Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

putro4265Avatar border
TS
putro4265
Dimana Bumi Dipijak, Disitu Bumi Dijunjung
Halo kakak, suhu, sesepuh & saudara semuanya.
Thread yang saya buat ini murni berasal dari pemikiran & penelitian saya pribadi, sekiranya ada hal yg kurang berkenan, mohon dg tertib diberi masukan. emoticon-Nyepi

"Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung".

Sewaktu saya mengeyam pendidikan disekolah dasar dulu, ada satu pelajaran kewarganegaraan yang mana membahas satu pepatah terkait (kebetulaan dulu tertulis di buku bersamaan dg gambar sang Founding Father, Ir. Soekarno). Ada satu getaran aneh waktu itu, bukan hanya dari kata-katanya, tetapi ada energi semangat membara yang tertancap kuat disana yang ketika dibaca oleh saya, sampai bergetar seluruh bulu di badan saya.

Arti sekilas mungkin sebatas dimanapun kita berada, haruslah mengormati aturan, adat & tradisi pada tempat kita berada. Secara rinci juga bisa berarti jika bertamu ke rumah seseorang, atau hendak menghadap ke sang calon mertua, rasa hormat harus kita junjung setinggi langit (setinggi-tingginya).

Namun, waktu ini berjalan terus. Hal baru akan terus berdatangan. Belajar dan memahami segala sesuatu yang dirasa penting dalam kehidupan kita.

Untuk saat ini, saya menginjakkan kaki di Tanah Jawa. Satu daratan yg terbilang sangat unik & penuh misteri (bagi yang belum mengenal atau tahu sedikit kisahnya). Bagaimana tidak, dijaman modern ini kok masih ada saja kejadian diluar nalar. Bahkan tidak sedikit yang menolak (yg mana bisa berarti tdk menghargai) bahwa itu bukan mistis, tetapi satu rangkaian takdir.

Satu contoh, selametan pasaran.

"Nanti setelah prosesi akad nikah, kamu jangan keluar rumah dulu yah, kalo ada keperluan mendesak, minta bantuan orang lain saja dulu, atau jika ada keperluaan kantor, kamu harus sesegera mungkin selametan pasaran supaya tidak kena marabahaya"

Unik. Aneh. Mistis. Horor. Tidak logis. Ada ada saja.
Dan terjadilah hal yg tidak disangka. (rata2 sih kakinya putus/patah). Cerita demi cerita sampai di telinga saya. Memang aneh & tidak habis pikir, kok bisa sih? Apa iya mereka tidak hati-hati menjaga diri? Apa sudah takdirnya? Ya gimana, ngomong takdir ga salah, karena sudah terjadi.

Mari kita ngomong jika seandainya belum terjadi dan ada upaya "Pencegahan", apakah menarik dibahas? Kenapa sih harus ada selametan pasaran? Ya karena biar selamat. Biar mencegah marabahaya menimpa kita. Lalu kenapa harus pasaran? Ya mungkin itu bentuk sedekah yg perlu kita berikan ke pedangan yang menyajikan slametan pasaran untuk kita. Nah kalo ternyata kita slamet, apa ya rugi? Toh biaya yg dikeluarkan tidak seberapa dengan perbandingan biaya jika kita terkena marabahaya itu sendiri?

Semua memang perlu kita syukuri. Semua memang perlu kita pasrahkan ke Yang Maha Kuasa. Tapi ingat, kita tinggal di Tanah Jawa, (kalo tanah lain saya kurang paham) jadi perlu, wajib dan TIDAK ADA SALAHNYA kita mengikuti anjuran slametan tadi.

Tanah Jawa sendiri juga dihuni makhluk halus. Kita hidup berdampingan dengan mereka. Jika ada kaum yang tidak percaya dengan itu, berarti dia Atheis. Saya tidak menyalahkan, itu hak pribadi. Tetapi, jika saya bisa menyelamatkan orang tersebut dari marabahaya sebelum menimpa dia, bukankah saya orang yang bermanfaat? Sebaik-baik manusia, adalah dia yang bermanfaat bagi yang lain, dalam konteks memiliki keinginan membantu saudaranya yang terkena musibah.

Tanah Jawa dihuni terlebih dahulu oleh Bangsa Halus (sebelum negara api akuisisi). Kenapa bisa begitu? Ya memang begitu, belum terjamah siapapun dulunya. Jumlah kita dulu sangat sedikit, jadi ada satu pepatah lagi yang mengatakan :

"Jalmo Moro, Jalmo mati".
(Siapa yang mendekat, maka akan mati, ekse ditempat dong)

Tentunya itu dari penguasa Halus sang Tanah Jawa. Merekapun terusik dengan kehadiran Manusia, yang mana mereka lebih tahu bahwa kita makhluk penghancur & perusak, dibabat habis seisi hutan tanpa mempertimbangkan makhluk hidup lain di dalamnya, tanpa permisi pula ke penguasa di dalamnya.

Pada akhirnya, datanglah sang Utusan Penumbal Tanah Jawa, (nego alus dg bangsa Alus). Terjadilah debat debut sengit 7 hari 7 malam tanpa ada Pemenang !! Sehebat itukah? Jelas, namanya ya pengusa, power kudu overpower. Bahkan sekelas utusan dengan sejuta ilmu & jurus masih belum mampu.

Nego kedua pun terjadi, dengan bekal tambahan, ketemulah point penting disana.

"Bangsamu boleh tinggal. Keyakinanmu boleh berkembang. Tetapi, tradisi Jawa tidak boleh luntur, atau Ku Gulung seisi Tanah Jawa".

Sang Utusan tak berprotes. Beliau hanya meng-iyakan. Iya jika hanya untuk dia yang melupakan/menolak Tradisi itu. Selebihnya, mari hidup berdampingan.

Tertancaplah satu Monumen Putih bak Tombak Panjang Lurus di Puncak. Aku mengagumi betul keunikannya disana. Ada getaran aneh seperti pusaran melingkar, yang didalamnya ada sesuatu yang Jahat tertidur pulas.

Antara Dongeng, Fiktif atau Legenda (kejadian yg diyakini pernah terjadi). Kebenarannya adalah saya tetap mengikuti aturan leluhur (mbah-mbah sesepuh) dan saya masih dijauhi dari marabahaya.

"Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung".

Jika masih hidup di Tanah Jawa, pelajari dulu apa itu aturan yang berlaku sedari dulu ada. Jangan asal tolak mentah dg alasan modernisasi atau penyesatan.

Sama sepertinya, Rumahmu Aturanmu. Jadi tamu harus ikut aturan yang berlaku. Jika dilanggar, apa sang Tuan Rumah mesem saja? Mungkin Gerundel, hehe.

Sekian & Terima Kasih.

Diubah oleh putro4265 20-11-2021 14:13
0
2.1K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
SpiritualKASKUS Official
6.3KThread2.4KAnggota
Tampilkan semua post
.jenakaAvatar border
.jenaka
#2
kalo elu ngangkat, sebenernya mending (lbh baik) mati drpd ngikutin selametan yg ndak sejalan dgn sunnah Rasulullah dan para sahabat

coba elu baca surat khalifah Umar kpd gubernur Amr bin Ash...

sebegitu tingginya agama ini menempatkan adat ('urf) sbg sumber hukum (bahasan fiqh), tp dibikin macem maenan anak2 sama org2 yg nyembah pikirannya sendiri

emoticon-Cool
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.