian.

"Aku duluan Dit..." Pamit Novi lalu masuk kedalam angkot warna biru jurusan rumahnya.

"Iya... Hati-hati..."

Usai Novi pulang, ntah kenapa aku malah kembali lagi ke warung jus itu. Kemudian aku memesan segelas jus melon lalu duduk lagi di bangku yg tadi. Kuambil rokok yg aku simpan di tas dan menyulutnya. Saat ini otakku benar-benar kacau. Entah kenapa pikiranku bercabang kemana-mana. Kunikmati rokok dan jus ini dalam kesendirian. "Ya Tuhan... Kenapa berat sekali ujian yg Kau berikan kepadaku?" Batinku.

Tak terasa sudah empat batang rokok kuhabiskan, gelas pun telah kosong. Setelah membayar, kuputuskan untuk segera pulang.

---

Hari-hari setelahnya kujalani dengan biasa saja. Novi masih dalam diamnya, Prapto tanya berkali-kali kenapa sikapku dan Novi aneh. Akupun menjawab seadanya saja. Bella masih seperti Bella yg biasanya, dia tetap selalu ceria dan memberikan senyuman manisnya itu tiap berjumpa denganku.

Aku sekarang jadi lebih giat bekerja agar lekas bangkit dari keterpurukanku. Aku gk mau meratapi nasib dan sedih berlarut-larut. Walaupun kata Mbak Laras itu cuma pelarian atau pelampiasan, tapi dia mendukung selama itu bersifat positif.

"Tapi kamu tetep jaga kesehatan lho ya..." Ucap Mbak Laras di teras rumahku sore hari selepas maghrib.

"Iya Mbak..."

"Besok Mbak bantu ngomong ke Budhe soal kamu kerja... Ini udah saatnya kamu jujur ke Ibumu!"

"Iya Mbak..."

"Oiya gimana sekolahmu?"

"Lancar Mbak..."

"Kapan ujiannya?"

DEG... Iya ujian, aku hampir ujian. Dan setelah ujian Bella pergi. Ya Tuhan... Kenapa aku selalu dijauhkan dengan orang-orang yg aku sayang?

"Heh Dit diem aja!" Seru Mbak Laras mengagetkanku.

"Maaf Mbak..."

"Ngelamunin apa?" Selidik Mbak Laras.

Akhirnya kuceritakan kalo setelah ujian nanti aku pisah sama Bella karena dia pindah ke Surabaya sama keluarganya.

"Yg sabar aja Dit, kalo jodoh gk kemana..."

"Hmmm.. Iya Mbak..."

"Ajak jalan gih Bella, udah lama kan kalian gk jalan?"

"Iya sih mbak, udah lama..."

"Yaudah buruan telpon atau sms lah, sekalian kalian refreshing gitu..." Kata Mbak Laras memberi saran. Masuk akal juga sarannya.

"Iya Mbak nanti aku sms deh..."

"Nah gitu dong!"

"Eh Mbak, tau gk masa aku sama Novi diem-dieman gitu sekarang..." Curhatku.

"Kenapa emangnya?"

"Jadi dia tuh tau kalo aku kerja, terus marah-marah gitu..."

"Tuh kan Mbak bilang apa, dia tu suka sama kamu..."

"Gk kok Mbak, kita ini temenan daridulu..."

"Ah mana ada temen yg marah-marah gk jelas gitu..."

"Tau ah Mbak, terus aku harus gmn Mbak?"

"Udah diemin aja dulu, cewek emang gitu sih..."

"Sampe kapan?"

"Ya liat perkembangannya dulu Dit, terus kamu minta maaf aja ke dia, beliin apa kek yg murah aja..."

"Iya deh Mbak..."

"...." Mbak Laras pun tersenyum manis.

"Oiya mbak kapan jadi KKN nya?"

"Bulan depan Dit, kayaknya bakal ngekos mbak disana..."

"Emang jadinya dimana?"

"Di Desa Turaturu"

"Mana tuh? Ada ya desa kayak gitu?"

"Lereng gunung merbabu sana..."

"Wah jauh ya?"

"Heem... Eh Dit, cewek yg kemaren ikut bantu-bantu dibelakang pas tahlil itu Fara kan? Anaknya Bu Marni desa sebelah..." Tanya Mbak Laras. Fara emang rutin datang ke rumah setelah maghrib buat bantu-bantu di dapur pas acara tahlilan Ayah.

"Iya Mbak, kenapa gitu?"

"Gk papa sih, cantik ya sekarang..." Goda Mbak Laras.

"Apaan sih Mbak..."

"Hehehe... Yaudah yuk, masuk... Mbak ke dapur dulu..." Ucap Mbak Laras lalu beranjak ke dapur.

Malam ini seperti biasa, selama 40 hari keluarga dan tetangga-tetangga dekat selalu yasinan/tahlilan dirumah untuk mendoakan Almarhum Ayah. Hanya keluarga dan tetangga dekat saja yg hadir, untuk yg umum sudah selama 3 hari setelah kepergian Ayah.

Usai yasinan, aku tiduran sambil nonton tv bareng Ibu. Suasana rumah sangat berbeda pasca Ayah pergi. Seperti ada yg kurang di keluarga ini. Ibu selalu tidur di depan tv selama tiga mingguan ini. Aku paham Ibu yg paling terpukul atas kepergian Ayah, namun beliau sungguh hebat. Ibu selalu memperlihatkan senyumnya kepadaku walau kutahu hati beliau sangat hancur.

"Buk..."

"Ngopo le?"

"Mboten Buk mboten sios... (Gk Bu, gk jadi...)"

"Wis gk usah mikir macem-macem... kita harus kuat menghadapi cobaan ini, yg penting kamu harus tetap kuat, Ibu juga kuat kok..." Jelas Ibu membelai rambutku.

"Nggeh Buk..."

Keren ya Ibuku, beliau memang seorang perempuan tangguh yg diciptakan Tuhan di dunia ini. Entah hati dan tubuhnya terbuat dari apa, yg jelas Beliau adalah Ibu terbaik di dunia ini. Love you Buk...

Sebelum tidur kusempatkan sms Bella ngajakin ketemu sekalian ngobrolin rencanaku untuk refreshing seperti yg Mbak Laras sarankan.

To: Bella
Malem sayang, bsk ketemu yuk
beli es degan kek

From: Bella
Yeey asik, akhirnya...


"Kenapa Bell?" Balasku.

"Gk papa sayang..."

"Yaah.. Oiya kapan2 jalan yuk..."

"Weits.. kemana?"

"Ya bsk kita bahas aja deh ya.."

"Oke sayang..."

"Aku tungguin depan masjid ya, aku gk bawa motor soalnya, hehe.."

"Iya Dit santai aja.."

Setelah smsan sama Bella, beberapa saat kemudian aku pun tertidur juga.

---

Sabtu siang usai pulang sekolah kutunggu Bella di depan Masjid Agung seperti yg kita janjikan semalam. Tak lama menunggu, sebuah angkot warna biru berhenti di depan Masjid Agung. Kulihat sosok wanita manis turun dari dalam angkot itu dan tersenyum kepadaku. Senyuman yg sangat manis, senyuman yg sangat aku suka.

"Yok Dit, haus banget aku..."

"Oke..." Ucapku lalu berjalan menuju warung kelapa muda emak.

Sesampainya di warung si emak, Bella langsung duduk di bangku tempat biasanya kami duduk. Sedangkan aku memesan dua gelas es kelapa muda.

"Dit... Kamu masih suka ngerokok ya?" Tanya Bella ketika aku duduk di depannya.

"Emmm... Gk kok Bell..."

"Ah yg bener?" Tanya Bella curiga.

"Ya kadang-kadang sih Bell, cuma sesekali kok..." Jawabku sedikit berbohong.

"Ya kalo bisa jangan sesekali Dit!"

"Wuiih jadi harus beberapa kali gt?" Kataku senyam-senyum.

"Hhhmmm... Serah lah!"

"Oh... Hehehe, iya Bell iya..."

Beberapa saat kemudian dua gelas es kelapa muda pesanan kami telah datang. Langsung aku minum dengan cepat.

"Bell... Jadi kan kita maen?" Tanyaku seraya mengutak-atik kelapa muda yg masih ada di dalam gelas.

"Emang udah ada tujuannya?" Tanya Bella.

"Gimana kalo kita ke Ambarawa Bell?"

"Wuiih... Ke rawa pening ya?" Ucap Bella semangat. "Emang kamu tau jalannya?" Tambah Bella.

"Tau dong, aku dulu pernah kesana kok!" Jawabku mantap.

"Sama siapa?" Tanya Bella menyelidiki.

"Sama temen-temen sekampung! Keren pokoknya!"

"Oh... Kirain, ya udah jadi kapan nih?" Tanya Bella antusias.

"Besok yuk..."

"Oke! Aku juga belum pernah kesana..." Kata Bella manja.

"Iya Bell aku tau kok, kamu kan anak rumahan... hahahha..." Ejekku.

"Hhmmmm....."

Setelah mengobrol ringan kesana-kemari, akhirnya habis sudah kelapa muda yg segar ini. Setelah membayar dua gelas es kalapa muda itu, kuantar Bella pulang kerumahnya pake mobil. Mobil warna biru dan ada nomor serinya.

Keesokan harinya aku jemput Bella dirumah. Kupinjam motor Mbak Laras pagi tadi buat jalan sama Bella. Tampak ia sudah siap dan duduk di teras depan, wajahnya sangat antusias menyambut hari Minggu ini.

"Yuk Dit buruan!" Kata Bella ketika aku sampai depan rumahnya.

"Gk pamit dulu Bell?" Kataku.

"Percuma, pada pergi semua kok..."

"Wah.. dirumah aja yuk kalo gitu!" Godaku.

"Nih!" Ujar Bella seraya mengepalkan tangannya.

"Hehe, becanda Bell.. Yaudah yuk!" Ajakku seraya menghidupkan mesin motor ini.

Lalu perlahan kujalankan kuda besi ini pelan melewati beberapa rumah tetangganya. Bella sangat cantik hari ini. Ia mengenakan kaos ketat warna merah muda yg ditutupi jaket jins abu-abu dan menggunakan celana jins panjang hitam ditambah sepatu nike warna pink, Stylish!

Bella nampak menikmati perjalanan menuju Ambarawa ini, terlihat dari spion ia asyik melihat pemandangan pegunungan sambil memelukku erat. Setelah satu jam kami berjalan, akhirnya sampai juga kami di Ambarawa.

"Kemana dulu nih Bell?" Tanyaku.

"Emm... Terserah kamu aja Dit, gk tau aku..."

"Bukit Cinta yuk!"

"Ok..." Kata Bella singkat masih asyik melihat pemandangan alam yg indah.

Objek wisata bukit cinta ini ada di sekitar danau rawa pening. Rute menuju Bukit Cinta sangat indah dengan pemandangan danau rawa pening dan beberapa pohon yg menjulang tinggi menambah eksotis.

Sesampainya di Bukit Cinta, Bella nampak senang. Dari sini kami bisa melihat pemandangan danau rawa pening yg ditumbuhi tumbuhan eceng gondok.

"Keren ya Dit..." Ucap Bella ketika melihat danau rawa pening.

"Iya Bell... Seger juga udaranya..."

"Naek kapal yuk Dit!" Ajak Bella.

"Emmm... Kapal? Perahu kali Bell!" Kataku menjelaskan. Lalu sejenak aku berfikir, dulu pas sama temen-temen biaya sewa perahu sangat mahal, kalo cuma berdua gini bisa gawat.

"Ayok Dit!" Seru Bella.

Aku teringat saat temen sekampungku bercerita kalo di rawa pening bisa juga menyewa perahu nelayan, murah lagi. Kemudian tanpa pikir panjang kucari nelayan yg berada di sekitar danau tersebut untuk menyewa perahunya.

"Kok naik perahu kecil Dit?" Tanya Bella heran.

"Biar lebih romantis Bell..." Kataku dengan alasan yg brilian.

Awalnya aku takut juga aku, perahu yg kami naiki ini bergoyang kesana-kemari padahal belum digayung, namun karena memakai pelampung dan diyakinkan oleh pemilik perahu serta banyak tim keamanan juga, aku pun mantap menaiki perahu goyang ini. Wah jangan-jangan ada anaconda di dalam air nih.

Bella terlihat gembira, dia duduk di depanku memandangku penuh makna.

"Diiit... sampe Singapore bisa?"

"Sampe Afrika juga bisa Bell..." Ucapku lelah karena mendayung.

Pemilik perahu hanya mengawasi kami dari kejauhan. Ada beberapa perahu yg ditumpangi tim keamanan juga disekitar.

"Kamu bisa romantis juga ya..." Ujar Bella.

"Iya dong..."

"Wah Dit aku seneng deh..."

"..."

"Kamu mau gk nyebur ke danau ini demi aku?" Tanya Bella, mulai lagi konsletnya.

"Hah? Buat apa?"

"Kalo aku minta mutiara di dasar danau ini, kamu mau ambilin?"

"Disini mana ada mutiara Bell..."

"Ya misalnya..."

"Emm... Mau, biar kita bisa jual tu mutiara..." Kataku asal.

"Yeee... kok dijual?"

"Ya biar kaya raya kita Bell, biar bisa ngajak kamu keliling dunia naik kapal besar, gk kayak gini..." Ucapku mesra.

"Aaaaaaa... So sweet...." Ucap Bella manja.

"Kesitu yuk Bell..." Ajakku seraya mengarahkan perahu ini ke arah tanaman eceng gondok.

"Oke, ngikut pilot nya aja deh... Hehehe..."

"Nahkoda Bell, bukan pilot!"

"Ah sama aja, sama-sama sopir juga..."

"...." Njiir percuma debat sama Bella.

Lalu kudayung perahu ini lebih cepat menuju tanaman eceng gondok yg tumbuh rimbun diatas danau ini. Kemudian kupetik setangkai tanaman itu dan menyerahkannya ke Bella.

"Terimalah persembahanku ini tuan putri..." Kataku seraya menyerahkan tanaman eceng gondok itu dengan sedikit menundukkan kepala.

"Hehehe... Terima kasih wahai pangeranku!" Balas Bella tersenyum manis. Sangat manis, wajahnya memerah menambah pesona cantiknya.

"Kelak aku akan memberimu seribu tangkai lagi di pernikahan kita..."

"CUUUPP...."Tiba-tiba Bella mencium keningku. Sejenak kami salah tingkah.

"Balik yuk..." Kata Bella memecah kehingan sesaat itu.

"Oke sayang..." Kataku seraya mendayung perahu ke tepian.

Sesampainya di tepi, kuajak Bella pergi menuju goa ular yg dibuat untuk menggambarkan legenda danau rawa pening ini

"Diit... Gelap banget sih, mana bau pesing lagi!" Keluh Bella.

"Iya nih... Balik aja yuk!

"Iya yuk, lagian takut ada setan aku!"

"Tuh ada apaan di belakangmu Bell..." Godaku.

"Mana?"

"Ituuu.... Waaaaa..." Kataku lalu lari.

"Aaaaadiiiitt....." Seru Bella ikut lari.

"Whaahaha..."

"Gk lucu tau!"

Akhirnya tak sampai seperempat jalan, kami mengurungkan niat menyusuri goa ini. Lalu kami duduk-duduk di sekitaran danau menikmati udara segar.

"Kemana lagi nih?" Tanya Bella.

"Makan yuk..."

"Dimana?"

"Ya disekitar sini aja..."

Kemudian kuajak Bella makan di warung yg berada di tempat wisata ini. Sambil makan, kami mengobrol ringan seputar pemandangan di tempat ini.

"Dit... Makasih ya..."

"Iya Bell, kamu seneng kan?"

"Bangeeeeeet...."

Ah sial manis banget senyumnya. Batinku.

"Dit..."

"Heem..."

"Kamu yg kuat ya pokoknya... Ikhlasin Bapak, biar beliau terang jalannya..."

"Iya sayang..." Ucapku tersenyum.

"Kehidupan itu tak ada yg abadi, kita di dunia ini hanya sementara Ditt..."

"Iya Bell... Makasih ya..." Ucapku lalu kukecup mesra keningnya. "CUPP..."

"..."

Akhirnya karena waktu juga semakin sore, kami memutuskan pulang kembali menuju Magelang. Selama perjalanan pulang, Bella memelukku dengan erat, ia terlihat sangat kelelahan. Ia senderkan kepalanya di pundakku.

Setelah satu jam lebih menempuh perjalanan pulang, sampailah kami di depan rumah Bella.

"Masuk dulu yuk Dit..." Kata Bella ketika turun dari boncengannya.

"Udah hampir gelap Bell... Gk enak... Lagian kamu capek banget kayaknya, langsung buat tidur aja deh..." Kataku.

"Oh... Yaudah, iya capek banget... Makasih ya sayang... Aku seneng kok!"

"Iya Bell... Aku duluan ya..."

"Hati-hati lho sayang..." Kata Bella tersenyum manis.

Kemudian Aku pulang menuju rumah. Kupacu kuda besi ini dengan cepat. Tak sampai lima belas menit sampailah aku di gapura rumah. Kuarahkan motor ini ke rumah Mbak Laras dulu buat balikin motor.

"Makasih ya Mbak..."

"Iya... Santai aja.."

"Gatot ada Mbak?"

"Pergi dia, tau deh kemana..."

"Oh yaudah aku pulang dulu Mbak..."

"Oke..."

Setelah itu aku berjalan pulang. Kulangkahkan kaki ini santai sambil sesekali menyapa tetangga yg aku jumpai.

Sesampainya di halaman rumah, kulihat ada sesorang wanita duduk di teras bersama Ibu. Aku hanya bisa melihat punggung dan rambutnya karena dia duduk di depan Ibu yg menghadap halaman. Wah ada tamu, pikirku.

Dengan santai kulangkahkan kaki ini menuju rumah, sesampainya di dekat teras, aku kaget saat tamu itu menoleh kearahku.

"Adiiitt....."
Diubah oleh fthhnf 08-12-2021 20:12
aripinastiko612
unhappynes
njek.leh
njek.leh dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.