MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.2K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.8KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#3821
BAGIAN 57
BERTEMU KAWAN LAMA
part 1

Setelah kejadian nahas yang dialami kemarin malam, Hayati merasa tubuhnya kembali pulih sepenuhnya. Setibanya di rumah, Karma kembali memberikan terapi kepada Hayati di dalam kamar untuk memulihkan tubuhnya.

Karma menggunakan keahlian spesial yang dimilikinya untuk memperbaiki tubuh Hayati. Tentunya usaha ini menguras energi sang iblis itu sehingga ia kelelahan dan berbaring di sebelah Hayati.

"Ternyata iblis bisa ngerasa capek juga?"

"Iya dong Ti, soalnya tubuh kamu ini udah mendekati Bendoro, jadi butuh energi besar buat memperbaikinya"

"Oalaaaaah... emang aku sebegitunya ya?"

"Iya Ti, makin kesini, tubuh kamu makin kuat... semua ini gara gara keponakanmu itu"

"Cecil?"

"Betul, dia ngasih kamu kekuatan biar biar kuat"

"Oalaaah baik banget ya keponakanku itu! Aku sayang sama dia"

"Buset!! Baik dari Hongkong? Dia itu psikopat!"

"Psikopat buat kamu kali hehe"

"Dasar!!"

Hayati kemudian menatap wajah Karma dalam waktu yang cukup lama sehingga membuat iblis itu menjadi salah tingkah.

"Kamu kenapa sih liatin aku terus?" protes Karma.

"Kar... apa aku ini tipe cewek jahat?" tanya Hayati.

"Betul banget Ti, kamu itu cewek paling jahat!!"

"Iiiiihhh!!! Kenapa kamu bilang gitu?"

"Ya soalnya kamu hobi banget bikin cowok patah hati... aku salah satu diantaranya"

"Apaaaaah!! Kamu ngerasa patah hati?"

"Iya lah, kamu nolak aku mentah mentah... padahal aku selama ini ada dalam tubuhmu"

"Aku gak mau pacaran sama iblis tauuuuuk!!! Lagian kamu kan pacarnya Bendoro, aku bukan tipe perebut pacar orang"

"Hey!! Pacar Bendoro tuh diriku yang lain, tapi pecahan diriku yang ada di tubuh kamu sepenuhnya mencintaimu"

"Alaaaaah gombal!! Aku gak mau sama iblis, entar aku masuk neraka"

"Hahahaha... bener juga ya! Tapi kamu emang yakin bakalan masuk surga?"

"Ya gak tau juga sih! Dosa dosaku banyak hihihi"

"Kalo gitu, nanti kamu akan kusambut di neraka hahaha"

"Ihhhh amit-amit! Jangan ngomong gitu ah!"

"Hahahaha... kamu lucu Hayati!"

Hayati dan Karma semakin larut dalam obrolan yang diselingi oleh candaan. Sesekali Karma melontarkan rayuan iblis nya untuk membuat Hayati jatuh cinta kepadanya, namun hal itu selalu gagak.

Tak lama kemudian, Fathya masuk ke dalam kamar Hayati. Iya terkejut melihat Hayati tengah berbaring dia atas ranjang dengan kondisi telanjang bulat sambil tertawa sendiri.

"Astaga!! Mala!! Kenapa kamu gak pake baju?" bentak Fathya.

Hayati langsung panik dengan kehadiran Fathya, ia pun terperanjat. Akan tetapi Hayati merasa heran karena Fathya tak melihat keberadaan Karma yang berbaring di sebelahnya.

"Lho kok badanmu basah sih Mal? Terus bau apa nih? Kayak mencurigakan"

"Anu Fat, ini cairan perawan"

"Apaaaah!! Cairan perawan?"

"Iya Fat, aku lagi nyoba olesin cairan itu ke permukaan kulit, katanya bisa bikin kulit mulus"

"Ah masa sih!! Tapi kok ini mah bau amis ya? Kayak air mani"

"Iya hehehe... baunya emang kayak gitu"

"Ihh jorok banget!! Yaudah mandi sana!! Masa kelakuan gadis kayak gini!"

"Hey!! Aku udah 53 tahun!!"

"Terserah deh"

Fathya mengambil sebuah handuk dari dalam lemari, lalu melemparkannya kepada Hayati. Setelah itu ia pergi keluar kamar.

"Kok dia gak bisa liat kamu Kar?" tanya Hayati terkejut.

"Aku kan mahluk gaib Ti, jadi gak bisa diliat lah"

"Iya, tapi kan Fathya juga arwah gentayangan Kar, kok dia gak bisa liat kamu?"

"Aku mahluk gaib paling tinggi Ti, aku ini iblis kelas atas, udah gitu aku mantan malaikat... jadi aku gak bisa diliat sama mahluk gaib lainnya, kecuali kalo aku menghendaki pengen diliat"

"Oh gitu!"

"Iya Ti, lagian bahaya kalo dia liat aku berbaring di sebelah kamu lagi telanjang juga"

"Iya juga ya... hehehe... yowis lah, aku mau mandi dulu"

Keesokan harinya, Hayati kembali beraktivitas seperti biasanya. Ia datang pagi ke klinik untuk mempersiapkan praktik dokter Tisha. Ketika ia merapikan berkas-berkas, tiba-tiba Tisha menghampirinya dengan wajah panik.

"Mal... ayo kita pergi selarang!!"

"Kemana Tis? Kok kamu kayak panik gitu?"

"Wongso Mal... Wongso!!"

"Mas Wongso kenapa?"

"Aku gak tau kenapa, tapi tadi subuh dia di temuin pingsan di emperan toko, sekarang dia udah di rumah sakit... kebetulan dokter yang menanganinya temenku"

"Oalaaaah, kok bisa gitu Tis, apa dia abis dibegal? "

"Aku gak tau, kita pergi sekarang yuk!!"

"Aku ikut?"

"Iya Mal, aku pengen kamu nemenin aku"

"Oke"

Tisha dan Hayati akhirnya pergi menuju rumah sakit Harapan Bunda untuk mengetahui keadaan Wongso. Setibanya di sana, mereka pergi menuju ruang rawat intensif. Tisha bertemu dengan teman sejawatnya yang memberikan pertolongan kepada Wongso.

"Gimana keadaan Wongso?" tanya Tisha.

"Sekarang dia udah melewati masa kritis, tadi subuh dibawa dibawa sama warga kesini, pas aku liat, aku kayak kenal, ternyata dia pacar kamu, jadi aku langsung nelepon kamu" jawab Diza.

"Sebenernya aku sama Wongso baru putus Diz"

"Apaaaah!! Kenapa? Padahal kalian udah lama banget pacaran dan selalu mesra"

"Aku gak ngerti... hmmm... dia luka apa aja Diz?"

"Cukup parah Tis, kaki kanan patah, tiga tulang rusuk kiri juga patah, terus banyak luka lebam, ada trauma di kepala, belum lagi psikisnya... Kayaknya dia abis jatuh dari ketinggian"

"Duh!! Parah banget"

"Sekarang ayo kita masuk! Mungkin dia udah siuman" ajak Diza.

Tisha dan Hayati mengikuti Fiza memasuki ruang perawatan Wongso. Ketika memasukinya, Tisha langsung menitikan air matanya memelihat kondisi Wongso yang sangat mengenaskan.

Kaki kanannya tampak dibalut oleh gips untuk menyangga tulang kaki yang patah. Selain itu tubuhnya juga dibebat oleh kain pembalut untuk tujuan yang sama. Wajah tampannya pun dipenuhi oleh luka gores dan lebam.

Awalnya Wongso sangat senang melihat kedatangan Tisha, namun ketika Hayati muncul dari belakang tubuhnya, Wongso berteriak histeris.

"Aaaaaarrrggghhh!!! Kunti... itu ada kunti" teriak Wongso sambil menunjuk ke arah Hayati.

Tisha dan Diza langsung berusaha menenangkan Wongso yang bergerak tak beraturan. Hayati pun merasa kebingungan.

"Wong... tenang Wong! Itu Mala... dia manusia" kata Tisha.

"Enggak Tis... dia itu kuntilanak!!! Dia setan... dia udah mati!!!" balas Wongso.

"Astaga Mas Wong... aku belum mati Mas! Aku masih hidup" lirih Hayati.

"Booong!!! Dia itu setan Tis!! Tolong Tis, usir dia!!" pinta Wongso.

"Wong... tenangin dirimu!!"

Hayati mengalah, ia meninggalkan ruang rawat itu. Seketika Wongso kembali tenang.

"Tis? Cewek yang bareng kamu itu siapa sih?" tanya Diza.

"Dia asistenku di tempat kerja" jawab Tisha.

"Dia itu kuntilanak!!" sela Wongso.

"Wong!! Udah deh! Kamu kenapa sih sebenernya? Kenapa kamu bisa kayak gini?" bentak Tisha.

"Tisha maafin aku!" Wongso menangis.

Wongso tak berani menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Tisha. Ia takut Tisha akan membencinya karena sudah berpaling dari dirinya.

Dokter Diza menyuntikan obat penenang pada selang infus yang tersambung ke dalam tubuh Wongso.

"Tis... ada yang mau aku omongin sama kamu, penting!" kata Diza.

"Oke Diz"

Tisha pamit kepada Wongso untuk sementara. Tersirat raut kekecewaan pada muka Wongso. Ia masih merasakan takut dan menginginkan belaian Tisha.

"Tis, aku masih butuh kamu" rengek Wongso.

"Bentar aja kok Wong, lagian kamu harus istirahat! Kamu udah dikasih obat penenang" sahut Tisha.

Mereka pun akhirnya pergi meninggalkannya sendiri di ruangan. Wongso masih gelisah karena melihat kehadiran Hayati beberapa menit yang lalu. Ia menyesal karena jatuh cinta dengan sosok yang menyeramkan.

Tak lama berselang, sosok yang ditakutinya masuk ke dalam kamar. Hayati dengan santai berjalan menghampirinya sambil membawa kursi. Ia lalu duduk di samping kirinya.

Irama jantung Wongso mendadak bergejolak bagaikan rentetan musik cadas. Aliran darahnya mendadak deras dan terkumpul di otak.

"Hai Mas Wong, kamu udah baikan sekarang?" sapa Hayati.

"Kamu setan! Kamu kunti! Tolong... jangan bunuh aku!" Wongso memelas.

"Hahaha... Siapa yang mau bunuh kamu Mas Wong? Aku malah nyelametin kamu, harusnya kamu tuh mati jadi manusia geprek!"

Wongso terhenyak mendengar omongan Hayati. Ia menghela napas,lalu tertunduk seakan tak sanggup menerima kenyataan ini.

"Mala... kamu sebenernya mahluk apa? Kenapa kamu bergentayangan di dunia?"

"Aduh Mas, udah kubilang kan sebelumnya, aku ini kuntilanak yang hidup kembali... tapi dalam tubuhku bersemayam iblis, jadi aku gak bisa mati"

"Jadi selama ini, cerita-cerita horor mu itu beneran?"

"Iya Mas, aku gak pernah ngarang cerita, emang kamu gak percaya aku?"

"Ceritamu gak bisa diterima akal sehat, jadi aku gak percaya, aku cuman pura pura aja karena pengen lebih deket sama kamu... tapi... sekarang semuanya berbeda"

"Berbeda gimana?"

"Ya... aku takut banget sama kamu Mal, bahkan saat ini, aku mengompol saking takutnya"

"Oalaaaah... hahahaha... pantesan daritadi aku nyium bau pesing, ternyata itu kamu Mas"

"I... iya... tolong jangan hantui aku Mal! Aku gak akan deketin kamu lagi, bahkan sampe nembak kamu jadi pacarku"

"Iya Mas, aku gak akan gangguin kamu, tapi aku punya syarat!"

"Syarat apa?"

"Pertama, kamu gak boleh menarik apa yang udah kamu berikan buat Ibu Arsal... aku tau kok tujuan kamu baik sama dia, buat narik perhatian dan simpatiku kan? Sekarang kamu udah tau aku sebenernya... aku gak mau kamu merusak kebahagiaan seorang ibu yang ditinggal anaknya"

"I... iya Mal, aku gak akan narik lagi semua bantuanku buat Ibu itu, aku ikhlas kok"

"Dan ada satu lagi syaratnya! Kamu harus balikan lagi sama Tisha!'

"Apaaaaaah!! Kayaknya gak bisa"

"Kamu harus bisa!! Kamu harus janji bahagiain dia dan jangan menyakiti perasaannya lagi!"

"Tapi Mal... "

"Jangan ada tapi tapian!! Kalo kamu sampe berani menyakiti Tisha lagi kayak kemaren!! Aku gak segan segan membunuhmu!"

"Iya... iya... iya... Mal... aku janji akan balik lagi sama dia, aku akan mencintainya lagi dan gak menyakitinya" sahut Wongso dengan tubuh gemetar.

Hayati tersenyum mendengar janji yang terucap dari mulut Wongso. Ia kemudian memeluknya.

"Ini adalah pelukan terakhir dariku Mas, kuharap kamu menerimanya"

"Aku menerimanya Mal"

Hayati kemudian beranjak pergi meninggalkan Wongso. Ketika ia akan membuka pintu, Wongso memanggilnya.

"Mala!"

"Iya Mas?"

"Makasih udah nyelametin hidupku"

"Oalaaah sama sama Mas Wong, semoga kamu bahagia sama Tisha soalnya kalian sama sama lemah mental dan gampang mau bunuh diri"

"Aduh Mal... jangan bahas itu!"

"Yaudah deh... aku pamit ya Mas"

Hayati pun akhirnya keluar dari ruang rawat. Ia kemudian duduk di ruang tunggu untuk menunggu kembalinya Tisha. Hayati merasa dirinya jahat karena telah mengancam akan membunuh Wongso, tapi hal itu adalah jalan satu satunya untuk mempersatukan kembali pria itu dengan Tisha.

Tak lama kemudian, Tisha kembali. Ia langsung menghampiri Hayati yang tengah duduk.

"Mal... gimana keadaan Wongso?"

"Dia lagi tidur Tis, kamu abis darimana sih? Kok lama banget"

"Aku abis ngobrol sama temenku, ternyata luka yang dialami Wongso cukup parah"

"Astaga! Separah apa Tis?"

"Selain banyak tulang patah, otaknya juga ngalamin kerusakan... aku gak tau yah kedepannya kayak gimana, tapi dia bakal ngalamin perubahan perilaku"

"Maksudmu gimana?"

"Ya mungkin mentalnya berubah... bisa jadi kuat atau bahkan rapuh"

"Aduh Tis, itu lumayan parah"

"Iya... Aku gak ngerti kenapa dia bisa gitu, mobilnya ditemuin di halaman restoran tapi dia ditemuin di emperan toko yang jaraknya jauh dalam keadaan linglung... terus kenapa dia bisa luka luka kayak gitu? Apa dia jatuh atau dipukulin orang? Dia gak ngomong apa apa selama ini"

"Yang sabar ya Tis, semoga Mas Wongso gak kenapa napa"

"Iya Mal... Semua ini sebenarnya salahku, aku terlalu fokus kerja dan belajar sampe sampe ngelupain dia"

"Apa kamu masih cinta sama Wongso?"

"Ya masih Mal, aku masih sayang sama dia"

"Nah, kalo gitu ini kesempatan bagus buat kamu untuk memperbaiki hubungan sama dia"

"Memperbaiki gimana? Dia belum tentu nerima aku lagi"

"Aku pastikan dia akan nerima kamu lagi Tis... aku yakin"

"Kamu kenapa bisa yakin?"

"Ya perasaanku aja sih Tis"

"Ah... kamu mah suka ngada ngada"

"Yaudah kalo gak percaya"

"Mal..."

"Apa?"

"Sekarang, apa yang harus aku lakuin?"

"Hmmm... urus Wongso sampe sembuh, kasih dia perhatian dan kamu jangan terlalu fokus kerja!"

"Tapi kalo gak kerja, aku gak dapet duit"

"Kamu masih ngerasa kurang Tis? Kamu tinggal di apartemen mewah, punya mobil mewah sama pake baju mahal... harusnya tabungan kamu cukup"

"Iya sih, tapi aku takut ditinggal pasienku"

"Kamu gak usah khawatir Tis, pasienmu gak akan ninggalin kamu, mending minggu ini kamu ambil cuti, urus Wongso sampe sembuh"

"Kalo aku gak praktek, kamu gak kerja dong Mal, kamu gak dibayar"

"Bagiku gak masalah Tis, aku bis tetep kerja jadi cleaning service kalo kamu gak buka praktek"

Siang itu, Hayati pulang kembali menuju klinik. Ia memasang pengumuman di depan pintu ruang praktik dokter Tisha yang mengambil cuti selama dua minggu. Banyak calon pasien yang kecewa dengan pengumuman itu. Mereka memilih pulang dan sebagian lainnya mencari dokter yang lain.

Ketika Hayati berjalan di selasar klinik, tiba tiba ia melihat sepasang suami istri berpapasan dengan dirinya. Hayati sangat mengenal orang-orang itu. Setelah beberapa saat, ia memanggil mereka.

"Mas Febri?"

Pria itu menoleh ke arah Hayati. Ia sangat terkejut ketika melihat sosok Hayati yang ada dihadapannya.

"Hayati!!" sahut Febri

"Iya Mas ini aku? Kamu kok jalan bateng sama Mawar Hitam?"

Sontak Febri dan Letty berlari menghampiri Hayati. Ia langsung memegangi kepalanya sambil memperhatikan permukaan ubun-ubun.

"Hey!! Kenapa kamu pegang kepalaku?" tanya Hayati bingung.

"Aku nyariin paku yang nancep di kepalamu" jawab Febri polos.

"Welahdalah... Mas Febri, aku ini masih hidup, aku gak pake paku kuntilanak"

"Astaggirulloh!! Yang bener Hayati?" ungkap Febri dengan terkejut.

"Iya Mas, yang jadi pertanyaan, kenapa kamu ada disini sama si Mawar Hitam? Bukannya dia pernah mau bunuh kamu?" Timpal Hayati sambil memandang sinis kepada Letty.

"Gini... gini... gini... Hayati, apa kamu ada waktu? Aku pengen ngobrol sama kamu banyak banget" sela Febri.

"Paling sejam lagi aku pulang kerja, kita mau ngobrol dimana?" jawab Hayati.

"Di cafe milikku aja, Cafe Van Orsch"

"Oalaaaah, kamu udah kaya yah sekarang Mas!! Jangan jangan kamu pesugihan pake si Mawar Hitam"

"Enggak Ti, sumpah demi Alloh!! Aku gak pesugihan... aku cuman suka sama Letty"

"Astaga!! Kamu ngikutin jejak Asnawi!"

"Iya Ti, berhubung kami nyebut nama dia, aku mau ngomongin dia nanti"

"Emang Mas Nawi kenapa Mas?"

"Dia hancur Ti, dia hampir gila gara-gara kamu mati... dan ternyata sekarang aku ketemu sama kunti kesayangan sahabatku itu"

"Cafe Van Orsch deket kok dari sini... kamu cukup pake metro mini aja" kata Febri kemudian memberikan kartu namanya kepada Hayati.

Hayati pun menerima kartu itu dengan perasaan yang mendadak suram. Ketika mendengar Asnawi hancur dan hampir gila, hatinya mendadak luluh lantak. Pikirannya kacau memikirkan nasib sang pujaan hati ketika ia tinggalkan.

Hayati selalu menganggap Asnawi selama ini hidup bahagia bersama Cascade.

...
yuaufchauza
galehnova
lelakiperantau
lelakiperantau dan 38 lainnya memberi reputasi
39
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.