Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

LordFaries3.0Avatar border
TS
LordFaries3.0
Pembacokan Polisi di Medan: Berawal Urusan Sewa Truk, Puluhan Orang Serang Rumah
Pembacokan Polisi di Medan: Berawal Urusan Sewa Truk, Puluhan Orang Serang Rumah
TRIBUNJATENG.COM, MEDAN - Jumat (22/10/2021) lalu, seorang anggota polisi menjadi korban pembacokan.

Peristiwa itu terjadi di Jalan Setia Budi, Perumahan Kalpatara Indah, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia, Medan, Sumatera Utara.

Korban bernama Aipda Eko Sugiawan, berdinas di Polsek Medan Timur.

Saat ini kasus tersebut ditangani aparat Polrestabes Medan.

Aipda Eko Sugiawan harus menjalani perawatan di rumah sakit karena mengalami sejumlah luka akibat benda tajam di tubuhnya.

Edi Susanto yang merupakan suami Polwan Aiptu Surya Ningsih dan abang dari Aipda Eko Sugiawan mengungkap kronologi kejadian tersebut.


Berawal dari rental truk
Peristiwa bermula dari urusan sewa menyewa truk dengan seseorang berinisial DK, Rabu (13/10/2021) lalu.

Saat itu, ia didatang oleh DK yang mau menyewa mobil truknya sebanyak tujuh unit untuk dibawa ke daerah Kabupaten Langkat.

"Awalnya datanglah DK ini, sebelumnya memang sudah kenal.

Sudah pernah merental sama kita sekali dua kali, nggak ada masalah.

Makanya kita percaya sama dia," kata Edi kepada Tribun-medan.com, Minggu (31/10/2021).

Ia mengatakan, saat itu dirinya mengaku tidak memiliki unit sebanyak yang diinginkan.

Namun, Edi mencarikannya truk kepada rekannya bernama Pohan dan Anto.

"Saya bilang sama dia unit saya nggak ada.

Kalau bisa saya bantu satu unit.

Jadi saya telpon kawan saya.

Dapatlah dari Anto tiga unit dari Pohan empat unit," katanya.

Edi menambahkan, penyewaan truk tersebut dihitung per hari, satu truk Rp 900 ribu.

DK pun menyetujui itu dan menyewa tujuh unit selama enam hari.

DK mengaku kepada Edi bahwa truk tersebut, ia pakai untuk bekerja bersama dengan salah satu ketua Organisasi Masyarakat (Ormas) di Langkat.

"Dia bilang kerja sama dengan ketua Ormas sana, mau nimbun PKS.

Sama kita ya terserah yang penting bayar uang rental," tuturnya.

Lalu, sore harinya datanglah orang menggunakan mobil yang disebut-sebut merupakan anggota Ormas itu.

"Bertransaksilah mereka, si DK ini ngambil deposit sama anggota Ormas ini.

DK minta bantu, minta surat tanda terima supaya ketua Ormas itu percaya, bahwa di sinilah tempatnya, jadi kita bantulah," ujarnya.

Setelah itu, karena DK menyewa tujuh truk selama enam hari, ia pun menerima uang sewanya sebesar Rp 37,8 juta.

"Besoknya berangkatlah truknya pagi empat unit, kemudian tiga lagi nyusul siang.

Ketemulah sama mereka di sana," ungkapnya.

Kemudian, setelah berjalan dua hari.

Tiba-tiba DK menghubungi Edi mengatakan dia tidak sanggup dan meminta agar penyewaan agar dibatalkan.

"Di pulangkan semua karena nggak sanggup bayar rental, hari rabu pulang semua.

Jadi ku telpon DK ini, hitungan dulu kita, tapi dia nggak datang," ujarnya.

Lalu, hari berikutnya datanglah anggota Ormas yang datang ke kantornya dan memaki-maki Edi.

"Datanglah utusan ketua ormas itu, dibilangnya saya penipu, tukang olah.

Jumpanya sa karyawan saya, kebetulan saya nggak ada," ucapnya.

Saat ia kembali, dan bertemu dengan anggota ormas tersebut Edi pun bertemu dengan anggota ormas itu.

Tak lama DK pun datang untuk menyelesaikan permasalahan penyewa mobil.

Kemudian, mereka pun saling berdebat hingga akhirnya DK menyarankan agar uang sewa dikembalikan oleh Edi.

"Karena kondisi kejepit, DK lah yang menyarankan upaya dipulangkan.

Dibayarlah Pohan terutang Rp 8,55 juta, Anto Rp 7,225 juta, karena uang mereka kurang jadi ku talangin," katanya.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan setelah semuanya selesai tiba-tiba dirinya didatangi lagi oleh anggota Ormas itu.

Mereka protes bahwa hitungan pengembalian uang ada selisih.

"Selisih berapa lagi, kan sudah sepakat, si DK juga yang bilang sepakat. Jadi saya pun pulang," katanya.

Namun, saat itu ia diikuti oleh anggota ormas ini sampai rumah.

Di rumah, mereka saling cekcok.

Tak lama, dua orang karyawannya datang dan terjadilah perkelahian antara karyawannya dengan anggota Ormas itu.

Karena terjadi keributan, ia pun mencoba melerai keributan dan mengusir anggota Ormas itu.

"Cabutlah orang itu.

Saya berpikir pasti buat laporan polisi mereka.

Jadi hubungi adik saya yang polisi.

Konsultasi saya melalui telepon sama dia," katanya.

Kemudian, usai menghubungi adiknya yang berdinas di Polsek Medan Timur itu, ia putuskan untuk bertemu dengannya di Kantor.

"Jumpalah kami di kantor, ceritalah sama dia terkait masalah ini," ujarnya.

Rumah diserang
Sedang asik bercerita, tiba-tiba istrinya yang berdinas di Kantor Samsat Putri Hijau memberi kabar bahwa rumahnya diserang puluhan orang.

Mendapat kabar itu, ia bersama adiknya langsung pulang menuju rumahnya.

"Pukul 21.56 WIB masuk telpon dari istri, bilang di rumah sudah ramai, diserang orang.

Gitu mau masuk komplek, saya lihat sudah ramai, padat komplek saya mobil semua penuh," katanya.

Melihat keadaan itu, ia mencoba menepi di jalan komplek rumahnya.

Saat itu ia juga mendengar adanya dua kali letusan senjata api.

"Jadi mereka sudah siap merusak rumah.

Saya buka kaca mobil saya dengar dua kali letusan senjata api," katanya.

Dikejar massa
Usai melakukan pengerusakan, puluhan mobil ini keluar dari kawasan kompleknya.

"Terakhir keluar mobil Taft, karena tanda dengan mobil saya, ditunjuk-tunjuklah sama mereka, lalu berhentilah mereka," lanjutnya.

Kemudian, mereka yang mendatangi mobil Edy dan langsung menyerang secara membabibuta.

"Langsung nyerang saya, mobil hancur.

Mereka pakai samurai, stik golf macam-macamlah yang dibawanya.

Mobil saya hancur, masuk juga tombak ke dalam mobil," katanya.

Ia yang mengaku panik, mencoba tancap gas ke arah komplek.

Namun saat itu, ia melihat ke arah belakang adiknya yang sedang mengendarai sepeda motor ikut dikejar para pelaku.

"Saya liat adik saya sudah dikejar pakai kelewang, tidak mungkin saya bantu, karena memang ramai sekali, sekitar 70 orang ada, jadi saya masuk komplek," ucapnya.

Ketika ia berhasil masuk ke dalam komplek, puluhan orang ini langsung pergi dan tidak mengejar lagi.

Tetapi, adiknya terkena bacokan dan telah bersimbah darah.

Ia pun langsung melaporkan hal tersebut ke Polsek Medan Helvetia.

Namun, Polsek Medan Helvetia melimpahkan kasus tersebut ke Polrestabes Medan.

"Saya liat adik saya udah berdarah semua.

Selesai itu buat laporan ke Polsek Helvetia, tapi sudah ditarik ke Polrestabes Medan," katanya.

Sementara itu, Kapolsek Medan Helvetia, Kompol Pardamean Hutahaean dan Kanit Reskrim Polsek Medan Helvetia Iptu Theo belum memberikan jawaban terkait peristiwa tersebut. (*)

https://jateng.tribunnews.com/amp/20...rumah?page=all

Ini gan

Quote:


Diubah oleh LordFaries3.0 01-11-2021 01:58
0
1.2K
18
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Tampilkan semua post
37sanchiAvatar border
37sanchi
#1
apa disana udah ga ada harga dirinya ?

emoticon-Cape d...
androidiot
androidiot memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.