Kaskus

Story

fthhnfAvatar border
TS
fthhnf
Roda Kehidupan
Roda Kehidupan


"Roda itu bernama kehidupan. Saat kita berada diatas kadang berputar sangat cepat, namun ketika kita berada dibawah roda itu terlalu lambat berputar kembali. Kamu tau kenapa? Karena kehidupan tak semudah mengayuh sepeda untuk tetap berjalan diatas aspal yang halus.​"

Sebelumnya mohon maaf dan mohon izin untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki yang hidup di sebuah kota kecil namun sangat nyaman, Magelang.

Gue nulis ini sebagai catatan dan memory gue untuk melukiskan tentang kehidupan yang seperti roda. Silahkan berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, disini gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.

Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan. Mohon maaf jika terdapat banyak umpatan kasar dalam bahasa jawa dan beberapa pikiran liar yang terkandung dalam cerita. Semoga bisa disikapi secara bijak. Cerita ini dimulai tahun 2003 anggap aja tahun segitu gw berada di bangku SMA. Nama tokoh dan tempat instansi juga sengaja disamarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.

Ah... kurasa cukup. Dan kamu akan tetap menjadi ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan...


© Uhuk.. Wis keren? Sip mas! Oke.


Index Cerita:

Part 1 Aku dan Kalian

Part 2 Kaliurang Sore Itu

Part 3 Bella Namanya

Part 4 PHK Massal

Part 5 Warung Baru Ibu

Part 6 Bapak Semangatku

Ketahuan Bini

Part 7 Kak Siska Kenapa?

Part 8 Hape Baru

Part 9 Pelukan Hangat Kak Siska

Part 10 Pelangi Di Sekar Langit

Part 11 Cemburu, Bell?

Part 12 Kasihan Bapak

Part 13 Minuman Cinta

Part 14 Pekerjaan Pertama

Part 15 Pulau Dewata

Part 16 Tersenyum Kembali

Part 17 Mumi Sekolah

Part 18 Desember Terbaik

Part 19 Happy New Year

Part 20 Gosip Fara

Part 21 Konser Jikustik

Part 22 Maaf, Nov

Part 23 Si Gundul

Part 24 Sebuah Takdir

Part 25 Must On

Part 26 Kejutan

Part 27 Thanks, Nov!

Part 28 Ujian Nasional

Part 29 Janji Bella

Part 30 Babak Baru Kehidupan

Part 31 Vita!

Part 32 Pacar Cadangan

Part 33 Suroboyo Rek!

Part 34 Semalam Bersama Bella
Diubah oleh fthhnf 01-04-2023 20:40
custinayulia645Avatar border
fhy544Avatar border
junti27Avatar border
junti27 dan 33 lainnya memberi reputasi
32
22.9K
434
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
fthhnfAvatar border
TS
fthhnf
#47
Part 18 Desember Terbaik
Quote:


Hari-hari berganti dengan cepat. Tak terasa tahun 2003 akan usai. Hidupku semakin indah berkat kehadiran Bella. Intensitas pertemuan kami tetap terjaga, Bella sering menyempatkan diri datang kerumah hanya untuk ngobrol. Akupun juga sesekali kerumah Bella buat ngapel dengan modus belajar bersama.

Ayah masih kerja di Jakarta, soal ganti rugi uang yg harus Ayah ganti masih menyisakan tanggungan hutang ke rentenir. Sempat Ibu tak punya uang sama sekali saat rentenir itu datang menagih. Dan saat itu juga aku ngamuk ke rentenir itu karena memaki Ibu. Kuambil semua uang tabungan yg aku kumpulkan selama kerja menjadi kuli panggul lalu menyebarnya persis di depan rentenir sialan itu. Ibu sempat curiga, tapi aku tetap gk ngaku kalo aku kerja di pasar hampir setiap hari.


Magelang, 24 Desember 2003

Hari raya adalah suatu hari dimana kita bisa berkumpul dengan semua sanak dan keluarga. Hari raya seharusnya menjadi hari yg sangat dinantikan oleh setiap orang. Iya setiap orang, kecuali sahabat terbaikku itu.

Hari ini tanggal 24 Desember, artinya besok adalah hari Natal. Untuk Novi, Natal di setiap tahunnya terkesan biasa-biasa saja. Bahkan ia mendadak menjadi murung jika telah mendekati tanggal 25 Desember.

"Udah Nov... Jangan sedih dong..." Kataku.

"Iya Nov... Masak tiap tahun sedih terus sih..." Ucap Prapto.

"Ah kalian gk ngrasain sih!" Kata Novi lesu.

Siang ini setelah pulang sekolah kami bertiga nongkrong di kos Prapto. Seharian tadi Novi sangat murung. Mukanya selalu ditekuk, tak ada ekspresi bahagia darinya padahal besok adalah hari raya agamanya.

Orang tua Novi selalu melewatkan Natal yg seharusnya indah itu bersama keluarga. Setiap tahun mereka sibuk dengan agenda di perusahaan-perusahaan miliknya. Akhirnya Novi pun selalu merayakan hari yg spesial itu sendirian. Sangat sedih melihat Novi seperti ini, hingga akhirnya aku dan Prapto berniat untuk menemani Natalnya tahun ini.

"Yaudah Nov kita temenin kok Natal tahun ini... Jadi kamu gk sendiri lagi deh..." Kataku mengusap rambut Novi.

"Yoi Nov, tenang aja! Kita kan juga keluarga..." Imbuh Prapto seraya mengusap pundak Novi.

"....." Novi pun terdiam, namun ekspresi wajahnya menunjukkan ia gembira mendengar sahabat-sahabatnya ini menghiburnya. "Makasih ya Dit, Prap... Tapi bukannya aku nolak, aku udah biasa sendiri kok..." Kata Novi tersenyum, senyuman yg sangat jelas ia paksakan.

"Halah, gk usah sungkan gitu kenapa sih!" Seruku, "tau tuh kayak sama siapa aja!" Tambah Prapto.

"...." Novi masih dalam diamnya, ia hanya tertunduk. Entah apa yg dipikirkannya.

"Yaudah, nanti malem kita kerumah kamu ya..." Ucapku tersenyum.

"Tapi...," Novi mulai bicara, "tapi aku gk enak sama kalian..." Ucap Novi lemas.

"Gk enak gimana?" Tanya Prapto.

"..."

"Udah-udah! Pokoknya kita temenin deh Nov..." Sahutku melihat Novi hanya diam saja.

"Makasih ya Dit... Prap..." Kata Novi tersenyum manis. "Yaudah yuk sekarang pulang, aku siap-siapin dulu buat nanti!" Imbuh Novi mulai ceria.

"Yoi yuk Nov! Anterin balik yah? Hehe..." Kataku cengar-cengir.

"Iya deh yuk..." Ucap Novi beranjak dari duduknya.

"Nah gitu dong! Haha..." Celotehku tersenyum lebar.

"Su... Nanti kamu samperin aku dulu lho ya!" Kata Prapto.

"Iya, tak pinjem motor temenku!" Seruku seraya memakai sepatu converse KW super milikku.

Kemudian Novi pun mengantarku pulang dengan mobilnya, kebetulan hari ini ia menggunakan mobil untuk sekolah dan memarkirnya di halaman kos Prapto. Selama perjalanan mengantarku pulang, Novi nampak memikirkan sesuatu. Karena penasaran aku pun bertanya kepadanya.

"Kenapa lagi Nov?" Tanyaku polos.

"Emm... Sebenernya aku belum nyiapin semuanya Dit, pohon natal aja aku gk punya..." Ucap Novi dengan muka yg ditekuk.

"Yaudah mau beli dulu?" Ajakku.

"Gk papa nih kita beli dulu?" Tanya Novi.

"Ya gk papa lah..."

"Gk usah deh Dit, aku beli sendiri aja abis ini..."

"Hmmm... Kamu tu kenapa sih daritadi? Gk kayak biasanya!" Seruku.

"Aku gk enak Dit, sumpah!"

"Haisssah udah ah males aku debat sama kamu!" Seruku, "pokoknya kita beli aja pohon natalnya!" Ajakku lagi maksa.

"Iya Dit... Makasih ya..." Kata Novi tersenyum tipis.

Akhirnya Novi mengarahkan laju mobilnya menuju salah satu plaza di kota ini. Sesampainya disana, Novi pamit sebentar untuk ke toilet. Aku pun menunggu Novi di depan toilet sambil melihat-lihat suasana sekitar. Kulihat ada sebuah counter yg menjual pernak-pernik Natal, aku pun langsung menuju counter itu sendirian. Ada sebuah pohon Natal besar menghiasi, ada sinterklas nya juga disitu. Njiir minta sesuatu ah. "Langit, bisakah Engkau........"

"Selamat datang kakak... Bisa saya bantu..." Sapa seorang pegawai memecah lamunanku tentang langit. Hahaha.

"Emmm... Pohon Natal Mbak!" Kataku semangat.

"Kenapa pohon Natalnya kak?" Tanya sang pegawai sopan.

"Hehe, Gini Mbak... Saya mau cari pohon Natal, yg biasa aja deh mbak, tapi bagus!" Kataku.

Belakangan kuketahui pohon natal itu semua sama, hanya ukurannya saja yg beda. Dan yg membuat bagus itu hiasan-hiasannya.

"Emmm...." Mbak-mbak pegawai pun nampak kebingungan sambil mencari-cari pohon natal yg aku maksud, "ini aja mas!" Ucap pegawai itu seraya membawa sebuah pohon natal berukuran sedang.

"Lhah kok kosongan gitu mbak? Yg ada lampu dan hiasan-hiasannya gitu lho Mbak, gimana sih Mbak ini..." Protesku.

"....."

"Woe Dit! Udah disini aja sih!" Ucap Novi yg tiba-tiba telah berada disampingku.

"Eh, udah selesai Nov?" Tanyaku.

"Udah kok!" Ucap Novi, "wah udah itu aja, bagus..." Imbuh Novi seraya meminta pohon Natal itu dari mbak-mbak pegawai yg melayaniku.

"Bagus gimana sih?" Tanyaku polos.

"Ya yg ini aja, bagus kok!" Ucap Novi tersenyum.

"Bagus gimana lha wong kosongan gitu..." Kataku, "cari yg ada hiasannya Nov biar keren!" Imbuhku sok tau.

"Hhmmm... Jangan malu-maluin deh! Hiasannya tuh kita beli lagi, nanti kita hias sendiri dirumah!" Ucap Novi sambil menggelengkan kepalanya.

"....." Aku pun hanya bengong, sang pegawai kulihat hanya senyam-senyum melihat tingkah sok tauku tadi. "Hehe... Ya aku kan gk tau Nov..." Kataku pelan.

Akhirnya Novi memilih pohon Natal yg dibawa mbak-mbak pegawai itu. Kemudian kami mencari beberapa hiasan untuk menghiasi pohonnya di counter ini juga.
Novi semangat memilih hiasan-hiasan yg akan digantungkan. Ada beberapa macam pernak-pernik yg lucu, pokoknya banyak dan lengkap.

Setelah membayar, kami pergi meninggalkan counter itu. Tak lama berjalan, Novi berhenti sejenak lalu melangkahkan kakinya ke counter elektronik. "Mau beli apaan sih Nov?" Tanyaku.

"Emm... Liat-liat aja kok..." Jawab Novi seraya berjalan masuk ke counter elektronik itu.

Sesamapainya di dalam, Novi mengamati sebuah televesi 29in yg dipajang di counter ini. Matanya tak menoleh sedikitpun dari televisi itu. Beberapa saat kemudian, datanglah sang pegawai dengan segala macam muslihatnya mempromosikan barang dagangannya.

"Yaudah mas saya ambil ini..." Ucap Novi tersenyum.

"Iya mbak... Silahkan bisa diurus administrasinya disana..." Ucap sang pegawai tersenyum puas.

"Hah?" Aku terkejut mendengar kesepakatan itu. Bener-bener gk waras deh ni anak, setahuku dirumah Novi ada tiga TV, belum yg dikamarnya, dan semuanya itu gede-gede. Kenapa sih orang kaya kok seneng banget hamburin duit gitu, haduuuh.

"Nov kok malah beli TV segala?" Tanyaku penasaran.

"Ya gk papa kan? Lagi pengen beli aja..." Ucap Novi santai seraya memasukkan credit card atau atm miliknya ke dalam tas, "Mas dikirimnya sorean aja ya..." Seru Novi kemudian kepada pegawai counter elektronik itu.

"...."

"Emm... Beli apa lagi nih Dit?"

"Kayaknya cukup deh Nov..."

Kemudian aku pun pulang diantar Novi. Sesampainya dirumah, aku langsung mengganti seragam dengan baju santai, kemudian duduk diteras rumah sambil menikmati suasana sore. Lalu kuambil gitar dan mulai memainkan lagu lama yg biasa kita nyanyikan. Lho kok malah jadi lagunya slank? Oke ulang!Aku duduk di teras rumah menikmati suasana sore, aku bersyukur mempunyai keluarga yg sangat harmoni di hidupku.

Mungkin jika aku di posisi Novi saat ini, aku juga bakal stres dihari raya yg sangat special namun tak bisa berkumpul bersama keluarga. Terima kasih ya Tuhan telah memberiku kenikmatan yg tak ternilai ini.

Malam hari, 24 Desember

"Suuu... Cepetan!" Seru Prapto.

"Iya bentar..." Ucapku seraya memarkirkan motor Gatot di depan garasi rumah Novi. Njir Gatot baik banget minjemin motor terus.

Malam ini seperti yg telah dijanjikan, aku dan Prapto berkunjung ke rumah Novi untuk menemani malam yg mungkin sangat spesial untuknya.

Setelah memarkir motor, kamipun masuk ke dalam rumah yg sangat megah ini. Kami berjalan menyusuri tangga untuk menemui Novi di lantai atas.

Nampak sebuah pohon Natal yg indah menghiasi ruangan ini, api dari lilin-lilin kecil pun terlihat menari seakan menyambut kedatangan kami.

Kulihat Novi malam ini sangat cantik berdandan layaknya seorang perempuan. Penampilannya malam ini sungguh berbanding terbalik dengan apa yg ia kenakan tiap harinya. Novi yg tomboi, cuek berubah menjadi Novi yg feminim, Novi yg kalo pakai seragam pasti bajunya dikeluarin kini ia tampil dengan anggun. Aku dan Prapto pun hanya terdiam melihat sosok bidadari yg tak pernah kami sadari ini.

"Ayu yo cuk..." Ucap Prapto.

"...."

Dengan balutan gaun putih yg indah membuatnya sangat anggun, rambut panjangnya yg ia sanggul membuat kesan dewasa tercipta di dirinya.

"Kamu bisa dandan juga? Hahaha..." Candaku.

"Hehe... Duduk yuk!" Kata Novi mempersilahkan kami duduk di kursi.

"Nov... Kok jadi keren gitu ya pohonnya?" Tanyaku polos.

"Iya dong! Kan tadi udah aku hias..." Ucap Novi tersenyum manis, "emmm... Makasih ya kalian udah mau nemenin aku malam ini..." Imbuh Novi dengan senyuman yg sangat manis.

"Iya... Sama-sama!" Jawabku dan Prapto kompak.

Novi tampak gembira sekali malam ini, senyuman yg ia tunjukkan terlihat sangat tulus. Kamipun mengobrol santai sambil menikmati hidangan lezat yg tersedia. Njiir Natal tiap hari juga mau deh aku.

"Anggur merahnya mana Nov?" Tanyaku konyol.

"Iya nih, kan ada anggur kalo Natal gini!" Imbuh Prapto.

"Anggur gundulmu, emang aku pastur??" Jawab Novi mulai galak lagi.

"Tau nih Prapto, daritadi nanyain anggur mulu!" Ucapku biar gk begitu disalahin.

"Matamu cuk!" Sanggah Prapto emosi.

"...."

"Udah-udah, sini deh..." Ajak Novi.

Kemudian kami berpindah duduk di sekitar pohon Natal yg indah itu, nampak ada sebuah kado besar di sampingnya.

"Prap... Ini buat kamu!" Ucap Novi seraya menyeret sebuah kotak besar yg telah dibungkus kertas kado.

"Wuiih apaan Nov?" Tanya Prapto terkejut.

"...." Aku pun hanya diam memikirkan kado apa yg diberikan Novi, gila tuh gimana cara ngebungkusnya segede gitu kotaknya.

"Ini kado natal dari aku Prap..." Ucap Novi tersenyum lebar.

Kemudian Prapto pun membuka kado itu, nampak sebuah kardus berwarna coklat di balik bungkusan itu.

Bajigur TV! Aku terkejut melihat kado yg diberikan Novi kepada Prapto, ternyata tv yg tadi dibeli itu untuk Prapto.

"Itu buat kamu Prap..." Ucap Novi tersenyum, "kasihan kamu, tv yg dulu udah rusak kan di kos? Hehe..." Imbuh Novi tertawa lebar.

"Tapi Nov...." Ucap Prapto masih gk percaya atas apa yg ia dapatkan.

"...." Aku pun hanya terdiam tak percaya melihat Novi secara cuma-cuma memberikan kado yg menurutku sangat mahal itu, lalu pikiran konyolku pun muncul. "Kalo Prapto yg gk nganter Novi beli pohon natal aja dikado TV, wah jangan-jangan buat aku kulkas nih, hehe. Tapi dimana kulkasnya ya? Kok gk ada ada kado lagi kayaknya. Duh masak sih aku gk dikasih apa-apa..." Batinku konyol.

"Kenapa Dit kok bengong?" Tanya Novi cengar-cengir, "kamu mau kado juga ya?" Tanya Novi lagi.

"Eh enggak Nov... Punya sahabat kayak kalian aja udah jadi kado terbaik untukku..." Ucapku tersenyum. Njir keren kan?

"Yg benerr?" Ucap Novi menggodaku, "nih buat kamu Dit!" Imbuh Novi seraya mengambil kotak kecil yg telah dibalut kertas kado yg diletakkan di bawah pohon.

"Lhah kok aku dapet kado juga..." Ucapku tersenyum ke Novi, wah tapi kok kecil ya? Tapi gk papa deh daripada enggak sama sekali, batinku.

"Iya Dit... Dibuka dong! Moga kamu seneng..."

Lalu kubuka perlahan kertas kado yg membalut kotak ini, "Nov...." Ucapku pelan.

"Iya Dit... Gk suka ya?" Tanya Novi cemas.

Aku gk percaya atas apa yg Novi berikan, sebuah handphone keluaran terbaru diberikan Novi untukku, yg ada radionya itu lho. Memang aku sangat memimpikan hape itu, entah Novi tau darimana aku juga gk tau, yg jelas aku sangat sungkan menerima kado ini.

"Nov... Semua yg kamu kasih ini, ini tuh semua barang mahal Nov...." Ucapku ke Novi, "kamu gk perlu beliin semua ini untuk kita. Kita tuh cuma pengen nemenin kamu aja sumpah..." Kataku.

" Aku cuma pengen membalas niat baik kalian kok..." Ucap Novi yg tiba-tiba lesu.

"Iya Nov tapi gk gini juga..." Sahut Prapto, "jujur deh Nov aku seneng banget dapet kado kayak gini, tapi aku juga gk enak... Ini tuh mahal lho Nov..." Imbuh Prapto. Njiir bisa dewasa juga tu si kunyuk.

"Iya maaf.. Tapi aku ikhlas kok..." Ucap Novi tersenyum tipis.

"Iya Nov aku tau kamu ikhlas, tapi aku bingung gimana aku balas kado ini, kita kesini gk bawa apa-apa juga..." Kataku.

"Udah deh... Gk usah diperpanjang lagi! Aku cuma pengen kalian nerima kado itu kok..." Ucap Novi menundukkan kepala.

"Iya Nov aku terima kok, kamu jangan sedih dong.." Kataku.

"Bener?" Tanya Novi.

"Iya... Makasih banget ya!" Kataku tersenyum, "iya Nov aku juga makasih banget pokoknya..." Kata Prapto tersenyum.

Tak terasa waktu pun telah menunjukkan pukul 00.15. Karena kami juga semakin ngantuk, akhirnya aku dan Prapto pamit.

"Nov... Kita balik dulu ya..." Ucapku halus.

"Iya Dit Prap makasih ya..." Kata Novi tersenyum, "itu beneran Prap tv nya dititipin sini dulu?" Tanya Novi.

"Iyo, gk bisa bawanya kalo sekarang... Hehe..." Kata Prapto.

"Yaudah yuk temenin aku berdoa dulu!" Kata Novi seraya berjalan ke sebuah lilin yg masih menyala di atas meja yg terdapat di sudut ruangan ini.

Lalu Aku dan si kunyuk Prapto mengikuti Novi dari belakang. Terlihat novi melepas kalung salibnya dan menciumnya seraya memanjatkan doa. Kami hanya berdiri dan menjaga selangkah di belakangnya.

Beberapa menit kemudian, Novi telah menyelesaikan doanya. Terlihat matanya yg telah berlinang.

"Makasih ya Dit... Prap..." Ucap Novi tersenyum manis. Dan entah bagaimana kami bertiga saling berpelukan.

Pagi hari, 25 Desember

Pagi ini gk tau kenapa aku terbangun tak seperti biasanya. Kuambil handphone baru pemberian Novi semalam yg aku letakkan di samping bantal, kulihat di layar monitor waktu masih menunjukkan pukul 05.10.

Kenapa aku bangun sepagi ini sih? Haduuh ngapain nih pagi gini? Apa jogging aja ya? Sepedaan enak kali ya? Ah tapi masa sendirian sih? Mana Bella masih di Semarang lagi, heran juga tiap ada libur panjang dikit pasti langsung ke Semarang, jadi kangen nih. Aku telpon aja deh...

"Met pagi Bella sayaaaaang...."

"Yeyyy pagi-pagi udah dipanggil sayang aja..."

"....."

"Eh tumben udah bangun Dit?" Tanya Bella.

"Udah dong! Nih mau jogging... Ikut? Hehe," candaku.

"Aaaaa... Pengeeen..." Ucap Bella merengek manja.

"Makannya buruan balik, nyemarang terus sih..."

"Ya kan nemenin nenek Dit... Aku kan cucu yg berbakti..."

"Iya deh percaya..."

"Semalem jadi nemenin temenmu Dit?" Tanya Bella.

"Jadi kok, aku sms kok gk dibales sih?"

"Hehe, ketiduran Dit, maaf deh..."

"Iya... Terus ngomong-ngomong lagi apa Bell? Udah sholat shubuh?" Tanyaku.

"Udah dong! Kamu?"

"Emmm... Ini baru mau... Hehe..."

"Haddeeehhh... Kebiasaan! Gih buruan sholat!" Seru Bella.

"Iya Bella sayaang...."

"Emm.. Nanti hati-hati ya sayang kalo mau jogging..."

"Iya bell iya..."

"Oke gih sholat! Aku kangen Adit jelek... Muuaahh..." Ucap Bella. "Tuutt... Tuutt... Tuut...."

"....." Kebiasaan, pasti langsung ditutup. Dasar Bella.

Pagi ini memang sangat cerah. Usai sholat shubuh, kupakai sepatu kets milikku yg sudah lama terpajang di rak sepatu. Dengan celana pendek berwarna coklat dan kaos warna putih polos, kulangkahkan kaki mengambil sepeda ontel yg jarang aku pakai. Kuambil sepeda itu lalu kuarahkan menuju taman kota ditemani alunan musik dari radio yg aku dengarkan melalui headset di handphone baruku ini.

Sesampainya di taman nampak seorang gadis duduk sendiri menundukan kepalanya. Air matanya terlihat menetes membasahi sepatunya. Gadis yg kukenal selama ini, gadis yang menjadi sahabat baikku, gadis yg memberiku hadiah handphone ini semalam.

"Lho kamu gk ke gereja Nov?" Tanyaku ke Novi yg duduk termenung di taman ini.

"Eh Adit... Kok disini?" Tanya Novi.

"Lhah aku yg harusnya tanya, kenapa kamu disini? Bukannya pagi ini harusnya ke gereja?" Tanyaku lagi.

"...." Novi hanya tertunduk lesu, "aku males Dit... Di gereja pasti sendirian, aku sedih nanti..." Ucap Novi lemas.

"Kok gitu sih... Kamu tetep harus kesana, ini kan Natal!" Seruku.

"Enggak Dit, aku gk mau tambah sedih disana... Aku malu kalo ditanya orang..."

"Yaudah yuk aku temenin... Belum telat kan?"

"Gk usah Dit... Aku gk enak sama kamu..." Ucap novi menatapku dengan tatapan yg nanar.

"Hhhmm... Kamu udah pakai baju keren gitu masak cuma disini? Udah yuk!" Ucapku seraya menarik tangan Novi.

Akhirnya setelah kupaksa, Novi pun mau juga datang ke gereja untuk melakukan misa natal di hari yg sangat spesial untuknya.

"Bentar aku titipin sepeda ke warung bakso itu bentar!" Kataku izin menitipkan sepeda dulu.

Selang beberapa menit kemudian, sampailah kami di depan salah satu gereja di kota ini. Suasana sangat ramai, terlihat banyak jamaat yg hendak melakukan misa di pagi yg cerah ini, para polisi pun nampak ikut membantu menertibkan lalu lintas sekitar. "Aku tungguin sini ya Nov... Gih kamu masuk!" Kataku tersenyum.

"Iya Dit... Makasih ya..." Ucap Novi tersenyum manis lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam gereja bersama jamaat lain.

Aku merasa aneh ketika orang-orang mengamatiku, entah apa yg mereka lihat yg jelas aku merasa tak nyaman. Apa ada yg salah denganku? Kenapa semua orang melihatku?

Sejenak aku berfikir, dan ASU! AKU SALAH KOSTUM! Aku baru menyadari kalo aku hanya mengenakan kaos putih dan celana kolor pendek, sedangkan orang-orang di sekitarku semua mengenakan pakaian formal.

Kenapa aku jadi bego begini? Haduuuh. Karena merasa malu, aku pun keluar dari halaman gereja yg luas ini. Kulihat ada halte di depan gereja, langsung kulangkahkan kaki ini menuju halte tersebut dan memutuskan menunggu Novi disini.

"Lho Dek kok gk masuk?" Tanya seorang bapak-bapak yg duduk disampingku.

"Enggak Pak, saya Muslim..." Kataku halus.

"Lho terus disana tadi ngapain?" Tanyanya penasaran.

"Nungguin temen Pak, hehe..." Jawabku sopan.

"Oh... Wah salut saya sama kamu Dek, walau beda agama tapi toleransinya hebat..." Kata bapak itu lagi.

"Hehe... Iya Pak..."

"Kalo semua umat beragama seperti kamu, gk ada lagi perang yg mengatasnamakan agama..."

"..." Aku hanya terdiam, otakku belum mumpuni untuk menanggapi perkataan semacam itu. "Hehe..." Tawaku kecil.

Akhirnya setelah dua jam lebih aku menunggu Novi, terlihat jamaat pun mulai keluar dari gereja. Ku ambil hape lalu mengetik sms mengabari Novi kalo aku menunggunya disini.

Tak lama kemudian Novi pun telah datang menghampiriku, wajahnya sangat ceria.

"Maaf ya Dit jadi nungguin..." Sapa Novi.

"Hehe... Santai aja lagi Nov!" Ucapku santai, "yaudah yuk pulang..." Kataku beranjak dari halte ini.

"Oke yuk..."

Aku sangat bersyukur mempunyai keluarga yg selalu ada untukku entah itu saat hari raya ataupun hari-hari biasa. Meski Ayah masih di Jakarta, namun aku bisa merasakan sosok Ayah dengan kasih sayangnya. Terima kasih telah membuatku mengerti apa arti bersyukur yg sesungguhnya.

"Selamat Natal Nov..." Ucapku sebelum Novi masuk kedalam mobilnya waktu itu. Iya waktu itu... Masa-masa itu.
Diubah oleh fthhnf 02-12-2021 06:30
hakkekkyu
unhappynes
njek.leh
njek.leh dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.