- Beranda
- Stories from the Heart
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)
...
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)

Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.
Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya
Quote:
Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati

Oh iya jangan lupa
Quote:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 11:14
mangawal871948 dan 206 lainnya memberi reputasi
195
230.7K
2.5K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
afryan015
#635
Bang Damar Berkunjung
Aku yang terkejut kemudian berlari kearah dimana anak itu terlempar, dan yang tambah mengejutkan yang ada Shinta dan Abimantra malah saling beradu kemampuan satu sama lain, tapi kalau dilihat sih, Abimantra cenderung hanya menangkis dan enggan melukai Shinta, Abimantra seolah sudah paham bagaimana pola serangan Shinta, makanya dia bisa menghindar dengan mudahnya.
Dan saat aku mencari sosok anak kecil itu, ternyata sosok anak kecil itu sedang berancang ancang untuk meluncur ke arah Shinta, dan saat akan aku halangi dengan tameng gaib ku, dia sudah bergerak lebih dahulu, sosok anak itu bergerak secepat kilat dan membuat rumput dan ilalang disekitar sana bergoyang karena terpaan dari kecepatan anak itu saat melesat.
Sosok anak bersisik hijau dan memilik ekor itu kemudian menyerang Shinta tepat dibagian tubuh sebelah kanannya, padahal saat itu Shinta sedang fokus menyerang Abimantra, lagian pikirku kenapa dia nyerang Abimantra, kan dia dikubu yang sama, anak kecil itu menyerang dengan tangannya yang ternyata hanya memiliki tiga jari namun memiliki kuku yang sangat tajam, dan saking tajamnya, saat dia melesat kearah Shinta, suara desingan karena kuku beradu dengan udarapun terdengar nyaring.
“nggiiiiiingg” mungkin suaranya seperti itu susah dituliskan dengan kata kata.
“Shinta awas, dari arah sampingmu kananmu” aku berteriak memberi peringatan pada Shinta, dan dia pun merespon dengan melirik kearah kanannya, dan mendapati anak itu sudah hampir sampai untuk melakukan serangannya, dan yang jelas Shinta tidak bisa menghindari serangan itu, namun Abimantra dengan sigap langsung menangkap tangan sosok anak kecil itu dan berhenti seketika, seperti saat Abimantra menghentikan serangan Shinta, terlihat sangat mudah.
“stop, sudah tidak usah saling serang, kita berada dikubu yang sama” ucap Abimantra dengan bijaknya
“dia itu yang mulai, aku lagi jalan sendiri asik asik, tapi malah tiba tiba dia pegang ekor ku, kan sakit” ucap sosok anak kecil itu mengadu pada Abimantra
“iya sudah tidak apa apa, dimaakan saja, maklum dia belum tahu” Abimantra menenangkan anak kecil itu
“ya lagian kamu nyelonong aja, lagian aku juga belum tahu kamu makhluk darimana, bisajadi tiba tiba menyerang, aku tidak mau kecolongan” ucap Shinta nyolot.
“Sudah lah Ta, ngalah aja, lagian dia ini kan masih anak kecil, masa iya mau ngotot ngototan sama anak kecil, kan keliatan nggak pantes” ucapku menenangkan Shinta
“tapi yan, eeeee.... ah udah lah, terserah kalian aja, tapi awas aja sampai dia buat ulah apalagi sampai menyerang, itu semua karena kamu Abimana” dengan wajah menahan amarah dan sedikit malu karena perkataanku, akhirnya Shinta menurut namun tepat memberikan peringatan pada Abimantra.
“sudah sudah semua akan aman. Aku berani jamin, tapi yan, sepertinya dirumah ada teman lama bapak yang berkunjung, dia datang dari jauh jauh, sebaiknya kamu segera menemuinya” Abimantra menyudahi cek cok diantara kita, dan memberi tahu bahwa dirumah ada tamu yang sedang berkunjung
“siapa, palingan juga pelayat seperti yang lain, sudah lah biarkan dulu saja, masih ada mas Bono sama Via kok dirumah” aku enggan untuk kembali sekarang karena aku memang sedang asik berkeliling untuk sedikit melupakan kepergian bapak
“sudah pulang saja dulu, dia teman lama bapak dari pulau sebrang, jangan sampai dia menunggu terlalu lama, jika dia langsung kesini pasti ada hal yang ingin dibicarakan secara langsung, dan yang jelas itu penting” Abimana mengingatkanku
“maksudmu bang Damar, dia beneran kesini” aku kemudian langsung berlari pulang kerumah meninggalkan mereka bertiga disana terserang mereka mau berantem lagi atau mau ngapain, tapi kehadiran bang Damar kerumah pasti ada sesuatu.
Aku berlari kencang menuju rumah, berharap bang Damar tidak segera pergi, dan walaupun ku yakin dia tidak akan pergi sebelum bertemu denganku, beberapa meter sebelum aku sampai dirumah, aku sudah merasakan aura dari Gufron dan Barzam, yang sepertinya dia juga ikut datang kerumah, mengetahui hal itu, aku mempercepat langkahku lagi supaya cepat sampai dirumah.
Sesampainya didepan rumah, kulihat Gufron sudah berdiri didepan teras sambil menghadap kelangit, memandangi bintang yang sedang terlihat jelas, dan saat mengetahui aku datang pandangannya langsung diarahkan kepadaku dan tersenyum ramah sembari berkata “ikut berbela sungkawa atas berpulangnya Amang”
Aku hanya mengangguk dan berkata dalam hati “terimakasih sudah data” dan kemudian langsung masuk menemui Bang Damar, saat sampai didalam rumah, aku melihat sosok lelaki tinggi besar berkulit putih sedang duduk dan ngobrol bersama ibu, dan Via, terlihat mereka sudah sangat akrab, padahal baru kali ini mereka bertemu.
Ibu yang mengetahui aku sudah pulang, kemudian berkata kalau dia adalah teman bapak, dan sengaja datang dari Kalimantan, dia adalah sahabat bapak waktu kerja disana, ibu menjelaskan itu padaku, padahal aku sudah lebih tahu duluan dibanding ibu,
“eh Ryan, dari mana aja nih, jalan jalan kah barusan” Bang Damar langsung menyapaku saat dia mengetahui aku sudah pulang
“Ini beneran bang Damar. Serius ini bang Damar” tanyaku keheranan tak percaya dia benar benar datang kerumah
“iya ini aku teman bapak mu, maaf baru bisa datang, dan turut bela sungkawa atas meninggalnya, Amang eh maksudku bapak” jawab bang Damar dengan santai
“iya bang nggak papa harusnya tidak usah repot repot kalau terlalu jauh, tidak kesini tidak apa apa cukup telfon saja” ucapku basa basi, padahal aku memang sudah beberapa hari lalu bertanya tanya bagaimana cara memberi kabar bang Damar, eh malah sekarang udah nongol duluan.
“aku kesini tidak hanya untuk melayat tapi ada beberapa hal yang harus aku sampaikan dan kamu tau Ryan, ini semua belum selesai” dengan nada serius tapi dengan ekspresi tersenyum bang Damar menjelaskan niatnya kemari
Sedikit aneh suara serius tapi mukanya senyum? Gimana tuh? Susah lah dijelasin tapi aku tahu maksudnya supaya Via dan ibu yang kebetulan berada disana tidak mengerti apa yang kita maksud.
Setelah kita ngobrol kurang lebih lima belas menit bersama ibu dan Via, tiba tiba bang Damar ingin mengajaku pergi keluar sebentar, alasannya ingin menikmati suasana malam dikotaku ini yang katanya udaranya lebih segar dibanding udara didaerah asalnya.
“maaf yan apa bisa kamu temani abangmu ini keliling kota, mumpung masih ada disini sebelum besok abang pulang lagi, seger soalnya ini udara disini” bang Damar mengajaku untuk keluar sambil bersiap siap
“ya bisa si bang, tapi ini kan udah malem, apa nggak kedinginan” tanyaku pada bang Damar, karena kutahu disini pasti lebih dingin dari pada disana
“sudah temani aja yan, nggak papa, biar tahu kota kita seperti apa” kata ibu memintaku menemani bang Damar
Ya sebenarnya sih aku juga pasti mau, tapi kan karena berat di ibu takutnya nggak boleh kan nggak enak sama bang Damar malah, dan ku tahu pasti akan ada bahasan tentang sesuatu yang nanti akan dia bahas
“ya sudah, saya pinjam suamimu dulu ya hehe, nggak akan ku bawa pulang ke Kalimantan tenang saja, anak kaya Ryan ini pasti Cuma ngabisin makanan aja disana yang ada hehe” bang Damar sambil bercanda meminta ijin pada Via untuk mengajaku keluar
Singkat cerita aku dan bang Damarpun akhirnya keluar dan berkeliling kota sambil membahas hal ini itu, masih hal hal biasa, hingga bang Damar mengajaku untuk mengunjungi salah satu resto untuk makan disana sekaligus berbicara masalah yang lalu mengenai serangan yang terus berdatangan.
Aku pun menyarankan ke salah satu resto yang saat itu sedang tenar tenarnya, sebuah resto yang memiliki fasilitas karaoke juga, dan kali ini benar benar hanya ada aku dan bang Damar saja, Shinta, Aruna yang juga datang dirumah, kemudian Gufran dan Barzam kita perintahkan untuk stay dirumah, sebenarnya aku ingin mengajak Shinta tapi mau gimana lagi alasan bang Damar memerintah mereka untuk dirumah bukan tanpa alasan, dan katanya nanti akan dijelaskan mengapa bang Damar memerintahkan mereka semua untuk tetap berjaga dirumah, padahal kalau dilihat situasinya semua sudah tenang.
Tak disangka setelah kita sampai disana dan memesan makanan, tiba tiba hujan turun dengan intensitas lumayan deras, kilatan petir tidak ketinggalan ikut mewarnai malam itu saat aku sedang berbincang dengan bang Damar di resto.
Bang Damar awalnya menanyakan padaku, apakah aku sudah merasa nyaman dengan tidak ada gangguan beberapa bulan setelah bapak peminggal, otomatis aku yang tidak tahu apa apa pasti menjawab bahwa aku merasa tenang, kerena suasana mencekam sudah tidak kurasakan, rasa yang paling menyebalkan menurutku adalah perasaan dimana kondisi kita terus diawasi oleh rasa was was yang tidak kunjung selesai, namun saat ini aku merasa nyaman karena suasana itu sudah tidak kurasakan.
Namun penjelasan bang Damar membuatku sangat terkejut, karena menurutnya, hal itu belum benar benar selesai, dengan kepergian bapak tidak membuat mereka menghentikan penyerangan, memang sekarang terlihat seolah tidak ada pergerakan atau kalau dalam perang mereka sudah menarik mundur pasukannya, namun dibalik itu semua, mereka ditempatnya sedang mengatur strategi untuk menghancurkan keturunan dari bapak, itulah sifat mereka, mereka akan menghabisi semua garis keturunan yang masih ada, karena ditakutkan keturunan setelahnya akan terus mewarisi kemampuan dari bapak sama halnya bapak yang mendapat kemampuan dari pendahulunya, dan yang lebih mengejutkan aku lah yang menjadi target selanjutnya,
Kata mereka diriku memiliki jiwa sosok pemimpin yang perkataannya selalu bisa menggerakan siapa saja yang sudah tunduk kepadaku, terutama dari golongan seperti Shinta dan Aruna, sedangkan spesies seperti mereka merupakan beberapa makhluk yang memiliki kekuatan yang tergolong tinggi diantara makhluk makhluk yang ada didunia sebelah.
Aku begitu terkejut dengan penjelasan yang diterangkan oleh bang Damar. Aku? Sasaran selanjutnya? Apa istimewanya diriku, seorang anak yang sangat penakut, nggak bisa diandalkan, selalu bersembunyi di belakang mbah Margono maupun di ketek Shinta, malah jadi target selanjutnya, apa nggak salah tuh?
Mendengar penjelasan bang Damar seketika itu juga tanganku berubah menjadi dingin sedingin es, badan langsung mengeluarkan keringat dingin, rasa ingin nyusul bapak seketika muncul, namun dengan sigap bang Damar langsung menenangkan dengan berkata komplotan Gufron yang sudah biasa mondar mandir ketemu dengan ku akan selalu menerima sinyal dariku jika dipanggil dan langsung datang tanpa ba bi bu
Lumayan sih, ada yang bantuin, jadi hati ini sedikit lebih adem mendengar hal itu, tapi baru juga mau mulai tenang, bang Damar menjelaskan kalau hujan dan petir yang menyambar ini merupakan tanda mereka akan segera menyerang, atau bisa disebut ini adalah genderang perang yang sengaja mereka buat, memang aneh soalnya tadi cuaca cerah namun tiba tiba hujan sangat lebat ditambah petir, kilatan berwarna putih beberapa kali menyambar dan mengeluarkan suara gemuruh.
Tiba tiba saat kita sedang ngobrol serius, tiba tiba, kilatan berwarna merah menyala terjadi berulang ulang, terlihat wajah bang Damar langsung melihat keluar dengan tatapan serius.
“yan ayo yan kita segera pulang, gak beres ini” bang Damar langsung bangkit dari duduknya sembari mengambil jaket lalu berjalan dengan tergesa gesa
Suara petir terdengar sangat keras hingga listrik tiba tiba padam berbarengan dengan suara petir itu muncul, kaca di resto itu sampai pecah satu.
“hey yan ayo buruan ini sudah tidak beres, ayo” bang Damar menyuruhku untuk bergegas
“eh iya bang iya” aku kemudian langsung bergegas menyusulnya
Untung kita pergi menggunakan mobil bang Damar, makanya kita masih teteap bisa pulang walau masih dalam keadaan hujan lebat ditambah listrik padam, dan sepanjang perjalanan terlihat penerangan hanya berasal dari lampu mobil, beberapa kali kita hampir menabrak dan ditabrak, dan ternyata listrik padam diseluruh kota.
Singkat cerita sampai dirumah, hal mengejutkan terjadi, Gufron dan Barzam nampak sedikit kacau, sedangkan Shinta dan Aruna ......
itkgid dan 45 lainnya memberi reputasi
46
Tutup