- Beranda
- Stories from the Heart
Roda Kehidupan
...
TS
fthhnf
Roda Kehidupan

"Roda itu bernama kehidupan. Saat kita berada diatas kadang berputar sangat cepat, namun ketika kita berada dibawah roda itu terlalu lambat berputar kembali. Kamu tau kenapa? Karena kehidupan tak semudah mengayuh sepeda untuk tetap berjalan diatas aspal yang halus."
Sebelumnya mohon maaf dan mohon izin untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki yang hidup di sebuah kota kecil namun sangat nyaman, Magelang.
Gue nulis ini sebagai catatan dan memory gue untuk melukiskan tentang kehidupan yang seperti roda. Silahkan berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, disini gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.
Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan. Mohon maaf jika terdapat banyak umpatan kasar dalam bahasa jawa dan beberapa pikiran liar yang terkandung dalam cerita. Semoga bisa disikapi secara bijak. Cerita ini dimulai tahun 2003 anggap aja tahun segitu gw berada di bangku SMA. Nama tokoh dan tempat instansi juga sengaja disamarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.
Ah... kurasa cukup. Dan kamu akan tetap menjadi ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan...
Sebelumnya mohon maaf dan mohon izin untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki yang hidup di sebuah kota kecil namun sangat nyaman, Magelang.
Gue nulis ini sebagai catatan dan memory gue untuk melukiskan tentang kehidupan yang seperti roda. Silahkan berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, disini gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.
Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan. Mohon maaf jika terdapat banyak umpatan kasar dalam bahasa jawa dan beberapa pikiran liar yang terkandung dalam cerita. Semoga bisa disikapi secara bijak. Cerita ini dimulai tahun 2003 anggap aja tahun segitu gw berada di bangku SMA. Nama tokoh dan tempat instansi juga sengaja disamarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.
Ah... kurasa cukup. Dan kamu akan tetap menjadi ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan...
© Uhuk.. Wis keren? Sip mas! Oke.
Index Cerita:
Part 1 Aku dan Kalian
Part 2 Kaliurang Sore Itu
Part 3 Bella Namanya
Part 4 PHK Massal
Part 5 Warung Baru Ibu
Part 6 Bapak Semangatku
Ketahuan Bini
Part 7 Kak Siska Kenapa?
Part 8 Hape Baru
Part 9 Pelukan Hangat Kak Siska
Part 10 Pelangi Di Sekar Langit
Part 11 Cemburu, Bell?
Part 12 Kasihan Bapak
Part 13 Minuman Cinta
Part 14 Pekerjaan Pertama
Part 15 Pulau Dewata
Part 16 Tersenyum Kembali
Part 17 Mumi Sekolah
Part 18 Desember Terbaik
Part 19 Happy New Year
Part 20 Gosip Fara
Part 21 Konser Jikustik
Part 22 Maaf, Nov
Part 23 Si Gundul
Part 24 Sebuah Takdir
Part 25 Must On
Part 26 Kejutan
Part 27 Thanks, Nov!
Part 28 Ujian Nasional
Part 29 Janji Bella
Part 30 Babak Baru Kehidupan
Part 31 Vita!
Part 32 Pacar Cadangan
Part 33 Suroboyo Rek!
Part 34 Semalam Bersama Bella
Diubah oleh fthhnf 01-04-2023 20:40
junti27 dan 33 lainnya memberi reputasi
32
22.9K
434
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
fthhnf
#52
19. Happy New Year
"Gimana Dit udah paham belum?" Tanya Bella dengan sorot matanya yg tajam.
Sore ini, setelah membeli es kelapa muda di Alun-alun, aku berkunjung ke rumah Bella. Selain memang ada niat ngapel, disini aku juga mendapatkan ilmu gratis darinya.
Dengan sabar Bella menjelaskan satu demi satu soal yg ada di lembar kerja siswa ini. Sebenarnya aku telah paham banget materi ini, secara ranking 4 gitu. Tapi biar bisa deket Bella terpaksa pura-pura bego.
Memang pinter nih anak, tapi heran juga sih kenapa kadang-kadang suka konslet.
Selesai belajar bersama, kutenggak habis segelas es kelapa muda yg sengaja dimpan untukku di kulkas.
"Bell... Tahun baru ada rencana kemana gitu?"
"Emang harus pergi kemana gitu kalo tahun baru? Ada-ada aja sih!" Jawab Bella. "Mending tidur kalo aku..." Imbuhnya rada ketus.
"Jadi gk kemana-mana nih?"
"Nggak..."
"Kalo aku ke Jogja boleh gk Bell?"
"Ya terserah!" Seru Bella.
"Ikut aja yuk..."
"Enggak ah!"
Wuiih marah nih kayaknya.
Kenapa lagi ni anak. Jangan-jangan lagi mens. Bingung juga sih sebenernya, apa jangan-jangan lagi ada masalah pribadi yg membuat pembawaanya jd sensi gitu ya. Ntahlah, diajakin juga gk mau sih.
"Cuma sama anak sekelasku itu lho Bell. Si Prapto, Novi, Rangga, Dimas..."
"Iya-iya... Sama siapa juga terserah kamu kok!"
"Kenapa jd jutek gitu sih Bell?"
"Enggak tuh!"
"Bener nih gk mau ikut? Temen-temenku asik lho orangnya..." Tanyaku sekali lagi.
"Engggggaaakk Adiiittt.... Lagian aku mau ke rumah nenek, Semarang!"
"Oh yaudah kalo gitu, kamu ati-ati ya Bell..."
"Ya!" Jawab Bella singkat, padat, dan jelas.
---
Sore ini aku duduk di teras rumah sambil menunggu Novi dan yg lainnya menjemput. Kupandang jauh keatas, langit terlihat cerah, sangat cerah. Mendung yg hari kemarin sempat menyelimuti Kota Magelang karena kemarahan Bella ntah apa sebabnya itu, seakan hilang ditelan oleh cahaya sore mentari yg mengisyaratkan untuk lebih bersemangat menyambut sore terakhir di penghujung tahun.
Nampak dari kejauhan mobil sedan warna hitam milik Novi berjalan pelan ke arah rumahku.
Nah apa aku bilang, Novi itu memang teman paling top. Disaat masih SMA doi udah kemana-kemana bawa mobil sendiri. Tapi kadang aku heran kenapa ia jarang bawa mobil saat sekolah. Padahal mobil ada, sopir ready, motor buanyak. Tau deh, satu yg membuatku salut, dia gk pernah sombong dengan semua itu. Hanya orang terdekatnya saja yg tau siapa Novi ini.
Dulu banyak cowok yg suka pamer waktu ngedeketin Novi, tapi setelah tau Novi itu siapa pada ngeper juga akhirnya. Kalian mau sombong dikit aja, bisa dibeli tuh sombong kalian dengan duit si Novi.
"Tiiin... Tinn...Buruan Dit udah sore nih!" Teriak Novi dari mobilnya.
Setelah berpamitan dan mendengarkan wejangan-wejangan dari Ibu, aku pun pergi menuju Jogja untuk menikmati malam pergantian tahun.
Aku duduk di bangku belakang bersama Rangga dan Dimas. Sedangkan Prapto duduk di bangku depan sebagai navigator. Awalnya kami berencana mau pergi bertiga aja, namun setelah dipikir-pikir sepi juga kalo cuma bertiga, akhirnya diajaklah kunyuk-kunyuk lain beban keluarga lain.
Selama perjalanan kami saling bergurau satu sama lain. Jalan raya Magelang-Jogja yg macet parah karena liburan akhir tahun, tak membuat kami bosan berada di dalam mobil. "Perasaan ini masih Jogja deh, kenapa dimana-mana macet..." Keluh Novi dari bangku kemudi.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam lebih gara-gara macet, sampailah kami di pintu gerbang kota Jogja. Suasana yg tak kalah padatnya juga tersaji disini. Bahkan lebih parah.
"Akhirnya sampe juga!"
"Rame banget ya..."
"Woi cewek cantik tuh!"
"Dasar wong ndeso!..." Ucap Prapto mengejek kami yg takjub dengan ramainya kota pelajar ini.
"Percaya deh akamsi!" Kata Rangga membalas ledekan Prapto. (Akamsi, Anak kampung sini).
Suasana di dalam mobil heboh dengan gurauan-gurauan kami. Namun sesekali aku terdiam sejenak mengingat Bella yg mungkin masih marah padaku. "Heh! Diem aja sih!" Seru Dimas mengagetkanku.
"Tau tuh anak! Suka ngalamun sendiri gitu aku liat dari spion..." Imbuh Novi dari bangku supir.
"Sok tau ah kalian! Parkir dimana nih kita? Apa iya macet gini bisa nyampe Mallioboro?" Kataku mengalihkan pembicaraan.
"Di sekitaran KR aja, terus kita jalan kaki! Gimana?" Ucap Prapto memberi solusi.
"Lhah... Gk kejauhan cuk?" Tanya Rangga.
"Ya terserah sih, tapi kalo saranku parkir deket-deket sini aja!"
"Oke deh ngikut kamu aja Prap, kamu yg lebih tau!" Ucap Novi sambil memandangi suasana sekitar namun tetap konsen di depan setir.
"Yowis habis ini ada pertigaan, kita belok kiri, lalu setelah itu belok kanan... Terus habis itu ke kanan lagi..." Kata Prapto mengarahkan Novi.
Dengan susah payah, akhirnya pukul delapan malam Novi berhasil menghentikan laju mobil yg kami tumpangi di tempat parkir yg Prapto maksud. Sebelum beranjak menuju Mallioboro, kami sempatkan dulu berfoto ria di depan Tugu Jogja yg terkenal itu.
Ramai sekali suasana di sekitar sini. Mobil-mobil nampak antre di jalanan searah menuju ke Mallioboro, sepeda motor pun terlihat susah payah menembus antrean mobil yg sangat panjang. Benar kata si kunyuk satu itu, tak bisa dibayangkan jika kami memaksakan kehendak memarkir mobil di dekat Mallioboro.
Lumayan jauh juga lho kami berjalan dari tempat parkir, kira-kira 1,5KM. Namun demikian tak membuat semangat kami berkurang. Baru jam 8 saja sudah banyak kembang api yg meluncur kencang menuju angkasa, apalagi nanti tepat jam 12.
Tiba-tiba aku kembali teringat sosok Bella, tak ada kabar darinya. Apa iya dia marah. Kayaknya harus beli sesuatu nih untuk oleh-oleh. Lama kami berjalan di trotoar, akhirnya sampailah kami tepat di depan Jalan Mallioboro.
"Gilak, kayak ada pasar malem! rame bener!" Kata Rangga ketika melihat suasana sekitar.
"Yoi, mana banyak cewek seksi lagi disitu!" Sambungku seraya menunjuk ke arah kanan.
"Hehhh! Itu Sarkem!" Seru Prapto.
"Hahahahahaha..." Kamipun tertawa lepas baru tau ternyata tempat yg aku tunjuk adalah Pasar Kembang yg lokasinya tak jauh dari sini. Kapan-kapan ajak Gatot maen kesitu ah...
Banyak sekali orang yg berlalu-lalang di jalan Mallioboro ini. Tak hanya diramaikan oleh turis domestik saja, turis mancanegara pun banyak juga yg seliweran, mana tinggi-tinggi lagi. Saking banyaknya wisatawan yg berkunjung di tempat ini, membuat kami bingung harus nongkrong di sebelah mana. Namun atas arahan dari Prapto, kami akhirnya sepakat menunggu detik-detik pergantian tahun di Titik Nol Kilometer Kota Jogja.
Selama berjalan kami menyusuri toko-toko yg berjejer, kami juga dimanjakan dengan banyaknya pedagang kaki lima yg menjual berbagai macam aksesoris maupun pernak-pernik khas Kota Jogja.
Tak lupa aku pun menyempatkan diri membeli oleh-oleh untuk Siska. Lho kok Siska? Tuh kan jadi inget Siska kalo liat Mall Mallioboro itu. Lagi apa ya dia?
Oke cukup, fokus ke Bella.
"Pak itu berapa?" Kataku seraya menunjuk sebuah kalung liontin.
"Seratus ribu Dek!" Kata sang penjual.
Wuaduh... Mahal banget kalung kayak gitu aja.
"Gk bisa kurang Pak?"
"Wah ini perak Dek, delapan puluh ribu aja Dek kalo mau!" Ucap Bapak-bapak penjual kalung.
"Lima puluh deh Pak..."
"Wah... Belum Dek! Ya udah enam puluh aja Dek kalo gitu..."
Setelah memikir, menimbang, dan membayangkan kalung itu dipakai sang bidadari, akhirnya aku menyanggupi harga yg di berikan si penjual. Untung selama ini aku giat bekerja, jadi lumayan deh ada sedikit uang untuk membeli kalung itu.
"Oke kalo gitu, ini Pak!" Kataku seraya mengulurkan tanganku yg membawa uang tanda transaksi jual beli telah berakhir.
Novi, Rangga, dan Dimas juga terlihat sibuk melihat pernak-pernik di Jalan Mallioboro ini. Ntah apa yg mereka beli aku tak begitu mengamatinya, namun Novi nampak sedang memegang baju bertuliskan Jogja Iam In Love. Sedangkan Prapto kulihat ia yg tengah berbincang dengan seseorang, kayaknya sih ketemu temannya.
Setelah menunggu Novi membeli kaos, kamipun berjalan kembali menuju titik nol kilometer.
"Pada beli apaan?" Tanya Prapto.
"Nih aku beli kaos, kalian beli apa?" Sahut Novi.
"Gk beli apa-apa kok cuma lihat-lihat aja!" Ucap Rangga dan Dimas kompak.
"Aku cuma beli kalung, oleh-oleh buat Bella!" Kataku seraya menghisap rokok yg kupegang.
"Oh..." Kicau Novi singkat.
"Buruan ah jalannya, keburu gk dapet tempat!" Seru Prapto.
"Terus kita disana ngapain Dap?" Tanya Rangga.
"Asu sekarang gaya pake Dap-dap!"
"Wolajelas ini kan Jogja... Iyo ra Dap?"
"Karepmulah!"
"Disana ngapain kita Praaap?" Tanya Novi mengulangi pertanyaan Rangga tadi.
"Ya nongkrong lah! beli sate gajih, ngopi, udud. Ada live musicnya juga kok tadi diberitahu temen!" Jawab Prapto.
"Wuuih beneran ada live musicnya?" Ucap Novi sumringah.
"Iya... Makannya, cepet yuk!"
Sesampainya di Titik Nol Kilometer, kami disambut dengan alunan musik yg melantun merdu. Nampaknya benar, ada live music sebagai hiburan untuk wisatawan maupun untuk masayarakat Jogja sendiri. Dengan panggung yg lumayan besar yg berada di Benteng Vredeburg, membuat kami bisa cukup jelas melihat maupun mendengarkan lagu-lagu hits yg dimainkan oleh pengisi acara dari titik nol kilometer ini.
Namun karena permintaan Novi yg ingin melihat live music itu secara dekat, akhirnya kami memutuskan untuk menyebrang jalan dan memasuki area Benteng. Kami duduk di salah satu sudut pagar yg membatasi area ini. Lebih nyaman disini sih ketimbang tadi.
Sambil meminum kopi dan memakan makanan yg dijajakan oleh penjual yg berlalu-lalang, kami larut dalam hiruk pikuk suasana perkotaan ini.
"Baiklah semuanya, kali ini saatnya acoustic session!" Ucap sang MC, "Ok langsung saja, please welcome, Laluna..." Imbuh sang MC dari atas panggung.
Tak lama berselang datanglah beberapa seseorang dari belakang panggung. Belum jelas seperti apa sosok yg sedang berjalan menuju ke tengah panggung itu karena beberapa lampu yg sengaja dimatikan oleh panitia.
Setelah lampu dinyalakan kembali, terlihat perempuan cantik berdiri memegang gitar akustik yg ia kalungkan di lehernya. Dengan kaos oblong dan celana jin yg ia kenakan, perempuan itu terlihat cukup santai namun tetap mempunyai daya tarik tersendiri.
"Keren bener ya.. " Kata Novi takjub memandang panggung. "
Usai salam ke penonton, Sang vokalis itu memulai memainkan jari-jarinya memetik satu persatu senar gitar yg ia kalungkan itu. Tepuk tangan penonton pun mengalahkan suara terompet yg sedari tadi terdengar ramai disekeliling benteng bersejarah ini.
Tak terasa empat lagu telah dinyanyikan. Tepuk tangan riuh dari dari para penonton kembali riuh saat grup band asal Bandung itu menyanyikan bait-bait terakhir lagu dari album dua musim yg cukup populer.
Dengan diiringi tepuk tangan penonton, perlahan anggota grup band itu berjalan turun dari panggung. Terlihat Novi masih terharu larut dalam alunan musik dari atas panggung tadi.
Kami akhirnya duduk santai mengobrol asik di pelataran Benteng Vredeburg ini sambil mendengarkan alunan gamelan jawa yg kini terdengar indah menggantikan lagu-lagu pop rock beberapa saat yg lalu.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 23.45 WIB. Suasana di tempat ini semakin ramai, kami harus berdiri karena memang kondisi yg menharuskan kami untuk berdiri saking ramainya.
Akhirnya puncak acara pun segera tiba. Suara-suara lengkingan terompet semakin terdengar bersahut-sahutan. Beberapa letupan kembang api serta letusan petasan mulai terdengar nyaring. Dari atas panggung, sang MC mulai menghitung mundur tanda tahun akan segera berganti.
"10.. 9... 8... 7... 6..."
"5..4..."
"3..2.....1"
"Duuuuuuerrrr... Duuuueerrr... Cuuuuuuuuiit Derrrr... Wiiiiiiiiiw Deeeer"
Satu kembang api besar telah diluncurkan dari belakang panggung yg kemudian disusul kembang api- kembang api lainnya. Para pengunjung pun ikut menyalakan kembang api yg mereka bawa dan membuat langit malam di Jogja nampak sangat indah dihiasi berbagai bunga yg mekar menembus cakrawala.
Pikiranku menerawang jauh membayangkan wajah Siska diantara gemerlap kembang api. Sedang apa ya dia disana? Njiir ini kenapa Siska lagi.
"Duuuerrr... Duuuerrr..."
"Happy New Year ya teman-teman semua," ucap Novi gembira saat kembang api yg ia borong kemarin ikut menghiasai langit malam Kota Jogja.
"Aku minta ya Nov, buat aku nyalain dirumah!" Pintaku karena melihat banyaknya kembang api yg Novi beli.
"Iya ambil aja, terserah berapa! Semua juga boleh..." Kata Novi yg seakan tak peduli lagi dengan kembang api yg baru dibelinya itu.
Orang tajir sih, jadi ya enteng aja borong kembang api ratusan ribu kayak gini. Kuambil beberapa kembang api yg telah dicampakkan sang empunya itu.
Setelah kira-kira satu jam kemudian, tak ada lagi kembang api yg diluncurkan. Orang-orang pun mulai berhamburan keluar meninggalkan tempat ini. Kami juga mulai berjalan kembali menuju mobil yg kami parkirkan jauh dari sini. Sebelum kembali ke Magelang, kami mengantar Prapto pulang ke rumahnya yg ada di sekitar Polres Sleman.
"Kok gk balik kos aja cuk?" Tanyaku.
"Besok aja deh, lagian ini juga libur. Ngapain juga aku di kos!" Jawab Prapto.
Selama perjalanan pulang aku duduk di depan dan harus menemani Novi ngobrol agar ia tak mengantuk saat menyetir mobil. Sementara di belakang, Rangga dan Dimas telah tertidur pulas. Akhirnya sekitar pukul 02.00 sampailah kita di Magelang.
Novi mengantarku hingga gapura rumah saja karena gk enak sama tetangga. Saat aku berjalan menuju rumah, terasa getaran di hapeku.
From: Fara
Dit.. Dimana?
"Ni lagi mau pulang, gmn?"
Njiirr.. Ada apa ya kira-kira tengah malam begini Fara sms. Kayaknya penting.
Kemudian karena tak ada balasan lagi, aku kembali berjalan menuju rumah. Namun ketika sampai di dekat rumah, Fara tiba-tiba datang dengan motor F1ZR nya.
"Dit..."
"Iya Far, ada apa?"
"Temenin aku dirumah ya..." Pinta Fara.
"..."
"Diitt..."
"Kenapa sih Far emangnya?"
"Ya gk papa, temenin aja..."
"Emang rumah gk ada orang?" Tanyaku ke Fara, dan mendadak otak mesumku muncul.
"Iya... Pada ke rumah kakek..." Jawab Fara tersenyum.
"Sebenernya ada apa sih kok sampe harus ditemenin?" Tanyaku basa-basi.
"Gini lho Dit, aku minta tolong anterin pulang aja sih sebenernya. Takut aku jam segini, banyak yg mabuk-mabukan pasti di depan rumah kalo tahun baru gini..." Kata Fara menjelaskan.
"Ohh..."
"Sekali ini aja Dit..." Pinta Fara seraya menarik tanganku pelan.
"Iya deh..."
"Emang kamu darimana?" Tanyaku.
"Dari acara kampus Dit..." Jawab Fara.
Kemudian kami boncengan menuju ke rumah Fara. Dalam hati aku bertanya ada apa sebenarnya dengan Fara, aneh banget. Dan aku juga bisa mencium aroma alkohol darinya. Wah udah gila ni anak, batinku.
Udara yg cukup dingin membuatnya memelukku erat dari boncengan belakang. Beberapa saat kemudian sampailah kami di rumah Fara.
Memang benar, banyak pemuda kampung sini yg sedang nongkrong di sekitar rumah Fara. Wah bisa gawat nih jam segini nganterin cewek pulang. Namun ntah kenapa mereka malah menyapaku.
"Woi Dit, darimana?" Sapa salah seorang pemuda itu.
"Oh ini acara kampusnya Fara..." Jawabku.
"Yaudah Dit, lanjut..."
"Maturnuwun Bro..." Balasku kepada pemuda tadi yg entah siapa namanya.
Sesampainya dirumahnya, aku berniat untuk langsung pulang karena gk enak aja tengah malam begini bertamu dirumah cewek, mana sepi lagi rumahnya.
"Far, aku bawa dulu ya motor kamu..."
"Iya..."
"Yaudah aku balik deh ya..."
"Bentar Dit, masuk dulu bentar..." Ucap Fara mencegahku pulang.
"..."
"Tak buatin minum dulu..."
"..."
Duh Gusti, Fara dengan cueknya malah nyuruh aku masuk rumahnya. Pikiranku menjadi tak menentu saat ini. Njiiir gimana ya... Yaudah deh masuk bentar aja gk masalah.
Lantas akupun duduk santai di ruang tamu rumah Fara. Selang beberapa saat kemudian Fara muncul dengan segelas kopi. Ia juga telah mengganti pakaian yg dipakainya tadi dengan kaos warna cokelat dan celana pendek model boxer yg teramat tipis. Sabar, sabar ini ujian.
"Diminum dulu Dit..."
"Iya Far, eh ini bener gk apa-apa aku jam segini dirumah kamu?"
"Santai aja kali Dit... Udah biasa."
"Udah biasa? Maksudnya?"
"Hahaha... Lupakan..." Jawab Fara singkat.
Kamipun akhirnya ngobrol banyak. Rencana yg cuma sebentar mampir, akhirnya jadi sejam lebih.
"Dit.. gini.." Ucap Fara halus.
"Kenapa Far? Kayaknya penting banget?"
"Selamat ya..."
"Buat?"
"Bella..." Ucap Fara dan aku paham apa maksudnya. Njiir tau darimana dia.
"...."
"Aku cuma minta malam ini aja kok bisa berdua sama kamu gini... Hanya malam ini." Kata Fara dengan tatapan matanya yg sayu.
"..." Aku hanya diam gk ngerti mau ngomong apa.
Kemudian Fara mendekat duduk disampingku. Lalu ia memelukku erat. Akupun hanya diam, takut jika lepas kontrol.
"Maafin aku Far..." Ucapku seraya melepas pelukannya.
"..." Fara hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum tipis. Lalu tiba-tiba wajah kami saling mendekat. Sorot matanya berubah menjadi sangat tajam. Tiba-tiba...
"Allohuakbar-allohuakbar..." Suara adzan shubuh telah terdengar yg otomatis membuat suasana kembali canggung.
"Aku balik dulu ya Far... Udah subuh, gk enak..."
"Eh iya Dit..." Ucap Fara kikuk yg kali ini membiarkanku untuk pulang.
Huh, hampir aja.
1 Januari 2004
"Jadi nanti kamu jam tujuh udah ada di sekolahan dulu ya cuk... Plis deh kali ini aja..." Pintaku ke Rangga teman sekelasku.
"Iya su iya... Tapi jangan lupa rokok, terus gantiin aku piket sampai lulus!"
"Oke Ngga... Tenang aja kalo itu!"
Malam ini aku sengaja datang ke rumah Bella tanpa menghubunginya dulu, takutnya sih gk mau aku samperin kalo aku sms atau kabarin dulu.
"Ting... Tong..."
Sore ini, setelah membeli es kelapa muda di Alun-alun, aku berkunjung ke rumah Bella. Selain memang ada niat ngapel, disini aku juga mendapatkan ilmu gratis darinya.
Dengan sabar Bella menjelaskan satu demi satu soal yg ada di lembar kerja siswa ini. Sebenarnya aku telah paham banget materi ini, secara ranking 4 gitu. Tapi biar bisa deket Bella terpaksa pura-pura bego.
Memang pinter nih anak, tapi heran juga sih kenapa kadang-kadang suka konslet.
Selesai belajar bersama, kutenggak habis segelas es kelapa muda yg sengaja dimpan untukku di kulkas.
"Bell... Tahun baru ada rencana kemana gitu?"
"Emang harus pergi kemana gitu kalo tahun baru? Ada-ada aja sih!" Jawab Bella. "Mending tidur kalo aku..." Imbuhnya rada ketus.
"Jadi gk kemana-mana nih?"
"Nggak..."
"Kalo aku ke Jogja boleh gk Bell?"
"Ya terserah!" Seru Bella.
"Ikut aja yuk..."
"Enggak ah!"
Wuiih marah nih kayaknya.
Kenapa lagi ni anak. Jangan-jangan lagi mens. Bingung juga sih sebenernya, apa jangan-jangan lagi ada masalah pribadi yg membuat pembawaanya jd sensi gitu ya. Ntahlah, diajakin juga gk mau sih.
"Cuma sama anak sekelasku itu lho Bell. Si Prapto, Novi, Rangga, Dimas..."
"Iya-iya... Sama siapa juga terserah kamu kok!"
"Kenapa jd jutek gitu sih Bell?"
"Enggak tuh!"
"Bener nih gk mau ikut? Temen-temenku asik lho orangnya..." Tanyaku sekali lagi.
"Engggggaaakk Adiiittt.... Lagian aku mau ke rumah nenek, Semarang!"
"Oh yaudah kalo gitu, kamu ati-ati ya Bell..."
"Ya!" Jawab Bella singkat, padat, dan jelas.
---
Sore ini aku duduk di teras rumah sambil menunggu Novi dan yg lainnya menjemput. Kupandang jauh keatas, langit terlihat cerah, sangat cerah. Mendung yg hari kemarin sempat menyelimuti Kota Magelang karena kemarahan Bella ntah apa sebabnya itu, seakan hilang ditelan oleh cahaya sore mentari yg mengisyaratkan untuk lebih bersemangat menyambut sore terakhir di penghujung tahun.
Nampak dari kejauhan mobil sedan warna hitam milik Novi berjalan pelan ke arah rumahku.
Nah apa aku bilang, Novi itu memang teman paling top. Disaat masih SMA doi udah kemana-kemana bawa mobil sendiri. Tapi kadang aku heran kenapa ia jarang bawa mobil saat sekolah. Padahal mobil ada, sopir ready, motor buanyak. Tau deh, satu yg membuatku salut, dia gk pernah sombong dengan semua itu. Hanya orang terdekatnya saja yg tau siapa Novi ini.
Dulu banyak cowok yg suka pamer waktu ngedeketin Novi, tapi setelah tau Novi itu siapa pada ngeper juga akhirnya. Kalian mau sombong dikit aja, bisa dibeli tuh sombong kalian dengan duit si Novi.
"Tiiin... Tinn...Buruan Dit udah sore nih!" Teriak Novi dari mobilnya.
Setelah berpamitan dan mendengarkan wejangan-wejangan dari Ibu, aku pun pergi menuju Jogja untuk menikmati malam pergantian tahun.
Aku duduk di bangku belakang bersama Rangga dan Dimas. Sedangkan Prapto duduk di bangku depan sebagai navigator. Awalnya kami berencana mau pergi bertiga aja, namun setelah dipikir-pikir sepi juga kalo cuma bertiga, akhirnya diajaklah kunyuk-kunyuk lain beban keluarga lain.
Selama perjalanan kami saling bergurau satu sama lain. Jalan raya Magelang-Jogja yg macet parah karena liburan akhir tahun, tak membuat kami bosan berada di dalam mobil. "Perasaan ini masih Jogja deh, kenapa dimana-mana macet..." Keluh Novi dari bangku kemudi.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam lebih gara-gara macet, sampailah kami di pintu gerbang kota Jogja. Suasana yg tak kalah padatnya juga tersaji disini. Bahkan lebih parah.
"Akhirnya sampe juga!"
"Rame banget ya..."
"Woi cewek cantik tuh!"
"Dasar wong ndeso!..." Ucap Prapto mengejek kami yg takjub dengan ramainya kota pelajar ini.
"Percaya deh akamsi!" Kata Rangga membalas ledekan Prapto. (Akamsi, Anak kampung sini).
Suasana di dalam mobil heboh dengan gurauan-gurauan kami. Namun sesekali aku terdiam sejenak mengingat Bella yg mungkin masih marah padaku. "Heh! Diem aja sih!" Seru Dimas mengagetkanku.
"Tau tuh anak! Suka ngalamun sendiri gitu aku liat dari spion..." Imbuh Novi dari bangku supir.
"Sok tau ah kalian! Parkir dimana nih kita? Apa iya macet gini bisa nyampe Mallioboro?" Kataku mengalihkan pembicaraan.
"Di sekitaran KR aja, terus kita jalan kaki! Gimana?" Ucap Prapto memberi solusi.
"Lhah... Gk kejauhan cuk?" Tanya Rangga.
"Ya terserah sih, tapi kalo saranku parkir deket-deket sini aja!"
"Oke deh ngikut kamu aja Prap, kamu yg lebih tau!" Ucap Novi sambil memandangi suasana sekitar namun tetap konsen di depan setir.
"Yowis habis ini ada pertigaan, kita belok kiri, lalu setelah itu belok kanan... Terus habis itu ke kanan lagi..." Kata Prapto mengarahkan Novi.
Dengan susah payah, akhirnya pukul delapan malam Novi berhasil menghentikan laju mobil yg kami tumpangi di tempat parkir yg Prapto maksud. Sebelum beranjak menuju Mallioboro, kami sempatkan dulu berfoto ria di depan Tugu Jogja yg terkenal itu.
Ramai sekali suasana di sekitar sini. Mobil-mobil nampak antre di jalanan searah menuju ke Mallioboro, sepeda motor pun terlihat susah payah menembus antrean mobil yg sangat panjang. Benar kata si kunyuk satu itu, tak bisa dibayangkan jika kami memaksakan kehendak memarkir mobil di dekat Mallioboro.
Lumayan jauh juga lho kami berjalan dari tempat parkir, kira-kira 1,5KM. Namun demikian tak membuat semangat kami berkurang. Baru jam 8 saja sudah banyak kembang api yg meluncur kencang menuju angkasa, apalagi nanti tepat jam 12.
Tiba-tiba aku kembali teringat sosok Bella, tak ada kabar darinya. Apa iya dia marah. Kayaknya harus beli sesuatu nih untuk oleh-oleh. Lama kami berjalan di trotoar, akhirnya sampailah kami tepat di depan Jalan Mallioboro.
"Gilak, kayak ada pasar malem! rame bener!" Kata Rangga ketika melihat suasana sekitar.
"Yoi, mana banyak cewek seksi lagi disitu!" Sambungku seraya menunjuk ke arah kanan.
"Hehhh! Itu Sarkem!" Seru Prapto.
"Hahahahahaha..." Kamipun tertawa lepas baru tau ternyata tempat yg aku tunjuk adalah Pasar Kembang yg lokasinya tak jauh dari sini. Kapan-kapan ajak Gatot maen kesitu ah...
Banyak sekali orang yg berlalu-lalang di jalan Mallioboro ini. Tak hanya diramaikan oleh turis domestik saja, turis mancanegara pun banyak juga yg seliweran, mana tinggi-tinggi lagi. Saking banyaknya wisatawan yg berkunjung di tempat ini, membuat kami bingung harus nongkrong di sebelah mana. Namun atas arahan dari Prapto, kami akhirnya sepakat menunggu detik-detik pergantian tahun di Titik Nol Kilometer Kota Jogja.
Selama berjalan kami menyusuri toko-toko yg berjejer, kami juga dimanjakan dengan banyaknya pedagang kaki lima yg menjual berbagai macam aksesoris maupun pernak-pernik khas Kota Jogja.
Tak lupa aku pun menyempatkan diri membeli oleh-oleh untuk Siska. Lho kok Siska? Tuh kan jadi inget Siska kalo liat Mall Mallioboro itu. Lagi apa ya dia?
Oke cukup, fokus ke Bella.
"Pak itu berapa?" Kataku seraya menunjuk sebuah kalung liontin.
"Seratus ribu Dek!" Kata sang penjual.
Wuaduh... Mahal banget kalung kayak gitu aja.
"Gk bisa kurang Pak?"
"Wah ini perak Dek, delapan puluh ribu aja Dek kalo mau!" Ucap Bapak-bapak penjual kalung.
"Lima puluh deh Pak..."
"Wah... Belum Dek! Ya udah enam puluh aja Dek kalo gitu..."
Setelah memikir, menimbang, dan membayangkan kalung itu dipakai sang bidadari, akhirnya aku menyanggupi harga yg di berikan si penjual. Untung selama ini aku giat bekerja, jadi lumayan deh ada sedikit uang untuk membeli kalung itu.
"Oke kalo gitu, ini Pak!" Kataku seraya mengulurkan tanganku yg membawa uang tanda transaksi jual beli telah berakhir.
Novi, Rangga, dan Dimas juga terlihat sibuk melihat pernak-pernik di Jalan Mallioboro ini. Ntah apa yg mereka beli aku tak begitu mengamatinya, namun Novi nampak sedang memegang baju bertuliskan Jogja Iam In Love. Sedangkan Prapto kulihat ia yg tengah berbincang dengan seseorang, kayaknya sih ketemu temannya.
Setelah menunggu Novi membeli kaos, kamipun berjalan kembali menuju titik nol kilometer.
"Pada beli apaan?" Tanya Prapto.
"Nih aku beli kaos, kalian beli apa?" Sahut Novi.
"Gk beli apa-apa kok cuma lihat-lihat aja!" Ucap Rangga dan Dimas kompak.
"Aku cuma beli kalung, oleh-oleh buat Bella!" Kataku seraya menghisap rokok yg kupegang.
"Oh..." Kicau Novi singkat.
"Buruan ah jalannya, keburu gk dapet tempat!" Seru Prapto.
"Terus kita disana ngapain Dap?" Tanya Rangga.
"Asu sekarang gaya pake Dap-dap!"
"Wolajelas ini kan Jogja... Iyo ra Dap?"
"Karepmulah!"
"Disana ngapain kita Praaap?" Tanya Novi mengulangi pertanyaan Rangga tadi.
"Ya nongkrong lah! beli sate gajih, ngopi, udud. Ada live musicnya juga kok tadi diberitahu temen!" Jawab Prapto.
"Wuuih beneran ada live musicnya?" Ucap Novi sumringah.
"Iya... Makannya, cepet yuk!"
Sesampainya di Titik Nol Kilometer, kami disambut dengan alunan musik yg melantun merdu. Nampaknya benar, ada live music sebagai hiburan untuk wisatawan maupun untuk masayarakat Jogja sendiri. Dengan panggung yg lumayan besar yg berada di Benteng Vredeburg, membuat kami bisa cukup jelas melihat maupun mendengarkan lagu-lagu hits yg dimainkan oleh pengisi acara dari titik nol kilometer ini.
Namun karena permintaan Novi yg ingin melihat live music itu secara dekat, akhirnya kami memutuskan untuk menyebrang jalan dan memasuki area Benteng. Kami duduk di salah satu sudut pagar yg membatasi area ini. Lebih nyaman disini sih ketimbang tadi.
Sambil meminum kopi dan memakan makanan yg dijajakan oleh penjual yg berlalu-lalang, kami larut dalam hiruk pikuk suasana perkotaan ini.
"Baiklah semuanya, kali ini saatnya acoustic session!" Ucap sang MC, "Ok langsung saja, please welcome, Laluna..." Imbuh sang MC dari atas panggung.
Tak lama berselang datanglah beberapa seseorang dari belakang panggung. Belum jelas seperti apa sosok yg sedang berjalan menuju ke tengah panggung itu karena beberapa lampu yg sengaja dimatikan oleh panitia.
Setelah lampu dinyalakan kembali, terlihat perempuan cantik berdiri memegang gitar akustik yg ia kalungkan di lehernya. Dengan kaos oblong dan celana jin yg ia kenakan, perempuan itu terlihat cukup santai namun tetap mempunyai daya tarik tersendiri.
"Keren bener ya.. " Kata Novi takjub memandang panggung. "
Usai salam ke penonton, Sang vokalis itu memulai memainkan jari-jarinya memetik satu persatu senar gitar yg ia kalungkan itu. Tepuk tangan penonton pun mengalahkan suara terompet yg sedari tadi terdengar ramai disekeliling benteng bersejarah ini.
Tak terasa empat lagu telah dinyanyikan. Tepuk tangan riuh dari dari para penonton kembali riuh saat grup band asal Bandung itu menyanyikan bait-bait terakhir lagu dari album dua musim yg cukup populer.
Dengan diiringi tepuk tangan penonton, perlahan anggota grup band itu berjalan turun dari panggung. Terlihat Novi masih terharu larut dalam alunan musik dari atas panggung tadi.
Kami akhirnya duduk santai mengobrol asik di pelataran Benteng Vredeburg ini sambil mendengarkan alunan gamelan jawa yg kini terdengar indah menggantikan lagu-lagu pop rock beberapa saat yg lalu.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 23.45 WIB. Suasana di tempat ini semakin ramai, kami harus berdiri karena memang kondisi yg menharuskan kami untuk berdiri saking ramainya.
Akhirnya puncak acara pun segera tiba. Suara-suara lengkingan terompet semakin terdengar bersahut-sahutan. Beberapa letupan kembang api serta letusan petasan mulai terdengar nyaring. Dari atas panggung, sang MC mulai menghitung mundur tanda tahun akan segera berganti.
"10.. 9... 8... 7... 6..."
"5..4..."
"3..2.....1"
"Duuuuuuerrrr... Duuuueerrr... Cuuuuuuuuiit Derrrr... Wiiiiiiiiiw Deeeer"
Satu kembang api besar telah diluncurkan dari belakang panggung yg kemudian disusul kembang api- kembang api lainnya. Para pengunjung pun ikut menyalakan kembang api yg mereka bawa dan membuat langit malam di Jogja nampak sangat indah dihiasi berbagai bunga yg mekar menembus cakrawala.
Pikiranku menerawang jauh membayangkan wajah Siska diantara gemerlap kembang api. Sedang apa ya dia disana? Njiir ini kenapa Siska lagi.
"Duuuerrr... Duuuerrr..."
"Happy New Year ya teman-teman semua," ucap Novi gembira saat kembang api yg ia borong kemarin ikut menghiasai langit malam Kota Jogja.
"Aku minta ya Nov, buat aku nyalain dirumah!" Pintaku karena melihat banyaknya kembang api yg Novi beli.
"Iya ambil aja, terserah berapa! Semua juga boleh..." Kata Novi yg seakan tak peduli lagi dengan kembang api yg baru dibelinya itu.
Orang tajir sih, jadi ya enteng aja borong kembang api ratusan ribu kayak gini. Kuambil beberapa kembang api yg telah dicampakkan sang empunya itu.
Setelah kira-kira satu jam kemudian, tak ada lagi kembang api yg diluncurkan. Orang-orang pun mulai berhamburan keluar meninggalkan tempat ini. Kami juga mulai berjalan kembali menuju mobil yg kami parkirkan jauh dari sini. Sebelum kembali ke Magelang, kami mengantar Prapto pulang ke rumahnya yg ada di sekitar Polres Sleman.
"Kok gk balik kos aja cuk?" Tanyaku.
"Besok aja deh, lagian ini juga libur. Ngapain juga aku di kos!" Jawab Prapto.
Selama perjalanan pulang aku duduk di depan dan harus menemani Novi ngobrol agar ia tak mengantuk saat menyetir mobil. Sementara di belakang, Rangga dan Dimas telah tertidur pulas. Akhirnya sekitar pukul 02.00 sampailah kita di Magelang.
Novi mengantarku hingga gapura rumah saja karena gk enak sama tetangga. Saat aku berjalan menuju rumah, terasa getaran di hapeku.
From: Fara
Dit.. Dimana?
"Ni lagi mau pulang, gmn?"
Njiirr.. Ada apa ya kira-kira tengah malam begini Fara sms. Kayaknya penting.
Kemudian karena tak ada balasan lagi, aku kembali berjalan menuju rumah. Namun ketika sampai di dekat rumah, Fara tiba-tiba datang dengan motor F1ZR nya.
"Dit..."
"Iya Far, ada apa?"
"Temenin aku dirumah ya..." Pinta Fara.
"..."
"Diitt..."
"Kenapa sih Far emangnya?"
"Ya gk papa, temenin aja..."
"Emang rumah gk ada orang?" Tanyaku ke Fara, dan mendadak otak mesumku muncul.
"Iya... Pada ke rumah kakek..." Jawab Fara tersenyum.
"Sebenernya ada apa sih kok sampe harus ditemenin?" Tanyaku basa-basi.
"Gini lho Dit, aku minta tolong anterin pulang aja sih sebenernya. Takut aku jam segini, banyak yg mabuk-mabukan pasti di depan rumah kalo tahun baru gini..." Kata Fara menjelaskan.
"Ohh..."
"Sekali ini aja Dit..." Pinta Fara seraya menarik tanganku pelan.
"Iya deh..."
"Emang kamu darimana?" Tanyaku.
"Dari acara kampus Dit..." Jawab Fara.
Kemudian kami boncengan menuju ke rumah Fara. Dalam hati aku bertanya ada apa sebenarnya dengan Fara, aneh banget. Dan aku juga bisa mencium aroma alkohol darinya. Wah udah gila ni anak, batinku.
Udara yg cukup dingin membuatnya memelukku erat dari boncengan belakang. Beberapa saat kemudian sampailah kami di rumah Fara.
Memang benar, banyak pemuda kampung sini yg sedang nongkrong di sekitar rumah Fara. Wah bisa gawat nih jam segini nganterin cewek pulang. Namun ntah kenapa mereka malah menyapaku.
"Woi Dit, darimana?" Sapa salah seorang pemuda itu.
"Oh ini acara kampusnya Fara..." Jawabku.
"Yaudah Dit, lanjut..."
"Maturnuwun Bro..." Balasku kepada pemuda tadi yg entah siapa namanya.
Sesampainya dirumahnya, aku berniat untuk langsung pulang karena gk enak aja tengah malam begini bertamu dirumah cewek, mana sepi lagi rumahnya.
"Far, aku bawa dulu ya motor kamu..."
"Iya..."
"Yaudah aku balik deh ya..."
"Bentar Dit, masuk dulu bentar..." Ucap Fara mencegahku pulang.
"..."
"Tak buatin minum dulu..."
"..."
Duh Gusti, Fara dengan cueknya malah nyuruh aku masuk rumahnya. Pikiranku menjadi tak menentu saat ini. Njiiir gimana ya... Yaudah deh masuk bentar aja gk masalah.
Lantas akupun duduk santai di ruang tamu rumah Fara. Selang beberapa saat kemudian Fara muncul dengan segelas kopi. Ia juga telah mengganti pakaian yg dipakainya tadi dengan kaos warna cokelat dan celana pendek model boxer yg teramat tipis. Sabar, sabar ini ujian.
"Diminum dulu Dit..."
"Iya Far, eh ini bener gk apa-apa aku jam segini dirumah kamu?"
"Santai aja kali Dit... Udah biasa."
"Udah biasa? Maksudnya?"
"Hahaha... Lupakan..." Jawab Fara singkat.
Kamipun akhirnya ngobrol banyak. Rencana yg cuma sebentar mampir, akhirnya jadi sejam lebih.
"Dit.. gini.." Ucap Fara halus.
"Kenapa Far? Kayaknya penting banget?"
"Selamat ya..."
"Buat?"
"Bella..." Ucap Fara dan aku paham apa maksudnya. Njiir tau darimana dia.
"...."
"Aku cuma minta malam ini aja kok bisa berdua sama kamu gini... Hanya malam ini." Kata Fara dengan tatapan matanya yg sayu.
"..." Aku hanya diam gk ngerti mau ngomong apa.
Kemudian Fara mendekat duduk disampingku. Lalu ia memelukku erat. Akupun hanya diam, takut jika lepas kontrol.
"Maafin aku Far..." Ucapku seraya melepas pelukannya.
"..." Fara hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum tipis. Lalu tiba-tiba wajah kami saling mendekat. Sorot matanya berubah menjadi sangat tajam. Tiba-tiba...
"Allohuakbar-allohuakbar..." Suara adzan shubuh telah terdengar yg otomatis membuat suasana kembali canggung.
"Aku balik dulu ya Far... Udah subuh, gk enak..."
"Eh iya Dit..." Ucap Fara kikuk yg kali ini membiarkanku untuk pulang.
Huh, hampir aja.
1 Januari 2004
"Jadi nanti kamu jam tujuh udah ada di sekolahan dulu ya cuk... Plis deh kali ini aja..." Pintaku ke Rangga teman sekelasku.
"Iya su iya... Tapi jangan lupa rokok, terus gantiin aku piket sampai lulus!"
"Oke Ngga... Tenang aja kalo itu!"
Malam ini aku sengaja datang ke rumah Bella tanpa menghubunginya dulu, takutnya sih gk mau aku samperin kalo aku sms atau kabarin dulu.
"Ting... Tong..."
Diubah oleh fthhnf 02-12-2021 22:04
njek.leh dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup