- Beranda
- Stories from the Heart
Dendam Cinta Dari Masa Silam
...
TS
beqichot
Dendam Cinta Dari Masa Silam
WARNING!!!!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++

Prolog
Hai...namaku Aji, lengkapnya Bayu Satriaji.
Aku baru saja pulang dari PETUALANG MASA LALU
Terakhir yang kuingat, aku beserta Zulaikha dan Menik, dua jin cantik.yang selalu mendampingiku selain dari Sang Pamomong, baru saja keluar dari portal yang membawa kami pulang dari masa lalu ratusan tahun silam.
Aku memgerjapkan mataku yang silau oleh cahaya yang menyorot di atas mataku.
Ah...rupanya cahaya lampu.
Perlahan, pandangan mataku menjadi semakin jelas. Kulihat langit-langit kamar yang putih dengan lampu yang menyilaukan mataku tadi.
Di mana aku gerangan? Bukankah aku baru saja keluar dari portal yang menghubungkan masa kini dan masa lalu?
"Mas Aji.... Kau sudah sadar?" sebuah suara menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara yang menyapaku itu. Seraut wajah cantik dengan mata yang berair, menatapku.
"Desi...?"
"Iya mas... Ini aku!" jawabnya.
"Mas Aji...!" sebuah suara lain menyapaku.
Aku menoleh ke asal suara itu..
"Anin...? Kamu kok di sini? Aku di mana?" tanyaku.
"Sebentar mas, biar aku kasih tahu bapak dan dokter.kalau kamu sudah sadar!" katanya sambil beranjak pergi.
Bapak? Dokter?
Kok bapak juga ada di sini? Dokter? Berarti aku di rumah sakit...
Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di rumah sakit?
"Des...ini di rumah sakit?"
"Iya Mas...!"
"Kok aku bisa disini?"
"Ssttt...mas istirahat saja dulu. Kita tunggu dokter dulu!" sahutnya sambil mengelus-elus tanganku.
Saat itulah pintu terbuka, dan dua wanita dengan pakaian serba putih menghampiriku. Seorang diantaranya memeriksa nadiku, menyenteri mataku, dan menempelkan stetoskop di dadaku.
"Bagaimana dokter?" sebuah suara yang berat terdengar beetanya.
"Keadaannya normal pak! Mungkin butuh pemulihan sebentar, dan 2 atau 3 hari kemudian sudah bisa pulang!" kata bu dokter.
'Syukurlah...!" kata Bapak.
"Bapak.....!" panggilku.
"Hai..cah bagus... Bikin panik orang tua saja kamu!" kata bapak sambil mengacak-acak rambutku.
"Maaf pak... Sudah bikin khawatir bapak..!" ucapku.
"Sudahlah. Yang penting kamu sudah ga papa sekarang!" ujar bapak.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak?" tanyaku.
"Kamu ditemukan orang terbaring di jalanan setelah hujan. Lalu dibawa ke rumah sakit ini. Lalu orang itu membuka kontak hpmu dan menghubungi bapak. Bapak dsn Anin segera kemari. Dan kamu baru sadar setelah 3 hari pingsan!" kata bapak.
Hah.3 hari? Padahal aku ada di masa lalu selama 35 hari.
Jadi apakah kejadian di masa lalu itu hanyalah mimpi di saat aku tak sadar?
Kalau memang hanya mimpi, syukurlah...
Dan aku berharap itu semua memang hanya mimpi.
Aku menoleh pada Zulaikha dan Menik yang sedari tadi berdiri di samping ranjangku.
Mereka cuma mengangkat bahu dan menggeleng. .
Yah...semoga saja semua itu hanya mimpi belaka. Kembang tidur di saat aku pingsan. .
Semoga....
Aku masih dirawat selama 2 hari, dan Desi setia memungguku jika sudah pulang kuliah.
Sementara, bapak dan Anin jika malam istirahat di kostku.
Setelah dirasa sehat, aku diperbolehkan pulang.
Bersama bapak dan Anin, kami nakk taksi menuju kostan.
Zulaikha dan Menik melayang di samping mobil.
Di kostan sudah ada pacar tersayang dan adiknya yang menunggu kedatangan kami....
Yah...aku kembali berada di jamanku. Pengalaman di masa lalu itu, entah nyata ataukah sekedar mimpi belaka?
Only time will tell.....
INDEX:
Prolog
The Begining
Naning
The Truth
Lanjutan
Naning Lagi....
Melati's Pov
Godaan Nenek Bohai
Menik's Pov
Tukang Ojek
Masalah Cewe Dino
Di Rumah Firda
Menolong Naning....
One By One
Pulang....
Di Madrasah 1
Di Madrasah 2
It's Begin...
Bingung
Masih Di Rumah Naning
Menik's Pov
Pengakuan Firda
Desi Cemburu
Pertempuran
Bendera Perang Sudah Dikibarkan
Masalah mulai bertambah
Firda's Pov
Liburan Semester
Kejadian Di Kamar Kost.....
Di Gazebo..
Tekad Naning
Pov nya Kunyil
Balada Lontong Opor
Kunyil Ember
Ditinggal.....
Pengusiran
Pulang....
Nenek Tua
Mimpi
RSJ
Pertempuran Seru
Serangan Susulan
Menuju Sumber....
Lanjutannya..
Kurnia
Sebuah Pengakuan
Interogasi
Menepati Janji
Malam Minggu
Piknik....
Di Curug
Ki Sarpa
Berlatih
Ketiduran
Kejadian Aneh
Kyai Punggel
Pagi Absurd
Pov: Naning
Latihan Di Gunung
Wejangan
Aku Dipelet?
Lebih Hebat Dari Pelet
Terusan Kemarin
Tante Fitri Yang....
She's Back
Bros
Makhluk Paling Absurd
Makhluk Absurd 2
Part Kesekian
Cowo Tajir
Jangan Buat Naning Menangis
Surprise
Kejadian Aneh
Quote:
Menghentikan Perang
Ahaha ..
Jatuh Bangun
Selaras
Mulai Dari Awal
Kembali
Rencana Bapak
Gadis Galak
Pengobatan
Sang Dukun
Sandra
A Little Bonus: Sandra's Pov
Pulang Ke Kost
Nenek Tukang Pijat
Upgrade
Si Galak Sakit
Fight....
Proyek Besar
Kesurupan Massal
Kalahkan Biangnya
Kosong
Dreamin'
About Renita
Kenapa Dengan Sandra?
Teluh
Serangan kedua
Gelud Lagi...
Hadiah Nyi Rambat
Kembalinya Trio Ghaib
Kepergian Zulaikha
Kurnia's Pov
Lanjutan Indeks
Diubah oleh beqichot 18-09-2021 19:54
xue.shan dan 199 lainnya memberi reputasi
190
398.8K
12.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#2194
Indahnya Berbagi
Firda masih bersandar di pelukanku dengan tenangnya. Harum rambutnya menggelitik hidungku.
Pelukannya pada pinggangku begitu erat... Nampaknya dia sangat nyaman berada di situ.
Tapi ini hampir maghrib, saatnya pulang ke kost... Aku tak boleh berlama-lama di sini, atau aku akan tergoda untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan...
"Firda, gue pulang dulu ya...!" kataku pelan sambil mendorongnya menjauh darlku.
"Ungghhh....!" lenguhnya manja.
"Nanti aja pulangnya ya sayang? Maghrib di sini aja...!" bisiknya dekat di telingaku.
"Ga bisa Firda... Nanti gue dicariin adik gue, karena seharian ga ketemu tadi..!" ujarku memberi alasan.
"Ah...alasan... Paling juga karena takut diomelin Renita kan?" katanya.
"Enggak... Sungguh deh, gue belum ketemu Anin seharian...!"
"Huh....ya sudah. Sana pulang deh.. !" akhirnya diijinkan juga aku pulang.
Fyuh...selamat... Aku berhasil ga ngapa-ngapain sama Firda. Sungguh, aku takut kalau sampai terjadi sesuatu dengannya...
.
Baru saja aku hendak pulang, sebuah mobil nampak masuk ke halaman rumah.
Sepertinya mobil om Bram tuh...
Dan benat saja, om Bram dan tante Fitri keluar dari mobil.
"Eh..ada nak Aji... Sudah lama?" tanya tante Fitri.
"Sudah om, tante. Ini baru mau pulang...!"sahutku.
"Eh..eh..kok buru-buru pulang? Tunggu sebentar. Ada yang mau om omongin sama kamu...! Tapi tunggu setelah maghrib. Tuh, udah adzan.. Kamu sholat di sini aja, sementara kami bersih2." kata om Bram.
Hadeehhh... Jelas ga bisa nolak kalau ini mah... Dengan terpaksa aku sholat maghrib di rumah itu.
Firda dengan semangat menyiapkan sajadah dan menjadi makmum.. Sementara om dan tante bersih2 diri.
Usai sholat, aku menuju teras. Tak lama Firda muncul dengan membawa minuman dan makanan kecil.
Kami ngobrol sambil menunggu papa dan mamanya Firda selesai sholat.
Hpku berdering... Ugh...Renita.
Aku menjauh dari Firda untuk menjawab panggilan itu. Setelah selesai, aku kembali ke teras. Di sana sudah menunggu om Bram.
"Duduk sini nak Aji..!" ajak om Bram padaku.
"Iya om....!"
"Jadi begini nak Aji..!" kata om Bram memulai pembicaraan setelah aku duduk di dekatnya.
"Aku mau berterima kasih sama nak Aji, karena sudah membuat Firda kembali seperti semula. Om juga sudah dengar mimpinya Firda, dan om ga tahu, itu hanya mimpi atau benar dialami Firda. Tapi om ga perduli semua itu. Yang penting bagi om dan tante, Firda pulih seperti sedia kala. Jadi kami sungguh mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya...!"
"Sama-sama om... Semua berkat pertolongan Allah semata. Aku hanya berusaha dan berdoa Om."
"Iya... Om juga sudah bersyukur pada Allah, tentunya dengan cara om dan tante. Tapi bagaimanapun, kamu juga telah berjasa kepada kami sekeluarga. Sudah banyak kali kamu menyelamatkan keluarga kami. Tak tahu bagaimana lagi kami harls mengucapkan terima kasih."
"Sudahlah om.. Saya bisa menolong Om dan keluarga saja sudah sangat senang. Beneran Om, saya bahagia saat bisa membantu orang lain. Seakan hidup saya ini ada manfaatnya untuk orang lain." kataku.
"Benar katamu nak Aji. Memang sebuah kebahagiaan bisa menolong orang lain. Om juga merasakannya. Nah, sebagai ucapan terima kasih Om, tante dan Firda, ini....terimalah sekedar bentuk simbolis rasa terima kasih kami sekeluarga...!"kata Om Bram sambil mengulurkan sebuah amplop tebal padaku.
Aku yakin, isinya cuan yang tidak sedikit.
Aku membuka mulut hendak menolak.....
"Jangan ditolak nak Aji... Kami ikhlas memberikannya. Memang tak seberapa...tapi ini wujud rasa terima kasih kami. Jangan ditolak lagi....!" paksa om Bram...
Aku jadi bingung sendiri...
Aku menolomg karena ga tega melihat penderitaan orang lain karena gangguan ghaib, bukan untuk mendapatkan rasa terima kasih, apalagi pemberian semacam ini.
Lha wong bisa nolong aja sudah seneng banget kok...
Tapi mau nolak, udah dicegat duluan...
"Makasih banyak Om... Sungguh om, aku ga pernah mengharapkan pemberian seperti ini. Tapi demi menghormati niat baik om, sekali ini aku terima om. Dan terima kasih banyak...!" ujarku.
"Nah..gitu dong. Jangan ditolak terus... Kalau ditolak, om jadi merasa berhutang sama kamu... Om jadi ga tenang rasanya. Oh..iya, kamu sekalian makan malam di sini ya?'
"Mmm...maaf om, kalau yang ini terpaksa aku tolak om. Aku takut ditunggu sama adikku. Sejak pagi, aku belum ketemu dengan adikku om. Saya permisi pulang ke kost ya om?"
"Baik kalau begitu... Kasihan nanti adikmu nyariin. Ajak adikmu main ke sini sekali-sekali."
"Baik om... Kalau begitu, aku permisi om. Tolong dipamitin sama Firda dan tante om...!"
"Iya, nanti om bilang ke mereka...!"
Setelah mengucap salam, aku segera memacu motor menuju kostan. Di tengah jalan, aku berhenti.. Inget Anin... Jadi kutelpon saja dia..
"Assalamu'alalkum mas... Ada apa?"
"Wa'alaikum salam... Sudah maem belum dek?"
"Belum mas... Ini rencananya mau keluar sama Renita untuk beli makan."
"Biar mas yang beliin..sekalian pulang. Kamu mau nasi padang atau apa?" tanyaku.
"Hehe... Maunya sih sate kambing mas. Tapi yang murah aja deh.. Nasi warteg juga boleh..!"
"Oke, ditunggu ya...?"
'Iya mas... Jangan lupa sekalian beliin Renita ..!"
"Siap tuan putri...!" jawabku.
Aku segera mencari warung sate kambing yang katanya enak banget. Aku pesen 4 porsi + nasinya sekalian.
Siapa tahu nanti ada yang kurang...
Saat sedang menunggu pesanan, kulihat seorang anak kecil kira-kira berumur 11 tahun sedang duduk di pojok sebuah toko, sambil memeluk lututnya
Aku menghampirinya...
"Sedang apa di sini dek?" tanyaku.
"Sedang jualan kerupuk kulit mas...! Tapi baru laku sedikit. Padahal sudah malam." sahutnya sambil memperlihatkan dagangannya yang ada dalam plastik kresek besar.
"Berapa satunya dek?"
"Dua ribuan mas...!"
"Aku beli 20 ribu ya?" kataku sambil mengangsurkan uang 50 ribu.
"Iya mas... Ini mas...!" katanya sambil menyerahkan kerupuk kulit pesananku.
Lalu dia menghitung kembaliannya...
"Waduh mas.... Uang kembaliannya kurang. Sebentar, saya tukarkan dulu ya mas...?"
"Iya dek...!"
Anak itu bergegas menyeberang jalan. Aku memperhatikan anak itu. Kasihan, anak sekecil itu harus berjuang demi sesuap.nasl.
Tak lama, anak itu kembali dan menyerahkan kembalian uangnya.
"Ini mas, kembali 30 ribu ya...?" katanya.
"Iya.. Tadi kan sebenarnya bisa kamu bawa kabur uang itu. Kenapa ga kamu lakukan...?" tanyaku memancing.
"Mas... Ibu saya pernah berkata... Kita memang miskin nak, tapi kita harus tetap jujur dan mencari rizqi yang barokah. Bayangkan jika kita sudah miskin, lalu tak jujur pula, apa yang blsa kita banggakan lagi?"
Sebuah pelajaran aku dapat dari seorang anak yang masih kecil. Aku salut padanya... Salut pada orang tuanya yang sudah mendidiknya hingga menjadi seperti sekarang.
Jujur...!!!
"Dl rumah adik tinggal sama siapa?" tanyaku.
"Sama ibu dan dua adikku mas....!"
"Bapak...?"
"Bapak meninggalkan kami mas, entah berasda di mana sekarang...?"
Sebuah cerita lama yang masih tetap menyentuh kalbu. Single parent yang mesti berjuang untuk memghidupi anak-anaknya dengan berbagai cara.
Dan si sulung harus membantu meringankan beban orang tuanya.
"Adik suka sate nggak?"
"Hehe...suka banget mas... Adik-adik.malah belum pernah makan sate mas...!" ujarnya
"Tunggu di sini sebentar ya?"
Aku berjalan menuju warung sate... Satu porsi kuberikan pada anak itu, dan kuberikan uang kembalian membeli kerupuk kulit tadi padanya.
"Terima kasih ya mas...? Adik-adik pasti sangat senang. Terima kasih banyak...!"
"Hei... Berterima kasihlah pada penciptamu...!" kataku sambil mengelus kepalanya.
"Alhamdulillah....!" katanya sambil menengadahkan tangannya.
"Itu hadiah dari Allah atas kejujuranmu. Tetap jujur ya dek? Jangan putus asa... Semoga Allah selalu melimpahkan kebaikan untukmu dan keluargamu. Cepatlah pulang.... Malam semakin larut..!"
"Aminnn... Iya mas. Sekali lagi terima kasih.. Semoga Allah selalu melindungi mas ..!" doanya.
"Amin....!"
Aku memandang anak.itu yang dengan riangnya berlari-lari di sepanjang trotoar hingga tak terlihat karena berbelok di tikungan depan.
Aku mengambil motorku dan kembali memacunya menuju tempat kost.
Sesampai di kost, aku sudah ditunggu oleh Anin dan Renita. Mereka sudah di dalam kamarku, siap dengan peralatan makan, dan minuman.
"Eh...kok bau sate mas? Mas beli sate ya?"tanya Anin sambil meraih bungkusan yang kubawa.
"Iya Nin.. Sekali kali makan enak ga papa lah...!" ujarku.
"Nanti uangnya aku ganti mas...!" kata Renita.
"Udah, ga usah... Ayo kita makan...!"
Renita menyiapkan piring dan mengisinya dengan nasi, dan sate, lalu dlserahkannya padaku.
Baru dia menyiapkan untuk dirinya sendiri.
"Cie...cie.... Udah kayak suami istri aja deh..!" ledek Anin.
"Amin...!" sahut Renita malu-malu.
Aku ga jawab ledekan Anin, daripada jadi panjang dan ga jadi makan...hehe.
Kami menikmati sate kambing bersama. Ugh...memang nikmat makan bersama-sama. Seperti sebuah keluarga.
Jadi kangen bapak..
Ketika sate di piringku habis, dengan telaten Renita mengambilkan sate untukku.
Berkali-kali Anin meledek kami, namun hanya kami balas dengan senyum. Paling Renita mencubit Anin
Setelah makan.. Renita dan Anln membereskan peralatan makan. Lalu maslng-masing kembali ke kamarnya. Banyak tugas katanya.
Sepeninggal mereka, aku membuka amplop dari om Bram...
Wuih...banyak banget nih duit. Ada kali 5 jt.
Aku geleng kepala melihat uang itu. Bener-bener baik om Bram, ngasih duit segitu banyak padaku. Aku malah merasa ga enak...
Kusisakan uang 1 juta, yang lain aku simpan. Besok mau aku masukkan rekening saja...
Aku bagi dua uang sejuta itu, lalu kupanggil Anln dengan meneleponnya.
"Ada apa mas?" katanya saat sudah di kamarku
"Nih..buat kamu... Dihemat ya?" kataku.
"Bapak sudah ngirim lagi po mas?"
"Belum... Kebetulan mas ada rejeki, jadi ya aku bagi sama kamu. Dihemat lho...!" ujarku mewanti-wanti.
"Iya lah mas... Emang mas dapat darimana? Ada proyek lagi sama mas Dino ya?"
"Enggak... Sudah diterima saja. Pokoknya halal... Tapl ada syaratnya....!"
"Duh...kok pake syarat slh mas? Ga ikhlas ya?"
"Ikhlas banget lah... Syaratnya, buatin mas kopi... Mau?"
"Siap boss ..!" katanya.
Aku keluar menuju teras, menunggu kopi racikan Anin.
Kunyalakan sebatang rokok..dan Anin datang membawa segelas kopi.
"Kamu ga buat Nin?"
'Udah mas di kamar... Mau lembur nih, ngerjain tugas...!" katanya.
"Ya sudah... Kembali ke kamar sana...!"
"Iya mas... Makasih ya mas...!" katanya sambil menclum pipiku.
Aku hanya tersenyum.
Anin..apapun akan aku lakukan untuk membuatmu senang...!!!
Pelukannya pada pinggangku begitu erat... Nampaknya dia sangat nyaman berada di situ.
Tapi ini hampir maghrib, saatnya pulang ke kost... Aku tak boleh berlama-lama di sini, atau aku akan tergoda untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan...
"Firda, gue pulang dulu ya...!" kataku pelan sambil mendorongnya menjauh darlku.
"Ungghhh....!" lenguhnya manja.
"Nanti aja pulangnya ya sayang? Maghrib di sini aja...!" bisiknya dekat di telingaku.
"Ga bisa Firda... Nanti gue dicariin adik gue, karena seharian ga ketemu tadi..!" ujarku memberi alasan.
"Ah...alasan... Paling juga karena takut diomelin Renita kan?" katanya.
"Enggak... Sungguh deh, gue belum ketemu Anin seharian...!"
"Huh....ya sudah. Sana pulang deh.. !" akhirnya diijinkan juga aku pulang.
Fyuh...selamat... Aku berhasil ga ngapa-ngapain sama Firda. Sungguh, aku takut kalau sampai terjadi sesuatu dengannya...
.Baru saja aku hendak pulang, sebuah mobil nampak masuk ke halaman rumah.
Sepertinya mobil om Bram tuh...
Dan benat saja, om Bram dan tante Fitri keluar dari mobil.
"Eh..ada nak Aji... Sudah lama?" tanya tante Fitri.
"Sudah om, tante. Ini baru mau pulang...!"sahutku.
"Eh..eh..kok buru-buru pulang? Tunggu sebentar. Ada yang mau om omongin sama kamu...! Tapi tunggu setelah maghrib. Tuh, udah adzan.. Kamu sholat di sini aja, sementara kami bersih2." kata om Bram.
Hadeehhh... Jelas ga bisa nolak kalau ini mah... Dengan terpaksa aku sholat maghrib di rumah itu.
Firda dengan semangat menyiapkan sajadah dan menjadi makmum.. Sementara om dan tante bersih2 diri.
Usai sholat, aku menuju teras. Tak lama Firda muncul dengan membawa minuman dan makanan kecil.
Kami ngobrol sambil menunggu papa dan mamanya Firda selesai sholat.
Hpku berdering... Ugh...Renita.
Aku menjauh dari Firda untuk menjawab panggilan itu. Setelah selesai, aku kembali ke teras. Di sana sudah menunggu om Bram.
"Duduk sini nak Aji..!" ajak om Bram padaku.
"Iya om....!"
"Jadi begini nak Aji..!" kata om Bram memulai pembicaraan setelah aku duduk di dekatnya.
"Aku mau berterima kasih sama nak Aji, karena sudah membuat Firda kembali seperti semula. Om juga sudah dengar mimpinya Firda, dan om ga tahu, itu hanya mimpi atau benar dialami Firda. Tapi om ga perduli semua itu. Yang penting bagi om dan tante, Firda pulih seperti sedia kala. Jadi kami sungguh mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya...!"
"Sama-sama om... Semua berkat pertolongan Allah semata. Aku hanya berusaha dan berdoa Om."
"Iya... Om juga sudah bersyukur pada Allah, tentunya dengan cara om dan tante. Tapi bagaimanapun, kamu juga telah berjasa kepada kami sekeluarga. Sudah banyak kali kamu menyelamatkan keluarga kami. Tak tahu bagaimana lagi kami harls mengucapkan terima kasih."
"Sudahlah om.. Saya bisa menolong Om dan keluarga saja sudah sangat senang. Beneran Om, saya bahagia saat bisa membantu orang lain. Seakan hidup saya ini ada manfaatnya untuk orang lain." kataku.
"Benar katamu nak Aji. Memang sebuah kebahagiaan bisa menolong orang lain. Om juga merasakannya. Nah, sebagai ucapan terima kasih Om, tante dan Firda, ini....terimalah sekedar bentuk simbolis rasa terima kasih kami sekeluarga...!"kata Om Bram sambil mengulurkan sebuah amplop tebal padaku.
Aku yakin, isinya cuan yang tidak sedikit.
Aku membuka mulut hendak menolak.....
"Jangan ditolak nak Aji... Kami ikhlas memberikannya. Memang tak seberapa...tapi ini wujud rasa terima kasih kami. Jangan ditolak lagi....!" paksa om Bram...
Aku jadi bingung sendiri...
Aku menolomg karena ga tega melihat penderitaan orang lain karena gangguan ghaib, bukan untuk mendapatkan rasa terima kasih, apalagi pemberian semacam ini.
Lha wong bisa nolong aja sudah seneng banget kok...
Tapi mau nolak, udah dicegat duluan...
"Makasih banyak Om... Sungguh om, aku ga pernah mengharapkan pemberian seperti ini. Tapi demi menghormati niat baik om, sekali ini aku terima om. Dan terima kasih banyak...!" ujarku.
"Nah..gitu dong. Jangan ditolak terus... Kalau ditolak, om jadi merasa berhutang sama kamu... Om jadi ga tenang rasanya. Oh..iya, kamu sekalian makan malam di sini ya?'
"Mmm...maaf om, kalau yang ini terpaksa aku tolak om. Aku takut ditunggu sama adikku. Sejak pagi, aku belum ketemu dengan adikku om. Saya permisi pulang ke kost ya om?"
"Baik kalau begitu... Kasihan nanti adikmu nyariin. Ajak adikmu main ke sini sekali-sekali."
"Baik om... Kalau begitu, aku permisi om. Tolong dipamitin sama Firda dan tante om...!"
"Iya, nanti om bilang ke mereka...!"
Setelah mengucap salam, aku segera memacu motor menuju kostan. Di tengah jalan, aku berhenti.. Inget Anin... Jadi kutelpon saja dia..
"Assalamu'alalkum mas... Ada apa?"
"Wa'alaikum salam... Sudah maem belum dek?"
"Belum mas... Ini rencananya mau keluar sama Renita untuk beli makan."
"Biar mas yang beliin..sekalian pulang. Kamu mau nasi padang atau apa?" tanyaku.
"Hehe... Maunya sih sate kambing mas. Tapi yang murah aja deh.. Nasi warteg juga boleh..!"
"Oke, ditunggu ya...?"
'Iya mas... Jangan lupa sekalian beliin Renita ..!"
"Siap tuan putri...!" jawabku.
Aku segera mencari warung sate kambing yang katanya enak banget. Aku pesen 4 porsi + nasinya sekalian.
Siapa tahu nanti ada yang kurang...
Saat sedang menunggu pesanan, kulihat seorang anak kecil kira-kira berumur 11 tahun sedang duduk di pojok sebuah toko, sambil memeluk lututnya
Aku menghampirinya...
"Sedang apa di sini dek?" tanyaku.
"Sedang jualan kerupuk kulit mas...! Tapi baru laku sedikit. Padahal sudah malam." sahutnya sambil memperlihatkan dagangannya yang ada dalam plastik kresek besar.
"Berapa satunya dek?"
"Dua ribuan mas...!"
"Aku beli 20 ribu ya?" kataku sambil mengangsurkan uang 50 ribu.
"Iya mas... Ini mas...!" katanya sambil menyerahkan kerupuk kulit pesananku.
Lalu dia menghitung kembaliannya...
"Waduh mas.... Uang kembaliannya kurang. Sebentar, saya tukarkan dulu ya mas...?"
"Iya dek...!"
Anak itu bergegas menyeberang jalan. Aku memperhatikan anak itu. Kasihan, anak sekecil itu harus berjuang demi sesuap.nasl.
Tak lama, anak itu kembali dan menyerahkan kembalian uangnya.
"Ini mas, kembali 30 ribu ya...?" katanya.
"Iya.. Tadi kan sebenarnya bisa kamu bawa kabur uang itu. Kenapa ga kamu lakukan...?" tanyaku memancing.
"Mas... Ibu saya pernah berkata... Kita memang miskin nak, tapi kita harus tetap jujur dan mencari rizqi yang barokah. Bayangkan jika kita sudah miskin, lalu tak jujur pula, apa yang blsa kita banggakan lagi?"
Sebuah pelajaran aku dapat dari seorang anak yang masih kecil. Aku salut padanya... Salut pada orang tuanya yang sudah mendidiknya hingga menjadi seperti sekarang.
Jujur...!!!
"Dl rumah adik tinggal sama siapa?" tanyaku.
"Sama ibu dan dua adikku mas....!"
"Bapak...?"
"Bapak meninggalkan kami mas, entah berasda di mana sekarang...?"
Sebuah cerita lama yang masih tetap menyentuh kalbu. Single parent yang mesti berjuang untuk memghidupi anak-anaknya dengan berbagai cara.
Dan si sulung harus membantu meringankan beban orang tuanya.
"Adik suka sate nggak?"
"Hehe...suka banget mas... Adik-adik.malah belum pernah makan sate mas...!" ujarnya
"Tunggu di sini sebentar ya?"
Aku berjalan menuju warung sate... Satu porsi kuberikan pada anak itu, dan kuberikan uang kembalian membeli kerupuk kulit tadi padanya.
"Terima kasih ya mas...? Adik-adik pasti sangat senang. Terima kasih banyak...!"
"Hei... Berterima kasihlah pada penciptamu...!" kataku sambil mengelus kepalanya.
"Alhamdulillah....!" katanya sambil menengadahkan tangannya.
"Itu hadiah dari Allah atas kejujuranmu. Tetap jujur ya dek? Jangan putus asa... Semoga Allah selalu melimpahkan kebaikan untukmu dan keluargamu. Cepatlah pulang.... Malam semakin larut..!"
"Aminnn... Iya mas. Sekali lagi terima kasih.. Semoga Allah selalu melindungi mas ..!" doanya.
"Amin....!"
Aku memandang anak.itu yang dengan riangnya berlari-lari di sepanjang trotoar hingga tak terlihat karena berbelok di tikungan depan.
Aku mengambil motorku dan kembali memacunya menuju tempat kost.
Sesampai di kost, aku sudah ditunggu oleh Anin dan Renita. Mereka sudah di dalam kamarku, siap dengan peralatan makan, dan minuman.
"Eh...kok bau sate mas? Mas beli sate ya?"tanya Anin sambil meraih bungkusan yang kubawa.
"Iya Nin.. Sekali kali makan enak ga papa lah...!" ujarku.
"Nanti uangnya aku ganti mas...!" kata Renita.
"Udah, ga usah... Ayo kita makan...!"
Renita menyiapkan piring dan mengisinya dengan nasi, dan sate, lalu dlserahkannya padaku.
Baru dia menyiapkan untuk dirinya sendiri.
"Cie...cie.... Udah kayak suami istri aja deh..!" ledek Anin.
"Amin...!" sahut Renita malu-malu.
Aku ga jawab ledekan Anin, daripada jadi panjang dan ga jadi makan...hehe.
Kami menikmati sate kambing bersama. Ugh...memang nikmat makan bersama-sama. Seperti sebuah keluarga.
Jadi kangen bapak..

Ketika sate di piringku habis, dengan telaten Renita mengambilkan sate untukku.
Berkali-kali Anin meledek kami, namun hanya kami balas dengan senyum. Paling Renita mencubit Anin
Setelah makan.. Renita dan Anln membereskan peralatan makan. Lalu maslng-masing kembali ke kamarnya. Banyak tugas katanya.
Sepeninggal mereka, aku membuka amplop dari om Bram...
Wuih...banyak banget nih duit. Ada kali 5 jt.
Aku geleng kepala melihat uang itu. Bener-bener baik om Bram, ngasih duit segitu banyak padaku. Aku malah merasa ga enak...
Kusisakan uang 1 juta, yang lain aku simpan. Besok mau aku masukkan rekening saja...
Aku bagi dua uang sejuta itu, lalu kupanggil Anln dengan meneleponnya.
"Ada apa mas?" katanya saat sudah di kamarku
"Nih..buat kamu... Dihemat ya?" kataku.
"Bapak sudah ngirim lagi po mas?"
"Belum... Kebetulan mas ada rejeki, jadi ya aku bagi sama kamu. Dihemat lho...!" ujarku mewanti-wanti.
"Iya lah mas... Emang mas dapat darimana? Ada proyek lagi sama mas Dino ya?"
"Enggak... Sudah diterima saja. Pokoknya halal... Tapl ada syaratnya....!"
"Duh...kok pake syarat slh mas? Ga ikhlas ya?"
"Ikhlas banget lah... Syaratnya, buatin mas kopi... Mau?"
"Siap boss ..!" katanya.
Aku keluar menuju teras, menunggu kopi racikan Anin.
Kunyalakan sebatang rokok..dan Anin datang membawa segelas kopi.
"Kamu ga buat Nin?"
'Udah mas di kamar... Mau lembur nih, ngerjain tugas...!" katanya.
"Ya sudah... Kembali ke kamar sana...!"
"Iya mas... Makasih ya mas...!" katanya sambil menclum pipiku.
Aku hanya tersenyum.
Anin..apapun akan aku lakukan untuk membuatmu senang...!!!
arinu dan 73 lainnya memberi reputasi
74
Tutup