okushiAvatar border
TS
okushi
AKU dan MEREKA
Gerimis ringan bertebaran menyambut malam dikala sore itu, awan mendung yang sedari pagi menggumpal, seakan malas beranjak dari posisi tidurnya. Sayup-sayup telinga ini mendengar lantunan Shalawat Tarhim (doa-doa sebelum adzan di kumandangkan) dari masjid yang berada di RW sebelah, mengingatkan waktu Sholat Maghrib akan segera tiba.

"Bagaimana ini pak, sudah 3 minggu demamnya belum juga turun, obat dari dokter yang kesekian kalinya juga sudah hampir habis, hanya sisa untuk diminumkan malam ini dan besok saja", ucap wanita muda itu, yang sedang memeluk seorang anak dalam gendongannya. 

"Iya ya bu, padahal dokter bilang demam biasa saja, semua normal, tidak ada gejala DBD, THYPUS atau penyebab yang lain", sahut suaminya.

"Salah diagnosa palingan dokternya", dengan nada skeptis salah satu pria yang lebih muda dari mereka menyela pembicaraan. 

"Ahh... Ga mungkin, sudah kita check dengan dokter yang berbeda, diagnosa dari mereka sama persis. Janggal rasanya kalau mereka salah diagnosa, mengingat mereka juga dokter senior dan langganan keluarga kita. Apalagi data dari CT Scan juga normal-normal saja", tepis bapak dari anak itu.

"Trus anak ini gimana, umurnya masih 5 tahun loh, kalau panasnya ga turun bisa-bisa lewat dia", celetuk pria itu lagi. 

"Husshh... Antok..!! Jangan asal kalo ngomong, lebih baik kamu diam dulu daripada memperkeruh keadaan", sanggah bapak dari anak kecil itu dengan suara rendah, dan setengah tegas setelah melihat istrinya meneteskan air mata mendengar perkataan Antok. 

Ya, Antok namanya, teman bapak dari anak yang sedang sakit itu dan sudah mereka anggap sebagai keluarga, seperti adik mereka sendiri. Sebenarnya dia sangat baik, tingkah lakunya yang konyol saat bermain dengan anak mereka, bahkan ikut merawat juga sangat mencerminkan kasih sayang nya, pun saat bersama dengan keluarga yang lain. Memang cara bicaranya yang kadang tak terkontrol dan terkesan "asal" kalau mengemukakan pendapat, menjadi nilai minus dan secara otomatis langsung menutupi semua kebaikannya.

Ibu muda itu terus memeluk erat sembari membenamkan wajahnya ke dada mungil anak kecil yang sedang terkulai lemas itu, uraian air mata yang mambanjiri setengah baju anaknya mencerminkan kekhawatiran dan kesedihan yang teramat sangat dalam. Dengan lembut suaminya menenangkan serta mengingatkan untuk terus berdoa kepada Tuhan, agar anak itu diberikan kesehatan dan semua kembali normal dan berjalan seperti sedia kala.

"Sabar bu, kita terus berdoa dan ikhtiar ya, besok kalau obatnya sudah habis kita periksakan lagi ke dokter", suaminya mencoba menenangkan. 

"Mau ke dokter yang mana lagi pak..?? Kita sudah coba semua dokter umum dan spesialis, dari yang pribadi juga yang di rumah sakit, semua diagnosanya sama pak. Bahkan sudah 2 kali CT Scan juga hasilnya normal. Anak kita sakit apa pak..??", keluh istrinya dengan sesekali menyeka mata. 

"Ke dukun udah coba mbak..?? siapa tau kiriman...", ketus Antok lagi. 

"Stop tok, diam kamu..!!", potong si bapak setengah membentak. 

"Sudahlah pak... Antok mungkin benar, apa salahnya semua kita coba, boleh ya pak...", mohon istrinya memelas. 

Ditengah kebingungan dan ketidakpastian diantara mereka, tiba-tiba anak kecil itu berkata dengan suara lirih dan parau. 

"Nenek..."

Mendengar itu, seakan dikomando mereka bertiga langsung mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar, selang beberapa detik menamatkan pandangan tapi tidak ada siapapun disana, mereka mulai saling bertatapan sembari mengernyitkan dahi. Antok sedikit mengangkat pundak menegaskan tidak tahu dan memastikan tidak ada siapa-siapa disana. 

"Nenek masih dalam perjalanan pulang dari luar kota sayang, besok baru sampai. Adik sudah kangen nenek ya..??" dengan lembut ibunya menenangkan sembari mengelus rambut anak itu yang mulai basah karna keringat. 

"Iya sayang, nenek sudah bawain oleh-oleh mainan kesu......"

"Dalam lemari..." 

Belum selesai si bapak bicara, tiba-tiba anak itu memotong dengan suara lirihnya.

Seketika mereka terdiam saling pandang dan kebingungan dengan perkataan anak itu. 

Dengan tetap tenang dan mencoba keras untuk berpikir positif walaupun seluruh bulu kuduknya sudah menegang, bapak menanyakan maksud dari perkataan anaknya dengan pelan, "Dalam lemari kenapa dik..??" 

"Neneknya duduk di dalam lemari..."

Dengan aba-aba dari bapak, wanita itu sigap membawa anaknya menjauh dan berjalan cepat keluar dari kamar tidur. 

Kini tinggal bapak yang masih berada didalam kamar ditemani oleh Antok, terlihat jelas ketakutan dari raut muka mereka berdua saat menyiapkan nyali. Dengan saling melempar anggukan aba-aba, mereka mulai memberanikan diri dan melangkahkan kaki menuju lemari. 

Bapak: "Buka pintu lemarinya, Tok"
Antok: "Kamu saja mas"
Bapak: "Buka saja, jangan takut, aku dibelakangmu"
Antok: "Tuker tempat aja lahh kita"
Bapak: "Sudahlahh buka saja, ini lemari kecil, ga mungkin ada orang didalem juga"
Antok: "Yang aku takutin malah yang bukan orang bos"

Suasana sunyi dan keringat dingin yang bercucuran membuat malam itu terasa mencekam, lama mereka menumbuhkan nyali hanya untuk membuka sebuah lemari kain kecil yang kusam. 

Lemari itu sendiri berukuran sebesar minibar (kulkas kecil yang umumnya ada di dalam kamar hotel bintang 4), full kain, dan pintunya memakai resleting. 

Saat keberanian mulai tumbuh, sang bapak akhirnya maju dan berdiri di depan pintu lemari untuk membukanya. Dengan ancang-ancang penuh keyakinan, dia memberanikan diri memegang ujung resleting dan siap membukanya. 

Antok: "Hati-hati mas"
Bapak: "Iya"
Antok: "Aku pergi ambil sapu dulu mas"
Bapak: "Jangan macam-macam kamu, diem sini temenin aku"
Antok: "Kita ga punya senjata mas, siapa tau ada ular keluar dari sana. Paling ga kita pegang pemukul"
Bapak: "Jangan ngaco, disini ga ada ular. Udah ga ada waktu, jangan berisik, berdoa aja semoga ga ada apa-apa"
Antok: "Aku takut mas"
Bapak: "Udah tua masih aja penakut, malu sama umur. Diem, kalao ngomong lagi aku suruh kamu buka lemarinya nihh"

Dengan eratnya Antok berpegangan kerah baju belakang bapak sampai leher bapak agak tercekik.

Bapak: "Lepaskan tanganmu Antok, leherku kamu tercekik" 
Antok: "maaf mas ga sengaja"
Bapak: "Bantu doa Tok, kita buka sekarang"
Antok: "Baik mas"

Dan mereka mulai melafadzkan surat-surat pendek yang mereka hafal sembari membuka resleting dari lemari kain tersebut secara perlahan. Saat lemari mulai terbuka, semakin bercucuran keringat dingin yang keluar dari pori-pori kepala, semakin cepat laju jantung memacu, sampai lutut kaki sudah tak tahan lagi menopang tubuh mereka. Mata mereka setengah melotot tak percaya dengan apa yang saat itu mereka lihat, mulut mereka terdiam kaku membisu dan tak sanggup berkata-kata, bersuara pun tak mampu...


(BERSAMBUNG...)


Next...
"Tanpa ekspresi, dia tetap hening duduk di dalam lemari, bahkan menoleh pun tidak"


List:
- Episode 2
- Episode 3
Diubah oleh okushi 08-08-2023 08:25
jiyanq
bukhorigan
redrices
redrices dan 11 lainnya memberi reputasi
12
2.6K
69
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
monicasellaAvatar border
monicasella
#24
pengen banget punya begitu gan emoticon-#MAR16ERAK
okushi
okushi memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.