ziqifansAvatar border
TS
ziqifans
Xi Jinping Rilis 'Resolusi Bersejarah', Sejajar dengan Mao Zedong dan Deng Xiaoping
Jum'at 12 November 2021 16:36 WIB

Xi Jinping Rilis 'Resolusi Bersejarah', Sejajar dengan Mao Zedong dan Deng Xiaoping




PARTAI Komunis China (PKC) mengeluarkan "resolusi bersejarah", yang memperkuat status Xi Jinping dalam sejarah politik China. Dokumen tersebut, yang merupakan ringkasan dari sejarah 100 tahun partai, membahas pencapaian-pencapaian terbesar serta arah masa depannya.

Ini merupakan resolusi ketiga sejak berdirinya PKC - yang pertama disahkan oleh Mao Zedong pada 1945 dan yang kedua oleh Deng Xiaoping pada 1981.

Resolusi tersebut disahkan pada Kamis 11 November di sesi pleno keenam, salah satu pertemuan politik paling penting di China. Sebagai pemimpin China ketiga yang mengeluarkan resolusi semacam ini, langkah itu bertujuan menempatkan Xi sejajar dengan pendiri partai, Mao, dan penggantinya, Deng.

Baca Juga: Ditinggal Pemiliknya, Anjing Terlantar Ini Terjual Seharga Rp358 Juta

Beberapa pengamat melihat resolusi tersebut sebagai upaya terbaru Xi untuk memutar balik desentralisasi yang telah berlangsung selama puluhan tahun oleh para pemimpin China, dimulai di bawah Deng dan dilanjutkan oleh para pemimpin lain seperti Jiang Zemin - satu pertanda bahwa China mungkin akan kembali ke hal yang disebut "kultus individu".

Sesi tertutup yang berlangsung selama empat hari itu dihadiri lebih dari 370 anggota Komite Sentral ke-19 partai - kepemimpinan puncak negara itu.

Baca Juga: Di Tengah Gelombang Covid-19, China Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem

Itu adalah pertemuan besar terakhir para pemimpin partai sebelum kongres nasional tahun depan, tempat Xi diperkirakan akan membuat momen historis dengan kembali mencalonkan diri sebagai presiden untuk masa jabatan ketiga.

Pada 2018, China membatalkan batas dua periode kepresidenan, yang praktis memungkinkan Xi untuk berkuasa seumur hidup.

Sepenting apakah resolusi ini?

Pada dasarnya, resolusi ini semakin meneguhkan kekuasaan Xi, kata beberapa pakar kepada BBC. "Ia (Xi) berusaha membuat dirinya menjadi pahlawan dalam epik perjalanan nasional China," kata Adam Ni, editor China Neican, sebuah buletin tentang berita-berita terbaru dari China.

"Dengan mendorong resolusi bersejarah yang menempatkan dirinya di pusat narasi besar Partai dan China modern, Xi menunjukkan kekuatannya. Namun, dokumen itu juga merupakan alat untuk membantunya mempertahankan kekuatan ini," katanya.

Dr. Chong Ja Ian dari National University of Singapore mengatakan langkah terbaru ini membedakan Xi dari para pemimpin China sebelumnya.

"[Mantan pemimpin China] Hu Jintao dan Jiang Zemin tidak pernah memiliki otoritas sebesar Xi. Namun, tidak jelas apakah mereka akan melakukannya jika mendapatkan peluang yang sama," kata Chong.

"Tentu saja ada banyak penekanan pada Xi sebagai pribadi saat ini. Sejauh mana penekanan itu menjadi lebih dilembagakan secara formal adalah hal yang diamati banyak orang saat ini," imbuhnya.

Deng dan Mao menggunakan resolusi mereka untuk memutuskan hubungan dengan masa lalu. Resolusi pertama, yang diadopsi dalam pleno partai pada tahun 1945, membantu Mao mengonsolidasikan kepemimpinannya sehingga ia memiliki otoritas penuh ketika menyatakan pembentukan Republik Rakyat China pada 1949.

Ketika Deng mengambil alih kepemimpinan pada 1978, ia memprakarsai resolusi kedua pada 1981. Kala itu Deng mengkritik "kesalahan" Mao selama Revolusi Kebudayaan dari tahun 1966 hingga 1976, yang mengakibatkan jutaan kematian. Deng juga menetapkan dasar-dasar untuk reformasi ekonomi China.


Namun, tidak seperti resolusi-resolusi sebelumnya, Xi malah ingin menekankan kontinuitas, menurut Ni. Bagaimanapun, resolusi Xi muncul pada saat China telah menjadi kekuatan global - sesuatu yang hampir tak terbayangkan beberapa dekade yang lalu.

"Negara ini sedang berdiri pada titik tempat mereka dapat melihat kembali pertumbuhan yang signifikan dalam ekonomi, militer, serta pengakuan statusnya sebagai kekuatan besar dunia, dengan PKC serta kepemimpinannya begitu mengakar tanpa oposisi di dalam negeri," kata Chong.

"Dalam beberapa hal, PKC dengan Xi di pucuk pimpinannya telah mencapai puncak prestasi bagi partai dan bagi China," tuturnya.

Namun, politik bisa "mengejutkan", kata para pakar, dan terlepas dari semua bukti bahwa Xi akan mempertahankan kepemimpinannya di masa depan, apapun bisa terjadi. "Politik elite di China sangat keruh, jadi ada banyak yang tidak kita ketahui," kata Ni.

© 2007 - 2021 www.okezone.com. All Rights Reserved

Link :
https://www.google.com/amp/s/news.ok...-deng-xiaoping



Curahan ngaco !!! :

Jika China demokrasi... China lebih maju dari sekarang. Intinya jangan pernah mau mempraktekkan Ideologi diktaktor di Indonesia yaah!!!
Jika China demokrasi
1. WeChat mendunia, mungkin setara WhatsApp. Karena kebijakan nya itu yang membuat WeChat hanya bisa digunakan di China saja
2. Tidak ada aturan aturan nyeleneh, China yang atheist akan menjadi pusat dunia dalam hal ; toleransi LGBT dunia, pusat toleransi dunia dalam hal apapun.
3. Kemungkinan orang terkaya se dunia berasal dari China bukan dari Amerika
4. China akan menjadi kekuatan ekonomi yang sesungguhnya, benar benar mengalahkan Amerika. Karena tidak segan negara lain untuk mau bekerja sama dengan China dan membuat produk China semakin mendunia.
5. Pasar China 1,5 milyar adalah jalan bagus untuk kapitalis Amerika, apalagi jika China bersahabat dengan Amerika, terbuka lebar terhadap produk Amerika. Otomatis Amerika akan menjadi super pro terhadap China. Tidak ada Asian Hates, justru etnis Asian bisa di puja puja di Amerika (ingat kasus pernikahan Mark Zuckerberg dengan istri nya orang China??)
6. Dengan sistem terbuka terhadap produk Amerika. Maka ; semua umat di muka bumi mengagungkan China demi menaikan followers sosial media mereka, apalagi oleh org org Asia non kaukasian, bisa didewakan oleh mereka. Semisal Asia tenggara dan Asia timur yang mana sulit mencari followers internasional. Dan China adalah surga terbaik untuk mereka..
7. Dan kelebihan kelebihan lainnya. Kasus nepotisme dll tidak bergantung ideologi, demokrasi. Banyak negara di dunia ini dengan ideologi demokrasi memiliki tingkat rendah terhadap korupsi
8. India akan berbaik hati dengan China karena
kerjasama India- China adalah pasar yang setara untuk India. India jadi tidak terlalu rugi, etnis Asian akan terpandang baik bagi India. Bayangkan jika India bekerja sama dengan Asian lainnya, seperti Jepang, yang mana hanya menguntungkan Jepang di satu sisi. Dan membuat India berfikir, etnis Asian hanya mencari untung di India.
9. BBC, CNN, CNBC, NTD tidak akan mencari kabar buruk hoax tentang China. Mungkin akan membagus baguskan China. Karena populasi nya itu yang menguntungkan untuk media mereka berkembang pesat. Dengan aturan komunis anti kritik, media media itu mengalami banyak hambatan di China, seperti blockiran.
10. Disertai kelebihan kelebihan lainnya..



Tetapi percuma saja gw koar koar juga. Jangan kan warga asing, warga negara nya sendiri yg minta demokrasi saja tidak didengar emoticon-Cape d... (S)
Diubah oleh ziqifans 16-11-2021 06:01
ksatriabajaputi
pakisal212
jazzcoustic
jazzcoustic dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.6K
86
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79KThread10.7KAnggota
Tampilkan semua post
homies4lifeAvatar border
homies4life
#6
Sekedar info, demokrasi gak menjamin kemajuan. Tahun 80an, China, India, dan Brazil posisinya kurang lebih sama, diungguli brazil. Kalo sekarang? Semuanya kesalip cina.

Ini mah gak kaget sebenarnya. Aku gak ingat ada kejadian negara yang maju karena demokrasi. Yang ada negara maju dulu, baru jadi demokrasi. Liat aja Singapura, gak demokratis, bukan negara boneka siapapun tapi tetap maju. Indonesia gimana? Demokrasi kita apa hasilnya? Yang ada Pemerintahan semakin lama semakin dikuasai kadrun.

Demokrasi terlalu dilebih-lebihkan. Itu cuma satu sistem.
ex.babuCCP
utjuph
utjuph dan ex.babuCCP memberi reputasi
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.