Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

akmal162Avatar border
TS
akmal162
Kulit Ayam Berujung Dendam
PART 1



Nikamatnya sepotong dada ayam crispy dan sekepal nasi yang ada di hadapan rahmat membuat kehadiran rangga sama sekali tidak berarti baginya. Tangan-nya masih asyik memotek dada ayam, begitu juga dengan mulutnya yang sedari tadi terus mengunyah setiap makanan yang masuk ke-dalamnya dengan gerakan lambat. 

Rangga yang baru saja duduk di depan rahmat setelah selesai mencuci tangan-nya mulai menyulut rokok yang baru saja dia keluarkan darai dalam kotak, sontak bunyi mancis yang digunakan oleh rangga untuk menyalakan rokok berhasil membuat rahmat yang sedari tadi hanya asyik dengan makanan-nya mulai menyadari keberadaan rangga yang sudah kembali ke-meja itu.

“Heh!, ngagetin aja lu”

“Apaan sih?!, orang gua cuman nyalain rokok doang” Ujar rangga sembari melirik sekilas ke-arah dada ayam milik rahmat.

Tanpa menanggapi kalimat yang baru saja keluar dari mulut rangga, rahmat langsung menjauhkan piring yang berisi daging ayam yang sudah terpisah dengan kulitnya itu menjauh dari rangga. Sontak rangga langsung terkekeh kecil setelah melihat reaksi rahmat sembari menghisap sebatang rokok yang ada di tangan-nya.

“Makanya, kalo makan jangan kelamaan, bikin gua ngiler aja, pake lu pisahin lagi tuh kulit”

Rahmat langsung menutupi piringnya dengan tangan kirinya dari pengelihatan rangga.

Sontak saja rangga kembali terkekeh setelah melihat kelakuan sahabatnya yang satu ini.

“Percuman mat, gak usah lu tutupin gitu, paling bentar lagi kulit ayam lu itu udah masuk ke-dalem sini” Ujar rangga sembari menepuk-nepuk pelan perutnya.

“gwini nwih yang bikin gua mwales mwakan XFC swama lu” Gerutu rahmat dengan suara yang sedikit tidak jelas karena masih mengunyah makanan yang ada di mulutnya sembari menatap sinis ke-arah rangga.

Puuukkkk….

 

Segumpal tisu yang baru saja digunakan rangga untuk membersihkan tangan-nya yang basah berhasil mendarat dengan mulus di jidat rahmat, lalu jatuh ke-dalam piringnya.

“Telen dulu tuh nasi baru ngoceh”

Rahmat yang sudah terlanjur kesal-pun langsung membuang tisu yang saat ini berada di atas piringnya ke-sembarang arah, mengangkat piring dan sebuah gelas yang berisi soda miliknya, beranjak dari kursi, lalu berjalan ke-arah meja kosong yang terletak tidak jauh dari meja tempat mereka ber-dua sebelumnya duduk. Kali ini rangga berhasil dibuat tertawa geli oleh rahmat yang terlihat sangat kesal.

TRIIIINNNNGGG…. TRIIIINNNNGGGG…. TRIIIINNNNGGGG….

Tawa yang keluar dari mulut rangga perlahan-lahan mulai berhenti setelah dia mendengar bunyi dering yang keluar dari handphonenya. Sembari mengangkat telpon, rangga mulai melangkah ke-arah meja yang saat ini sedang ditempati oleh rahmat.

“Halo, kenapa sayang?”

“Iya, ini udah selesai kok, bentar lagi aku pulang”

“Iya, kamu mau nitip apa?” Ujar rangga sembari mengambil tempat untuk duduk di atas kursi yang berada tepat di seberang rahmat.

“Ricebox aja?, gak mau yang lain?”

“Yakin?” Ujar rangga sembari tangan-nya mencoba untuk mencomot kulit ayam yang berada di atas piring rahmat.

Sontak saja rahmat langsung menyambut tangan rangga dengan sebuah tepisan. Kejadian itu sempat terjadi beberapa kali sehingga rahmat kembali merasa kesal. Rangga yang mulai menyadari itu-pun langsung menghentikan aksinya sembari tertawa kecil agar rahmat tidak harus berpindah meja lagi seperti tadi.

“Yaudah, ricebox sama lattefloat ya?”

“Oke sayang”

“Iya, gak lama kok”

“Utututu...., udah kangen banget ya?”

“Iya iya...., tunggu abang ya dek” Ujar rangga yang diakhiri dengan sebuah kekehan kecil.

Rangga yang sedari tadi mendengar percakan rangga dengan pacarnya hanya bisa bergidik jijik setelah mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut rangga.

“Iya, love you too sayang”

“Dadah....”

“Intan?” Tanya rahmat singkat sembari melirik sekilas ke-arah rangga yang sedang memasukan handphone miliknya ke-dalam saku celana.

“Iya dong....” Jawab rangga dengan senyuman lebar.

“Gimana?, udah ngapain aja lu sama intan semenjak satu kos?” Tanya rahmat yang sudah mulai merasa tenang dengan keberadaan rangga dengan senyuman jahil sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

“Ya...., nyari makan bareng, kadang-kadang masak bareng, nonton film bareng, cerita-cerita, ya...., ya gitu-lah....”

“Halah...., bohong lu, gak mungkin cuman itu doang....”

“Maksudnya?” Tanya rangga dengan wajah bingung.

“yaelah...., sok polos lu tai”

Rangga hanya bisa menghela nafas kasar sembari melempar tatapan datar ke-arah rahmat.

“Bobo bareng?” Tanya rangga balik.

“Iya...., udah pernah belom?, gimana si intan?, mantep gak?”” Ujar rahmat dengan wajah yang mulai kembali terlihat antusias.

“Setan lu!” Maki rangga sembari menendang betis rahmat yang berada di kolong meja.

“Ye...., kok malah sewot sih lu?!, gua kan cuman nanya doang” Protes rahmat kesal.

“Lagian, lu tumben banget sih, dapet cewek secakep intan gak lu ekap-ekap,  biasanya juga lu pacaran cuman buat nyenengin adek kecil lu yang emang beneran kecil itu doang” Lanjut rahmat yang diakhiri dengan sebuah decakan kesal karena tulang keringnya yang agak terasa sedikit ngilu akibat tendangan yang tadi dilancarkan oleh rangga.

“Buseeeetttt...., enteng banget tuh mulut bilang titid gua kecil, lu mau liat?, nih nih” Ujar rangga yang sudah beranjak dari tempat duduknya dan mulai membuka kancing celananya.

“Yaudah, mana mana?” Balas rahmat dengan wajah menantang”

“ye...., homo lu” Ujar rangga sembari melayangkan jitakan kecil di atas kepala rahmat.

“cih...., gini nih, ukuran bacot berbanding terbalik dengan ukura titid” Gumam rahmat kecil yang diakhiri dengan sebuah kekehan.

Rangga yang mendnegarnya-pun hanya bisa ikut terkekeh bersama rahmat tanpa berniat untuk melanjutkan perdebatan tidak penting mereka siang ini. Suasana-pun kembali hening manakala rahmat kembali sibuk dengan makanan-nya, sementara itu rangga mulai kembali sibuk dengan sebatang rokok yang terselip di jarinya.

“Heh...., lu belum jawab pertanyaan gua tadi, kenapa lu belom pernah ngapa-ngapain intan?” Tanya rahmat yang kembali memecah keheningan.

“masih ngotot aja lu nanya....”

“Gua serius” Ujar rahmat tegas sehingga membuat kalimat yang keluar dari mulut rangga terhenti di tengah jalan.

“Y y ya....” kalimat rangga sempat kembali terhenti saat dia memilih untuk menghisap rokoknya terlebih dahulu.

“Ya dia beda mat”

“Maksudnya?” Tanya rahmat sembari menegakan posisi duduknya.

“Pokoknya beda lah mat, intan itu istimewa banget buat gua”

“Istimewa gimana?”

Rangga yang baru saja mendengar pertanyaan yang untuk kesekian kalinya keluar dari mulut rahmat hanya bisa menghela nafas panjang.

“Gini aja deh, sekarang gua mau nanya sama lu, kenapa lu selalu makan kulit ayam habis lu abisin nasi sama dagingnya duluan?”

Rahmat yang mendengar kata-kata “kulit ayam” dari mulut rangga-pun langsung kembali menjauhkan dan menutupi piringnya yang kini hanya berisi sepotong kulit ayam itu dari hadapan rangga.

“Ye...., siapa yang mau ngambil sih, lu mau tau jawaban gua gak?”

Rahmat yang memang penasaran dengan alasan yang dimiliki rangga hanya bisa berdecak kesal sembari mengangguk kecil.

“Yaudah, jawab dulu pertanyaan gua”

“karena kulit ayam bagian yang paling enak rang, gua lebih senang aja kalau sesuatu yang enak gua nikmati diakhir-akhir” Jawab Rahmat sembari mengurangi kewaspadaan-nya terhadap rangga.

Seutas senyuman langsung menghiasi wajah rangga setelah mendengar jawaban yang baru saja dilontarkan oleh rahmat.

“Nah...., yaudah, perasaan yang sekarang gua punya buat intan sama kayak perasaan lu  yang punya buat kulit ayam lu itu” Ujar rangga sembari melirik sekilas ke-arah kulit ayam milik rahmat.

Sontak rahmat kembali bersiap-siap untuk melindungi kuit ayam miliknya sehingga membuat rangga tersenyum miring.

“Terus, lu baru mau nikmatin intan pas lu udah tua gitu?, pas lu udah nyobain banyak cewek?” Tanya rahmat bingung sambil terus waspada terhadap gerak gerik rangga yang mulai terlihat mencurigakan.

Sontak rangga langsung berdecak kesal setelah mendengar pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut rahmat.

“Ya gak gitu juga tolol!, bego banget sih lu!” Maki rangga kesal.

“Ya terus gimana?!, gua kagak paham maksud lu” Tanya rahmat yang masih tidak paham dengan jawaban yang sebelumnya keluar dari mulut rangga dengan nada kesal.

Untuk kesekian kalinya, rangga kembali menghela nafas panjang.

 “gini gini...., berarti, menurut lu saat yang paling tepat buat nikmatin kulit ayam itu pada saat lu udah ngabisin nasi sama dagingnya duluan?”

“Iya” Jawab rahmat singkat sembari mengangguk kecil.

“Yaudah mat, gampangnya gitu aja, gua cuman mau nikmatin intan disaat yang menurut gua bener-bener tepat” Jawab rangga mantap.

“dan saat itu terjadi kalau gua udah bisa halalin dia” Lanjut rangga sembari sedikit mencondongkan tubuhnya ke-arah rahmat.

“kena....”

“Gak usah lu tanya kenapa kayak gitu?, pokoknya intan itu istimewa, sama kayak kulit ayam lu ini, gua harus jagain dia, gua gak mau dia sampai rusak, apalagi hilang” Potong rangga sembari memasukan sesuatu ke-dalam mulutnya.

Sontak rahmat langsung menghentikan kunyahan-nya, tanpa dia sadari mulutnya mulai setengah terbuka, matanya menatap mata rangga dengan tatapan setengah bingung, dan setengah lagi tidak percaya. 

Tidak dia sangka, sahabatnya yang sudah dia kenal sejak mereka pertama kali menginjkan kaki di kampus UX itu sudah benar-benar berubah, rangga yang sejak dulu terkenal sebagai seorang playboy yang bisa dengan mudahnya merayu wanita-wanita yang dia inginkan untuk memuaskan nafsunya, kini sudah menjadi seorang pria yang benar-benar ingin menjaga wanitanya, bahkan dari dirinya sendiri, hanya karena seorang wanita yang belum genap satu tahun dia kenal. 

Meski-pun rahmat tidak terlalu mengenal intan, namun sekarang dia tau, bahwa intan bukan perempuan sembarangan, dia benar-benar perempuan yang sangat istimewa, entah dari segi mana.

“ye...., malah bengog lu, paham kagak?”

Rahmat hanya bisa mengangguk kecil sembari terus melempar tatapan kagum ke-arah rangga.

“Gila, keren banget lu rang” Ujar rahmat yang kini mulai tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

“Jelas lah, baru tau lu kalau gua ini keren?” Ujar rangga yang disertai dengan sebuah kekehan kecil sembari kembali menghisap sebatang rokok yang ada di tangan-nya.

Sementara itu, rahmat yang masih terus melempar tatapan kagum ke-arah rangga mulai meraba-raba piringnya yang kini sudah kosong. Saat menyadari itu, rahmat langsung menunduk dengan gerakan cepat.

“ANJING!!!, LU NGAMBIL KULIT AYAM GUA?!” Bentak rahmat yang baru saja menyadari bahwa kini kulit ayam miliknya sudah tiada.

Sementara itu rangga hanya tertawa kecil sembari terus menghisap rokoknya dnegan santai.

“BABI!!!, BALIKIN GAK?!”

“Iya iya, temenin gua boker dulu abis ini, entar lu ambil sendiri dah tuh kulit ayam lu tadi”

“baik!!!” Bentak rahmat dengan nafas yang mulai memburu.

“Awas lu rang, suatu saat gua pasti bales perbuatan lu hari ini” Ujar rahmat dengan suara pelan namun meyakinkan.

Gak Cuman hari ini aja rang, yang kemaren, minggu lalu, bulan lau, tahun lalu, lu pasti bakal nyesel” Gumam rahmat dalam hati.

“Cih...., coba aja kalo bisa” Tantang rangga dengan kalimat yang kembali diakhiri dengan sebuah kekehan.

Sementara itu rahmat hanya bisa melempar tatapan penuh dendam ke-arah rahmat sembari beranjak dari duduknya, lalu mulai berjalan ke-arah wastafel yang terletak di samping tempat pemesanan dengan suasana hati yang benar-benar tidak karuan, perasaan kesalnya kepada rangga benar-benar memuncak saat ini, bagaimana tidak, memesan satu porsi makanan di tempat ini saja sudah menguras cukup banyak uang dari kantongnya, sementara itu, satu-satu hal yang menurut rahmat istimewa dari makanan yang disajikan oleh restoran cepat saji ini hanyalah kulit ayamnya, kini dirinya sudah kehilangan kesempatan yang bahkan jarang dia dapatkan untuk menikmati kulit ayam dari restoran cepat saji ini, apalagi kejadian ini bukan yang pertama kali, bahkan rangga sama sekali tidak pernah menunjukan rasa bersalah kepada rahmat setelah mengambil kulit ayamnya, jika saja rangga bukan sahabatnya mungkin rahmat sudah membunuhnya dari dulu, sejak pertama kali rangga mencuri kulit ayamnya. Karena merasa sudah sangat muak, mulai hari itu rahmat mulai benar-benar bertekad untuk membalaskan dendamnya.

Sejak saat itu juga rahmat selalu berusaha membalaskan dendamnya untuk mencuri kulit ayam milik rangga saat mereka kembali ke-restoran cepat saji itu lagi, namun dia selalu gagal karena rangga selalu memakan kulit ayam miliknya terlebih dahulu tanpa memberikan kesempatan sama sekali untuk rahmat mencurinya, bukan hanya gagal, bahkan ada saat dimana rahmat kembali kecolongan sehingga kulit ayam miliknya kembali menjadi korban. Namun rahmat tidak pernah menyerah, niatnya sudah bulat, dia ingin membalas perbuatan rangga yang selama ini selalu mencuri kulit ayam miliknya dengan semena-mena tanpa sama sekali memperdulikan perasaan-nya.
Diubah oleh akmal162 08-02-2021 06:44
gajah_gendut
wanitatangguh93
tien212700
tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
952
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Tampilkan semua post
monicasellaAvatar border
monicasella
#3
ane pengen banget kek gitu gan ente gitu dah emoticon-Cape d...
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.