- Beranda
- Stories from the Heart
MISTERI WARUNG ALAS ROBAN (BASED ON TRUE STORY)
...
TS
bayubiruuuu
MISTERI WARUNG ALAS ROBAN (BASED ON TRUE STORY)
WARUNG DAN JALANAN DITENGAH HUTAN YANG SELALU MENJADI MISTERI, KARENA KEANGKERANYA DAN BERBAGAI NILAI HISTORISNYA SELAMA INI.
HORMATI RULES YANG ADA DIFORUM

"MISTERI WARUNG ALAS ROBAN"
(BASED ON TRUE STORY)
DAFTAR ISI
EPISODE 1. BERANGKAT TOURING
EPISODE 2. WARUNG REOT
EPISODE 3. SEMUANYA TETAP DIAM
Diubah oleh bayubiruuuu 04-12-2021 08:39
tiokyapcing dan 26 lainnya memberi reputasi
25
16.5K
82
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
bayubiruuuu
#12
EPISODE 2. WARUNG REOT
Sedang Handy yang naik motor sendirian mengikuti kakek ini dari belakang, dan temannya Tyo yang duduk dibonceng langsung masuk ke areal warung berada. Saat sampai di halaman warung sederhana mereka memarkirkan kendaraan mereka masing-masing tepat dihalaman warung, selesai parkir lalu mereka bertiga ini masuk kedalam warung secara bersamaan. Setibanya didalam, sang kakek duduk menjauh dari Tyo dan Handy, dan sang kakek terlihat duduk menyendiri dipojok warung. Padahal suasana warung sore itu ramai dengan pengunjung lain.
Kedua pemuda yang tidak tahu arah pulang ini, tanpa rasa sungkan mereka juga ikut pesan makanan diwarung tersebut. ”Ini mas makanannya, sama minumnya” kata pramusaji yang datang menghampiri Tyo dan Handy sambil membawa dua piring nasi Rawon dan dua teh hangat. Sebelum makan mereka berdua sempat melihat jam dinding diatas pintu warung, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 5 sore lebih lima belas menit.
Sejenak Tyo dan Handy makan, mereka melihat kakek tadi sudah makan dengan lebih dulu. Mereka saat itu juga mengikuti makan dengan lahapnya, Disela-sela makan tadi mereka sempat melihat sang kakek membayar semua makanan yang dipesan mereka juga. Dengan cepat makanan dipiring mereka sudah habis tak bersisa, Selesai makan mereka melihat sang kakek lewat depan mereka berjalan keluar. Saat itupun Tyo dan Handy juga beranjak dari tempat duduknya, mereka berjalan mengikuti sang kakek dari belakang. Sampai diluar warung kakek ini langsung duduk diatas motornya sendirian.
Dia menoleh ke Handy yang sama – sama sudah naik motor tua. Sedang Handy sendiri sudah menatapnya penuh curiga…
Kakek ini mulai meninggalkan mereka berdua dengan cepat, tapi Handy dan Tyo yang merasa sudah dibantu kakek ini mereka langsung mengejarnya dari belakang. Dengan cepat dua pemuda ini ikut menaikan motor dijalan beraspal, motor mereka yang mendadak normal melaju dengan kencang untuk mengejar dan membuntuti kakek ini.
Selama beberapa ratus meter tertinggal akhirnya sang kakek mulai terkejar, samapi sekitar dua puluh meter kakek itu masih terlihat didepan mereka, tapi disaat setelah belokan tanjakan kakek itu tiba-tiba menghilang. Mereka berdua bingung, seharusnya kakek itu berada tetap didepannya tapi tiba – tiba sudah tidak ada padahal setelah belokan tadi jalan didepannya lurus.
Hari semakin gelap, Motor mereka yang ditumpangi Handi dan Tyo terus melaju di areal hutan dengan pemandangan semakin lama semakin mengerikan. Digelapnya malam hanya beberapa kali mobil dan motor menyalipnya, mereka merasa lampu motor mereka juga semakin redup kekuningan saat itu. Daun - daun jati yang rimbun kanan kiri jalan menutup dengan kegelapan di semua sisi jalan.
Semakin jauh mereka melaju bau harum bunga kamboja mulai tercium, tapi kadang - kadang bau bunga kamboja itu berganti dengan bau busuk bangkai. Rintik hujan pun ikut turun, lama - kelamaan hujan semakin deras dan mulai menemani serta membasahi jaket tebal mereka, kedua sahabat ini tetap tidak berhenti untuk sekedar berteduh atau menahan dingin. Karena mereka hanya ingin cepat sampai dirumah.
Mereka berdua yang tergolong masih polos akan hal demikian, menganggap hal itu semua biasa saja. Handy terus melajukan motornya, disisi lain mereka juga tergolong anak yang nekat dan keras kepala. Hal itu semua dikarena lingkungan mereka yang mendidik karakter mereka menjadi demikian.
Semakin lama dan semakin jauh mereka melewati jalanan hutan ini derasnya hujan berganti rintik hujan, suasana pun berganti menjadi semakin hawa disektiar mereka menjadi lembab, disaat yang bersamaan mereka merasa tidak ada kendaraan satupun yang melintas. Dijalanan saat itu terasa sangat gelap, hingga daun-daun jati sudah tidak terlihat, hanya getaran daun – daun jati yang terkena bulir air sebagai alunan bunyi malam. Lama kelamaan mereka merasa hanya kendaraan mereka berdua yang ada dijalanan malam itu.
Sejauh kira-kira lima belas kilo dari warung pertama saat melintasi jalanan ke arah timur, Handi dan Tyo hanya melihat satu buah warung ditengah hutan tepatnya disisi kiri jalan. Posisi warungnya berada tepat setelah tanjakan ada belokan sedikit dari arah barat. Mereka berdua yang sekilas melihat bangunan itu reot, mereka tidak berpikir curiga sedikitpun akan warung ini. Mereka berdua pun terus melajukan kendaraan seperti sebelumnya, sampai Handy melihat didepannya ada pertigaan jalan besar, ia melaju lurus mengikuti jalan besar itu.
Tapi setelah melewatinya mereka kembali melintasi warung reot itu lagi, mereka berdua seperti berputar kembali. Hal ini terus berlangsung disaat Handy memacu kendaraan tuanya, kira-kira sekitar 12 belas kali mereka sudah melewati depan warung reot itu.
Sampai akhirnya Tyo yang kesal memulai menghitung perjalanan yang ke 13 ini, dengan hitungan pertama dilintasan yang sama, sedang Handy hanya fokus untuk menahkodai motornya.
Tyo mempunyai inisiatif sendiri, yaitu warung ini dijadikan penanda dan pengingat jika lewat lagi disini. Yang kedua setelah mereka tetap melewati warung yang sama disisi kiri jalan, Yang ketiga Motor terus berjalan mengikuti jalan raya sampai ada pertigaan lagi. Kali ini Handy memilih dijalan yang berbelok ke arah lain yaitu arah ke kiri, sekian lama memacu motor. Tapi yang ada mereka malah kembali lagi melewati depan warung yang sama ditengah hutan. Kesal dengan apa yang mereka alami, Tyo mendekat ketelinga Handy…
Ternyata mereka hanya berputar dan berputar di jalan raya yang tidak berujung. Lama kelamaan mereka berdua tambah kesal dengan apa yang dialami, Tyo dibelakang mulai jengkel dan juga merasa capek serta kedinginan. Tyo sendiri ingin segera beristirahat.
Entah sampai berapa lama mereka berputar putar lagi di jalanan tengah hutan, malam itu mereka juga tidak bisa melihat jam karena HP keduanya baterainya sudah habis. HP mereka berdua ditaruh dijok motor, saat mulai meninggalkan SPBU terakhir.
Waktu motor terus melaju pelan tiba-tiba motor mereka mogok mendadak, tepatnya didepan warung reot yang jadi penanda yang mereka lewati tadi. Kondisi Mereka berdua malam itu sudah sangat capek, lelah, serta dingin dari hujan gerimis yang menemani mereka sepanjang gelapnya hutan jati yang mereka lewati. Tubuh mereka berdua juga mulai tambah kedinginan, sedang hati tenaga dan pikiran mereka mulai kacau linglung serta takut. Sambil memegangi motor yang mogok, Handy berkata kepada Tyo yang dibelakangnya…
Tak lama kemudian motor mereka dituntun ke kiri jalan menuju warung itu, warung reot itu hanya berdiri sendirian disebelah sisi kiri jalan. Dengan kondisi kelelahan mereka berdua langsung memarkirkan motor tua didepan warung tersebut, tepat disandarkan dibawah pohon jati besar.
Saat masuk warung mereka meletakkan helmnya di kursi depan warung, dan membuka kancing jaket tapi mereka tetap memakainya. Warung ini terbuat dari papan kayu dengan penerangan satu lampu neon kuning agak redup didalam warung. Depan warung ada dua pintu masuk yang sudah terbuka, dan jendela ditengahnya agak besar tapi sedikit terbuka. Lampu neon ini terlihat sudah sangat usang dan lusuh, sebagai penerangan satu-satunya di dalam warung, neon kuning itu tepat berada tergantung diatas meja tengah warung.
Saat mereka masuk kedalam warung ini, ada tiga buah kursi kayu yang terpisah. Kursi itu masing-masing didepan samping kanan dan kiri menghadap meja yang ditengah. Meja warung ditengah hutan ini berisi beberapa minuman kemasan dan tiga loyan macam-macam jajanan pasar. Tidak ada jajanan yang menggantung, atau kemasan pabrik, persis seperti warung jaman kuno.
Handy dan Tyo yang capek, langsung duduk meluruskan kaki dikursi sebelah kanan meja. Didepan meja ternyata sudah ada satu orang pengunjung. Seorang pria agak tua seperti pulang dari sawah. Tapi anehnya pria ini kepalanya hanya menghadap minuman kopi di atas meja yang berada didepannya dengan kepala setengah tertunduk. Sehingga wajah pria ini tidak terlihat sama sekali, karena penerangan dari lampunya sendiri sangat redup.
Pria ini memakai kaos loreng lengan pendek dan celana pendek warna hitam. Sedang topi caping sawahnya beserta sabit ditaruh di meja sebelah kanan kopinya. Sedang disebelah kiri warung ada dua orang yang bermain catur diatas kursi kayu panjang, tapi kedua orang ini hanya diam memandangi catur. Keduanya memakai baju lengan panjang jaman dahulu dengan celana panjang berbahan kain.
Didepan mereka masing – masing ada secangkir kopi hitam, mereka duduk saling tertunduk memandang catur hingga Handi dan Tyo tidak bisa melihat wajahnya juga.
Handi dan Tyo yang tidak bisa melihat muka para pengunjung lain akhirnya dia mencoba bertanya dari tempat duduknya. Tapi Handi melempar pertanyaannya terlebih dahulu kepada kakek-kakek yang duduk sendirian…
Merasa tidak ada jawaban dari kakek ini, Handy lalu bertanya kepada kedua orang pria yang sedang bermain catur didepanya sebrang meja, yang berada tepat dihadapannya.
Sekian menit dan berkali-kali Handy bertanya pada dua orang yang bermain catur ini tidak ada jawaban, kesal dibuat oleh kedua pemain catur ini akhirnya handy berganti bertanya kepada kakek yang duduk sendirian didepan tapi kakek itu tetap diam tidak memberi jawaban sepatah katapun. sampai Handy bertanya kepada mereka bertiga orang yang berada ada warung secara bergantian. Tapi semua pria ini hanya diam membisu. Semua pria disini aneh karena tidak menghiraukan Handy yang bertanya kepada mereka semua.
Saat itu juga Handy memutuskan masuk ke dalam warung sendirian. Sampai diruang belakang Handy mendapati ruang gelap, hanya sedikit cahaya dari lampu depan warung yang mengenainya.
Kedua pemuda yang tidak tahu arah pulang ini, tanpa rasa sungkan mereka juga ikut pesan makanan diwarung tersebut. ”Ini mas makanannya, sama minumnya” kata pramusaji yang datang menghampiri Tyo dan Handy sambil membawa dua piring nasi Rawon dan dua teh hangat. Sebelum makan mereka berdua sempat melihat jam dinding diatas pintu warung, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 5 sore lebih lima belas menit.
Sejenak Tyo dan Handy makan, mereka melihat kakek tadi sudah makan dengan lebih dulu. Mereka saat itu juga mengikuti makan dengan lahapnya, Disela-sela makan tadi mereka sempat melihat sang kakek membayar semua makanan yang dipesan mereka juga. Dengan cepat makanan dipiring mereka sudah habis tak bersisa, Selesai makan mereka melihat sang kakek lewat depan mereka berjalan keluar. Saat itupun Tyo dan Handy juga beranjak dari tempat duduknya, mereka berjalan mengikuti sang kakek dari belakang. Sampai diluar warung kakek ini langsung duduk diatas motornya sendirian.
Dia menoleh ke Handy yang sama – sama sudah naik motor tua. Sedang Handy sendiri sudah menatapnya penuh curiga…
Quote:
Kakek ini mulai meninggalkan mereka berdua dengan cepat, tapi Handy dan Tyo yang merasa sudah dibantu kakek ini mereka langsung mengejarnya dari belakang. Dengan cepat dua pemuda ini ikut menaikan motor dijalan beraspal, motor mereka yang mendadak normal melaju dengan kencang untuk mengejar dan membuntuti kakek ini.
Selama beberapa ratus meter tertinggal akhirnya sang kakek mulai terkejar, samapi sekitar dua puluh meter kakek itu masih terlihat didepan mereka, tapi disaat setelah belokan tanjakan kakek itu tiba-tiba menghilang. Mereka berdua bingung, seharusnya kakek itu berada tetap didepannya tapi tiba – tiba sudah tidak ada padahal setelah belokan tadi jalan didepannya lurus.
Quote:
Hari semakin gelap, Motor mereka yang ditumpangi Handi dan Tyo terus melaju di areal hutan dengan pemandangan semakin lama semakin mengerikan. Digelapnya malam hanya beberapa kali mobil dan motor menyalipnya, mereka merasa lampu motor mereka juga semakin redup kekuningan saat itu. Daun - daun jati yang rimbun kanan kiri jalan menutup dengan kegelapan di semua sisi jalan.
Semakin jauh mereka melaju bau harum bunga kamboja mulai tercium, tapi kadang - kadang bau bunga kamboja itu berganti dengan bau busuk bangkai. Rintik hujan pun ikut turun, lama - kelamaan hujan semakin deras dan mulai menemani serta membasahi jaket tebal mereka, kedua sahabat ini tetap tidak berhenti untuk sekedar berteduh atau menahan dingin. Karena mereka hanya ingin cepat sampai dirumah.
Mereka berdua yang tergolong masih polos akan hal demikian, menganggap hal itu semua biasa saja. Handy terus melajukan motornya, disisi lain mereka juga tergolong anak yang nekat dan keras kepala. Hal itu semua dikarena lingkungan mereka yang mendidik karakter mereka menjadi demikian.
Semakin lama dan semakin jauh mereka melewati jalanan hutan ini derasnya hujan berganti rintik hujan, suasana pun berganti menjadi semakin hawa disektiar mereka menjadi lembab, disaat yang bersamaan mereka merasa tidak ada kendaraan satupun yang melintas. Dijalanan saat itu terasa sangat gelap, hingga daun-daun jati sudah tidak terlihat, hanya getaran daun – daun jati yang terkena bulir air sebagai alunan bunyi malam. Lama kelamaan mereka merasa hanya kendaraan mereka berdua yang ada dijalanan malam itu.
Sejauh kira-kira lima belas kilo dari warung pertama saat melintasi jalanan ke arah timur, Handi dan Tyo hanya melihat satu buah warung ditengah hutan tepatnya disisi kiri jalan. Posisi warungnya berada tepat setelah tanjakan ada belokan sedikit dari arah barat. Mereka berdua yang sekilas melihat bangunan itu reot, mereka tidak berpikir curiga sedikitpun akan warung ini. Mereka berdua pun terus melajukan kendaraan seperti sebelumnya, sampai Handy melihat didepannya ada pertigaan jalan besar, ia melaju lurus mengikuti jalan besar itu.
Tapi setelah melewatinya mereka kembali melintasi warung reot itu lagi, mereka berdua seperti berputar kembali. Hal ini terus berlangsung disaat Handy memacu kendaraan tuanya, kira-kira sekitar 12 belas kali mereka sudah melewati depan warung reot itu.
Sampai akhirnya Tyo yang kesal memulai menghitung perjalanan yang ke 13 ini, dengan hitungan pertama dilintasan yang sama, sedang Handy hanya fokus untuk menahkodai motornya.
Tyo mempunyai inisiatif sendiri, yaitu warung ini dijadikan penanda dan pengingat jika lewat lagi disini. Yang kedua setelah mereka tetap melewati warung yang sama disisi kiri jalan, Yang ketiga Motor terus berjalan mengikuti jalan raya sampai ada pertigaan lagi. Kali ini Handy memilih dijalan yang berbelok ke arah lain yaitu arah ke kiri, sekian lama memacu motor. Tapi yang ada mereka malah kembali lagi melewati depan warung yang sama ditengah hutan. Kesal dengan apa yang mereka alami, Tyo mendekat ketelinga Handy…
Quote:
Ternyata mereka hanya berputar dan berputar di jalan raya yang tidak berujung. Lama kelamaan mereka berdua tambah kesal dengan apa yang dialami, Tyo dibelakang mulai jengkel dan juga merasa capek serta kedinginan. Tyo sendiri ingin segera beristirahat.
Quote:
Entah sampai berapa lama mereka berputar putar lagi di jalanan tengah hutan, malam itu mereka juga tidak bisa melihat jam karena HP keduanya baterainya sudah habis. HP mereka berdua ditaruh dijok motor, saat mulai meninggalkan SPBU terakhir.
Waktu motor terus melaju pelan tiba-tiba motor mereka mogok mendadak, tepatnya didepan warung reot yang jadi penanda yang mereka lewati tadi. Kondisi Mereka berdua malam itu sudah sangat capek, lelah, serta dingin dari hujan gerimis yang menemani mereka sepanjang gelapnya hutan jati yang mereka lewati. Tubuh mereka berdua juga mulai tambah kedinginan, sedang hati tenaga dan pikiran mereka mulai kacau linglung serta takut. Sambil memegangi motor yang mogok, Handy berkata kepada Tyo yang dibelakangnya…
Quote:
Tak lama kemudian motor mereka dituntun ke kiri jalan menuju warung itu, warung reot itu hanya berdiri sendirian disebelah sisi kiri jalan. Dengan kondisi kelelahan mereka berdua langsung memarkirkan motor tua didepan warung tersebut, tepat disandarkan dibawah pohon jati besar.
Saat masuk warung mereka meletakkan helmnya di kursi depan warung, dan membuka kancing jaket tapi mereka tetap memakainya. Warung ini terbuat dari papan kayu dengan penerangan satu lampu neon kuning agak redup didalam warung. Depan warung ada dua pintu masuk yang sudah terbuka, dan jendela ditengahnya agak besar tapi sedikit terbuka. Lampu neon ini terlihat sudah sangat usang dan lusuh, sebagai penerangan satu-satunya di dalam warung, neon kuning itu tepat berada tergantung diatas meja tengah warung.
Saat mereka masuk kedalam warung ini, ada tiga buah kursi kayu yang terpisah. Kursi itu masing-masing didepan samping kanan dan kiri menghadap meja yang ditengah. Meja warung ditengah hutan ini berisi beberapa minuman kemasan dan tiga loyan macam-macam jajanan pasar. Tidak ada jajanan yang menggantung, atau kemasan pabrik, persis seperti warung jaman kuno.
Handy dan Tyo yang capek, langsung duduk meluruskan kaki dikursi sebelah kanan meja. Didepan meja ternyata sudah ada satu orang pengunjung. Seorang pria agak tua seperti pulang dari sawah. Tapi anehnya pria ini kepalanya hanya menghadap minuman kopi di atas meja yang berada didepannya dengan kepala setengah tertunduk. Sehingga wajah pria ini tidak terlihat sama sekali, karena penerangan dari lampunya sendiri sangat redup.
Pria ini memakai kaos loreng lengan pendek dan celana pendek warna hitam. Sedang topi caping sawahnya beserta sabit ditaruh di meja sebelah kanan kopinya. Sedang disebelah kiri warung ada dua orang yang bermain catur diatas kursi kayu panjang, tapi kedua orang ini hanya diam memandangi catur. Keduanya memakai baju lengan panjang jaman dahulu dengan celana panjang berbahan kain.
Didepan mereka masing – masing ada secangkir kopi hitam, mereka duduk saling tertunduk memandang catur hingga Handi dan Tyo tidak bisa melihat wajahnya juga.
Handi dan Tyo yang tidak bisa melihat muka para pengunjung lain akhirnya dia mencoba bertanya dari tempat duduknya. Tapi Handi melempar pertanyaannya terlebih dahulu kepada kakek-kakek yang duduk sendirian…
Quote:
Merasa tidak ada jawaban dari kakek ini, Handy lalu bertanya kepada kedua orang pria yang sedang bermain catur didepanya sebrang meja, yang berada tepat dihadapannya.
Quote:
Sekian menit dan berkali-kali Handy bertanya pada dua orang yang bermain catur ini tidak ada jawaban, kesal dibuat oleh kedua pemain catur ini akhirnya handy berganti bertanya kepada kakek yang duduk sendirian didepan tapi kakek itu tetap diam tidak memberi jawaban sepatah katapun. sampai Handy bertanya kepada mereka bertiga orang yang berada ada warung secara bergantian. Tapi semua pria ini hanya diam membisu. Semua pria disini aneh karena tidak menghiraukan Handy yang bertanya kepada mereka semua.
Quote:
Saat itu juga Handy memutuskan masuk ke dalam warung sendirian. Sampai diruang belakang Handy mendapati ruang gelap, hanya sedikit cahaya dari lampu depan warung yang mengenainya.
***
widi0407 dan 26 lainnya memberi reputasi
27
Tutup