- Beranda
- Berita dan Politik
APBN Danai Kereta Cepat, Pengamat Sebut Berlanjut Sampai Operasional
...
TS
loungerkaskus
APBN Danai Kereta Cepat, Pengamat Sebut Berlanjut Sampai Operasional
JAKARTA - Pembiayaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dengan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ) diperkirakan akan terus berlanjut hingga ke tahap operasional dan perawatan KCJB.
Agus Pambagio, pengamat transportasi sekaligus kebijakan publik, menilai alokasi APBN tidak saja digunakan pada konstruksi lanjutan KCJB. Namun, pemerintah akan terus menggelontorkan kas negara untuk mendanai biaya operasional dan perawatan kereta.
Asumsi tersebut didasarkan pada beberapa indikator. Pertama, pembengkakan biaya (cost overrun). Indikator ini mengacu pada perhitungan PT KAI (Persero) sebagai konsorsium BUMN atau PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Cost overrun KCJB diperkirakan mencapai USD4,9 miliar atau setara Rp69 triliun. Penyebab utama cost overrun adalah biaya capital output ratio (COR) untuk engineering procurement construction (EPC) sebesar USD4,8 miliar atau Rp68 triliun.
Padahal, hitungan awal capital expenditure (capex) KCJB berada di angka USD6,07 miliar. Jumlah itu terdiri dari EPC USD4,8 miliar dan USD1,3 miliar untuk non-EPC.
Menurut Agus, dengan nilai cost overrun yang bombastis itu, maka penggunaan APBN dalam skema penyertaan modal negara (PMN) kepada KAI pun akan sangat besar. Mustahil, kata dia, jika kas negara hanya digelontorkan pada tahap konstruksi kereta saja. Sebab, tidak akan menolong kelanjutan proyek strategi nasional (PSN) tersebut.
"(Kalau hanya untuk konstruksi) Gak bakal menolong kalau menurut saya. Kecuali digelontorkan banyak uang, belum beroperasi, belum perawatan, ini masih membangun. Nanti operasinya mau menambah berapa lagi," ujar Agus saat dikonfirmasi, Senin (18/10/2021).
Sementara, kebutuhan biaya konstruksi diprediksi mencapai Rp120 triliun. Belum termasuk perkiraan pembengkakan yang saat ini tengah diaudit BPKP. Untuk memfinalisasi dan menyukseskan proyek di sektor transportasi itu, pemerintah akan tetap menggunakan APBN sebagai alternatif.
Indikator kedua adalah tidak ekonomis atau menguntungkan. Agus menilai pendapatan dari okupansi penumpang dan biaya operasional dan perawatan kereta tidak seimbang. Biaya operasional kereta per tahun diperkirakan mencapai Rp5 triliun - Rp10 triliun.
"Nanti kalau sudah beroperasi, saya perkirakan itu antara Rp5 triliun-Rp10 triliun per tahun. Itu gimana (cari) duit-nya? Kan ada biaya pembangunan sekarang, terus ada operasi, operasinya siapa yang bayar selulernya, itu duitnya bayarnya berapa? Terus penumpang, sehari katakan delapan kali, itu siapa yang mau naik? Bayar listrik, bayar pegawai, bayar sewa, bayar stasiun berapa, ya dihitung aja," katanya.
Ihwal keuntungan, Kementerian BUMN telah menghitung pengembalian modal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan diperkirakan terjadi pada 40 tahun mendatang. Perkiraan ini merupakan perhitungan konservatif Kementerian BUMN dengan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, berdasarkan hitungan kasar pengembalian modal KCJB akan sama seperti Mass Rapid Transit (MRT).
"Secara konservatif, hitungan kami tetap payback period untuk equity-nya itu, ini ya 40-an tahun. Tapi kita belum tahu ya, ini hitungannya masih kasar. Ini kan mirip-mirip dengan MRT," ujar Arya.
sumbernya
Biar tekor yang penting kesohor
gmc.yukon dan 2 lainnya memberi reputasi
3
3.1K
40
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
672.3KThread•41.9KAnggota
Tampilkan semua post
phithor
#18
Dulu... di tahun 1986 ... TOL BELMERA diprediksi bakalan rugi. tetapi tetap dibangun oleh pak Harto...
Emang rugi benaran karena sampai tahun 1988 kenderaan yg lewat sana sedikit sekali....cuma bus doang yg masuk lewat pintu Tj. Morawa keluar pintu Ampelas dan itupun kalau macet total di Tj. Morawa-nya...
Kalau truk pada ogah lewat jalan tol padahal mempersingkat waktu dari daerah industri Tj. Morawa kalau mau ke Belawan... bahkan truk tangki CPO PTPN lebih milih jalan umum dari pada bayar TOL...
Pernah karena penasaran, saya coba hitung dari atas jembatan tol di IKIP Medan... sehari palingan rata-rata 100 menurut saya yg ke Belawan.
Tetapi... dengan berkembangnya cara berfikir manusia....
Jalan TOL tersebut ramai sekarang
Jadi butuh waktu untuk membuat ramai,
Tergantung pemerintah bagaimana caranya.
Karena...untuk kasus tol Balmera, bisa rame karena pemerintah ogah-ogahan memperbaiki seluruh jalan alternatif ke belawan, makanya supir" lebih takut patah AS roda belakang daripada keluar duit TOL pada akhirnya ..
Emang rugi benaran karena sampai tahun 1988 kenderaan yg lewat sana sedikit sekali....cuma bus doang yg masuk lewat pintu Tj. Morawa keluar pintu Ampelas dan itupun kalau macet total di Tj. Morawa-nya...
Kalau truk pada ogah lewat jalan tol padahal mempersingkat waktu dari daerah industri Tj. Morawa kalau mau ke Belawan... bahkan truk tangki CPO PTPN lebih milih jalan umum dari pada bayar TOL...
Pernah karena penasaran, saya coba hitung dari atas jembatan tol di IKIP Medan... sehari palingan rata-rata 100 menurut saya yg ke Belawan.
Tetapi... dengan berkembangnya cara berfikir manusia....
Jalan TOL tersebut ramai sekarang
Jadi butuh waktu untuk membuat ramai,
Tergantung pemerintah bagaimana caranya.
Karena...untuk kasus tol Balmera, bisa rame karena pemerintah ogah-ogahan memperbaiki seluruh jalan alternatif ke belawan, makanya supir" lebih takut patah AS roda belakang daripada keluar duit TOL pada akhirnya ..
bukan.bomat memberi reputasi
1
Tutup