Memasuki ruang operasi pagi tadi, ada ribuan ketakutan menyergap. Hanya ditemani putra ke dua yang selalu setia. Aku ingin melihat mu sejenak, sejenak saja, agar kuat, agar aku tidak lemah. Tapi aku menelan ludah ku getir.
Kamu tidak mungkin bisa hadir dengan setumpuk kesibukan yang sudah terparkir, lagipula bila aku memintanya engkau pasti akan katakan aku tidak stabil.
Satu per satu ranjang pasien di dorong masuk, yang lain menunggu giliran, hingga tiba giliranku. Lampu itu dinyalakan dan aku pun hilang.
Aku tidak tahu apa yang mereka kerjakan yang aku tahu aku mendengar banyak suara. Mataku memang terpejam tapi aku dapat melihatmu dengan jelas, kamu ada, kamu seolah menjagaiku.
Lalu aku tak ingat apapun.
Saat terbangun aku merasakan ada ngilu di jahitan perut ku. Ngilu sekali. Aku ingin menghubungimu, aku ingin bercerita tentang proses operasi kista ovarium ku, aku ingin bercerita tentang ketakutanku, aku ingin menyampaikan bahwa aku rindu. Tapi kamu di mana ?.
Satu tetes air mata mengalir disusul oleh bulir yang lain. Aku tahu aku tak kau ijinkan memilikimu, aku tahu saat ini kita telah berikrar untuk jadi saudara yang baik selalu. Tapi... tak bisakah kau kenang masa itu, masa di mana aku adalah bagian dari cinta mu.
Stabil itu tidak mudah berubah, begitu kan ?
Tidak mudah berubah bukan berarti tidak pernah berubah bukan?
Saat kita memutuskan untuk terbiasa menggunakan baju dingin di musim dingin dan melepasnya di musim panas bukan berarti kita tidak stabil kan ?
Allah saja mengakui bahwa hati manusia berbolak-balik artinya sekali waktu dan selama itu bukan hal yang prinsip boleh kok berubah. Lalu kenapa kamu tidak ?.
Sampai ketika aku menulis ini aku masih menangis.
Bahuku kuat, senyumku hebat tapi bolehkan sesekali aku butuh pelukan, butuh dikuatkan, dan aku mau itu kamu.
Aku sedih...
Aku terus berdoa tentang kebaikan mu juga kita. Tapi Tuhan memberiku bisikan " Aku telah memberi kalian peluang tapi dia yang enggan melakukan."
Aku malu pada Tuhan. Malu sekali.
Sampai semalam ini aku mengeja bingung ku sendiri.
Aku ingin manja malam ini saja, ya hanya malam ini, tapi, malam terlalu ratut dan waktu kita akan habis.
Aku kuat, aku mampu, aku bisa, tetapi aku tetap wanita biasa.
Ratu Elisabeth menikah dan menghabiskan waktu 74 tahun hidup bersama Raja, tetapi bukan berarti cerita perjalanan cinta mereka konstan, ada pasang surut, ada sedih dan tidak nyaman. Karena hubungan dua anak manusia pasti melibatkan perasaan. Dan setiap yang melibatkan perasaan pasti ada masanya menjadi labil.
Aku sudah bilang, stabilkan aku dengan stabil mu tapi rupanya kau enggan. Atau mungkin memang tidak ada nama ku di hatimu ?
Entah lah...
Yang pasti satu masalah telah terselesaikan lagi.
Yang lain, biar diurus Tuhan.


Dari kamar melati
dengan jahitan yang masih terasa nyeri.