- Beranda
- Stories from the Heart
Roda Kehidupan
...
TS
fthhnf
Roda Kehidupan

"Roda itu bernama kehidupan. Saat kita berada diatas kadang berputar sangat cepat, namun ketika kita berada dibawah roda itu terlalu lambat berputar kembali. Kamu tau kenapa? Karena kehidupan tak semudah mengayuh sepeda untuk tetap berjalan diatas aspal yang halus."
Sebelumnya mohon maaf dan mohon izin untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki yang hidup di sebuah kota kecil namun sangat nyaman, Magelang.
Gue nulis ini sebagai catatan dan memory gue untuk melukiskan tentang kehidupan yang seperti roda. Silahkan berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, disini gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.
Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan. Mohon maaf jika terdapat banyak umpatan kasar dalam bahasa jawa dan beberapa pikiran liar yang terkandung dalam cerita. Semoga bisa disikapi secara bijak. Cerita ini dimulai tahun 2003 anggap aja tahun segitu gw berada di bangku SMA. Nama tokoh dan tempat instansi juga sengaja disamarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.
Ah... kurasa cukup. Dan kamu akan tetap menjadi ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan...
Sebelumnya mohon maaf dan mohon izin untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki yang hidup di sebuah kota kecil namun sangat nyaman, Magelang.
Gue nulis ini sebagai catatan dan memory gue untuk melukiskan tentang kehidupan yang seperti roda. Silahkan berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, disini gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.
Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan. Mohon maaf jika terdapat banyak umpatan kasar dalam bahasa jawa dan beberapa pikiran liar yang terkandung dalam cerita. Semoga bisa disikapi secara bijak. Cerita ini dimulai tahun 2003 anggap aja tahun segitu gw berada di bangku SMA. Nama tokoh dan tempat instansi juga sengaja disamarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.
Ah... kurasa cukup. Dan kamu akan tetap menjadi ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan...
© Uhuk.. Wis keren? Sip mas! Oke.
Index Cerita:
Part 1 Aku dan Kalian
Part 2 Kaliurang Sore Itu
Part 3 Bella Namanya
Part 4 PHK Massal
Part 5 Warung Baru Ibu
Part 6 Bapak Semangatku
Ketahuan Bini
Part 7 Kak Siska Kenapa?
Part 8 Hape Baru
Part 9 Pelukan Hangat Kak Siska
Part 10 Pelangi Di Sekar Langit
Part 11 Cemburu, Bell?
Part 12 Kasihan Bapak
Part 13 Minuman Cinta
Part 14 Pekerjaan Pertama
Part 15 Pulau Dewata
Part 16 Tersenyum Kembali
Part 17 Mumi Sekolah
Part 18 Desember Terbaik
Part 19 Happy New Year
Part 20 Gosip Fara
Part 21 Konser Jikustik
Part 22 Maaf, Nov
Part 23 Si Gundul
Part 24 Sebuah Takdir
Part 25 Must On
Part 26 Kejutan
Part 27 Thanks, Nov!
Part 28 Ujian Nasional
Part 29 Janji Bella
Part 30 Babak Baru Kehidupan
Part 31 Vita!
Part 32 Pacar Cadangan
Part 33 Suroboyo Rek!
Part 34 Semalam Bersama Bella
Diubah oleh fthhnf 01-04-2023 20:40
junti27 dan 33 lainnya memberi reputasi
32
22.9K
434
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
fthhnf
#44
17. Mumi Sekolah
Quote:
Hari pun berlalu dengan cepatnya. Kini Bella makin manja aja, walaupun kadang dia marah karena gk bisa ketemu. Namun setelah lebih dalam mengenalnya ternyata dibalik tingkah konyol dan manjanya, Bella adalah seorang cewek SMA yg sangat dewasa.
Usai pulang sekolah aku sama Novi berjalan santai menuju kos Prapto. Dia gk masuk hari ini karena bangun kesiangan. Emang dasar males tuh anak. Aku paham dia menghindar dari pelajaran Bahasa Mandarin, si cunguk ini lemah di pelajaran itu. Padahal cita-citanya dapetin cewek asal Cina.
Sambil berjalan kulihat ada bekas kaleng soft drink yg berada tepat di depanku. Iseng kutendang kaleng itu dengan gaya Captain Tsubasa yg akhir-akhir ini sering aku tonton.
"Tendangaaan matahariiiii..."
"BRUGH KLONTANG!"
Kaleng yg kutendang tak sengaja mengenai seseorang yg memakai seragam identitas salah satu STM yg cukup ternama.
"Duuh... Sori Mas sori, gk sengaja..."
"Asu! Mau jadi jagoan?" Seru seseorang itu.
"Maaf Maaf... Aku gk sengaja Mas..." Kataku meminta maaf.
Tak lama kemudian, seseorang itu datang ke arahku dengan tatapan yg sangat sinis. Aku bersiap jika dia tiba-tiba menyerang.
"BUGGHH!" Dia tiba-tiba melancarkan pukulan. Untung pukulannya hanya menyerempet pipi kananku.
"BAGGGGH!" Tak pikir panjang aku membalasnya. Pukulan balasanku ternyata tepat mengenai sekitar mulutnya yg membuat dia tersungkur jatuh kebelakang.
Kulihat ada darah yg keluar dari hidung pecundang itu. "Asu! Aku udah minta maaf! Kowe malah nyolot! Mau jadi jagoan???" Ucapku menirukan gayanya tadi.
Novi berdiri dengan kaki yg gemetar melihat kejadian di depannya. Walaupun dia galak abis, tapi pasti ada sisi perempuannya yg membuatnya takut. Belum sempat anak itu bangun, aku melangkah ke arahnya lalu menarik kerah baju identitas sekolah yg ia kenakan.
"Kalo gk terima cari aku, sekolahku disitu!" Ancamku padanya.
Kemudian kamipun meninggalkan pecundang itu dengan darah yg masih bercucuran. Modar kowe su!
Sesampainya di kos, Novi menceritakan kejadian itu pada Prapto. Sesekali ia juga memegang halus bekas pukulan yg ada di pipiku. "Sakit ya Dit?" Begitulah kata Novi yg sudah gk kehitung berapa kali saat menyentuh pipiku.
"Ah kamu Nov... Bukannya ngebantuin malah ngeliatin doang, haha..."
"Yeeee... Emang harus ya aku bantu? Kalo kamu kalah baru aku yg ngadepin. Haha..." Jawab Novi pongah.
"Haha... Eh itu anak STM 69 to su?" Tanya Prapto sambil mencari sesuatu.
"Iyo Su... Biasalah mereka sok belagu..."
"Awas aja kalo dia balik bawa temen-temennya, aku pites-pites kepala mereka satu-satu..." Sahut Novi.
"Haha... Nih diobatin dulu su!" Ucap Prapto sambil ngasih betadine.
"Emang luka ya pipiku?"
"Bukan pipinya kali... Lihat tuh tanganmu sampai sobek gitu!" Seru Novi.
Lalu aku melihat jariku yg kulitnya ternyata sobek dan ada darah di sekitarnya. Mendadak jadi terasa sakit. Duh pasti keras banget deh aku mukulnya sampai bisa sobek gini.
Tak lama kemudian Novi membantu untuk membersihkan bekas luka itu, gk mungkin juga minta tolong ke si kunyuk yg tak selembut Novi mengusap lukanya.
"Awww.. Pelan Nov..."
Usai mengobati luka ditanganku, kami sempetin ngobrol sebentar. Aku ceritakan kalo aku sudah jadian sama Bella. Mereka ngeyel pengen cepet dikenalin sama Bella. Eh aku jadian gk sih? Bodo ah yg penting kan kita saling sayang, toh Bella juga makin manja aja sama aku.
Beberapa saat kemudian kita pamit pulang, karena Novi masih takut dia nyuruh sopir untuk menjemputnya. Aku ditawarin bareng tapi aku tolak karena gk enak aja muter-muter.
Setelah Novi dijemput, aku juga cabut dari kos. Prapto nganter sampai jalan raya sekalian beli rokok katanya. Saat aku nunggu angkot terlihat ada beberapa anak STM 69 jalan kearah kami. Feelingku udah gk enak aja. Aku perhatikan ada pecundang yg aku bocorin tadi hidungnya.
"Modar sekarang kita Su!" Ucap Prapto melihat rombongan itu jalan kearah kami.
"Berani gk kowe su?" Tanyaku ke Prapto memastikan.
"Pantang mundur cuk!" Seru Prapto mantap.
Mereka ada sekitar 15-an anak. Semua membawa kayu balok ditangannya. Pikiranku saat itu maju modar, mundur mati. Kulihat Prapto mencari sesuatu disekitarnya.
"Su bilangin Bapakku kalo hari ini aku mati suruh mereka ngubur aku di samping kuburan Pak Karno yo!" Celetuk Prapto yg masih bisa bercanda.
"Asu kowe!"
Tak lama kemudian tibalah mereka didepan kami. Prapto terlihat tenang saat mereka datang. Aku pun juga harus tenang ngadepin gerombolan STM ini.
"Keroyokan nih?" Ucapku mencoba tenang saat mereka berhenti di depan kami.
"Asu kabeh koe!" Seru Prapto tiba-tiba menyerang mereka dengan kayu yg ia ambil di bawahnya.
"Bruggghh..."
Melihat Prapto yg tiba-tiba menyerang, aku langsung melancarkan pukulan ke salah seorang anak. Walaupun jelas akan kalah, tapi setidaknya kami memberikan perlawanan.
"Brragghh..." Kulihat Prapto memberikan tendangan kerasnya ke perut anak yg ada di depannya. Aku pun tak tinggal diam melakukan serangan, kutubruk salah satu anak yg mau mengibaskan baloknya ke arahku. Dia jatuh tersungkur, aku langsung menghajarnya secara membabi buta. Walau aku merasakan berbagai pukulan benda tumpul di sekitar punggungku namun tak kupedulikan.
Saat kucoba untuk membalikkan badanku tiba-tiba sesuatu yg aku yakin itu adalah paving datang menghampiriku.
"Awas suu!" Teriak Prapto yg masih bisa kudengar.
Akupun jatuh tersungkur ketika paving itu mengenai kepalaku. Kurasakan sakit yg begitu hebatnya. Aku juga merasakan berbagai tendangan yg menendang tubuhku. Samar-samar kulihat kaki Prapto melangkah menuju ke arahku sambil mengucapkan sumpah serapahnya. Dan perlahan pandanganku menjadi gelap.
----
Kubuka mataku pelan, kuamati keadaan sekitar. Saat ini aku berada disebuah ruangan yg serba putih. Kulihat ada seorang perempuan yg tertidur duduk di samping ranjang yg aku tempati ini. Kepalanya direbahkan di kasur. Kuamati sosok perempuan itu, sosok perempuan yg sangat aku kenal.
"Nov... Nov..." Panggilku lirih.
"Iya... Kamu udah sadar..." Ucap Novi seraya mngucek matanya yg sembab.
"Aku dimana ini Nov?" Tanyaku lalu memegang kepalaku berusaha mengingat sesuatu.
"Di rumah sakit!"
"..." Aku mulai ingat kejadian yg membuatku ada disini.
"Prapto mana?" Tanyaku khawatir.
"..."
"Wis sadar su??" Oceh Prapto yg ternyata berbaring juga di ranjang saamping kiriku.
"Kok kita bisa disini Nov?"
"Tadi Dimas telpon aku, katanya kalian di rumah sakit..."
"Lha Dimas dimana sekarang?"
"Barusan pulang dia..."
"..."
Ternyata tadi sebelum kita dikeroyok, Prapto nyempetin sms Dimas buat minta tolong. Prapto pikir kita pasti babak belur. Dimas langsung nyamperin, lalu kita dibawa ke RS terdekat oleh Dimas. Gerombolan itu kabur setelah dikejar warga dan pengguna jalan sekitar. Aku mengalami luka yg lumayan parah, kepalaku diperban kayak mumi. Si Prapto dijahit di pelipis matanya. Mata kami lebam dan banyak memar ditubuh kami.
"Makasih Nov..."
Kemudian ada dokter yg datang untuk memeriksa keadaan kami. Setelah dokter itu pergi, Novi keluar sebentar entah kemana.
"Su bales su pokoknya!" Ucap Prapto penuh dendam.
"Iyo sabar, yg penting kita sembuh dulu..."
"Aku wis sehat iki su, kita bakar sekolahnya aja besok!"
"Edan kowe!"
Beberapa saat kemudian Novi kembali, ia terlihat agak tenang. "Dah yok pulang..." Ucap Novi kepada kami.
"Kita bayare gimana ini?" Tanya Prapto entah ke siapa.
"Wis gk usah dipikirin, udah aku bayar kok..." Kata Novi yg membuat kami tenang juga.
"Besok kita ganti Nov..."
"Iya gampang!"
Setelah itu kami diantar Novi pulang, kupinjam dulu seragam Prapto yg masih bersih dikosnya. Bisa pingsan Ibu kalo aku pulang dengan keadaan seragam penuh darah dan kepala diperban kayak mumi gini. Sekitar jam 9 aku sampai rumah. Ibu terkejut melihat keadaanku. Aku bilang ke Ibu kalo aku jatuh dari tangga sekolah, untungnya dibantu Novi juga ngomongnya. Ibu percaya dan ngucapin terima kasih banget ke Novi.
"Ya Alloh Diiit... Kamu bikin Ibu khawatir aja!"
"Maaf Buk..."
"Yaudah kamu istirahat dulu..."
"Nggeh Buk..."
Akupun masuk kamar untuk istirahat. Dikamar aku gk bisa tidur menahan rasa sakit di sekujur tubuhku. Entah jam berapa aku mulai terlelap malam itu, yg jelas tengah malam Ibu sholat tahajud di dalam kamarku.
---
Sehari setelahnya Gatot dateng kerumah sambil marah-marah gk jelas. Ternyata berita kalo aku dikeroyok anak STM 69 sudah menyebar. Saat aku tanya ia tau kabar dari mana, Gatot gk jawab.
"Kudu dibales su!" Ucap Gatot emosi.
"Sabar Tot..."
"Ora sabar-sabaran kalo ini!" Seru Gatot menggebu-nggebu.
"...."
"Iki wis keterlaluan!"
"Iyo... Sabar tot!" Ucapku mencoba menenangkan Gatot.
"Koe yakin mereka anak 69 to su?" Tanya Gatot serius.
"Heem..."
"Nanti aku kumpulin anak-anak buat nyerang tu sekolah mesum!"
"Kok sekolah mesum?" Tanyaku heran.
"Lha namanya aja 69!" Ucap Gatot kocak.
"Hahaha.. Wis Tot gk usah bawa anak-anak dulu..." Kataku masih mencoba menenagkan Gatot sambil bercanda.
Bisa gawat kalo anak-anak kampung ikut-ikut. Aku gk bisa bayangin kalo mereka ngelurug STM 69 untuk balas dendam. Sebisa mungkin aku tahan Garot agar tetap tenang dan gk memprovokasi. Anak-anak di kampungku kalo masalah ribut-ribut gini juaranya. Mereka semangat banget kalo disuruh berantem atau tawuran.
Aku hanya takut kalo mereka tak terkendali nanti. Kipli dan Angga yg jelas paling berbahaya, mereka selalu membawa pedang kalo ada keributan seperti ini, bahkan anak-anak yg lain pun juga gila semua, mereka bahkan pernah membawa air keras saat ribut sama desa sebelah. Yg aku takutkan kalo mereka lepas kontrol. Bisa panjang urusan nya pasti.
"Wis Tot tenang sik, pasti kita bales! Tapi plis tunggu aku baikan yo..." Ucapku mencoba mengulur waktu.
"Hmmm..."
Sore harinya Bella datang kerumah bawa buah-buahan dan makanan banyak banget. Aku kabarin Bella kalo aku lagi sakit habis dikeroyok preman salah sasaran. Bisa marah lagi tuh anak kalo gk aku kabarin.
"Kamu sih! Udah dibilangin jangan lirak-lirik pacar orang ngeyel! Dikeroyok kan jadinya..." Ucap Bella asal yg hari ini datang menjengukku dirumah setelah pulang les.
"Tau deh Bell..." Gemingku pelan.
"..."
"Kamu gk nyasar? Naik apaan kesini nya?" Tanyaku.
"Gk kok... Tuh naik motor Ibuku..."
"Lha ini jam segini kok udah pulang les nya? Tumben..."
"Salah siapa kamu kayak gini!"
"Yaah... Bolos dong kalo gitu?"
"Iya... Sesekali gk papa lah..." Ucap Bella tersenyum sambil menyentuh pelan perban yg melilit kepalaku.
"..."
"Wah kok bisa kayak mumi gini sih Dit?" Tanya Bella dengan santainya.
"Hmm..."
"Sakit ya Dit?"
"Gk kok cuma ngilu aja dikit, hehe..."
"Jangan berantem lagi ya Dit... Aku takut kamu kenapa-kenapa..." Kata Bella yg tiba-tiba jadi sedih.
"Iya Bell... Gk kok..."
"...."
"Makasih ya udah dijenguk," ucapku halus.
"Iya... Nih makan dulu, aku suapin deh..." Kata Bella seraya menyuapkan sesendok bubur yg dibuat Ibuku.
Lumayan lama Bella dirumahku, dia telaten banget waktu nyuapin atau ngelupasin jeruk buatku. Bella benar-benar perhatian banget. Bahkan dia udah deket aja sama Ibu ngobrolin gosip artis gk jelas.
Jam 5 Bella pamit pulang, dia mewanti-wanti aku agar mataku gk jelalatan lagi. Bella masih kekeh dengan pendapatnya sendiri kalo aku dikeroyok gara-gara godain pacar orang, ah dasar Bella.
Hari berikutnya aku berangkat ke sekolah diantar si setan Gatot. Gk biasanya dia sekolah bawa motor, tapi pagi tadi dia sudah stanby di teras sambil menikmati rokok supernya.
"Matursuwun yo cuk!" Ucapku ke Gatot ketika sampai depan sekolah.
"Yoi... Eh su sekolahmu ceweknya cakep-cakep juga ternyata..."
"Mbuh lah..."
"Haha... Yowis nanti tak jemput lagi yo..."
"Tumben cuk baik banget!" Kataku curiga.
"Kapan to aku jahat su? Hahaha..." Jawab Gatot lalu pergi gitu aja.
"...."
Setelah Gatot pergi, aku langsung jalan menuju kelas. Selama perjalanan semua mata menatapku aneh. Mungkin mereka pikir heran ada mumi mau sekolah.
Sesampainya di kelas aku langsung dicerca anak-anak tentang kejadian kemarin. Mereka marah dan siap bantu kalo aku mau balas.
"Santai Bro... Nunggu aku baikan dulu baru kita balas mereka!" Ucapku mengontrol emosi anak-anak.
Hari ini Prapto belum masuk sekolah, dia kayaknya lebih parah dibandingkan aku. Kata Novi, Prapto pulang kerumahnya biar ada yg ngerawat.
"Dit..."
"Heem..." Ucakpu malas sambil tiduran di meja kelas saat jam istirahat.
"Aku beliin makan ya..."
"Gk selera Nov..."
"Yaudah mau nitip apa? Aku mau ke kantin..."
"Emm... Gk deh Nov, makasih..."
"Yaudah aku ke kantin dulu kalo gitu..."
"Heem..."
Hari ini di sekolah terasa lama banget. Gk ada satu materi pun yg masuk di otak. Semua guru tanya kenapa kepalaku diperban gitu, aku jawab kalo jatuh. Anak-anak pun untungnya gk ada yg ember.
Akhirnya setelah sekian lama, pelajaran terakhir pun hampir usai. Usai berdoa tiba-tiba ada anak kelas lain datang ke kelasku.
"Dit, sekolah kita dikepung preman!"
"Hah?"
"Preman mana?"
"Gk tau!"
"Jangan-jangan masih ada hubungan nya sama masalahku kemarin!"
"Wis ayo tawur kita!" Oceh anak-anak semangat.
Njiir masak tawur lagi? Bisa jadi mumi bener aku kalo ribut sekarang. Tapi biar bagaimanapun aku harus hadapi. Setelah diskusi bentar aku putuskan untuk keluar sendirian dulu buat mancing. Kalo bener mereka nyariin aku, pasti aku langsung diserang. Dan saat itu juga anak-anak di dalam langsung keluar semua.
Ketika aku sampai di depan pintu gerbang, aku kaget ada orang-orang yg aku kenal telah di depan sekolahku.
"Woe Dit!" Terdengar suara Kipli memanggilku.
"Asu! Ini kenapa anak-anak disini semua??" Aku kaget ketika lihat Kipli telah membawa pasukan perangnya yg rata-rata anak pasar.
"Katanya kalian mau balas dendam sekarang, ya kita ikut lah! hahaha..."
Njiiir ini pasti ulah si setan Gatot yg provokasi kesana kemari.
"Sekarang mana si Gatot Pli?"
"Tuh lagi nyampur minuman!" Ucap Kipli seraya mengacungkan jarinya ke Gatot yg lagi meracik minuman setan di pinggir warung.
Dan betapa kagetnya aku melihat gerombolan disana. Ternyata semua anak kampung dibawa Gatot kesini. Disitu ada Angga, Tomi, bahkan anak-anak yg biasa main PS juga ada. Njir Tekken dunia nyata nih.
"Su edan kowe!" Seruku ke Gatot.
"Wis siap to? Ayo habis ini kita ke STM mesum 69!" Kata Gatot dengan santai nya.
"..."
Aku pikir percuma debat dengan setan satu ini. Semua anak-anak juga telah panas kena provokasi si Gatot yg gk waras, apalagi mereka semua udah terpengaruh minuman setan juga.
"Lhah kita disini mau bantuin kamu malah dilarang, pie sih!"
"Oke, oke... kita kesana sekarang!"
"Nah gitu baru keren!"
"Tapi jangan ada yg bawa pisau, pedang, belati, sama air keras, ok?" Kataku menjelaskan.
"..." Mereka terlihat mikir.
"Gimana?"
"Siapa takut!"
"Sepele itu!"
"Tangan kosong juga siap Dit!"
"Yowis ayok kesana kalo gitu..." Ajakku.
"Sik-sik..." Cegah Gatot. "Kamu dibelakang aja gk usah ikut ribut, mau jadi mumi beneran?" Imbuh Gatot kemudian.
"Nah bener, kamu liat kita beraksi aja ya su!" Tambah Kipli.
"Iyo wis gampang..." Kataku sanggup.
Akhirnya kamipun berangkat menuju STM 69 menggunakan motor rame-rame. Sebelum berangkat aku masuk ke sekolah dulu memberi tahu anak-anak kalo yg dimaksud preman itu teman-temanku dan pada mau ke STM 69. Mereka juga pada mau ikut, tapi aku cegah agar masalah tak merembet kemana-mana.
Sekitar 10 menit kemudian, sampailah kami di depan STM 69. Beberapa saat kami menunggu, aku lihat ada salah satu anak yg kemarin ikut ngeroyok keluar dari gerbang sekolah lalu diikuti segerombolan pengecut itu dibelakangnya. Kami mengintai dari warung samping sekolah mereka.
Awalnya mereka tak mencurigai kalo sedang kita intai, hingga akhirnya saat mereka jalan melewati depan warung Gatot langsung mengambil batu besar yg ada di sekitarnya dan langsung berlari ke gerombolan tersebut.
"Modaro kowe suuu!" Seru Gatot seraya melempar batu itu tepat di depan muka anak STM 69 hingga jatuh.
"Pragghhh..."
Karena saking dekatnya, maka Gatot pun ikut tersungkur jatuh. Tak lama kemudian anak-anak langsung menyerbu gerombolan itu dengan membabi buta. Aku ditahan Angga saat hendak ikut ke dalam pertempuran itu.
Pertarungan yg sangat tidak imbang, Kipli dan pasukannya dengan brutal menghempaskan pukulan-pukulan kerasnya. Demikian juga Tomi, ia bahkan menginjak-injak anak STM 69 yg telah jatuh tak berdaya.
Kuperhatikan ternyata biang keladi masalah ini yaitu anak yg hidungnya bocor kemarin terlihat mau kabur. Kubilang ke Angga kalo dia biang keladinya.
"Ngga... Yg itu jatahku yo!"
"Kamu disini aja!" Cegah Angga lalu berlari menuju ke anak itu kemudian dengan cepat Angga memberikan sebuah tendangan kaki kanannya yg melesat tepat di wajah pecundang itu. "Brruughhhh!" Ia itu langsung tumbang dengan darah yg bercucuran. Njiiir keren si Angga.
Anak-anak yg biasa PS pun ternyata boleh juga. Mereka dapat mengekspresikan karakter idola mereka yg hanya ada di game. Telah tak terhitung lagi pukulan-pukulan yg dilancarkan mereka semua.
"Ini akibatnya kalo kalian keroyokan! Breeggghh." Ucap Kipli lalu menendang perut salah satu pecundang STM 69 yg telah berbaring tak berdaya.
"Bruugghhh Dan itu dari anak yg kalian keroyok kemarin!" Seru Gatot sambil menendang salah satu anak juga.
Kemudian kita pergi meninggalkan pecundang-pecundang itu begitu saja. Aku sangat berterimakasih ke kawan-kawan kampungku atas semangat dan niat baik mereka memberi pelajaran kepada anak-anak yg mengeroyokku dan Prapto.
Hari-hari setelahnya berjalan dengan normal, yg beda hanyalah namaku yg mulai tenar dikalangan anak sekolah. Aku masih kerja sebagai kuli panggul di pasar bareng Kipli, Mas Tono, dan Mas Budi. Walaupun lelah, tapi aku harus tetap harus belajar mandiri.
Diubah oleh fthhnf 30-11-2021 14:06
njek.leh dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup