Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.3K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#3804
BAGIAN 56
PATAH HATI
part 2


Tiga hari setelah itu, Tisha kembali buka praktek di klinik. Hari itu jumlah pasien sangat membludak. Hayati membatasi jumlah pasien yang diterima sebanyak seratus orang. Tisha sangat fokus dalam bekerja. Ia berhasil melupakan kesedihannya akibat patah hati. Hayati dan Miramareu senang melihat hal itu.

Mereka sempat khawatir kalau dokter itu tak akan buka praktek di klinik lagi karena mereka akan kehilangan pekerjaan, namun berkat usaha Hayati yang berhasil membujuk Tisha, mereka pun terhindar dari hal buruk itu.

Sejauh ini, Tisha masih belum mengetahui wanita yang menjadi penyebab kehancuran hubungannya dengan Wongso. Ia sempat mencurigai Hayati sebagai orang ketiga, namun setelah Hayati menyatakan bahwa hatinya telah terkunci bagi seseorang, kecurigaan Tisha pun sirna.

Untuk sementara Hayati merasa aman dengan hal itu. Sebenarnya ia sangat yakin bahwa Wongso jatuh cinta kepadanya. Gelagat itu ditandai dengan seringnya Wongso mengunjungi dirinya, memberikan perhatian lebih, bahkan ia menolong Ibu Arsal yang tengah berkabung dengan memberikannya modal untuk buka usaha, membiayai pengobatan, melunasi utang-utangnya dan membelikan rumah yang ditinggalinya.

Tentunya aksi Wongso itu mendapat apresiasi besar dari Hayati. Ia terharu karena beban atas rasa bersalahnya kepada Arsal mulai berkurang. Ia senang melihat Ibu Arsal bisa keluar dari kesusahan.

Akan tetap usaha Wongso yang begitu besar itu, belum bisa meluluhkan hati Hayati yang masih mengunci diri. Butuh usaha keras dan pengorbanan materi.

Suatu hari, Hayati dan Wongso pergi bersama menuju rumah Ibu Arsal. Mereka akan membantu wanita paruh baya itu untuk menata warung yang akan dibuka. Wongso bahkan meminjamkan mobil mewahnya untuk mengangkut berbagai barang kebutuhan sehari hari yang akan dijual di warung itu.

Melihat perlakuan Wongso kepada Ibu Arsal yang luar biasa, membuat Hayati perlahan bersimpati. Ketika sore menjelang, Wongso mengajak Hayati untuk pulang bersama.

Mobil melaju menerobos jalanan kota yang sore itu kebetulan lengang. Tiba-tiba terdengar suara keroncong yang berasal dari perut Hayati. Seketika Wongso pun tertawa mendengarnya.

"Ihhh!! Mas jangan ketawa gitu ah!! Maluu"

"Kamu laper ya?"

"Iya Mas"

"Bukannya sejam yang lalu kamu makan ketoprak dua porsi di rumah Arsal?"

"Ihh... itu kurang Mas!"

"Yaudah, kita nyari tempat makan yang enak yuk"

"Enggak mau Mas, sekarang udah mau malem, aku pengen pulang"

"Ahh bentar aja kali, nanti aku traktir kami daging"

"Waaaah, beneran Mas?"

"Iya Mal, daging besar"

"Baiklah kalo gitu, tapi bentar aja ya"

"Iya Mal"

Wongso mengarahkan kendaraannya menuju sebuah restoran yang letaknya tak jauh dari rumah Hayati. Setibanya di sana, ia memesan lima porsi daging steak ukuran jumbo untuk Hayati. Ia harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk membayar makanan itu. Tapi hal itu bukan masalah bagi Wongso yang memiliki kekayaan cukup banyak.

Hayati sangat terkesima ketika seorang pelayan menghampiri mejanya dan menyajikan daging steak dihadapannya. Mata kuningnya langsung berbinar ketika menatap daging yang dibakar setengah matang.

"Ayo Mas, kita makan bareng!" Ajak Hayati.

"Kamu aja yang makan Mal, aku masih kenyang"

"Gak nyesel nih Mas? Mahal lho, harganya separuh gaji aku sebulan"

"Gak apa apa Mal, silahkan aja kamu makan sepuasnya"

Hayati pun mengambil pisau dan garpu, lalu ia memotong daging steak menjadi kecil, kemudian melahapnya.

"Mas, aku mau tanya?"

"Tanya apa Mal?"

"Kenapa kamu mutusin Tisha? Padahal dia orangnya cantik, baik dan bersahabat"

"Kamu gak bakalan ngerti Mal, aku udah ngerasa gak cocok sama dia"

"Tapi dia sedih banget Mas, bahkan dia mau bunuh diri"

"Apaaaaaah!! Beneran itu?"

"Iya Mas, untungnya aku lagi dateng ke rumahnya, aku berhasil gagalin usahanya"

"Syukurlah!! Makasih Mal"

"Aku heran sama kamu, Mas... kamu itu jahat banget udah mutusin Tisha gitu aja! Kamu kurang ajar juga Mas"

"Hey!! Kenapa kamu malah maki aku?"

"Tisha itu orang baik Mas, dia sempurna, tapi kamu malah menyakitinya"

Hayati menatap tajam ke arah Wongso sambil mengunyah daging.

"Aku bisa jelaskan Mal... tapi jangan di sini lah, kita cari tempat enak buat ngobrol"

"Kenapa gak di sini Mas?"

"Di sini kurang enak Mal, terlalu berisik... mending kita ngobrol di rooftop restoran ini"

"Baiklah"

Tak butuh waktu lama bagi Hayati untuk menghabiskan semua daging steak yang ada di hadapannya. Dalam sekejap mata, Hayati langsung menelan bulat bulat potongan daging itu. Wongso dibuatnya terheran heran. Baru pertama kali seumur hidupnya, ia melihat orang makan dengan cara secepat dan serakus itu.

"Aku udah beres makannya Mas... yuk kita pergi!!"

"Oke... aku bayar dulu"

Wongso memanggil pelayan untuk meminta tagihan sambil memberikan sebuah kartu kredit. Setelah selesai, mereka keluar dari restoran itu.

Wongso mengajak Hayati naik ke lantai paling atas gedung itu dengan menggunakan elevator. Setibanya di sana, Wongso membawa Hayati menaiki tangga menuju atap bangunan. Suasana di sana sangat sepi dan gelap. Restoran itu menyatu dengan sebuah hotel yang memiliki tinggi 12 lantai.

Walaupun di atap gelap dan sepi, tapi pemandangan dari atas sana sangatlah indah. Hayati melihat hamparan lampu kelap kelip yang menerangi malam.

"Aku suka banget pemandangan di sini Mas, aku suka liat langit malam"

"Begitu ya? Aku juga sama Mal"

Mereka kemudian duduk di sebuah bangku panjang yang berada di tepian atap. Sayup-sayup terdengar suara deru mesin kendaraan yang berlalu lalang di bawah gedung itu.

"Kamu mau jelasin apa Mas??"

"Begini Mal, kami gak ngerti permasalahan antara aku dan Tisha"

"Iya Mas, kenapa kamu mutusin dia? "

"Aku udah gak nyaman lagi sama dia Mal, akhir-akhir ini dia selalu sibuk sama urusannya tanpa mempedulikan aku, dan puncaknya pas aku kecelakaan kerja, dia cuman dua kali nengok aku, itupun cuman beberapa menit aja, sedangkan aku lagi butuh butuhnya perhatian darinya... selama ini akulah yang selalu perhatiin dia, aku sayangi dia, kuperlakukan dia sebagai ratu... dan kubuat dia selalu merasa nyaman jika di dekatku, aku selalu berada di sampingnya dalam keadaan sedih maupun senang... tapi akhir akhir ini, aku merasa kalo dia semakin menjauh dariku... dia jarang banget ngehubungin aku"

"Kamu harus nerima Tisha apa adanya dong Mas!! Wajarkan dia sibuk? Dokter kan emang gitu pekerjaannya... kamu harus memakluminya"

"Aku udah bertahun tahun memakluminya Mal... bahkan aku udah ekstra sabar menghadapi kesibukan dia, aku ini cowok setia Mal, aku gak nyari selingkuhan buat nutupin rasa kesepianku! Tapi Tisha malah gitu, aku minta perhatiannya dikit aja segede biji ketumbar, tapi dia gak ngasih dan dia malah nyuruh kamu buat rawat aku"

"Kalo gitu pasti ada orang ketiga yang ngerusak hubungan kalian?? Kamu suka sama cewek lain ya Mas? Soalnya kamu tipe orang setia, tapi kali ini kamu rela mutusin pacarmu tiba tiba, pasti ada cewek lain, ngaku deh Mas?"

Wongso mendadak salah tingkah. Keringat dingin mendadak bercucuran dari keningnya. Mulutnya pun gemetar ketika mau menjawab pertanyaan Hayati.

"Be... betul Mal... ada cewek lain yang membuatku berpaling dari Tisha... cewek itu adalah cewek paling baik dan sempurna yang pernah hadir dalam hidupku... Tisha gak ada apa apanya dibanding cewek ini"

"Siapa dia, Mas?"

Tiba tiba Wongso mencium bibir Hayati. Sebuah ciuman hangat yang dipenuhi dengan hasrat dan rasa cinta yang luar biasa. Hayati sangat terkejut dengan aksi itu, mukanya memerah dan aliran darahnya mendadak deras.

"Kenapa kamu nyium aku Mas?"

"Iya... kamulah cewek itu Mal, kamulah yang bikin aku merasa kembali hidup, kamulah yang bikin aku semangat kembali"

Hayati langsung beranjak dari bangku. Ia berdiri di tepian gedung sambil menundukkan kepalanya. Wongso pun menghampirinya, ia memeluk tubuh Hayati dari belakang.

"Aku jatuh cinta sama kamu Mal sejak kamu selalu hadir dalam hidupku, kamu selalu perhatian selama merawat aku"

Hayati tiba tiba melepaskan pelukan Wongso dan menjauhinya.

"Maaf Mas, tapi aku gak bisa nerima kamu, aku gak mau mengkhianati Tisha yang udah baik banget sama aku"

Wongso terhenyak mendengar penolakan Hayati. Napasnya mendadak cepat dan darahnya juga memanas.

"Kenapa kamu menolakku Mal? Kamu gak khianatin Tisha kok!! Aku kan sekarang udah single lagi"

"Tetep aja Mas, kamu mutusin dia gara gara aku"

"Mala!! Liat mataku!! Aku bersungguh sungguh cinta sama kamu Mal! Aku sumpah akan bahagiain kamu"

"Makasih banget Mas, aku tau kamu itu orang baik, tapi aku tetep gak bisa Mas, selain itu, aku juga gak pantes buat kamu Mas, aku ini sebenernya kuntilanak"

"Apaaaaah kamu kuntilanak?? Lelucon macam apa itu? Kamu nolak aku pake alasan konyol itu!!"

"Sumpah Mas!! Aku ini kuntilanak yang hidup kembali, aku ini udah tua Mas... Aku udah 53 tahun"

Hayati mengeluarkan KTP miliknya dari dompet untuk membuktikan omongannya kepada Wongso.

"Kamu kelahiran 1967?"

"Iya Mas... aku jauh lebih tua darimu, aku juga udah gak perawan Mas, ketika aku jadi kuntilanak, punggungku berlubang dan wajahku sangat mengerikan...bukan cuman itu Mas! Miramareu dan Fathya... mereka juga sama sepetiku, Miramareu adalah kuyang yang doyan makan ari ari bayi dan Fathya sebenernya adalah hantu suster ngesot... aku kasihan sama kamu Mas... aku gak mau kamu ketakutan dan menderita... itu sebabnya aku juga dulu menolak Arsal menjadi pacarku karena alasan ini"

"Hmmm... aku gak peduli Mala... aku akan tetap mencintai kamu, walaupun kamu udah tua, bahkan kalo kamu alien sekalipun aku gak peduli"

"Mas tolong Mas! Jangan maksa diri, aku gak mau sama kamu Mas"

"OKE KALO GITU, AKU MENDING MATI AJA!!"

Wongso dengan penuh amarah dan keputusasaan menaiki dinding pembatas tepi gedung. Ia berniat bunuh diri dengan loncat dari ketinggian. Hayati panik melihat Wongso yang akan mengakhiri hidupnya.

Ia dengan cepat mencegah Wongso dengan menarik tubuhnya, namun pria itu melawan dengan keras hingga akhirnya mereka berdua terpeleset dati tepian gedung. Hayati menggantung di kaki Wongso yang sama sama menggantung pada tepian tembok gedung. Tangan kanan Wongso berusaha keras mencengkram permukaan tembok untuk menahan bobot tubuhnya dan Hayati.

"Mas tolong aku Mas, aku gak mau mati lagi Mas, aku gak mau jatuh ke jurang lagi!! Sakit Mas"

"Malaaaaaa!!! Aku cinta kamu Mala! Aku akan menyelamatkanmu kalo kamu nerima cinta aku"

"Maaf Mas Wong, aku gak bisa Mas... tapi aku bisa jadi sahabatmu, aku bisa jadi orang terdekatmu"

"Kalo gitu aku memilih kita mati bersama"

"Tidak Mas!!! Jangan bodoh! "

Wongso akhirnya melepas tangannya. Seketika mereka jatuh dari ketinggian puluhan meter. Hayati terkejut dengan keputusan bodoh Wongso. Ia berusaha menggapai tubuh Wongso yang tertarik gravitasi. Begitu tergapai, ia menarik tubuh Wongso untuk mengarahkannya ke atas pohon rindang agar dia tak menghujam permukaan beton.

Waktu berjalan sangat cepat ketika mereka jatuh. Wongso mendarat di atas pohon. Ia tertahan oleh batang-batang pohon yang rindang, sehingga mengurangi efek benturan ketika tubuhnya menghujam tanah. Akan tetapi nasib baik tidak dialami oleh Hayati. Tubuhnya hancur ketika menghujam permukaan beton dengan sangat keras.

Kondisinya sangat mengenaskan dengan kepala terbelah dua sehingga otaknya terlempar dan tulang di seluruh tubuhnya remuk. Wongso histeris melihat Hayati yang telungkup dia atas beton dengan berlumuran darah.

"Tidaaaaaaak!!! Kenapa kamu yang mati Mala? Kenapa kamu menyelamatkanku?? Padahal aku pengen kita mati bareng" tanya Wongso sambil merangkak mendekati tubuh Hayati.

"Malaaaaa!!! Aku menyesal!! Aku gak mau kehilangan kamu!! Lebih baik aku nyusul kamu"

Wongso mulai tak waras, ia membenturkan kepalanya kepermukaan beton sambil merajuk. Tiba tiba laju kepalanya ditahan oleh Hayati yang mendadak bangkit.

"Hentikan Mas tingkah bodohmu!!!" bentak Hayati dengan wajah hancur berlumuran darah dan tengkorak kepala terbelah.

"Arrrrghhhh... setaaaaaaaan!!!" jerit Wongso sambil menjauhi Hayati.

"Ke... ke... kenapa kamu masih hidup Mal?"

"Udah kubilang kan, aku ini kuntilanak Mas... tolong aku Mas, cariin otak aku yang tepental tadi"

"Aaaarrrghh!! Tidak... tidak... "

Wongso kemudian lari tunggang langgang dengan kaki pincang. Ia sangat ketakutan melihat Hayati dengan tempurung kepala terbelah dan wajah hancur. Hayati pun kecewa dengan pria tampan itu.

"Huuuuh!! Katanya mencintaiku apa adanya... tapi dimintai tolong malah kabur... dasar Mas Wongso pengecut!!!" keluh Hayati.

Tak lama kemudian, munculah kepulan asap hitam pekat dari dalam mulutnya. Asap itu kemudian berkumpul di hadapannya, lalu membentuk seorang laki laki tampan.

"Karma!! Kenapa kamu keluar?" tanya Hayati.

"Buat nolongin kamu lah Ti" jawab Karma sambil memunguti pecahan otak Hayati yang tercecer.

"Cih!! Kenapa aku gak mati sih Kar? Sekujur tubuhku sakit tauuuuuk!!!"

"Selama aku ada di dalam tubuhmu, takkan kubiarkan kamu mati"

"Tapi, kenapa kanu gak langsung sembuhin aku pake kekuatan penyembuh?"

"Lah salah kami sendiri nolak numbuhin sayap di punggung, jadi kamu jatuh deh"

Karma memasukan kembali serpihan otak Hayati ke dalam tempurung kepalanya. Hayati berteriak kesakitan ketika Karma berusaha menyambungkan kembali tempurung kepalanya.

"Kar... obatin aku dong pake cairan perawan?" pinta Hayati.

"Aduuh! Maaf banget Hayati, persediaan cairan perawan milikku udah abis"

"Aduh gimana dong?"

"Gini aja, kamu minum aja langsung dari sumber bahan baku cairan perawan, gimana?" goda Karma.

"Welah dalah!! Gak mau ihh!! Aku harus minum air mani mu?"

"Bukan meminum Ti, tapi menghisapnya langsung dari tubuhku"

"Itu bikin aku lebih gak mau... menjijikan... kamu tuh yah! Dasar iblis mesum, bisa bisanya nyari kesempatan dalam kesempitan!"

"Yaudah kalo gak mau, kamu bakalan cacat seumur hidup... lagian kenapa kamu ngerasa jijik? Aku dulu sering liat kamu melakukan hal itu sama Asnawi"

"Hmmm dasar!!! Yaudah deh... aku nyerah, kasih aku air manimu"

"Nah gitu dong!! Itu baru sayangnya aku!"

"Hey... kita bukan pacar ya!! Aku cuman sayang Asnawi"

"Ya terserah kamu aja deh... ayo hisap sekarang!"

"Jangan di sini Woy!!! Cari tempat sepi!!"

"Baiklah"

Karma mengangkat tubuh Hayati yang berantakan, lalu membopongnya masuk ke dalam gedung melalui pintu belakang. Keadaan disama sangat sepi, tak ada seorangpun yang lewat.

Karma masuk ke dalam sebuah ruangan di lantai dasar. Ruang itu tampaknya gudang tempat penyimpanan kasur dan perlengkapan hotel. Hayati dibaringkan di atas sebuah kasur. Akhirnya ia pun memberikan sumber bahan baku cairan perawan kepada Hayati.

Setelah Hayati menelannya, secara tiba tiba, luka luka di tubuhnya kembali pulih.

"Makasih ya Kar"

"Sama sama Hayati"

"Sekarang antar aku pulang ke rumah!"

"Waduh, gimana nganterinnya? Aku gak punya mobil"

"Oalaaaah!! Dasar iblis payah, yaudah deh aku mau panggil ojol"

Sembari menunggu ojol datang menjemput, Mereka mengobrol sambil berjalan menuju titik pertemuan.

"Kenapa Wongso kabut liat kamu Ti?"

"Ya... dia payah banget Kar, makanya aku gak suka jadi pacarnya, beda banget sama Asnawi"

"Emang bedanya apa?"

"Asnawi pasti bakalan nolong aku walaupun keadaanku kayak tadi... dia emang takut sama darah, tapi dia akan tetap menolongku dengan mengesampingkan rasa takutnya"

"Hayati, menurutku kamu harus segera nemuin Asnawi deh, biar batin kamu kembali bahagia... jangan ulangi kebodohanmu kali ini... aku tau kami menyukai Arsal, tapi kanu tetap menolaknya... dan sekarang dia udah gak ada... kamu pasti menyesal kan?"

"Iya Kar, semoga dalam waktu dekat ini, aku bisa nemuin dia"

Ojek pun datang, Karma dengan cepat masuk kembali ke dalam tubuh Hayati dengan mengubah wujudnya menjadi asap.

...

APAKAH WONGSO AKAN MENJAUHI HAYATI?

APAKAH HAYATI AKAN MENDENGAR SARAN KARMA YANG MENYURUHNYA MENEMUI ASNAWI?

APA YANG DILAKUKAN KARMA KETIKA MENOLONG HAYATI DI GUDANG ITU?

KITA REHAT SEJENAK PEMIRSAAAAAAH!!! :bett
Diubah oleh Martincorp 10-11-2021 01:22
yuaufchauza
galehnova
lelakiperantau
lelakiperantau dan 45 lainnya memberi reputasi
46
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.