- Beranda
- Stories from the Heart
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)
...
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)

Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.
Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya
Quote:
Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati

Oh iya jangan lupa
Quote:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 11:14
mangawal871948 dan 206 lainnya memberi reputasi
195
231.1K
2.5K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
afryan015
#576
Mengambil Air Kyai
Namun setelah dokter beranjak pergi, bapak meminta berbicara hanya berdua denganku, dan membisikan kata seolah dia menyerah akan keadaan yang sudah terjadi, apa apaan ini baru pertama kali ini aku melihat bapak seperti orang yang sudah tidak memiliki harapan sama sekali.
“yan, sudah lah, kita pulang aja tidak ada gunanya disini, ini bukan penyakit ginjal biasa, dukun itu berhasil menyisipkan santetnya pada bapak, disini tidak akan ada gunyanya” kata bapak memohon sembari menahan airmatanya.
“nggak pak, Ryan tahu ini bukan penyakit biasa, Shinta sudah cerita, santet itu pasti masuk tubuh bapak waktu bapak kena serangannya kan, kita disini sambil ikhtiar dan bapak tidak merasakan sakit, sambil Ryan cari pengobatan alternatifnya pak” ku coba menenangkan fikiran bapak, jelas aku tidak akan tinggal diam dengan keadaan bapak yang seperti itu.
“tapi yan, biaya akan sangat banyak kalau bapak terus berada di rumah sakit” bapak masih kefikiran tentang biaya rumah sakit
“pak, ingat Ryan sudah besar, bapak tidak harus memikirkan itu sendiri, tenang Ryan ada backup an dana, bapak tidak usah pikirkan hal itu, fokus saja sama kesembuhan bapak” tetap aku tenangkan fikiran bapak walau nantinya aku akan kebingungan dari mana dapat dana untuk pembiayaan, yang penting bapak sehat lagi, apapun caranya.
Setelah itu aku mencoba berdiskusi dengan mbah Margono, kira kira bagaimana cara mengatasi santet yang sedang dialami bapak, mbah Margono juga terlihat kaget saat mendengar ceritaku, dia sama sekali tidak menyangka, orang seperti bapak sampai lengah dan bisa terkena serangan santet dari musuhnya itu.
Sore harinya mbah Margono sempatkan untuk menjenguk bapak di Rumah sakit, kehadiran mbah Margono membuat bapak tersenyum malu, mungkin karena bapak merasa salah dengan tindakan yang sudah diambilnya, namun mbah Margono sama sekali tidak memperdulikan hal itu, yang mbah Margono heran kenapa bapak begitu nekat berangkat sendiri dan bisa terkena serangan dari dukun itu.
Setelah melihat kondisi dari bapak, mbah Margono kemudian menyuruhku keluar sebentar dan mengajaku berbicara diluar berdua, mbah Margono mengatakan akan mencarikan tempat alternatif untuk pengobatan bapak, mbah Margono tetap berfikiran sama dengan bapak, dengan penanganan medis tidak akan membuatnya kembali seperti semula.
Tak berselang lama, aku juga memerintah Shinta dan Adiwilaga untuk melacak dimana dukun itu berada tentunya dengan seijin Via untuk memerintah Adiwilaga, dan memerintahkan mereka juga untuk mengikuti semua gerak gerik dari dukun itu jika sudah ketemu keberadaannya.
Rasa emosiku sempat berfikiran untuk langsung dihajar saja dukunnya, tapi jika itu di lakukan, bapak saja yang memiliki pengalaman bisa diserang dengan mudah, gimana nanti kalau Shinta dan Adiwilaga kalah saat menyerang, yang ada aku yang akan jadi bulan bulanan dukun itu, ditambah lagi sosok Bajra membayangi dibelakang sosok dukun itu.
Sementara Shinta dan Adiwilaga menjalankan misi yang aku berikan, aku disini fokus dengan kesembuhan bapak, hingga beberapa kali dalam seminggu aku meminta ijin untuk menemani bapak di rumah sakit, mungkin jika karyawan lain yang memiliki ijin berulang kali akan mendapatkan SP, atau malah langsung di omeli oleh atasannya, tapi hal itu tidak terjadi padaku, Bang hale yang menjadi kepala atau penanggung jawab disana selalu memberi leluasa bagiku jika itu berkaitan dengan keluarga, bagi karyawan yang nakal pasti akan menggunakan kesemptan itu untuk sering tidak berangkat, tapi hal itu tidak aku lakukan, seandainya saja bapak tidak seperti ini aku malah akan memfokuskan diri untuk bekerja.
Malam harinya pada hari ke empat di rumah sakit, bapak pada pagi harinya terlihat sangat panik pada raut mukanya, saat itu aku sudah bangun dari tidur, sedangkan bapak baru saja terbangun, walaupun dia tidak mengatakan sesuatu padaku, aku tahu dia sedang panik, dan bapak juga begitu bangun langsung meraba di bagian punggung belakang tepatnya dibagian ginjalnuya, lalu aku yang sedang duduk di sofa di sebelah tempat tidurnya, kemudian bangkit dan bertanya pada bapak menanyakan kondisinya.
“pak, ada apa, bapak mimpi buruk?” tanyaku disamping tempat tidurnya
“iya yan bapak barusan mimpi, ada seseorang berpakaian serba putih ingin mengambil Ginjal bapak, bapak sempet bertarung disana, tapi lelaki itu begitu kuat, tapi bapak masih bisa mempertahankan ginjal bapak” dengan wajah serius sambil melihat kesekeliling ruangan bapak terlihat begitu panik.
“sudah pak tidak apa apa, mungkin itu hanya mimpi saja, tidak ada apa apa, Ryan sudah bangun dari tadi saja tidak merasakan ada aura jahat yang mampir kesini” jawabku mencoba menenangkan bapak.
Lalu kuberikan air hangat untuk bapak minum, dan aku lap wajah dan badan bapak yang terlihat begitu berkeringat, baju yang dikenakan bapak, sampai seperti baru masuk kedalam air, terlihat basah kuyup, batinku dalam hati, semoga tidak akan terjadi apa apa, aku pernah diberitahu oleh nenek, jika seseorang mulai mengeluarkan keringat yang cukup banyak padahal dia tidak melakukan apa apa, bahkan itu masih dalam keadaan sakit, itu merupakan sebuah tanda kalau orang tersebut akan beristirahat selamanya.
Pikiran itu kubuang jauh jauh, dalam hati memantabkan diriku sendiri dengan kalimat “bapak itu masih tergolong muda, bapak tidak akan kenapa kenapa, itu pasti hanya karena mimpi buruk yang dialaminya” hal itu belum saatnya dialami oleh bapak, bapak masih akan sehat dan bugar lagi.
Tapi ternyata bapak sempat berkata saat wajahnya ku bilas dan aku lap dengan kain, kalau dia sudah bermimpi dan bertemu dengan lelaki berpakaian serba putih itu selama beberapa hari, awalnya kata bapak, lelaki itu terlihat sangat baik sekali, mengajaknya berbincang tentang keluarga bapak, menceritakan soal kakek, dan kakek buyut, hingga lelaki itu juga mengetahui asal usuh dari silsilah keluarga kita, namun perlahan lahan, lelaki itu mulai sediki mengganggu bapak, dia awalnya hanya seperti ingin mencoba atau beradu ilmu untuk melihat kemampuan bapak, dan di turuti oleh bapak, bertarung kecil kecilan hanya sekedar memperlihatkan ilmu yang di miliki bapak, hingga pada malam hari tadi, dan terlihat sangat nyata, sosok lelaki itu berubah dan menyerang secara tiba tiba tanpa memulai dengan pembicaraan seperti biasanya saat mereka akan beradu ilmu di mimpi itu, dan katanya sempat lelaki itu berkata “serahkan saja ginjal ini, sudah tidak akan berfungsi lagi dia, nanti ku berikan yang baru” menurut cerita bapak lelaki itu berkata demikian.
Dan dimimpi malam itu entah kenapa, ginjal yang berada di dalam tubuh bapak, bisa menembus badannya sendiri dan melayang ke arah lelaki itu, dengan urat dan aliran yang masih menempel di badan bapak, bapak raih ginjalnya yang keluar dari dalam tubuhnya, kemudian ditarik kedalam kembali oleh bapak, namun lelaki itu juga ikut menarik ke luar sehingga terjadi perebutan ginjal itu, walaupun ada kata akan diberikan yang baru tapi karena bapak tidak mengenal sosok itu maka bapak tidak mau memberikannya, takutnya akan terjadi sesuatu dan kebetulan saat itu terbangun, sehingga bapak langsung meraba area punggungnya.
Aku hanya menenangkan bapak kalau itu hanyalah bunga tidur, namun bapak membantah kalau itu benar benar nyata dirasakannya, beberapa tampilan makhluk buruk rupa juga muncul dan terus berterbangan di dalam mimpi ujarnya, dan kata bapak, sosok wajah wajah itu sangat dia kenal, mereka adalah sosok sosok yang dulu pernah dikalahkan bapak namun dibiarkan pergi oleh bapak.
Sambil terus menenangkan bapak dan membersihkan badan nya yang penuh dengan keringat, tiba tiba handphone yang aku letakan di atas meja bergetar, dan karena meja di rumah sakit terbuat dari besi, saat ada getaran dari handphone getaranya terdengar menjadi lebih keras dari biasanya, dan hal itu membuat bapak terkejut hingga melompat ketakutan sambil melihat kearah handphone yang bergetar itu.
Makin tampak aneh, bukan main main berarti apa yang dirasakan bapak, aku sama sekali belum pernah melihat bapak seperti ini, wajah penuh kecemasan, perasaan was was terus ditampakan nya juga sejak mimpi yang dia alami semalam,tidak tega sama sekali aku melihat bapak seperti ini.
Handphone yang bergetar tadi adalah pesan yang dikirimkan oleh mbah Margono, dia mempunyai kenalan seorang pengobatan alternatif di daerah Ambarawa Semarang, mendapat kabar gembira seperti ini, pikirku masih ada harapan untuk bapak sembuh, dan bisa segera bugar kembali, hal itu langsung aku sampaikan kepada bapak, ibu dan juga Via yang kebetulan siang itu berkunjung ke rumah sakit untuk melihat perkembangan kondisi bapak, ibu dengan telaten walau masih dalam keadaan stroke tetap merawat bapak sebisanya dengan mengusap badan bapak kala itu, dan terus memantabkan kalau bapak akan sembuh, dan bisa beraktifitas seperti biasa lagi, apa lagi mendapat kabar dari mbah Margono seperti itu.
Dan pada hari itu juga aku meminta untuk bapak dapat pulang kerumah, dan dari pihak rumah sakit pun memperbolehkan karena mereka juga bingung mau berbuat bagai mana, sebenarnya, sudah beberapa obat diberikan dan sudah mau dijalankan operasi pembedahan, namun bapak menolak, dan apa oleh buat bapak hanya terus mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit dan obat penghilang batu ginjal yang mungkin hanya ber efek sedikit.
Singkat jerita malam harinya kitapun pulang dari rumah sakit, sesampainya dirumah bapaj terlihat terus melihat ke sekeliling rumah, dengan wajah yang semakin cemas, padahal dirumah sudah ada Shinta, Adiwilaga dan nenek Lasmi, dan mereka mengatakan ini masih aman dan masih bisa ditahan oleh mereka bila pertahanan dari pasukan putih di atas rumah jebol.
Aku kemudian mengajak bapak untuk segera masuk ke kamar dan kembali beristirahat saja karena besok kita akan pergi ke Semarang untuk ke tempat kenalan mbah Margono, bapak pun menurut dan segera masuk ke kamar sambil menahan sakit yang diarasakan di area punggungnya, ibu mengikuti aku yang menuntun bapak dari belakang sambil membawakan minuman dan obat yang harus diminum bapak setelah ini, sesampainya di dalam kamar kemudian aku tinggalkan bapak bersama ibu.
Aku menghampiri Shinta yang sedang berada di ruang Tamu sambil melihat kearah luar atas, wajah Shinta terlihat begitu serius memperhatikan keearaj itu, karena begitu serius aku mencoba menggodanya, dengan menoel sedikit di area pundaknya namun Shinta sama sekali tidak bergeming, tatapannya masih terfokus pada yang dia lihat, karena masih belum sadar aku toel, maka aku iseng mengumpulkan energi kecil di tanganku yang ku kumpulkan di tangan ku seperti sebuah rasengan milik naruto namun sangat kecil, takutnya kalau besar akan melempar Shinta, stelah terbentuk sebuah bola energi sebesar gotri, lalu kuarahkan ke pantat Shinta dan melepaskannya, dengan hasil akhir Shinta terdorong kedepan dengan hentakan dari energi yang ku buat itu, tubuh Shinta menabrak jendela yang berada didepannya.
Setekah itu sambil memegangi pantatnya yang terkena energi hentakan dari bola energiku itu kepala Shinta mulai menengok kearah ku, sambil menunjukan muka sebalnya, melihat Shinta dengan ekspresi seperti itu, aku berusaha untuk lari supaya tidak ditampol olehnya, namun saat aku berbalik badan dan berlari beberapa meter tiba tiba tubuhku terhenti karena sosok Shinta tiba tiba sudah berada didepanku dengan ekspresi sebalnya dan tersenyum gemas.
“Kamu ini apa apaan Yan, pake dorong pantatku sekuat itu dengan kekuatanmu” seketika hidungku menjadi sasaran Shinta
“hehe Ta ampun ampun, sumpah ampun, iseng aja tadi, abis kamu serius amat tadi, lepas Ta” sambil mencoba melepaskan tangan Shinta dari hidung ku, aku memohon ampun
“gak ada ampun, pokoknya terima aja ganjarannya” Shinta terus menekan hidungku dengan sangat kuat.
Nenek lasmi yang mendengar keributan dari aku dan Shinta kemudian muncul, dan mencoba melerai kami berdua.
“ada apa ini den, ada apa putri, kenapa den Ryan di gituin, sudah cukup kasihan den Ryannya” nenek Lasmi mencoba memisahkan aku dengan Shinta
“biarin aja dulu, abisnya iseng banget dia seperti itu, masa iya patatku di dorong, biar tau Rasa dulu dia” masih dengan gemasnya Shinta menekan hidungku
“sudah sudah, bukan waktunya bercanda kita ini” nenek Lasmi mengingatkan
Setelah itu baru Shinta melepaskan tangannya dari hidungku, namun yang namanya Shinta pasti ada saja yang dia buat, memang hidungku sudah di lepaskan dari tangannya, namun efeknya aku bersin bersin tanpa henti, namun sesegera mungkin dinormalkan lagi oleh nenek Lasmi.
Dengan perasaan masih sebal Shinta kemudian beranjak pergi, dan setelah itu Via datang ke arahku, dan mengatakan kalau bapak nya sudah memintakan air dari seorang kiyai dan meminta ku untuk segera mengambilnya, aku pun bergegas mengambil jaket dan kunci motorku, dan tetntunya tak lupa mengajak Shinta untuk ikut.
“Ta ayo ikut aku ke rumah bapak, buat ambil air dari pak kyai” ajak ku sambil mengeluarkan motor
“bodo” jawaban ketus dari Shinta terdengar, dan menandakan dia masih marah.
“ayo lah Ta, kamu nggak khawatir aku kenapa kenapa?” tanyaku memelas
“gak” jwaban singkat terdengar kembali
“yaudah jangan nyesel kalau aku gak balik, entah nanti terjadi apa sama aku” aku yang ikut sebal kemudian beranjak pergi, dan ternyata Shinta benar benar tidak mengikutiku, sepertinya dia marah betulan
Didalam perjalanan aku merasa hari itu sangat gelap entah kenapa, walaupun malam memang gelap, tapi yang kurasakan sekarang lebih gelap dari biasanya, seolah ada sebuah tabir yang menyelimuti kemanapun aku pergi, hingga sampai dusebuah jalan, yang terkenal angker, suasana yang tadinya gelap kini menjadi lebih gelap dari tadi, dan tepat ditengah tengah tempat angker itu motorku tiba tiba mati, aku yang tidak mengerti mesin spontan menjadi gelagapan bingung harus melakukan apa, dan kebetulan juga jalan saat itu sangat sepi dari kendaraan, walaupun di sepanjang jalan masih ada rumah rumah namun tidak ada seorangpun yang keluar rumah, di tambah lagi saat aku sedang mendorong motorku sembari mencari bengkel yang buka, tiba tiba lampu padam, membuat keadaan gelap gulita, benar benar gelap cahaya hanya ada dilangit yang terlihat ada sedikit bintang disana, hal itumembuatku mempercepat untuk mendorong motor dan saat aku sedang mendorong motor, aku terjatuh tersandung oleh sesuatu sehingga tubuhku tertimpa motorku, saat aku kembali berdiri dan mencari barang yan membuatku tersandung ternyata tidak ku temukan, dan saat aku akan kembali mendorong motorku tiba tiba di pundaku terasa......
itkgid dan 47 lainnya memberi reputasi
48
Tutup