Chapter 26 : Masa Lalu Merry

Setelah obrolan panjang ku dengan Afif, kami pun memutuskan untuk pergi karna tidak enak telah meninggalkan Merry di mobil jika terlalu lama.
Lalu kami pun berpisah, afif akan kembali ke rumah guru nya karna dia masih memiliki urusan, sedangkan aku dan merry pergi ke rumah ku. Selama perjalanan Merry hanya diam, dia tidak mengucapkan sepata kata pun.
Singkat cerita setelah 45 menit perjalanan, kami pun sampai di rumah ku, aku mengantar Merry ke kamar kristin untuk sementara, karna ku yakin Kristin tidak akan pulang untuk waktu dekat ini.
Lalu aku mengetuk pintu kamar ibu untuk memperkenal kan Merry, dan Ibu hanya melihat nya sebentar sembari mengangguk kan kepala dan kembali membaca, setelah nya aku pun mengantar Merry untuk berkeliling rumah, tidak lupa aku juga memperkenalkan Merry kepada para Pembantu dan supir di rumah.

"keluarga kamu banyak banget ya am". ucap Merry.

"heh?.. keluarga yang mana?". tanya ku.

"itu tadi yang di bawah...". tanya nya kembali.

"ohh.. mereka itu pembantu di rumah". saut ku.

"heh?.. beneran?... sampe 8 orang gitu?". ujar merry.

"itu udah termasuk supir sama tukang kebun kok... nanti kamu jangan lupa kenalin diri ke Pak yayan ya, security di depan...". ucap ku.

"hah? masih ada lagi?". tanya nya bingung.

"i..iya.. selain Pak yayan, ada 2 security lagi, kan kerja shift gantian". jawab ku yang ikut bingung.

"kamar ku tadi aja... berasa lebih gede dari ruang tamu ayah". ucap nya.

"hahaha.... nanti juga terbiasa kok, ya inti nya kamu kalo laper atau butuh apa, kamu pake telfon yang ada di lantai 2 aja, di sebelah kamar kita.." ujar ku.

"HEH ? KITA? KK..K..KITA TINGGAL SATU KAMAR?". ucap merry kaget.

"ahh bukan bukan... maksud aku telfon nya ada tepat di tengah-tengah antara kamar aku dan kamu...kamu kan liat sendiri tadi...soal nya ibu ku ga suka kalo aku atau kakak aku dulu teriak-teriak manggil pembantu, akhir nya dia pasang telfon untuk panggilan ke dapur atau ke kamar pembantu". ucap ku.

"oohhh maaf-maaf". saut nya dengan raut wajah memerah.

Lalu setelah itu aku menyuruh Merry untuk beristirahat, dan berjanji akan mengajak nya pergi ke suatu tempat pada hari minggu, agar dia bisa menyegarkan fikiran nya.

.
.

Malam hari nya aku memperkenal kan Bima ke Merry, tampak jelas wajah bingung bima, aku pun menjelaskan situasi nya kepada nya dan kemampuan apa yang di miliki oleh Merry, untung nya Bima mengerti tanpa mempertanyakan keputusan ku lebih jauh.

Sampailah aku di bagian tersulit... yaitu, mengatakan kepada seseorang bahwa aku telah membawa seorang wanita yang kurang lebih masih seumuran dengan ku untuk tinggal bersama di rumah... siapa lagi kalau bukan Ai, aku sudah bisa menebak semarah apa dia... Dengan perasaan campur aduk, aku pun mengambil HP dan langsung menelfon Ai..

"H..Halo". ucap ku.

"halo beb.. tumben nelfon jam segini". tanya nya.

"hmmm itu... anu..." ujar ku.

"kenapa? mau ngomong apa?". tanya nya kembali.

"aku bawa cewe.. eh bukan itu, maksud nya..aku ada cewe... eh bentar, gimana ya jelasin nya.. Aku baru ngangkat perempuan buat jadi pengi--... maksud nya untuk jadi saudara aku dan mulai hari ini dia bakal tinggal di rumah". ucap ku grogi.

"ohhh kira-- HAHHHHH!!...." Teriak nya begitu kencang di telfon

Aku pun reflek langsung menjauhkan hp dari telinga, karna teriakannnya begitu kencang membuat kuping ku sakit.

"trusss cewe nya siapa? umur nya berapa? nama nya? kamu kenal dari mana? trus dia ngapain sekarang? kok bisa?" tanya nya dengan seribu pertanyaan.

Aku menjelaskan kepada nya tanpa mengungkit masalah ke ilmuan yang merry miliki, aku beralasan bahwa dia adalah anak yatim piatu dan telah di buang oleh orang tua nya, dan karna rasa kasian, jadi aku membawa nya untuk pulang.

"bebb... dia udah 21 tahun... udah bisa hidup sendiri, ngapain kamu urusin PEREMPUANN umur segitu". jawab nya.

"hmm kamu kalo ketemu orang nya langsung, juga pasti ngerti kok.. yaudah kalo gak gini aja, hari minggu kita jalan kemana gitu, nanti aku bawa dia buat aku kenalin ke kamu". jelas ku.

"hmmmmmmmmmmmmmm... yaudah lusa kita ke dufan aja, nanti aku ajak kristin juga". ucap nya.

"oh ok.. nanti aku ajak temen aku 1 lagi" saut ku.

Lalu setelah panjang lebar menjelaskan segala situasi yang sedang ku alami ini, akhirnya dia seperti mencoba untuk mengerti. Aku pun langsung pergi ke kamar Merry untuk memberitau perihal liburan besok, dan ketika aku sudah sampai di dalam kamar nya... aku melihat dia sedang menyelimuti seluruh badan nya dengan selimut, namun seperti nya dia sedang tidak tidur, karna aku melihat bagian bawah kaki nya seperti sedang gemetaran.

Aku pun langsung merasa bersalah, mungkin di balik selimut itu dia sedang menangis atau menahan rasa kesal nya sampai-sampai kaki nya gemetaran. Lalu aku mencoba mendekati nya dan duduk di samping nya.

"Merr..." ucap ku.

"HAAAAAAAA PE...PE..PERGIIIII".

Teriak nya begitu kencang, aku pun reflek langsung membuka selimut dan mendekap mulut nya, karna aku takut akan menggangu ibu atau ayah yang sudah tertidur.

"heh... kamu kenapa?". tanya ku yang masih membekap mulut nya.

"mmm....mmmmmmm...mmmm.mmmm". ucap nya.

"jelasin.... jangan diem aj--.... oia maaf lupa lepas tangan". ujar ku.

"aku kira kamu setan yang ada di balik jendela .... banyak banget". ucap nya sembari menangis.

"ohhhh.... bentar ya". ucap ku.

Aku lupa, bahwa rumah ku sebenarnya sudah seperti sarang setan, karna banyak sekali benda sakral atau pun mistis di dalam rumah ini, seolah mengundang mereka. Namun sebenar nya mereka tidak pernah menggangu se isi rumah, atau lebih tepat nya mereka tidak berani menggangu... Mungkin di karnakan mereka melihat penghuni baru, mereka jadi penasaran, di tambah merry juga bisa melihat sebangsa mereka.

Untuk membuat merry nyaman aku pun mengusir mereka, dan meletakan salah satu kertas rapalan untuk benteng ghaib di dalam kamar, sehingga jin tidak berani untuk mendekat, apa lagi untuk masuk.

Aku pun mengatakan kepada merry untuk tidak perlu takut lagi, karna aku sudah mengusir mereka dan menjamin mereka tidak akan muncul lagi di kamar ini. Namun ketika aku ingin pergi, merry mendekap tangan kiri ku begitu erat tanpa mengucap satu kata pun, namun aku mengerti maksud nya, ia sedang tidak ingin di tinggalkan.

"liam.. kamu pernah ga, ngerasa kalo tuhan memberikan kelebihan kepada mu hanya untuk mengutuk mu..." ucap nya dengan wajah memerah.

"tuhan kah... aku bahkan meragukan akan keberadaan tuhan itu sendiri, karna jikalau dia memang ada... berarti dia sangat membenci ku, sampai-sampai satu pun permintaan ku tidak ada yang pernah dia kabulkan". ucap ku yang duduk di kasur.

"Allah itu benar ada nya....Karna aku pernah bermimpi bertemu dengan salah satu utusan nya di dalam mimpi ku". ucap nya yang enggan melepaskan tangan ku.

"utusan nya.. siapa maksud mu?". tanya ku.

"Muhammad SAW... meskipun aku tidak bisa melihat wajah nya saat itu, aku melihat jelas punggung yang begitu gagah dari belakang nya... dia tidak mengatakan apa pun dan hanya sedang melihat ke arah atas...". ucap nya yang mengaget kan ku.

"nabi? kau yakin itu? bisa saja itu adalah setan atau pun jin yang sedang menipu mu.." ucap ku mengklarifikasi.

"tidak liam.. tidak mungkin... Dia memang tidak mengatakan siapa dia, namun ketika aku melihat nya... perasaan ku langsung sangat yakin bahwa yang aku lihat saat itu ialah beliau... dan asal kau tau, Iblis atau pun jin memang bisa menyerupai apa pun atau siapa pun di dunia ini, terkecuali...Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT". ucap nya.

"lalu jika itu benar... mengapa pertanyaan mu tadi seperti sedang menyalahkan tuhan?". tanya ku kembali.

"Karna.. aku merasa cobaan yang ku alami selama ini begitu berat.. aku selalu berpindah-pindah tempat, bahkan aku tidak bisa menyelesaikan sekolah SMA ku... ketika aku masih kecil Ibu mengatakan bahwa aku anak yang membawa sial, karna beberapa hari setelah aku lahir.. Perusahaan milik ayah kandung ku bangkrut, di tambah.. aku selalu berteriak tiap malam karna melihat jin yang selalu mencoba mendekati ku... Sampai dimana kesabaran mereka habis dan menitipkan ku kepada nenek, dan semenjak itu.. aku tidak pernah lagi melihat mereka". ucap nya dengan air mata yang menetes.

Aku pun hanya diam sembari perlahan-lahan mengelus-elus kepala nya.

"Nenek ku begitu baik kepada ku, mungkin saat itu.. dia adalah orang pertama yang tulus mencintaiku, namun... aku malah bertindak seperti anak yang terus memberontak, karna aku tidak bisa menerima fakta bahwa orang tua ku telah meninggalkan ku... A..aku bahkan berkali-kali mengatai-ngatai nya dengan sebutan binatang.. Na...namun.. dia selalu hanya membalas nya dengan senyuman, sembari mengelus kepala ku..." ucap nya yang semakin tidak bisa menahan air mata nya.

"Sampai suatu hari... ketika aku mencoba untuk membangun kan nya di kasur, dia sama sekali tidak merespon... a..aku sampai terus memanggil-manggil nama nya berulang kali namun dia tidak bangun... dan di saat aku masih berusia berumur 16 tahun, aku harus menerima fakta bahwa satu-satu nya orang yang mencintai ku pergi meninggalkan ku... Setelah sepeninggal nenek, aku di urus sebentar oleh adik ibu ku, namun beliau seperti tidak menyukai ku dan bahkan membenci ku, lalu aku pun memutuskan untuk melarikan diri dari rumah.. dan hidup menggelandang kurang lebib selama 2 bulan, sampai suatu saat aku bertemu dengan dia.. ayah angkat ku... Gaffar, dia menyadari potensi ku dan juga bakat ku hanya dalam sekali melihat... lalu dia mengatakan ingin mengadopsi ku, aku begitu senang... Bahkan istri nya begitu baik dengan ku, seolah... waktu yang ku habiskan bersama mereka, bisa melupakan seluruh kesedihan ku di masa lalu....". jelas nya panjang lebar yang masih menangis.

Aku pun mencoba untuk menjadi pendengar yang baik dan terus menatap mata nya yang sekali-kali menoleh ke arah ku.

"sampai... ibu angkat ku kecelakaan dan koma... setelah kejadian itu, aku merasa perubahan sifat dari nya.. dia seperti mulai mempercayai bahwa kehadiran ku hanyalah membawa kesialan bagi nya... Dan sifat nya mulai berubah kepada ku, dia bahkan sudah tidak mau lagi memakan masakan ku, tidak mau lagi meng imami ku ketika shalat, bahkan dia sudah tidak mau lagi menyebut nama ku...." ucap nya yang terhenti karna isakan tangis nya.

"Liam... apakah kamu mempercayai kutukan ku? bahwa aku hanyalah pembawa sial bagi orang di sekeliling ku?". tanya nya.

"Hidup ku sudah seperti ini... aku bahkan tidak lagi mengenal definisi dari kata Sial itu seperti apa, mungkin orang lain berfikir aku sangat beruntung di lahirkan di keluarga yang begitu kaya raya... namun sejak dulu.. tidak sedetik pun aku merasa beruntung karna itu". ucap ku dengan senyum.

"apa..kah suatu hari kau juga akan meninggalkan ku?". ucap nya dengan genggaman yang semakin kencang.

"aku tidak tau.... namun aku hanya bisa mengatakan bahwa aku.. tidak akan meninggalkan atau pun mengkhianati orang-orang yang menyayangi ku...lalu pertanyaan nya... apakah kamu menyayangi ku?" tanya ku dengan senyum lebar.

"A...Apaan sih, kok n...nanya nya gitu... Ka..kamu kan u..udah punya tunangan". ucap nya begitu grogi.

"hahaha maksud aku, menyayangi ku sebagai seorang sahabat atau pun teman.. bodoh". saut ku sembari menyentil jidat nya.

"yeee jangan gitu lah... gini-gini tua'an aku tau". saut nya.

"umur doang tua, mental anak TK". ujar ku.

Lalu kami pun hanya tertawa setelah nya, dan hanya mengobrol tidak jelas dan saling meledek.. sampai dia tidak lagi menjawab ucapan ku dan tertidur dengan tangan yang masih memegang tangan ku begitu kencang nya, aku pun memutuskan untuk menyenderkan badan ku ke tembok dan mencoba tidur dalam posisi duduk, karna aku tidak tega untuk meninggalkan nya saat ini, karna bagaimana pun.. dia adalah tanggung jawab ku sekarang, mungkin dia memang lebih tua dari ku, namun aku malah menganggap nya sudah seperti adik ku sendiri.

.
.

Ke esokan hari nya aku terbangun dan masih dalam kondisi terduduk di kasur merry, terlihat merry masih tertidur sembari memegangi tangan ku, aku pun perlahan melepaskan genggaman nya dan pergi meninggalkan kamar... hari ini adalah hari sabtu, jadi sekolah ku libur dan seperti nya aku akan menghabiskan waktu ku untuk bermain game seharian.

Sebelum kembali ke kamar, aku pun memutuskan untuk ke dapur untuk meminta di buatkan teh hangat dan sarapan kepada mbok Sirih, lalu ketika aku ingin kembali ke lantai 2, tiba-tiba ayah yang berada di teras belakang memanggil ku tanpa menoleh ke arah ku. Aku pun lekas menghampiri nya..

"kenapa pah?". tanya ku dengan wajah mengantuk.

"tentang foto Pria yang sudah papah kasih kemarin-marin, selesaikan malam ini". ucap nya.

Lalu aku pun kembali teringat tentang foto yang dia berikan beberapa hari lalu, pria paruh baya yang tidak aku kenal siapa dia... Tanpa fikir panjang aku pun menganggukan kepala tanda mengerti, dan berjalan kembali menuju lantai 2.

"Liam... Wanita itu.. memiliki kemampuan seperti apa?" tanya ayah yang sekaligus menghentikan langkah ku.

"dia bisa melihat dan dapat mendeteksi energi manusia atau pun ghaib, dia akan sangat berguna untuk mencari sebuah mustika atau pun pusaka yang tertanam jauh di tanah atau pun tersembunyi di suatu tempat". jawab ku yang mencoba menyembunyikan fakta sebenarnya.

"jika nanti dia malah tidak berguna...buang saja". ucap nya.

"baik pah". jawab ku menahan emosi.

.
.
.
.
.
.
.

The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams

. 

-Eleanor Roosevelt