بسم الله الرحمن الرحيم

Perkenalkan nama saya Norma Fitrotin, saya lahir di Lamongan pada 1 Juli 1988. Saya menempuh pendidikan di Ponpes Tanfirul Ghoyyi Lamongan, Jurusan Tahfidzul Quran. Jurusan Tahfidzul Qur'an diperuntukkan bagi santri yang ingin menjadi penghafal Al-Quran.

Pada tahun 2007 saya menikah, kemudian ikut suami dan menetap di Pujon. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2008 seorang tetangga mempercayakan anaknya untuk belajar mengaji di rumah saya.

Sejak 2008 itulah saya mulai mengajar mengaji anak-anak sekitar di rumah saya. Jumlah anak yang saya ajar kala itu hanya tiga orang. Jumlahnya terus bertambah dari tahun ke tahun. Rupanya warga sekitar mulai mempercayakan anak-anak mereka untuk saya ajari mengaji.

Akhirnya, pada 1 Juli 2012 TPQ yang saya gawangi ini berdiri dan kami beri nama Nurul Quran. TPQ Nurul Quran bertempat di mushola wakaf almarhum kakek saya, tepat bersebelahan dengan rumah saya.



Sejak tahun 2014 jumlah anak yang saya didik bertambah hingga mencapai angka 30 anak. Jumlah tersebut membuat saya cukup kerepotan karena harus mengajar sendiri. Hal ini membuat saya berniat mencari tambahan tenaga pengajar lagi.

Mengingat banyaknya jumlah anak didik yang harus saya ajar kala itu, saya pun meminta bantuan kepada salah seorang saudara saya untuk mengajar. Beliau adalah Lina Miftakhul Khoir, seorang santriwati jebolan Ponpes Darun Najah, Karang Ploso, Kab. Malang.


Tujuh tahun lamanya saya mengajar sendiri tanpa bantuan siapapun. Suatu kebanggan tersendiri bagi saya, mampu mendidik anak-anak yang diamanahkan tersebut. Jumlah anak-anak yang datang mengaji terus bertambah dengan bergantinya tahun.

Alhmdulillah, Tahun 2015 pengajar di TPQ Nurul Quran resmi menjadi dua orang. Sosok ustdzah Lina telah banyak membantu saya dalam mengajar anak-anak. Kehadira beliau juga diiringi dengan bertambahnya jumlah anak yang mengaji.

Di tahun 2019 ini, jumlah anak didik kami pun terus bertambah yakni 60 santri. Otomatis tenaga pengajar juga kami tambah lagi satu orang, yakni ustadzah Juriati. Beliau lahir dan berasal dari Sidoarjo dan merupakan lulusan Tahfizul Quran.



Dalam mendidik para santriwan dan santriwati, kami bertiga tak pernah memungut iuran dari orangtua. Bagi kami cukup Allah lah yang membalas semua niat dan kerja keras kami.

Alhamdulillah, berbekal keikhlasan hati TPQ bisa bertahan hingga saat ini. Tanpa kekurangan suatu apa pun. Kami selaku pengajar cukup puas dalam pencapaian mengajar Al-Quran kepada para santri kami.

Terhitung sejak 2019 ini mulai diadakan iuran syariah sesuai kemampuan wali santri. Para wali bisa memilih intensif perbulan mulai nominal 10 ribu rupiah hingga 25 ribu rupiah. Dari intensif perbulan tersebut, para ustadzah mendapat uang lelah sebesar 50 ribu rupiah. Bukan jumlah yang besar, namun itu cukup bagi kami.





Kedepan, insyaallah saya berencana menambah ruangan mengaji di rumah saya sendiri. Dana yng kami gunakan bersumber dari iuran syariah dan sumbangan warga sekitar. Bukan tanpa tujuan, bertambahnya ruang belajar diharapkan mampu menampung jumlah santri yang kian bertambah. Sehingga proses belajar mengajar Al-Quran bisa lebih lancar.

Harapan saya, mudah-mudahan anak-anak didik kami bisa menjadi generasi penerus dan penjaga Al-Quran. Generasi yang mampu membanggakan kami selaku pengajar, berbakti kepada orangtua dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.